CAHAYA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
M. Akbar Mukhlis
NIM 150210102120
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
M. Akbar Mukhlis
NIM 150210102120
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Fisika (S1) dan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Koefisien beberapa jenis fluida 11
Tabel 3.1 Hasil Percobaan 21
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Perambatan cahaya menuju medium yang berbeda 6
Gambar 2.2 (a) Pembiasan dari medium renggang menuju rapat 7
Gambar 2.2 (b) Pembiasan dari medium rapat menuju medium renggang 7
Gambar 2.3 Aliran fluida pada fluida tidak kental dan fluida kental 10
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian 17
Gambar 3.2 Grafik hubungan viskositas terhadap intensitas cahaya 21
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
oli disebabkan karena pada oli tersebut memiliki kerapatan yang lebih besar
daripada fluida yang lebih cair. Fluida yang lebih kental memiliki harga indeks yang
lebih besar, sehingga indeks bias dan viskositas mempunyai keterkaitan. Pada
pembiasan harga indeks bias mempengaruhi harga intensitas cahaya.
Intensitas cahaya merupakan konsep fisika yang bisa dijumpai di sub materi
optik atau gelombang elektromagnetik. Intensitas cahaya adalah besaran pokok
fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah
tertentu per satuan sudut. Intensitas cahaya dan massa jenis memilki suatu
hubungan, sebagai contohnya adalah kualitas suatu minyak goreng yang biasa
dijumpai di sekitar dapur. Salah satu parameter kualitas minyak ialah massa jenis.
Massa jenis minyak yang baik ialah 860-910 kg/m3 (Warsito dkk, 2013:36).
Intensitas cahaya dengan indeks bias sangat erat kaitannya satu sama
lainnya. Semakin besar suatu indeks bias yang disinari dari sudut yang sama maka
akan semakin besar pula intensitas cahayanya. Semakin besar atau semakin indeks
bias tersebut melebihi nilai indeks bias di medium pertama maka intensitas cahaya
yang dihasilkan akan mendekati nilai 100%. Indeks bias merupakan salah satu dari
beberapa sifat optis yang penting dari medium. Indeks bias dapat dijumpai dalam
fenomena pembiasan cahaya. Apabila datang seberkas cahaya dengan membentuk
sudut tertentu, maka cahaya tersebut akan dibelokkan jika memasuki medium yang
kerapatannya berbeda, contohnya air dengan udara.
Peristiwa pembiasan cahaya yang dapat ditemukan ketika dimasukkannya
sebuah pensil ke dalam gelas kaca berisi air bening maka akan terlihat seolah-olah
pensil tersebut menjadi bengkok atau tidak lurus kembali. Hal tersebut terjadi akibat
pembelokan cahaya yang masuk ke medium yang kerapatannya berbeda. Salah satu
contoh aplikasi pembiasan dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai dalam
barang-barang di sekitar rumah, contohnya kamera, mikroskop, lup (kaca
pembesar), dan masih banyak lainnya. Pembiasan tersebut walaupun masuk dalam
sub materi optik akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembiasan
yang antara lain bukan dari materi optik.
5
Viskositas dan indeks bias memiliki keterkaitan antara satu sama lain.
Menurut penelitian Warsito (2013) menyatakan, “parameter kualitas minyak
meliputi sifat fisik dan kimia. Sifat fisik minyak meliputi massa jenis, warna, bau,
kelarutan, titik cair, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot melting point,
bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala, dan titik
api”. Jika minyak goreng yang memiliki kekentalan yang lebih kental daripada air
dihubungkan dengan variabel dari optik yaitu intensitas cahaya maka akan
memperkuat hubungan antara kekentalan zat cair dengan intensitas cahaya.
