Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS HUBUNGAN KEKENTALAN ZAT CAIR DAN INTENSITAS

CAHAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

M. Akbar Mukhlis
NIM 150210102120

Pembimbing Utama : Drs. Albertus Djoko Lesmono, M. Si.


Pembimbing Anggota : Lailatul Nuraini, S. Pd, M. Pd.
Penguji Utama : Prof. Indrawati, M. Pd.
Penguji Anggota : Dr. Supeno, S. Pd, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ANALISIS HUBUNGAN KEKENTALAN ZAT CAIR DAN INTENSITAS
CAHAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
M. Akbar Mukhlis
NIM 150210102120

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Fisika (S1) dan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI iii


DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Hubungan Indeks Bias Terhadap Intensitas Cahaya 5
2.2 Hubungan Indeks Bias Terhadap Kekentalan Zat Cair 9
2.3 Hubungan Kekentalan Zat Cair Terhadap Intensitas Cahaya 13
BAB 3. METODELOGI PENELITIAN 16
3.1 Jenis Penelitian 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 16
3.2.1 Tempat Penelitian 16
3.2.2 Waktu Penelitian 16
3.3 Definisi Operasional Variabel 16
3.4 Alur Penelitian 17
3.4.1 Alat dan Bahan 18
3.4.2 Praktikum Mencari Indeks Bias dan Intensitas Cahaya 19
3.4.3 Praktikum Mencari Koefisien Viskositas Pada Konsentrasi
Berbeda 19
3.5 Metode Pengumpulan Data 20
3.6 Teknik Pengumpulan Data 20
3.7 Teknik Analisis Data 21
DAFTAR PUSTAKA 23

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Koefisien beberapa jenis fluida 11
Tabel 3.1 Hasil Percobaan 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Perambatan cahaya menuju medium yang berbeda 6
Gambar 2.2 (a) Pembiasan dari medium renggang menuju rapat 7
Gambar 2.2 (b) Pembiasan dari medium rapat menuju medium renggang 7
Gambar 2.3 Aliran fluida pada fluida tidak kental dan fluida kental 10
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian 17
Gambar 3.2 Grafik hubungan viskositas terhadap intensitas cahaya 21

v
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan akhir-akhir ini terus menuntut para peserta didiknya
untuk mengembangkan potensi yang dimikinya baik dari aspek kognitif, afegtif,
dan psikomotorik. Pada bidang Sains tentunya sangat di perlukan beriringan
dengan percobaan guna menunjang teori yang di pelajari siswa, khususnya dalam
pelajaran fisika, dalam mempelajari fisika tentunya tidaklah cukup dengan
mempelajari teori saja, karena banyak materi yang perlu melakukan praktek guna
menunjang pemahaman jangka panjang siswa didik, dengan praktek dan media
akan mampu menciptakan pengalaman belajar yang berdampak peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep dan teori yang di pelajari oleh siswa.

Pembelajaran fisika merupakan proses belajar mengajar dengan


mempelajari alam dan kejadian-kejadiannya yang menyangkut ilmu pengetahuan
berupa konsep, hukum, teori, dan prinsip serta penerapan kemampuan melakukan
proses (Bektiarso, 2000:11). Berdasarkan konsep-konsep yang ada dalam
pembelajaran fisika dibagi kembali menjadi beberapa sub materi yang menjelaskan
hukum, teori, dan prinsip sesuai materi tersebut. Setiap sub materi di dalam fisika
yang diajarkan selalu berfokus pada pokok bahasan yang sama, contohnya pada
pembelajaran gaya gesek yang berfokus pada pokok bahasan hukum Newton. Pada
contoh sebelumnya dapat dikatakan bahwa cara mengkaitkan materi satu ke materi
lainnya masih dalam ruang lingkup pokok bahasan yang sama. Akan tetapi, pada
kenyataannya dalam suatu sub materi masih memiliki hubungan dengan sub materi
lainnya di luar pokok bahasan yang dipelajari. Padahal bila digali lebih dalam lagi
masih dapat dijumpai fenomena-fenomena lainnya yang konteksnya berada di luar
materi yang sedang diajarkan.
Di era global sekarang ini perkembangan teknologi sangat pesat sehingga
mengakibatkan perkembangan dunia industri juga semakin cepat. Seiring
perkembangan teknologi komputer, banyak kegiatan praktikum yang
memanfaatkan aplikasi teknologi tersebut untuk mempermudah dan mendapatkan
data yang lebih akurat (Nugraha, 2015). Beberapa diantaranya berhubungan dengan
dunia pendidikan tak terkecuali ilmu pengetahuan alam. Selain itu, perkembangan
teknologi juga dapat membantu ilmu pengetahuan dengan aplikasi-aplikasi yang
dapat diunduh di internet. Variabel-variabel tersebut bisa ditemukan dalam satu
ruang lingkup sub materi tersebut atau bahkan dapat ditemukan di luar sub materi.
Kemajuan teknologi ini juga dapat memudahkan dalam mengolah data-data yang
2
ditemukan saat percobaan tersebut berlangsung. Salah satu percobaan fisika yang
menjadi lebih mudah karena adanya teknologi adalah percobaan kekentalan zat cair
atau viskositas. Oleh sebab itu, berkembangnya teknologi sangat diperlukan untuk
3

