Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Motor Bakar


Motor bakar adalah Motor bakar adalah alat yang berfungsi untuk
mengkontroversikan energi termal dari pembakaran bahan bakar menjadi energi
mekanis, dimana proses pembakaran berlangsung didalam silinder mesin itu
sendiri sehinggagas pembakaran bahan bakar yang terjadi langsung digunakan
sebagaifluida kerja untuk melakukan kerja mekanis (Wardono, 2004). Pada
dasarnya mesin kalor (Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu:

a. External Combustion Engine


Yaitu mesin yang menghasilkan daya dengan menggunakan peralatan lain
untuk menghasilkan media yang dapat digunakan untuk menimbulkan daya
seperti turbin uap, dimana uap yang digunakan untuk menghasilkan daya berasal
dari proses lain yang terjadi di boiler, di boiler tersebut air dipanaskan sehingga
menghasilkan uap (superheated steam) dan kemudian uap ini dikirim ke turbin
uap untuk menghasilkan daya.

b. Internal Combustion Engine


Merupakan mesin yang mendapatkan daya dari proses pembakarannya yang
terjadi dalam mesin itu sendiri, hasil pembakaran bahan bakar dan udara
digunakan langsung untuk menimbulkan daya. Contohnya mesin yang
menggunakan piston seperti gasoline engine, diesel engine, dan mesin dengan
turbin penggerak (turbin gas).

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

2.1.1. Pengertian Motor Bakar


Motor bakar yang sampai sekarang digunakan adalah jenis motor bakar torak.
Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya terdapat
torak yang bergerak translasi bolak balik. Di dalam silinder itulah terjadi
pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Gas pembakaran yang
dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakkan torak yang dihubungkan
dengan poros engkol oleh batang penghubung (batang penggerak). Gerak translasi
torak tadi mengakibatkan gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya.
Berdasarkan langkah kerjanya, motor bakar torak dibedakan menjadi 2, yaitu
motor bakar 4 langkah dan motor bakar 2 langkah (F. Rizki Arif, 2015)..

1. Motor Bakar 4 Langkah


Pada motor bakar 4 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 4 kali langkah
torak atau 2 kali putaran poros engkol, yaitu:

a). Langkah Isap (Suction Stroke)


Torak bergerak dari posisi TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah),
dengan katup KI (katup isap) terbuka dan katup KB (katup buang) tertutup.
Karena gerakan torak tersebut maka campuran udara dengan bahan bakar pada
motor bensin atau udara saja pada motor diesel akan terhisap masuk ke dalam
ruang bakar.

b). Langkah Kompresi (Compression Stroke)


Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB
tertutup.Sehingga terjadi proses kompresi yang mengakibatkan tekanan dan
temperatur di silinder naik.

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

c). Langkah Ekspansi (Expansion Stroke)


Sebelum posisi torak mencapai TMA pada langkah kompresi, pada motor
bensin busi dinyalakan, atau pada motor diesel bahan bakar disemprotkan ke
dalam ruang bakar sehingga terjadi proses pembakaran. Akibatnya tekanan dan
temperatur di ruang bakar naik lebih tinggi. Sehingga torak mampu melakukan
langkah kerja atau langkah ekspansi. Langkah kerja dimulai dari posisi torak pada
TMA dan berakhir pada posisi TMB saat KB mulai terbuka pada langkah buang.
Langkah ekspansi pada proses ini sering disebut dengan power stroke atau
langkah kerja.

d). Langkah Buang


Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB terbuka.
Sehingga gas hasil pembakaran terbuang ke atmosfer. Skema masing masing
langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 4 langkah tersebut
ditunjukkan dalam gambar 2.1.

Sumber : Britannica (2013)


Gambar 2.1 : Skema Langkah Kerja Motor Bakar 4 Langkah.

2. Motor Bakar 2 Langkah


Pada motor bakar 2 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 2 kali langkah
torak atau 1 kali putaran poros engkol. Motor bakar 2 langkah juga tidak memiliki

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

katup isap (KI) dan katup buang (KB) dan digantikan oleh lubang isap dan lubang
buang. Secara teoritis, pada berat dan displacement yang sama, motor bakar 2
langkah menghasilkan daya 2 kali lipat dari daya motor bakar 4 langkah, tetapi
pada kenyataannya tidak demikian karena efisiensinya lebih rendah akibat
pembuangan gas buang yang tidak komplit dan pembuangan sebagian bahan
bakar bersama gas buang akibat penggunaan sistem lubang. Tetapi melihat
konstruksinya yang lebih simpel dan murah serta memiliki rasio daya-berat dan
daya-volume yang tinggi maka motor bakar 2 langkah cocok untuk sepeda motor
dan alat-alat pemotong.