Menurut Rahmawati (2014) yang mencari keterkaitan hubungan kekentalan zat
cair dengan indeks bias pada larutan sukrosa, sehingga pada penelitian tersebut
masih belum dijelaskan jika viskositas dihubungan dengan intensitas cahaya. Selain
itu, menurut penelitian Sutiah dkk (2008) pada parameter yang digunakan pada
fluida kental yaitu minyak dipengaruhi oleh sifat fisik minyak tersebut yaitu
viskositas dan indeks bias. Adapun menurut penelitian Warsito (2013) dengan
fluida yang sama yaitu minyak menyatakan bahwa kekentalan minyak dengan
kualitas standar dipengaruhi oleh massa jenis minyak tersebut. Adapun penelitian
ini mengkaji hubungan antara kekentalan fluida (viskositas) terhadap intensitas
cahaya sehingga didapatkan judul penelitian ini adalah “Analisis Hubungan
Kekentalan Zat Cair dan Intensitas Cahaya”
Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan batasan masalah agar pengkajian tidak
terlalu luas, batasan tersebut adalah sebagai berikut:
Jika persamaan (2.2) dihubungkan dengan persamaan (2.3) maka akan menjadi
persamaan (2.4) sebagai berikut:
𝑛1 𝑛2
= (2.4)
𝑛2 𝑛1
Gambar 2.2 (a) pembiasan dari medium renggang menuju rapat; (b) pembiasan
dari medium rapat menuju medium renggang
Bila indeks bias medium pertama lebih besar dari indeks bias medium
kedua, maka sudut bias selalu lebih besar dari pada sudut datang. Bila sudut
datang diperbesar, sudut bias akan semakin besar dan menyebabkan sudut bias
sejajar bidang batas. Sudut terjadinya pembiasan sejajar bidang batas disebut
sudut kritis. Sehingga didapatkan persamaan sudut kritis sebagai berikut:
Jika sin 900 = 1, maka persamaan (2.5) dapat diubah menjadi persamaan (2.6)
berikut:
𝑛2
𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 = 𝑛𝑛𝑛 sin (2.6)
𝑛1
optik yang tinggi, sedangkan pada medium yang memiliki rapat jenis optik yang
rendah (Jenkins dan White, 2001).
Di mana nilai n1 merupakan harga indeks bias pada medium pertama, dan n2
merupakan harga indeks bias pada medium kedua. Sudut polarisasi juga memiliki
nama lain yaitu sudut Brewster. Sudut Brewster merupakan sudut datang pada
sinar pantul dan sinar bias yang kedua sudut tersebut membentuk sudut 900
(Giancoli, 2014: 302-303).
𝑛 = 𝑛0 𝑛𝑛𝑛 2 𝑛 (2.8)
dengan
Io = intensitas cahaya datang
I = intensitas cahaya yang terlewatkan,
Θ = sudut antara arah osilasi cahaya datang dengan sumbu mudah polarisator
(Abdullah, 2017: 790-791). Dalam hukum konservasi cahaya dinyatakan bahwa
intensitas cahaya yang mengenai suatu bidang batas suatu medium, maka intensitas
cahaya tersebut akan mengalami transmisi, refleksi, dan absorpsi. Hubungan
refleksi (R) dan transmisi (T) sebagai berikut:
𝑛 + 𝑛 = 𝑛0 (2.9)
(T). Jenis polarisasi dengan medan listrik tegak lurus bidang datang dan medan
magnet sejajar bidang dtang disebut transverse electric (TE). Transmitansi dari
penelitian dapat dicari dengan membandingkan intensitas cahaya setelah melalui
bahan (I) dengan intensitas cahaya sebelum mengenai bahan (Io) (Ratnawati, 2005:
2).
Apabila intensitas cahaya yang datang tegak lurus dengan bidang batas
medium, maka nilai koefisien refleksi (r) dan koefisien transmisi (t) dapat
ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut:
𝑛1 cos 𝑛1 − 𝑛2 cos 𝑛2
𝑛= (2.10)
𝑛1 cos 𝑛1 + 𝑛2 cos 𝑛2
2𝑛1 cos 𝑛1
𝑛= (2.11)
𝑛1 cos 𝑛1 + 𝑛2 cos 𝑛2
𝑛1
𝑛= (2.12)
𝑛0
𝑛0
𝑛= (2.13)
𝑛1
Jika intensitas cahaya memasuki medium yang lebih renggang dengan sudut
sudut kritis yang meningkat, maka semua gelombang cahaya mengalami refleksi
(Nugroho, 2012: 11). Dengan demikian hubungan antara indeks bias dengan
intensitas cahaya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝑛1 4𝑛2 𝑛1 (2.14)
=
𝑛0 (𝑛2 + 𝑛1 )2
13
Fluida, kebalikan dari zat padat, adalah zat yang dapat mengalir. Fluida
menyesuaikan diri dengan bentuk wadah tersebut. Fluida bersifat demikian karena
tidak dapat menahan gaya yang bersinggungan dengan permukaannya. Beberapa
bahan seperti pelapis anti bocor, membutuhkan waktu yang lama untuk
menyesuaikan diri dengan bentuk wadahnya, tapi pada akhirnya mereka dapat
melakukannya. Maka dikelompokkannya bahan tersebut sebagai fluida. Fluida
akan lebih tertarik pada zat yang lebih luas dan pada sifat yang dapat bervariasi dari
titik ke titik dalam zat tersebut. Salah satu contohnya adalah massa jenis (Halliday
dkk, 2010:387).