memudahkan dalam mengungkap suatu konsep fisika khususnya di sub materi


viskositas.
Viskositas adalah besaran yang mengukur kekentalan fluida. Pada
viskositas ditemukan beberapa fluida dengan berbagai macam kekentalannya.
Persamaan Bernouli menyatakan bahwa suatu fluida yang mengalir, apabila terjadi
peningkatan kecepatan aliran fluida maka akan berdampak pada penurunan tekanan
aliran fluida tersebut, tetapi persamaan ini hanya belaku untuk fluida yang tidak
kental. Namun, sebenarnya semua fluida memiliki kekentalan, termasuk gas
(Abdullah, 2016: 794). Fluida yang kental dapat dijumpai di sekeliling atau di
dalam rumah, contohnya susu kental manis, oli, minyak goreng, dan masih banyak
lainnya. Kekentalan tersebut umumnya berbeda-beda pada tiap zat cair. Selama ini
viskositas (kekentalan fluida) kebanyakan menggunakan sistem bola jatuh untuk
mengukur kekentalan zat cair tersebut.
Salah satu contoh fluida yang memiliki kekentalan adalah oli. Oli
merupakan fluida yang digunakan pada kendaraan bermotor untuk melumasi
bagian-bagian pada kendaraan tersebut. Kekentalan yang terdapat pada oli
berfungsi untuk menjangkau celah-celah kecil pada kendaraan tersebut. Pelumas
berkualitas rendah bila digunakan di dalam mesin akan mudah rusak atau
terdekomposisi, sehingga akan berkurang atau bahkan hilang daya lumasnya
(Arisandi dkk, 2012: 56). Salah satu yang mempengaruhi kualitas oli adalah
viskositas. Kekentaan yang dimiliki oleh oli dapat diukur dengan percobaan bola
jatuh dan aliran fluida. Percobaan bola jatuh dan aliran fluida merupakan salah satu
cara untuk mengetahui koefisien kekentalan zat cair (oli) tersebut. Kekentalan suatu
zat cair seperti oli memiliki beberapa manfaat, khususnya pada kendaraan
bermesin. Kekentalan yang terdapat pada oli juga berguna sebagai pendingin,
mengangkat kotoran mesin, dan mengurangi gesekan antar mesin. Jika kekentalan
oli tersebut kecil atau semakin cair maka akan mempengaruhi kualitas oli tersebut.
Viskositas pada oli juga berkaitan dengan indeks bias suatu zat cair.
Indeks bias cahaya erat kaitannya dengan pembiasan. Pembiasan
merupakan pembelokan arah cahaya yang datang dan masuk pada medium yang
berbeda. Indeks bias memiliki kaitan dengan viskositas. Kekentalan yang terdapat
4

oli disebabkan karena pada oli tersebut memiliki kerapatan yang lebih besar
daripada fluida yang lebih cair. Fluida yang lebih kental memiliki harga indeks yang
lebih besar, sehingga indeks bias dan viskositas mempunyai keterkaitan. Pada
pembiasan harga indeks bias mempengaruhi harga intensitas cahaya.
Intensitas cahaya merupakan konsep fisika yang bisa dijumpai di sub materi
optik atau gelombang elektromagnetik. Intensitas cahaya adalah besaran pokok
fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah
tertentu per satuan sudut. Intensitas cahaya dan massa jenis memilki suatu
hubungan, sebagai contohnya adalah kualitas suatu minyak goreng yang biasa
dijumpai di sekitar dapur. Salah satu parameter kualitas minyak ialah massa jenis.
Massa jenis minyak yang baik ialah 860-910 kg/m3 (Warsito dkk, 2013:36).
Intensitas cahaya dengan indeks bias sangat erat kaitannya satu sama
lainnya. Semakin besar suatu indeks bias yang disinari dari sudut yang sama maka
akan semakin besar pula intensitas cahayanya. Semakin besar atau semakin indeks
bias tersebut melebihi nilai indeks bias di medium pertama maka intensitas cahaya
yang dihasilkan akan mendekati nilai 100%. Indeks bias merupakan salah satu dari
beberapa sifat optis yang penting dari medium. Indeks bias dapat dijumpai dalam
fenomena pembiasan cahaya. Apabila datang seberkas cahaya dengan membentuk
sudut tertentu, maka cahaya tersebut akan dibelokkan jika memasuki medium yang
kerapatannya berbeda, contohnya air dengan udara.
Peristiwa pembiasan cahaya yang dapat ditemukan ketika dimasukkannya
sebuah pensil ke dalam gelas kaca berisi air bening maka akan terlihat seolah-olah
pensil tersebut menjadi bengkok atau tidak lurus kembali. Hal tersebut terjadi akibat
pembelokan cahaya yang masuk ke medium yang kerapatannya berbeda. Salah satu
contoh aplikasi pembiasan dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai dalam
barang-barang di sekitar rumah, contohnya kamera, mikroskop, lup (kaca
pembesar), dan masih banyak lainnya. Pembiasan tersebut walaupun masuk dalam
sub materi optik akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembiasan
yang antara lain bukan dari materi optik.
5

Viskositas dan indeks bias memiliki keterkaitan antara satu sama lain.
Menurut penelitian Warsito (2013) menyatakan, “parameter kualitas minyak
meliputi sifat fisik dan kimia. Sifat fisik minyak meliputi massa jenis, warna, bau,
kelarutan, titik cair, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot melting point,
bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala, dan titik
api”. Jika minyak goreng yang memiliki kekentalan yang lebih kental daripada air
dihubungkan dengan variabel dari optik yaitu intensitas cahaya maka akan
memperkuat hubungan antara kekentalan zat cair dengan intensitas cahaya.
Menurut Rahmawati (2014) yang mencari keterkaitan hubungan kekentalan zat
cair dengan indeks bias pada larutan sukrosa, sehingga pada penelitian tersebut
masih belum dijelaskan jika viskositas dihubungan dengan intensitas cahaya. Selain
itu, menurut penelitian Sutiah dkk (2008) pada parameter yang digunakan pada
fluida kental yaitu minyak dipengaruhi oleh sifat fisik minyak tersebut yaitu
viskositas dan indeks bias. Adapun menurut penelitian Warsito (2013) dengan
fluida yang sama yaitu minyak menyatakan bahwa kekentalan minyak dengan
kualitas standar dipengaruhi oleh massa jenis minyak tersebut. Adapun penelitian
ini mengkaji hubungan antara kekentalan fluida (viskositas) terhadap intensitas
cahaya sehingga didapatkan judul penelitian ini adalah “Analisis Hubungan
Kekentalan Zat Cair dan Intensitas Cahaya”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a. Bagaimana hubungan antara kekentalan zat cair (viskositas) dan intensitas
cahaya ?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengkaji hubungan kekentalan zat cair (viskositas) yang mempengaruhi
intensitas suatu cahaya.
6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain :

a. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai sumber belajar guna mendorong


mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan literasi tentang viskositas.
b. Bagi dosen, dapat dijadikan sebagai literasi tambahan pada proses
pembelajaran mata kuliah yang berkaitan.
c. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk mengembangkan hasil penelitian
lebih lanjut.
1.5 Batasan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan batasan masalah agar pengkajian tidak
terlalu luas, batasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji keterkaitan viskositas, indeks bias, dan intensitas cahaya.