Sumber : Beamerguide (2010)


Gambar 2.2 : Skema Langkah Kerja Motor Bakar 2 Langkah.

a) Langkah Torak dari TMA ke TMB


Sebelum torak mencapai TMA, busi dinyalakan pada motor bensin (bahan
bakar disemprotkan pada motor diesel) sehingga terjadi proses pembakaran.
Karena proses ini, torak terdorong dari TMA menuju TMB. Langkah ini
merupakan langkah kerja dari motor bakar 2 langkah. Saat menuju TMB, piston
terlebih dahulu membuka lubang buang, sehingga gas sisa pembakaran terbuang.
Setelah itu dengan gerakan piston yang menuju TMB, lubang isap terbuka dan

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

campuran udara bahan bakar pada motor bensin atau udara pada motor diesel akan
masuk ke dalam silinder.

b) Langkah Torak dari TMB ke TMA


Setelah torak mencapai TMB maka torak kembali menuju TMA. Dengan
gerakan ini, sebagian gas sisa yang belum terbuang akan didorong keluar
sepenuhnya yang disebut scarenging. Selain itu, gerakan piston yang turun
menuju TMA menyebabkan terjadinya kompresi yang kemudian akan dilanjutkan
dengan pembakaran setelah lubang isap tertutup oleh torak.

2.2 Siklus Termodinamika Motor Bakar


Siklus aktual dari proses kerja motor bakar sangat komplek untuk
digambarkan, karena itu pada umumnya siklus motor bakar didekati dalam bentuk
siklus udara standar (air standar cycle). Dalam air standar cycle fluida kerja
menggunakan udara, dan pembakaran bahan bakar diganti dengan pemberian
panas dari luar. Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan fluida kerja pada
kondisi awal. Semua proses pembentuk siklus udara standar dalam motor bakar
adalah proses ideal, yaitu proses reversibel internal (Arismunandar, 1998)..

2.2.1 Siklus Otto


Siklus standar udara pada motor bensin disebut Siklus Otto, berasal dari nama
penemunya, yaitu Nicholas Otto seorang Jerman pada tahun 1876. Diagram P – V
dari Siklus Otto untuk motor bensin dapat dilihat pada gambar 2.3 (Arismunandar,
1998)

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

0 0

Sumber : Cengel, (1994 : 457)


Gambar 2.3 : Diagram Siklus Otto Ideal

Langkah kerja dari Siklus Otto terdiri dari :


1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)
2. Langkah penambahan panas pada volume konstan (2-3)
3. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)
4. Langkah pembuangan panas secara isokhorik (4-1)

Dalam siklus udara standar langkah buang (1-0), dan langkah isap (0-1) tidak
diperlukan karena fluida kerja udara tetap berada didalam silinder. Apabila
tekanan gas dan volume silinder secara bersamaan pada setiap posisi torak dapat
diuraikan maka dapat digambarkan siklus aktual motor bensin yang bentuknya
seperti ditunjukkan pada gambar.

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Sumber : Cengel, (1994 : 457)


Gambar 2.4 Siklus Aktual Otto

Langkah siklus motor bensin aktual terdiri dari


1. Langkah Kompresi
2. Langkah pembakaran bahan bakar dan langkah ekspansi
3. Langkah pembuangan
4. Langkah isap

2.2.2 Siklus Diesel


Pada tahun 1890 di Jerman Rudolph Diesel merencanakan sebuah motor
dengan menkompresikan udara sampai mencapai temperatur nyala dari bahan
bakar, kemudian bahan bakar diinjeksikan dengan laju penyemprotan sedemikian
rupa sehingga dihasilkan proses pembakaran pada tekanan konstan. Penyalaan
terhadap bahan bakar diakibatkan oleh satu kompresi dan bukan oleh penyalaan
busi seperti halnya motor cetus api (S.I Engine) (Arismunandar, 1998).