Menemukan massa jenis sebuah fluida pada titik manapun, isolasi suatu
elemen yang memiliki volume yang kecil (ΔV) di sekitar titik tersebut dan
mengukur massa fluida (Δm) yang terkandung dalam elemen tersebut. Maka
didapatkan rumus densitasnya sebagai berikut :
∆𝑛
𝑛= (2.13)
∆𝑛
Dalam teori densitas pada titik manapun dalam fluida adalah batas dari rasio
tersebut seiring dengan semakin mengecilnya volume elemen ΔV pada titik
tersebut. Pada penerapannya, dapat asumsikan sampel fluida tersebut besar, relatif
terhadap dimensi atomik dan bersifat “mulus” (dengan densitas yang seragam,
bukan “bongkahan” atom. Densitas adalah besaran skalar, satuanya dalam SI adalah
kg/m3. (Halliday dkk, 2010:387-388).
Akibatnya terbentuk gradien kecepatan. Lapisan fluida yang lebih dekat dengan plat
bergerak memiliki kecepatan yang lebih besar. Untuk mempertahankan kecepatan
tersebut, diperlukan adanya gaya “F”. Gaya yang menekan fluida tersebut akan
membuat suatu aliran dengan kecepatan alirannya akan berbeda jika memakai
fluida yang kental dan tidak kental dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Aliran fluida pada fluida tidak kental dan fluida kental
Satuan viskositas adalah N s/m2. Jika dinyatakan dalam satuan CGS,, maka satuan
viskositas adalah dyne s/cm2. Satuan ini disebut poise (P). umumnya koefisien
viskositas dinyatakan dalam Cp (centipoises = 0,001 P) (Abdullah, 2016: 794-795).
Setiap fluida memiliki nilai kekentalannya masing-masing yang dapat dilihat pada
Tabel 2.1 sebagai berikut:
15
𝑛 𝑛4 (𝑛1−𝑛2)
𝑛= (2.14)
8𝑛𝑛
Dimana R adalah jari-jari dalam tabung, L adalah panjang, P1-P2 adalah selisih
tekanan awal dan tekanan akhir, η merupakan koefisien dari viskositas, dan Q
adalah laju aliran (Gianciolli, 2005 : 275).
𝑛𝑛
𝑛= (2.15)
𝑛𝑛
menjadi dua yaitu fluida cair dan fluida gas. Untuk mengerti aliran fluida maka
harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat-sifat dasar fluida tersebut
yaitu kekentalan, kerapatan, berat jenis, tekanan, temperatur (Arijanto dkk.,
2015: 213).
Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara di atas sulit dicapai. Hal
ini disebabkan harga r dan l sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan
pengukuran terutama r, sangat besar pengaruhnya karena harga ini
dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya
digunakan suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan
adalah air (Sutiah dkk., 2008: 54).
Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama, berlaku :
𝑛1 𝑛1 𝑛1
= (2.16)
𝑛2 𝑛2 𝑛2
Jadi, bila η dan ρ cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu
yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat
ditentukan η cairan yang sudah diketahui rapatnya (Sutiah dkk., 2008: 54).
Salah satu cara mendapatkan harga indeks bias dan koefisien viskositas
secara bersamaan dapat melihatnya pada parameter minyak goreng, Warsito
dkk (2013) menyimpulkan, “parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan
kimia. Sifat fisik minyak meliputi massa jenis, warna, bau, titik pelunakan,
slipping point, shot melting, bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan,
titik asap, titik nyala, dan titik api”. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
suhu, indeks bias, intensitas cahaya, dan viskositas memiliki keterkaitan.
Rosalina (2017) menyimpulkan, “pengaruh suhu terhadap viskositas minyak
goreng yaitu eksponensial negatif, sedangkan pengaruh kenaikan suhu terhadap
intensitas cahaya yang keluar adalah eksponensial positif”. Berikut hasil
konversi persamaan adalah µ = 0,61I + 6,98.
19
a. Kajian koefisien kekentalan zat cair adalah suatu kegiatan yang mengukur
ketahanan fluida dengan tekanan maupun tegangan. Mencari koefisien
viskositas dapat dilakukan dengan beberapa percobaan yaitu percobaan bola
jatuh dan aliran fluida, tetapi pada penelitian ini percobaan yang digunakan
hanya aliran fluida.
b. Kajian intensitas cahaya adalah suatu kegiatan mengkaji besaran pokok fisika
tentang daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu
atau sudut tertentu, sumber cahaya yang digunakan adalah sinar laser. Pada
penelitian ini intensitas cahaya akan dikaji bersama viskositas untuk mencari
keterkaitan satu sama lain.