7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Indeks Bias dan Intensitas Cahaya

Pembiasan terjadi karena gelombang memasuki medium yang berbeda


dan kecepatan gelombang pada medium awal dan medium yang dimasuki
berbeda. Jika arah datang gelombang tidak sejajar dengan garis normal maka
pembiasan menyebabkan pembelokan arah rambat gelombang. Gelombang air
yang melalui daerah yang lebih dangkal mengalami perubahan kecepatan,
sehingga terjadi pembiasan. Cahaya yang bergerak dari udara ke air mengalami
pembiasan karena perbedaan kecepatan cahaya di udara dan di air (Abdullah,
2017:606). Jika kecepatan gelombang pada medium pertama adalah v1 dan
kecepatan gelombang pada medium kedua adalah v2 . Misalkan gelombang
datang dari medium pertama udara (n1) ke medium kedua yaitu air (n2), maka
hubungan antara sudut datang dan sudut bias memenuhi persamaan berikut

𝑛1 sin 𝑛 = 𝑛2 sin 𝑛 (2.1)


𝑛1
𝑛= (2.2)
𝑛2
𝑛
𝑛= (2.3)
𝑛

Jika persamaan (2.2) dihubungkan dengan persamaan (2.3) maka akan menjadi
persamaan (2.4) sebagai berikut:
𝑛1 𝑛2
= (2.4)
𝑛2 𝑛1

Berdasarkan persamaan (2.4) dapat diilustrasikan dalam Gambar (2.1) berikut.


8

Gambar 2.1 Perambatan cahaya menuju medium yang berbeda

Ketika cahaya yang menjalar di dalam bahan transparan yang memiliki


perbedaan indeks bias, hingga menemui permukaan bahan transparan lainnya,
maka dua hal akan terjadi, yaitu sebagian cahaya dipantulkan, dan sebagian
cahaya diteruskan ke dalam bahan transparan kedua. Cahaya yang diteruskan
biasanya dibelokkan ketika memasuki bahan kedua, yaitu cahaya masuk dengan
sebuah sudut terhadap permukaan bahan. Pembelokan cahaya ini timbul karena
pembiasan (refraksi) yang bergantung pada kecepatan cahaya di dalam suatu
bahan, dan kecepatannya berbeda di dalam bahan dengan indeks bias berbeda.
Pantulan internal total terjadi pada bidang batas antara 2 media dengan indeks
bias yang berbeda yaitu n1 dan n2 (Pramono dkk., 2012: 2). Pembiasan yang
terjadi akibat pantulan antara 2 bidang yang beda kerapatan akan menyebabkan
pembelokan cahaya.

Pembelokan cahaya yang terjadi akibat pantulan 2 medium yang


berbeda akan mempengaruhi arah sudut pembiasan terhadap garis normal. Jika
cahaya melewati medium yang renggang menuju medium yang rapat maka
cahaya yang dibiaskan akan mendekati garis normal. Namun, jika sinar datang
dari cahaya tersebut terlebih dahulu melewati medium yang rapat menuju
medium yang lebih renggang maka yang terjadi akan sebaliknya. Pembelokan
cahaya tersebut dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.2 berikut:
9

Gambar 2.2 (a) pembiasan dari medium renggang menuju rapat; (b) pembiasan
dari medium rapat menuju medium renggang

Bila indeks bias medium pertama lebih besar dari indeks bias medium
kedua, maka sudut bias selalu lebih besar dari pada sudut datang. Bila sudut
datang diperbesar, sudut bias akan semakin besar dan menyebabkan sudut bias
sejajar bidang batas. Sudut terjadinya pembiasan sejajar bidang batas disebut
sudut kritis. Sehingga didapatkan persamaan sudut kritis sebagai berikut:

𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑛2 (2.5)


=
sinθ 900 𝑛1

Jika sin 900 = 1, maka persamaan (2.5) dapat diubah menjadi persamaan (2.6)
berikut:
𝑛2
𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 = 𝑛𝑛𝑛 sin (2.6)
𝑛1

Indeks bias pada setiap medium optik dinyatakan sebagai suatu


perbandingan antara cepat rambat di dalam ruang hampa (vakum) dan cepat rambat
cahaya di dalam medium. Pada jenis kaca maupun plastik yang berbeda, indeks bias
yang dimiliki juga berbeda. Kaca optik yang paling sering digunakan memiliki
indeks bias pada transparan adalah suatu hasil pengukuran indeks biasnya. Suatu
medium dengan indeks bias yang relatif tinggi dapat dikatakan memiliki rapat jenis
10

optik yang tinggi, sedangkan pada medium yang memiliki rapat jenis optik yang
rendah (Jenkins dan White, 2001).

Khususnya untuk gelombang cahaya, kecepatan rambat gelombang dalam


medium dengan indeks bias n adalah v= c/n dengan n1 da n2 adalah indeks bias
medium pertama dan medium kedua. Sin θ1 dan sin θ2 adalah sudut sinar datang
dan sudut sinar bias. Sedangkan c adalah kecepatan cahaya (m/s). Persamaan (2.1)
merupakan ungkapan hukum Snell. Jelas dari hukum ini bahwa jika gelombang
masuk ke medium dengan indeks bias lebih besar maka arah rambat mendekati
garis normal dan sebaliknya (Abdullah, 2017: 610).

Gelombang elektromagnetik adalah suatu gelombang yang perambatannya


tidak memerlukan medium sebagai perantara, contohnya adalah gelombang cahaya.
Gelombang-gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh sumber-sumber
cahaya yang umum (seperti sinar matahari atau bohlam) berpolarisasi secara acak
atau tidak berpolarisasi (arah getar tidak diteruskan) (Halliday dkk, 2010:374).

Polarisasi adalah perubahan arah getar gelombang transversal. Cahaya dapat


dikatakan terpolarisasi jika gelombang tersebut mengalami perubahan arah getar
(vertikal atau horizontal). Maxwe mengemukakan bahwa cahaya merupakan
gelombang elektromagnetik yang dapat terpolarisasi dikarenakan termasuk
gelombang transversal. Arah dari cahaya yang terpolarisasi ini diambi dari arah
vektor medan listrik (E) (Giancoli, 2014: 299-300).

Polarisasi dapat disebabkan oleh pemantulan dan pembiasan cahaya. Ketika


cahaya memancar dan mengenai benda yang non logam dengan sudut berapapun
selain tegak lurus, maka berkas pantulan cahaya yang terpolarisasi akan terlebih
dahulu pada bidang yang sejajar dengan permukaan. Besarnya polarisasi pada
berkas cahaya yang memantul dipengaruhi oleh besarnya sudut, bervariasi dari
tidak terjadinya polarisasi dengan sudut jatuh secara normal sampai polarisasi 100
persen yang biasa disebut sudut polarisasi (θp). Sudut ini memiliki hubungan
dengan indeks bias dengan persamaan sebagai berikut:
𝑛2
tan 𝑛𝑛 = (2.7)
𝑛1
11

Di mana nilai n1 merupakan harga indeks bias pada medium pertama, dan n2
merupakan harga indeks bias pada medium kedua. Sudut polarisasi juga memiliki
nama lain yaitu sudut Brewster. Sudut Brewster merupakan sudut datang pada
sinar pantul dan sinar bias yang kedua sudut tersebut membentuk sudut 900
(Giancoli, 2014: 302-303).

Umumnya, gelombang yang dihasilkan suatu sumber memiliki arah osilasi


medan yang berubah-ubah secara acak. Gelombang dengan arah osilasi demikian
dikatakan gelombang yang tidak terpolarisasi. Misalkan cahaya yang tidak
terpolarisasi memiliki intensitas Io. Berkas cahaya tersebut jatuh pada sebuah
polarisator. Jika cahaya yang jatuh pada polarisator sudah terpolarisasi maka
intensitas cahaya yang lolos bergantung pada sudut antara arah osilasi cahaya
datang dengan sumbu mudah polarisator. Intensitas cahaya yang dilewatkan dalam
suatu polisator dapat dituliskan secara matematis dalam persamaan 2.8 berikut:

𝑛 = 𝑛0 𝑛𝑛𝑛 2 𝑛 (2.8)

dengan
Io = intensitas cahaya datang
I = intensitas cahaya yang terlewatkan,
Θ = sudut antara arah osilasi cahaya datang dengan sumbu mudah polarisator
(Abdullah, 2017: 790-791). Dalam hukum konservasi cahaya dinyatakan bahwa
intensitas cahaya yang mengenai suatu bidang batas suatu medium, maka intensitas
cahaya tersebut akan mengalami transmisi, refleksi, dan absorpsi. Hubungan
refleksi (R) dan transmisi (T) sebagai berikut:

𝑛 + 𝑛 = 𝑛0 (2.9)

Intensitas cahaya pada proses pemantulan dan pembiasan, cahaya dapat


terpolarisasi sebagian atau seluruhnya oleh refleksi. Perbandingan harga intensitas
cahaya yang ditransmisikan dengan intensitas cahaya datang disebut transmitansi
12

(T). Jenis polarisasi dengan medan listrik tegak lurus bidang datang dan medan
magnet sejajar bidang dtang disebut transverse electric (TE). Transmitansi dari
penelitian dapat dicari dengan membandingkan intensitas cahaya setelah melalui
bahan (I) dengan intensitas cahaya sebelum mengenai bahan (Io) (Ratnawati, 2005:
2).
Apabila intensitas cahaya yang datang tegak lurus dengan bidang batas
medium, maka nilai koefisien refleksi (r) dan koefisien transmisi (t) dapat
ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut:

𝑛1 cos 𝑛1 − 𝑛2 cos 𝑛2
𝑛= (2.10)
𝑛1 cos 𝑛1 + 𝑛2 cos 𝑛2

2𝑛1 cos 𝑛1
𝑛= (2.11)
𝑛1 cos 𝑛1 + 𝑛2 cos 𝑛2

Intensitas cahaya yang mengalami pemantulan ditentukan oleh reflektansi


(R) dan intensitas cahaya yang mengalami refraksi ditentukan oleh transmitansi (T).
Reflektansi merupakan perbandingan antara daya refleksi dengan daya yang
datang, sedangkan transmitansi merupakan rasio antara daya yang diteruskan
dengan daya yang datang. Menentukan nilai reflektansi dan transmitansi dapat
menggunakan nilai intensitas cahaya yang datang dan intensitas cahaya yang
diteruskan, persamaannya sebagai berikut:

𝑛1
𝑛= (2.12)
𝑛0
𝑛0
𝑛= (2.13)
𝑛1
Jika intensitas cahaya memasuki medium yang lebih renggang dengan sudut
sudut kritis yang meningkat, maka semua gelombang cahaya mengalami refleksi
(Nugroho, 2012: 11). Dengan demikian hubungan antara indeks bias dengan
intensitas cahaya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝑛1 4𝑛2 𝑛1 (2.14)
=
𝑛0 (𝑛2 + 𝑛1 )2
13

2.2 Hubungan Indeks Bias Terhadap Kekentalan Zat Cair

Fluida, kebalikan dari zat padat, adalah zat yang dapat mengalir. Fluida
menyesuaikan diri dengan bentuk wadah tersebut. Fluida bersifat demikian karena
tidak dapat menahan gaya yang bersinggungan dengan permukaannya. Beberapa
bahan seperti pelapis anti bocor, membutuhkan waktu yang lama untuk
menyesuaikan diri dengan bentuk wadahnya, tapi pada akhirnya mereka dapat
melakukannya. Maka dikelompokkannya bahan tersebut sebagai fluida. Fluida
akan lebih tertarik pada zat yang lebih luas dan pada sifat yang dapat bervariasi dari
titik ke titik dalam zat tersebut. Salah satu contohnya adalah massa jenis (Halliday
dkk, 2010:387).

Menemukan massa jenis sebuah fluida pada titik manapun, isolasi suatu
elemen yang memiliki volume yang kecil (ΔV) di sekitar titik tersebut dan
mengukur massa fluida (Δm) yang terkandung dalam elemen tersebut. Maka
didapatkan rumus densitasnya sebagai berikut :

∆𝑛
𝑛= (2.13)
∆𝑛

Dalam teori densitas pada titik manapun dalam fluida adalah batas dari rasio
tersebut seiring dengan semakin mengecilnya volume elemen ΔV pada titik
tersebut. Pada penerapannya, dapat asumsikan sampel fluida tersebut besar, relatif
terhadap dimensi atomik dan bersifat “mulus” (dengan densitas yang seragam,
bukan “bongkahan” atom. Densitas adalah besaran skalar, satuanya dalam SI adalah
kg/m3. (Halliday dkk, 2010:387-388).

Viskositas adalah besaran yang mengukur kekentalan fluida. Saat ini,


beberapa fluida memiliki kekentalan yang berbeda-beda. Persamaan Bernolli yang
telah dibahas berlaku untuk fluida yang tidak kental. Namun, sebenarnya semua
fluida memiliki kekentalan, termasuk gas. Fluida diletakkan diantara 2 pelat sejajar.
Satu pelat digerakkan dengan kecepatan konstan v arah sejajar ke dua pelat.
Permukaan fluida yang bersentuhan dengan pelat yang tetap diam sedangkan yang
bersentuhan dengan pelat yang bergerak ikut bergerak dengan kecepatan v juga.
14

Akibatnya terbentuk gradien kecepatan. Lapisan fluida yang lebih dekat dengan plat
bergerak memiliki kecepatan yang lebih besar. Untuk mempertahankan kecepatan
tersebut, diperlukan adanya gaya “F”. Gaya yang menekan fluida tersebut akan
membuat suatu aliran dengan kecepatan alirannya akan berbeda jika memakai
fluida yang kental dan tidak kental dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Aliran fluida pada fluida tidak kental dan fluida kental

Satuan viskositas adalah N s/m2. Jika dinyatakan dalam satuan CGS,, maka satuan
viskositas adalah dyne s/cm2. Satuan ini disebut poise (P). umumnya koefisien
viskositas dinyatakan dalam Cp (centipoises = 0,001 P) (Abdullah, 2016: 794-795).
Setiap fluida memiliki nilai kekentalannya masing-masing yang dapat dilihat pada
Tabel 2.1 sebagai berikut:
15

Tabel 2.1 Koefisien beberapa jenis fluida


Koefisen viskositas (Pascal
Fluida Suhu (Celcius) sekon)
Air 0 1.8
20 1
100 0.3
Etanol 20 1.2
Oli mesin 30 200
Gliserin 20 830
Udara 20 0.018
Hidrogen 0 0.009
Karbon dioksida 0.015
Xenon 21 0.023
Uap air 100 0.013
Madu 2.000 - 10.000
Benzena 0.604
Gliserol 1.2

Setiap cairan memiliki viskositas, maka cairan tersebut dapat mengalir


melalui tabung atau pipa tingkat tanpa gaya yang diterapkan. Viskositas
bertindak seperti gesekan, sehingga perbedaan yang pasti antara ujung tabung
tingkat diperlukan untuk aliran konstan cairan apa pun, baik air atau minyak
dalam pipa, atau darah dalam sistem peredaran darah manusia. Laju aliran
cairan dalam tabung bulat tergantung pada viskositas fluida, perbedaan tekanan,
dan dimensi tabung. ilmuwan Perancis JL Pouseuille (1799-1869), yang tertarik
dengan fisika khususnya pada sirkulasi darah (dan setelah siapa "poise"
bernama), menentukan bagaimana variabel mempengaruhi laju aliran cairan
mampat menjalani aliran laminar dalam silinder tabung. Hasilnya, yang dikenal
sebagai persamaan Poiseuille sebagai berikut:
16

𝑛 𝑛4 (𝑛1−𝑛2)
𝑛= (2.14)
8𝑛𝑛

Dimana R adalah jari-jari dalam tabung, L adalah panjang, P1-P2 adalah selisih
tekanan awal dan tekanan akhir, η merupakan koefisien dari viskositas, dan Q
adalah laju aliran (Gianciolli, 2005 : 275).

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau


fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,
sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti
air, alkohol, dan bensin mempunyai viskositas yang kecil. Sedangkan cairan
yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu memiliki
viskositas yang besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan
mengalirnya suatu cairan. (Sutiah dkk., 2008: 54).

Dialirkannya minyak dari satu tempat ke tempat lain melalui pipa-pipa


diperlukan pompa yang cukup kuat sehingga terjadi perbedaan tekanan antara
dua ujung pipa. Gerakan jantung menyebabkan perbedaan tekanan antara
pembuluh darah sehingga darah bisa mengalir. Pompa yang dipasang pada
sumber lapindo sering gagal bekerja karena viskositas lumpur yang sangat
besar. Berdasarkan persamaan (2.4) debit aliran berbanding terbalik dengan
viskositas. Viskositas lumpur yang sangat besar menyebabkan debit aliran yang
sangat kecil meskipun perbedaan tekanan yang dihasilkan pompa cukup besar
(Abdullah, 2016:797).

Jika benda berbentuk bola dijatuhkan dalam fluida maka mula-mula


benda bergerak turun dengan kecepatan yang makin besar akibat adanya
percepatan gravitasi. Pada suatu saat kecepatan benda tidak berubah lagi.
Kecepatan ini dinamakan kecepatan terminal. Gaya yang bekerja pada benda
selama bergerak jatuh adalah gaya berat ke bawah, gaya angkat Archimedes ke
atas, dan gaya Stokes yang melawan arah arah gerak (ke atas juga). Saat tercepat
kecepatan terminal, ketiga gaya tersebut seimbang. Berdasarkan kecepatan
terminal bola dapat menentukan viskositas fluida (Abdullah, 2016: 798).
17

Viskositas pada jaringan muncul karena adanya tumbukan partikel di


dalam jaringan. Besarnya viskositas pada suatu jaringan ditentukan oleh suatu
konstanta pembanding yang didefiniskan sebagai koefisien viskositas dan
dinyatakan dengan rumus (Ariyanti dan Mulyono, 2010: 184-185):

𝑛𝑛
𝑛= (2.15)
𝑛𝑛

η adalah koefisien viskositas (N.s/m2), F adalah gaya tumbukan antar


molekul (N), v adalah kecepatan partikel dalam jaringan (m/s), l adalah jarak
tumbukan antara molekul (m), dan S adalah luas permukaan jaringan (m2).

Pada penelitian ini disimpulkan “viskositas sebagai parameter sifat


mekanik suatu bahan dapat dihubungkan dengan sifat optik dari bahan yang
sama. Salah satu sifat optik yang diuji adalah indeks bias, dengan bahan yang
digunakan larutan sukrosa. Investigasi mengenai hubungan antara nilai indeks
bias dan viskositas, diawali dengan melakukan uji coba alat yang akan
digunakan” (Rahmawati,2014).

Pada penelitian ini disimpulkan “data indeks bias yang dihubungkan


dengan viskositas diperoleh menggunakan wadah sampel besar. Penggunaan
wadah sampel besar dipilih karena observasi sebelumnya yang memberikan
hasil bahwa resolusi wadah sampel yang besar yang lebih baik dibanding wadah
sampel kecil. Hubungan variabel koefisien viskositas dengan indeks bias dapat
ditemukan dengan regresi eksponensial. Perubahan yang kecil pada nilai indeks
bias dapat menyebabkan perubahan yang cukup besar pada nilai viskositas
larutan sukrosa dengan menurut fungsi yang ditemukan pada penelitian
sebelumnya yaitu 𝑛 (n) = 2 x 10-12e (20,49±0,79)n “ (Rahmawati, 2014).

2.3 Hubungan Koefisien Viskositas dan Intensitas Cahaya


Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel
yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan
fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan
mudah mengikuti bentuk ruang. Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan
18

menjadi dua yaitu fluida cair dan fluida gas. Untuk mengerti aliran fluida maka
harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat-sifat dasar fluida tersebut
yaitu kekentalan, kerapatan, berat jenis, tekanan, temperatur (Arijanto dkk.,
2015: 213).

Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara di atas sulit dicapai. Hal
ini disebabkan harga r dan l sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan
pengukuran terutama r, sangat besar pengaruhnya karena harga ini
dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya
digunakan suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan
adalah air (Sutiah dkk., 2008: 54).

Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama, berlaku :

𝑛1 𝑛1 𝑛1
= (2.16)
𝑛2 𝑛2 𝑛2

Jadi, bila η dan ρ cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu
yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat
ditentukan η cairan yang sudah diketahui rapatnya (Sutiah dkk., 2008: 54).

Salah satu cara mendapatkan harga indeks bias dan koefisien viskositas
secara bersamaan dapat melihatnya pada parameter minyak goreng, Warsito
dkk (2013) menyimpulkan, “parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan
kimia. Sifat fisik minyak meliputi massa jenis, warna, bau, titik pelunakan,
slipping point, shot melting, bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan,
titik asap, titik nyala, dan titik api”. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
suhu, indeks bias, intensitas cahaya, dan viskositas memiliki keterkaitan.
Rosalina (2017) menyimpulkan, “pengaruh suhu terhadap viskositas minyak
goreng yaitu eksponensial negatif, sedangkan pengaruh kenaikan suhu terhadap
intensitas cahaya yang keluar adalah eksponensial positif”. Berikut hasil
konversi persamaan adalah µ = 0,61I + 6,98.
19

BAB 3. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
adalah suatu jenis penelitian yang memfokuskan pada objek yang sedang
diamati dengan tujuan adanya jalinan sebab akibat di antara variabel (Suwarno,
1987). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kekentalan zat cair
dan intensitas cahaya yang dilakukan menggunakan metode percobaan atau
praktikum.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah laboratorium
fisika dasar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Pemilihan lokasi penelitian tersebut berdasarkan atas pertimbangan sebagai
berikut:
a. Alat dan bahan yang kondisinya memenuhi standar.
b. Lokasi tersebut menyediakan bahan-bahan yang diperlukan selama
percobaan berlangsung.
c. Kondisi yang kondusif dalam melaksanakan percobaan.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun akademik
2018/2019.

3.3 Definsi Operasional Variabel


Definisi operasional digunakan untuk menghindari perbedaan pemahaman
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah yang
didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
20

a. Kajian koefisien kekentalan zat cair adalah suatu kegiatan yang mengukur
ketahanan fluida dengan tekanan maupun tegangan. Mencari koefisien
viskositas dapat dilakukan dengan beberapa percobaan yaitu percobaan bola
jatuh dan aliran fluida, tetapi pada penelitian ini percobaan yang digunakan
hanya aliran fluida.
b. Kajian intensitas cahaya adalah suatu kegiatan mengkaji besaran pokok fisika
tentang daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu
atau sudut tertentu, sumber cahaya yang digunakan adalah sinar laser. Pada
penelitian ini intensitas cahaya akan dikaji bersama viskositas untuk mencari
keterkaitan satu sama lain.

3.4 Alur Penelitian


Penelitian ini memiliki alur sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3.1
sebagai berikut:

PERSIAPAN

HIPOTESIS

MENGAMBIL DATA

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Berdasarkan Gambar 3.1 yang dilakukan dalam percobaan ini adalah: (1) yaitu
persiapan, menyiapkan segala kebutuhan alat dan bahan; (2) tahap hipotesis,
21

pada tahap tersebut peneliti akan membuat suatu hipotesis awal atau dugaan
awal hubungan viskositas terhadap intesitas cahaya. Hipotesis tersebut akan
dibuktikan pada tahap selanjutnya yaitu pengambilan data yang dilakukan
dengan beberapa percobaan; (3) melakukan percobaan dengan mengambil
beberapa data (5 data) dalam 2 percobaan yang berbeda. Percobaan pertama
adalah mendapatkan data tentang pengaruh kerapatan atau medium yang akan
mempengaruhi intensitas cahaya dengan percobaan indeks bias. Percobaan
tersebut dapat dilakukan dengan manual. Percobaan ini dilakukan dengan
mengganti variabel bebas yaitu kerapatan pada medium kedua, setelah itu
dilakukan pula pengambilan data berupa nilai intensitas cahaya yang
didapatkan dengan variabel bebas yang telah diubah-ubah. Percobaan
selanjutnya adalah percobaan kedua, mengambil data tentang viskositas. Pada
percobaan kedua ini yang digunakan adalah praktikum mencari kekentalan zat
cair (viskositas). Hanya saja pada proses praktikum yang biasanya
menggunakan minyak sebagai fluida yang dipakai akan diganti menggunakan
air. Air ini nantinya akan diubah-ubah konsentrasinya sesuai kebutuhan
percobaan; (4) saat semua data terkumpul maka akan dilakukan teknik analisis
data. Data yang sudah terkumpul akan disusun rapi dalam suatu tabel. Data
tersebut akan dianalisis dengan secara matematis dengan memasukkan data-
data yang telah terkumpul pada persamaan matematis yang sudah disiapkan
sebelumnya. Setelah analisis data secara matematis telah selesai maka akan
dilanjutkan dengan data-data yang terkumpul melalui perhitungan akan
dianalisis secara statistika sederhana yaitu dengan menggunakan grafik; dan (5)
saat semua data telah dianalisis dan telah dituangkan ke dalam tabel maupun
grafik akan diambil suatu kesimpulan dari penelitian tersebut.

3.4.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Gelas ukur 250 ml, untuk wadah fluida.

b. Gelas beaker 500 ml, untuk wadah fluida

c. Air , sebagai fluida yang akan digunakan.

d. Penggaris atau meteran, untuk mengukur panjang.


22

e. Stopwatch, untuk menghitung waktu yang akan turun ke bawah.

f. Kamera digital, untuk mendokumentasikan pelaksanaan penelitian.

g. Lux meter, untuk mengetahui nilai intensitas cahaya

h. 1 set alat percobaan viskositas aliran fluida, untuk menghitung koefisien


viskositas suatu fluida.

i. Komputer, untuk kompilasi dan analisis data.

3.4.2 Praktikum mencari Indeks Bias dan Intensitas Cahaya


Adapun langkah-langkahnya antara lain:
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Buat lingkaran pada kertas HVS kosong dan berikan tanda untuk masing-
masing sudut.
c. Isi gelas beaker dengan air.
d. Letakkan gelas beaker di atas lingkaran pada kertas.
e. Nyalakan laser dengan beberapa sudut yang berbeda di atas gelas beaker.
f. Perhatikan sinar laser yang jatuh di titik sudut pada kertas.
g. Catat hasil sudut datang dan sudut sinar biasnya.
h. Ulangi langkah a hingga g dengan menambahkan garam untuk mengubah
konsentrasi air.
3.4.3 Praktikum mencari Koefisien Viskositas pada Konstrasi Air yang
Konsentrasinya Berbeda.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Pertama siapkan alat dan bahan.
b. Ukurlah panjang pipa (L) dengan meteran/penggaris dengan mengulang
masing-masing 5 kali pengukuran.
c. Ukurlah diameter dalam pipa dengan jangka sorong.
d. Isi tabung tendon pensuplai dengan fluida kemudian alirkan fluida ke dalam
pipa pengalir.
e. Tutuplah ujung pipa pengaliran kemudian buka kran pada tabung tendon
pensuplai sampai didapatkan ketinggian yang konstan pada skala ketinggian.
23

Catat skala h tersebut.


f. Buka ujung pipa dan catat lama/waktu (t) yang diperlukan fluida untuk
mencapai volume 0-10 ml, 10-20 ml, 20-30 ml, dan 40-50 ml.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data meliputi teknik pengumpulan data, alat dan bahan
penelitian, dan langkah pengukuran. Metode penelitian yang dipakai adalah metode
eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab
pertanyaan “jika melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka
apakah yang akan terjadi?”. Guna mengetahui apakah adanya suatu perubahan
suatu keadaan yang di kontrol secara ketat maka diperlukan perlakuan (treatment)
pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian
eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono: 2010).

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui data primer dari
observasi langsung di laboratorium dan data sekunder yang diperoleh dari
perhitungan matematis. Lokasi penelitian berada di Laboratorium Pendidikan
Fisika Universitas Jember. Terdapat 3 percobaan yang akan dilakukan yaitu (1)
percobaan mencari nilai indeks bias dan intensitas cahaya dengan konsentrasi
larutan yang berbeda-beda; (2) mencari nilai kekentalan zat cair (viskositas) dengan
konsentrasi zat cair yang berbeda-beda, dan (3) mencari hubungan antara
kekentalan zat cair dengan intensitas cahaya. Ketika semua data telah terkumpul
dalam Tabel 3.1 maka akan dikelola dengan teknik statistik sederhana yaitu dengan
sebuah grafik. Berdasarkan percobaan yang dilakukan akan terbentuk suatu grafik
yang akan ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.1 yang diilustrasikan sebagai
berikut.
24

Gambar 3.2 Grafik hubungan viskositas terhadap intensitas cahaya

Tabel 3.1 Hasil Percobaan


No N I0 (candela) I (candela) η(Pa s)

Dengan n adalah indeks bias zat cair (air) yang akan diubah-ubah konsentrasinya
sebanyak 3 kali menggunakan garam. I0 adalah intensitas cahaya pertama
sedangkan I adalah intensitas cahaya kedua yang sudah melewati medium air.
Sedangkan η adalah koefisien kekentalan zat cair yang konsentrasi zatnya akan
berubah dengan menambahkan garam ke dalam air yang digunakan.

3.7 Teknik Analisis Data


Data yang telah terkumpul dalam Tabel 3.1 akan dianalisis dengan teknik
analisis secara matematis dengan memasukkan data yang sudah terkumpul lalu
dilakukan perhitungan dengan persamaan dari 2 percobaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Persamaan pertama yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 (3.1)
=
𝑛𝑛 (𝑛𝑛+ 𝑛𝑛)𝑛
Persamaan kedua yang akan digunakan adalah sebagai berikut.
𝑛 (n) = 2 x 10-12e (20,49±0,79)n (3.2)
25

Teknik analisis selanjutnya secara statistika sederhana, data yang sudah melewati
tahap perhitungan akan dimasukkan ke dalam grafik pada Gambar 3.2.
26

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung: ITB.

Arijanto, Yohana, E, dan Sinaga, F.T. H. 2015. Analisis Pengaruh Kekentalan


Fluida Air dan Minyak Kelapa pada Performansi Pompa Sentrifugal.
Jurnal Teknik Mesin. 3(2): 212-219.

Arisandi, M, Darmanto, dan Priangkoso, T. 2012. Analisa Pengaruh Bahan Dasar


Pelumas Terhadap Viskositas Pelumas dan Konsumsi Bahan Bakar.
Momentum. 8(1): 56-61.

Ariyanti, E. S, Mulyono, A. 2010. Otomatisasi Pengukuran Koefisien Viskositas


Zat Cair Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Neutrino. 2(2):
183-192.

Arsis, A. N, Dahlan, D, Harmadi, Suari, M. 2017. Rancang Bangun Alat Ukur


Kekentalan Oli SAE 10-30 Menggunakan Metode Falling Ball
Viscometer. Jurnal Ilmu Fisika. 9(2): 76-86.

Ciocirlan, O, dan Iulian, O. 2008. Density, Viscosity and Refractive Index of the
Dimethyl Sulfoxide + O-xylene System. Journal of the Serbian Chemical
Society. 74(3): 317-329.

Giancoli. 2001. Fisika Jilid I Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.

Halliday, D, Resnick, R., dan Walker, J. 2008. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Jumianto, S, Mujadin, A, dan Elfidasari, D.2013. Rancang Bangun Alat Ukur


Viskositas dalam Rangka Pengembangan Modul Praktikum Fisika Dasar.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 2(1):49-51.
Marliani, F, Wulandari, S, Fauziyah, M, Nugraha, M. G. 2015. Penerapan Analisis
Video Tracker dalam Pembelajaran Fisika SMA untuk Menentukan Nilai
27

Koefisien Viskositas Fluida. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan


Pembelajaran Sains 2015. 8-9 Juni 2015.SNIPS:333-336.

Maulida, R. H., dan Rani, E. 2010. Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu dan
Kontaminan Terhadap Viskositas Oli Menggunakan Rotary Viscometer.
Jurnal Neutrino. 3(1): 18-31.

Nita, I, Geaca, S., dan Iulian, O. 2014. Viscosity, Refractive Index, Deviation of
Viscosity and of Refractive Index Biodiesel Diesel Fuel (or Benzene)
Binary Mixtures. Revista de Chimie. 65(2): 453-457.

Nur, M. D. M. 2017. Pengaruh Strategi Pembelajaran Fisika Berbasis Website


Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa yang Memiliki Self- Regulated
Learning (SRL) yang Berbeda. Edcomtech. 2(1): 65-76.

Rahmawati, A. M. 2014. Investigasi Hubungan Indeks Bias dengan Viskositas


Larutan Sukrosa Menggunakan Metode Difraksi Fraounhofer Celah
Ganda dan Viskometer Ostwald. Skripsi. Jember: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutiah, Firdausi, K. S, dan Budi, W. S. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan
Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika. 11(2):53-58.

Suwarno, B. 1987. Metode Kuantitatif untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan


Pendidikan. Bandung: Depdikbud.

Warsito, Pauzi, G. A, dan Jannah, M. 2013. Analisis Pengaruh Massa Jenis terhadap
Kualitas Minyak Goreng Kelapa Sawit Menggunakan Alat Ukur Massa
Jenis dan Akuisisinya pada Komputer. Prosiding Semirata FMIPA
Universitas Lampung. FMIPA Universitas Lampung: 35-41.
28

LAMPIRAN
1. Percobaan pertama untuk menentukan harga indeks bias dan intensitas
cahaya. Gambar kerja pada percobaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1 Alat percobaan untuk mencari indeks bias dan


intensitas cahaya

2. Percobaan viskositas aliran fluida. Gambar kerja sebagai berikut:

Gambar 5 Alat praktikum viskositas aliran fluida

Anda mungkin juga menyukai