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Sumber : Cengel, (1994 : 464)


Gambar 2.5 : Diagram P-V dan T-S siklus diesel

Langkah siklus ini terdiri dari :


1. Langkah isap (0-1) secara isobarik
2. Langkah kompresi (1-2) secara isentropik
3. Langkah pemasukan kalor (2-3) secara isobarik
4. Langkah kerja (3-4) secara isentropik
5. Langkah pelepasan kalor secara isokhorik (4-1)
6. Langkah buang (1-0) secara isobarik

2.2.3 Siklus Trinkler


Siklus trinkler merupakan gabungan antara siklus otto dengan siklus diesel.
Pada siklus ini pemasukan kalor sebagian pada volume konstan seperti dalam
siklus otto, dan sebagian lagi pada tekanan konstan dalam siklus diesel.
Kombinasi demikian merupakan gambaran yang lebih baik pada motor-motor
pembakaran dalam modern (Arismunandar, Wiranto, 1998)

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Sumber : Cengel, (1994 : 466)


Gambar 2.6 : Diagram P-V dan T-S Siklus Trinkler

Langkah kerja siklus dual motor diesel teoritis terdiri dari :


1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)
2. Langkah pemberian panas pada volume konstan (2-X)
3. Langkah pemberian panas pada tekanan konstan (X-3)
4. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)
5. Langkah pembuangan panas (4-1)

2.3 Pengertian Karakteristik Kinerja Motor Bakar


Karakteristik kinerja motor bakar adalah karakteristik atau bentuk – bentuk
hubungan antara indikator kerja sebagai variabel terikat dengan indikator
operasionalnya sebagai variabel bebas. Dengan adanya bentuk hubungan antara
kedua indikator tersebut maka dapat diketahui kondisi optimum suatu motor bakar
harus dioperasikan, atau apakah kondisi suatu motor bakar masih baik dan layak
untuk dioperasikan.

2.3.1 Indikator Kerja dan Indikator Operasional Motor Bakar


Beberapa indikator kinerja motor bakar yang biasa digunakan untuk
mengetahui kinerja suatu motor bakar diantaranya adalah:

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

1. Torsi
Torsi merupakan kecenderungan suatu gaya untuk memutar suatu benda
terhadap suatu sumbu, titik tumpu, atau pivot.
Nilai torsi dapat diperoleh melalui persamaan berikut (Petrovsky. N, 99) :

𝑇=𝐹𝑥𝑙 [2.1]

Persamaan 2.1 memiliki arti dimana


T = Torsi [kgm]
F = Gaya [kg], dan
l = Panjang Lengan [m]

2. Daya Indikatif (Ni)


Daya yang dihasilkan dari reaksi pembakaran bahan bakar dengan udara yang
terjadi di ruang bakar (Ibid, 58).

Pi . Vd . D . n . L
Ni = [2.2]
0,45 . z

Persamaan 2.2 memiliki arti dimana


Pi : Tekanan indikasi rata-rata (kg/cm²)
π . D2 . L
Vd : Volume langkah = (m3 )
4

D : Diameter silinder (m)


L : Panjang langkah torak (m)
n : Putaran mesin (rpm)
z : Jumlah putaran poros engkol untuk setiap siklus untuk 4 langkah z = 2,
dan untuk 2 langkah z = 1

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

3. Daya Efektif (Ne)


Daya efektif motor bakar adalah proporsional dengan perkalian torsi yang
terjadi pada poros output (T) dengan putaran kerjanya (n). Karena putaran kerja
poros sering berubah terutama pada mesin kendaraan bermotor, besar torsi pada
poros (T) yang dapat dijadikan sebagai indikator kinerja motor bakar. Daya ini
dihasilkan oleh poros engkol yang merupakan perubahan kalor di ruang bakar
menjadi kerja. Daya efektif dirumuskan sebagai berikut (Petrovsky. N, 62) :

Tx n
Ne = [2.3]
716,2

Persamaan 2.3 memiliki arti dimana


Ne : Daya efektif (PS)
T : Torsi (kg.m)
n : Putaran poros engkol (crank shaf) (rpm)

4. Daya Efektif dalam kondisi standar JIS (Neo)


Daya efektif dalam kondisi standar JIS digunakan untuk membandingkan dan
mengkoreksi nilai dari daya efektif yang diperoleh dalam percobaan dengan daya
efektif standar yang ditentukan/daya efektif ideal yang ada pada lingkungan
tersebut. Daya efektif dalam kondisi standar JIS dirumuskan berikut :

𝑁𝑒𝑜 = 𝑘 . 𝑁𝑒

749 273+ 𝜃
𝑘= √ [2.4]
𝑃𝑎 − 𝑃𝑤 293

𝑃𝑤 = 𝜑 . 𝑃𝑠

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Persamaan 2.4 memiliki arti dimana


Neo :Daya efektif dalam kondisi standar JIS [PS],
k : Faktor Koreksi,
Ne : Daya Indikatif [PS],
Pa : Tekanan atmosfir pengukuran [mmHg],
Pw : Tekanan uap parsial [mmHg],
𝜃 : Rata-rata temperatur ruangan saat pengujian [oC],
𝜑 : Kelembaman udara [%], dan
Ps : Tekanan udara standar pada temperatur 𝜃[mmHg]]

5. Kehilangan Daya / Daya Mekanik (Nm)


Kehilangan daya (Nm) pada suatu motor bakar terjadi akibat adanya gesekan
pada torak dengan bantalan (bearing). Dan dapat dinyatakan sebagai daya
indikatif dikurangi dengan daya efektif.

𝑁𝑚 = Ni – Ne [2.5]

Persamaan 2.5 memiliki arti dimana


Ni : Daya Indikatif
Ne : Daya efektif
Nm : Daya mekanis

6. Tekanan Efektif Rata Rata (MEP)


Tekanan rata-rata di dalam silinder selama 1 siklus kerja dan menghasilkan
daya efektif Ne. Data MEP digunakan untuk mengetahui apakah proses kompresi
yang terjadi masih cukup baik, atau untuk mengetahui adanya kebocoran dari
dalam silinder (Ibid, 61)

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

0,45 . 𝑁𝑒𝑜 . 𝑧
𝑀𝐸𝑃 = 𝑃𝑒 = [2.6]
𝑉𝑑 . 𝑛 . 𝑖

7. Efisiensi Motor Bakar


Efisiensi motor bakar merupakan perbandingan antara energy yang dihasilkan
dengan energi masuk. Konsep perbandingan antara energy yang dihasilkan
dengan energi masuk tidak akan mencapai 100%. Efisiensi motor bakar
diklarifikasikan menjadi beberapa jenis diantaranya sebagai berikut (Petrovsky. N,
16).

 Efisiensi Termal Indikatif


Efisiensi termal indikatif adalah efisiensi termal dari siklus actual dengan
diagram indicator (Ibid, 62).

Ni
ηi = 632 . 100% [2.7]
Qb

 Efisiensi Termal Efektif


Efisiensi termal efektif adalah perbandingan daya efektif dengan kalor yang
masuk (Petrovsky. N, 62).

Ne
ηe = 632 . 100% [2.8]
Qb

 Efisiensi Mekanis
Efisiensi termal mekanis adalah perbandingan daya efektif dengan daya
indicator (Ibid, 60).

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Ne
ηm = 100% [2.9]
Qi

 Efisiensi Volumetrik
Efisiensi volumetric adalah perbandingan jumlah pemasukan udara segar
yang sebenarnya dikompresikan didalam silinder mesin yang sedang
bekerja dan jumlah volume langkah pada tekanan dan temperature udara
luar (Ibid, 31).

Gs . z . 60
ηv = 100% [2.10]
γ . n . Vd . i

8. Indikator Kerja Lain


Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi bahan bakar spesifik
(SFC), kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas. Indikator
operasional motor bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar
tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator operasional sebagai variabel bebas
dalam pengujian karakteristik kinerja suatu motor bakar adalah :
1) Putaran kerja mesin (rpm)
2) Beban mesin / Daya efektifnya (Ne) pada putaran kerja konstan

Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas


digunakan untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada
putaran yang berubah ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya
efektif sebagai variabel bebas pada putaran konstan digunakan pada motor bakar
stasioner yang biasanya beroperasi pada putaran konstan, terutama pada mesin
penggerak generator listrik.

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

2.3.2 Jenis Karakteristik Kinerja Motor Bakar


Bentuk hubungan antar masing masing variabel indikator kinerja terhadap
variabel, indikator operasional suatu motor bakar didapatkan dengan cara
pengujian laboratorium dari mesin yang bersangkutan. Data yang digunakan
untuk menggambarkan bentuk hubungan antara variabel tersebut dapat berasal
dari pengukuran langsung selama pengujian, atau harus dihitung dari data yang
diukur. Data seperti putaran mesin dan temperatur dapat diukur langsung, tetapi
daya, torsi, dan efisiensi dihitung berdasarkan pengukuran terhadap parameter
pembentuknya.

Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis


karakteristik kinerja yang sering diperlukan adalah :
1) Putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik
(Nf)
2) Putaran terhadap torsi (T)
3) Putaran terhadap Mean Efektif Pressure (MEP)
4) Putaran terhadap spesific fuel consumption (SFC)
5) Putaran terhadap efisiensi (i , e , m , v)
6) Putaran terhadap komposisi CO2, CO , O2 , dan N2 dalam gas buang
7) Putaran terhadap keseimbangan panas
8) Putaran terhadap fuel consumption

Rentang besar putaran dalam pengujian tersebut mulai dari putaran minimum
sampai melewati kondisi besar daya maksimum mesin.

2.4 Karakteristik Kinerja Motor Otto


1. Bahan bakar yang digunakan adalah bensin (premium, pertamax, shell super,
dll)
2. Membutuhkan komponen pengapian untuk proses pembakaran

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

3. Rasio Kompresi relatif kecil, umumnya antara 8:1 hingga 12:1 (bisa lebih bisa
kurang)
4. Tenaga (power) dan torsi (torque) baru bisa dicapai pada rpm yang lebih
tinggi dari mesin diesel
5. Tenaga maksimum (max. power) lebih tinggi dari mesin diesel, namun torsi
puncak (peak torque) lebih rendah dari mesin diesel
6. Mampu dioperasikan pada rpm tinggi
7. Akselerasi terasa lebih baik daripada mesin diesel
8. Getaran dan suara yang dihasilkan mesin bensin lebih halus dari mesin diesel
9. Polusi yang dihasilkan terlihat lebih bersih dari mesin diesel, meskipun sama-
sama beracun
10. Material mesin bensin tidak sekokoh dan seberat mesin bensin

2.4.1 Hubungan Torsi, Daya Poros dan Specific Fuel Consumption


terhadap Putaran
a. Hubungan Torsi dengan Putaran
Pada grafik ditunjukkan bahwa semakin tinggi putaran (rpm) maka torsi
semakin meningkat sampai mencapai titik maksimum pada putaran tertentu. Hal
ini disebabkan karena dibutuhkannya momen putar tinggi pada awal putaran poros
kemudian terjadi sifat kelembaman sehingga menurun pada putaran tertentu.

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Sumber : Arismunandar, (1975 : 61)


Gambar 2.7. Grafik Hubungan Daya Poros dengan Putaran

b. Hubungan antara Spesific Fuel Consumption terhadap Putaran


Dari grafik 2.7 terlihat bahwa pemakaian bahan bakar yang dimaksud adalah
jumlah putaran/ jumlah sirkulasi bahan bakar yang diperlukan untuk daya yang
dihasilkan dan grafik antara fuel consumption dengan putaran cenderung
mengalami penurunan. Namun setelah mencapai titik optimum kembali
mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan konsumsi bahan bakar yang cenderung
tinggi karena diperlukan daya yang besar untuk penggerak awal mesin. Pada
putaran setelah titik optimum, grafik mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan
pembakaran kurang sempurna sehingga daya mengalami penurunan, inilah yang
menyebabkan SCF meningkat. Selain itu dengan naiknya putaran maka daya yang
dibutuhkan semakin besar.

c. Hubungan Daya Poros terhadap Putaran


Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi nilai putaran maka daya poros
mengalami peningkatan sampai mencapai titik maksimum (titik dimana putaran
poros lebih rendah daripada putaran dimana daya indikatornya maksimum),
kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat dari daya
indikasi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar semakin besar akibat
putaran yang terus bertambah. Kemudian mengalami penurunan pada putaran
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya gesekan antara piston dengan
silinder dalam ruang bakar, pada bantalan, roda gigi, daya untuk menggerakkan
pompa bahan bakar, generator, pompa air, katup,dsb. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar putaran menyebabkan gesekan yang terjadi juga besar, sehingga
beban daya yang harus ditanggumg daya indikasi semakin besar dan berpengaruh
pada daya efektif.

2.4.2 Hubungan Daya Indikatif, Daya Mekanis, dan MEP terhadap Putaran

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR

Sumber : Maleev,(1985).
Gambar 2.8 : Grafik Hubungan putaran dengan daya, dan MEP.
a. Hubungan Daya Indikatif dengan Putaran
Pada grafik hubungan daya indikasi dengan putaran terlihat bahwa kurva
yang awalnya naik setelah mencapi titik tertentu kurva tersebut akan cenderung
menurun. Dikarenakan semakin cepat putaran maka daya yang hilang akibat
gesekan juga semain besar sehingga menyebabkan penurunan daya indikasi.

b. Hubungan Daya Mekanis dan Putaran


Pada grafik terlihat semain tinggi putaran maka daya mekanis cenderung
meningkat. Tingkat kenaikan daya mekanis dibawah daya indikasi dan daya
efektif.

c. Hubungan Mean Efective Pressure(MEP)terhadap Putaran


Pada grafik hubungan putaran dengan MEP terlihat bahwa grafik mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan putaran. Tetapi setelah mencapai titik
ultimate, harga tekanan efetif rata-rata mengalami penurunan.

LABORATORIUM MESIN KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Anda mungkin juga menyukai