PERSIAPAN
HIPOTESIS
MENGAMBIL DATA
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
Berdasarkan Gambar 3.1 yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: (1) yaitu
persiapan, menyiapkan segala kebutuhan alat dan bahan; (2) tahap hipotesis,
21
pada tahap tersebut peneliti akan membuat suatu hipotesis awal atau dugaan
awal hubungan viskositas terhadap intesitas cahaya. Hipotesis tersebut akan
dibuktikan pada tahap selanjutnya yaitu pengambilan data yang dilakukan
dengan beberapa percobaan; (3) melakukan percobaan dengan mengambil
beberapa data (5 data) dalam 2 percobaan yang berbeda. Percobaan pertama
adalah mendapatkan data tentang pengaruh kerapatan atau medium yang akan
mempengaruhi intensitas cahaya dengan percobaan indeks bias. Percobaan
tersebut dapat dilakukan dengan manual. Percobaan ini dilakukan dengan
mengganti variabel bebas yaitu kerapatan pada medium kedua, setelah itu
dilakukan pula pengambilan data berupa nilai intensitas cahaya yang
didapatkan dengan variabel bebas yang telah diubah-ubah. Percobaan
selanjutnya adalah percobaan kedua, mengambil data tentang viskositas. Pada
percobaan kedua ini yang digunakan adalah praktikum mencari kekentalan zat
cair (viskositas). Hanya saja pada proses praktikum yang biasanya
menggunakan minyak sebagai fluida yang dipakai akan diganti menggunakan
air. Air ini nantinya akan diubah-ubah konsentrasinya sesuai kebutuhan
percobaan; (4) saat semua data terkumpul maka akan dilakukan teknik analisis
data. Data yang sudah terkumpul akan disusun rapi dalam suatu tabel. Data
tersebut akan dianalisis dengan secara matematis dengan memasukkan data-
data yang telah terkumpul pada persamaan matematis yang sudah disiapkan
sebelumnya. Setelah analisis data secara matematis telah selesai maka akan
dilanjutkan dengan data-data yang terkumpul melalui perhitungan akan
dianalisis secara statistika sederhana yaitu dengan menggunakan grafik; dan (5)
saat semua data telah dianalisis dan telah dituangkan ke dalam tabel maupun
grafik akan diambil suatu kesimpulan dari penelitian tersebut.
3.4.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Dengan n adalah indeks bias zat cair (air) yang akan diubah-ubah konsentrasinya
sebanyak 3 kali menggunakan garam. I0 adalah intensitas cahaya pertama
sedangkan I adalah intensitas cahaya kedua yang sudah melewati medium air.
Sedangkan η adalah koefisien kekentalan zat cair yang konsentrasi zatnya akan
berubah dengan menambahkan garam ke dalam air yang digunakan.
𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 (3.1)
=
𝑛𝑛 (𝑛𝑛+ 𝑛𝑛)𝑛
Persamaan kedua yang akan digunakan adalah sebagai berikut.
𝑛 (n) = 2 x 10-12e (20,49±0,79)n (3.2)
25
Teknik analisis selanjutnya secara statistika sederhana, data yang sudah melewati
tahap perhitungan akan dimasukkan ke dalam grafik pada Gambar 3.2.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ciocirlan, O, dan Iulian, O. 2008. Density, Viscosity and Refractive Index of the
Dimethyl Sulfoxide + O-xylene System. Journal of the Serbian Chemical
Society. 74(3): 317-329.
Halliday, D, Resnick, R., dan Walker, J. 2008. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Maulida, R. H., dan Rani, E. 2010. Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu dan
Kontaminan Terhadap Viskositas Oli Menggunakan Rotary Viscometer.
Jurnal Neutrino. 3(1): 18-31.
Nita, I, Geaca, S., dan Iulian, O. 2014. Viscosity, Refractive Index, Deviation of
Viscosity and of Refractive Index Biodiesel Diesel Fuel (or Benzene)
Binary Mixtures. Revista de Chimie. 65(2): 453-457.
Sutiah, Firdausi, K. S, dan Budi, W. S. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan
Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika. 11(2):53-58.
Warsito, Pauzi, G. A, dan Jannah, M. 2013. Analisis Pengaruh Massa Jenis terhadap
Kualitas Minyak Goreng Kelapa Sawit Menggunakan Alat Ukur Massa
Jenis dan Akuisisinya pada Komputer. Prosiding Semirata FMIPA
Universitas Lampung. FMIPA Universitas Lampung: 35-41.
28
LAMPIRAN
1. Percobaan pertama untuk menentukan harga indeks bias dan intensitas
cahaya. Gambar kerja pada percobaan dapat dilihat pada gambar berikut: