Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BKTK & TEKNIK KOROSI

PROTEKSI KATODIK PADA PIPA

Disusun Oleh:

1. Wahyu Nur R (2018710450269)

2. Aulia Rahma S (2018710450268)

3. Daril Ihfani (2018710450318)

4. Daniel Petra Waas (2018710450278)

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS JAYABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat

menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas BKTK

& Teknik Korosi mengenai Proteksi Katodik pada Pipa. Selain itu tujuan dari penyusunan

Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang masalah korosi pada dunia industry.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Lubena, MT selaku Dosen

BKTK & Teknik Korosi yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah

ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah

selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan

semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3

2.1 Teori Dasar ....................................................................................................... 3

2.2 Hasil Lapangan ............................................................................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 29

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 29

3.2 Saran ............................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pertambangan minyak meliputi eksplorasi, studi geologi, seismic dan

reservoir. Proses selanjutnya meliputi: penyimpanan, pengolahan, penyulingan dan

pendistribusian. Sistem distribusi menggunakan rangkaian pipa yang mengangkut

minyak mulai dari ladang pengeboran menuju kilang pemrosesan. Sebagai bahan yang

masih mentah, liquid yang diangkut membawa material kimia campuran dalam bentuk

fase cair, padatan dan gas.

Kondisi menjadi amat berbahaya jika liquid yang dibawa mengandung kontaminan

agresif, seperti CO2, H2S, mercury,Cl, HF, naphtanic, asetic atau padatan (pasir). Dalam

jumlah tertentu pipa baja karbon tidak dapat diharapkan lagi akibat proses korosi yang

fatal. Masalah korosi di kilang pengolahan minyak sangat bervariasi tergantung pada

jenis minyak mentah yang diproses, jenis proses yang digunakan, jenis katalis yang

dipakai dan jenis produk yang diinginkan. Korosi dapat terbentuk di sekitar sambungan

dua logam yang berbeda. Logam dapat mengalami serangan yang sangat terlokalisir oleh

sumuran (pitting). Kekuatan logam dapat menurun dengan adanya korosi. Korosi dapat

juga terjadi pada celah, di bawah gasket atau di dalam soket. Penyebab yang dominan

serangan korosi diatas adalah akibat adanya gas CO2 dan gas H2S. Korosi yang

disebabkan oleh gas CO2 dan H2S masing-masing disebut sweet corrosion dan sour

corrosion.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai proteksi katodik pada pipa yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk minyak dalam suatu

industry.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah dapat

dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja jenis jenis pipa?

2. Apa yang dimaksud dengan korosi?

3. Apa saja jenis jenis korosi

4. Bagaimana cara menghindari korosi pada pipa?

5. Bagaimana prinsip kerja proteksi katodik dengan anoda korban?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan, diantaranya:

1. Mengetahui jenis-jenis pipa.

2. Mengetahui pengertian dari korosi.

3. Mengetahui jenis-jenis korosi

4. Mengetahui metode untuk menghindari korosi.

5. Mengetahui prinsip kerja dari proteksi katodik.

1.4 Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfat untuk meningkatkan

pengetahuan dari Penulis dan Pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Dasar

A. Pengertian Pipa

Pipa adalah media tempat mengalirnya fluida proses dari suatu unit yang satu

ke unit lainnya. Secara umum karakteristiknya ditentukan berdasarkan material

(bahan) penyusunnya. Ukuran diameter pipa didasarkan pada diameter ”Nominal”

antara diameter luar (OD) atau diameter dalam (ID). Tubing adalah pipa dengan

ukuran diameter yang lebih kecil dari pipa, kegunaannya (secara umum) adalah

untuk penghubung antara alat ukur dengan pipa proses an dari instrumen ke sistem

kontrol. Ukuran standar untuk tubing selalu diameter luar (OD). Pada umumnya

pipa yang digunakan untuk penyaluran minyak dan gas bumi adalah pipa yang

dibuat dari bahan baja (carbon steel), dimana baja adalah merupakan paduan antara

besi sebagai bahan dasar dengan unsur kimia yang meliputi Mangan, Plumbun dan

Tembaga dan mengikuti standar API, ANSI dan ASTM. (Amin, 2013:24).

B. Jenis-jenis Pipa Baja Karbon

1. Seamless Pipe

Seamless Pipe dalam arti bahasa artinya pipa tanpa sambungan. Dalam

praktek pembuatannya, seamless pipe memang merupakan pipa yang dibentuk

tanpa membuat sambungan sama sekali, sehingga tidak ada bagian dari pipa

yang pernah terganggu atau berubah materialnya akibat panas pengelasan. Pipa

3
ini dibuat dari baja silinder pejal, yang dilubangi dalam kondisi hamper

meleleh, biasa disebut billet.(Karniadji,2014:31).

(Seamless Pipe)

2. Straight Welded Pipe

Bahan baku pembuatan pipa ini adalah pelat baja dengan bentuk profil

strip. Pelat baja tersebut dibentuk menjadi pipa dengan melengkungkan pipa

tersebut kearah sumbu pendeknya dengan roll pembentuk (shaper roll) sehingga

membentuk sebuah pipa. Celah pertemuan kedua sisi pelat strip tersebut

kemudian di las memanjang sehingga membentuk sebuah pipa tanpa celah.

(Karniadji,2014:31)

(Straight Welded Pipe)

C. Pengertian Korosi

Korosi adalah peristiwa terjadinya kerusakan suatu material dengan

lingkungan untuk logam karena adanya hubungan interaksi antara anoda, katoda,

4
elektrolit, dan konduktor. Korosi terjadi karena adanya kecenderungan suatu

material untuk kembali kebentuk semula dimana dalam proses terbentuknya korosi

tersebut, suatu material yang telah ditempa dan diubah bentuknya melepaskan

energy yang didapat agar dapat kembali seperti semula dalam keadaan stabil atau

seimbang.

Korosi pada logam akan terjadi bila adanya hubungan interaksi antara anoda,

katoda, elektrolit, dan konduktor sehingga terjadi perbedaan potensial antara anoda

dan katoda. Pada mekanisme proses korosi, arus listrik mengalir dari elektroda

dengan potensial tinggi (katoda) menuju elektroda dengan potensial rendah (anoda).

Sedangkan elektron mengalir dari elektroda potensial rendah (anoda) menuju

elektroda dengan potensial tinggi (katoda). Karena anoda memberikan elektron ke

katoda, maka anoda kekurangan muatan negatif.(Rachman,2011:19)

Peristiwa korosi lainnya yaitu pada peristiwa perkaratan (korosi) logam Fe

mengalami oksidasi dan oksigen (udara) mengalami reduksi. Pada korosi besi,

bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anoda, dimana besi mengalami oksidasi.

Adapun reaksi yang terjadi adalah :

1. Reaksi di Anode (oksidasi)

Fe(s) Fe2(aq) + 2e-

2. Reaksi di Katode (reduksi)

Reduksi O2 menjadi ion OH– (kondisi netral atau basa)

O2(aq) + H2O(I) + 2e- 2OH-(aq)

Reduksi O2 menjadi H2O (kondisi asam)

O2(aq) + 4H+(aq) + 4e- 2H2O-(I)

Ion besi (II) yg terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion

besi (III) yang kemudian membentuk karat dengan rumus kimia Fe2O3 . nH2O.

5
Karat disebut sebagai auto katalis karena karat yang terjadi pada logam akan

mempercepat proses pengaratan berikutnya. (Afriani,2014:5).

D. Jenis-jenis Korosi Secara Umum

1. Uniform Corrosion

Jenis korosi yang dikarakterisasikan oleh reaksi kimia atau elektrokimia

dengan penampakan produk korosi dan peronggaan skala besar dan merata.

(Uniform Corrosion)

2. Galvanik Corrosion

Jenis korosi yang terjadi antara dua buah logam dengan nilai potensial

berbeda saat dua buah logam bersatu dalam suatu elektrolit yang korosif.

(Galvanik Corrosion)
3. Crevice Corrosion

Jenis korosi lokal yang terjadi antara dua buah material baik logam-logam

atau logam-logam yang mempunyai celah antara keduanya yang mengakibatkan

terjadinya perbedaan konsentrasi oksigen.

6
(Crevice Corrosion)
4. Pitting Corrosion

Korosi sumuran merupakan jenis korosi yang menyerang secara lokal

selektif yang menghasilkan bentuk-bentuk permukaan lubang-lubang di logam.

(Pitting Corrosion)
5. Erosion Corrosion

Korosi erosi merupakan jenis korosi yang menggunakan proses mekanik

melalui pergerakan relatif antara aliran gas atau cairan korosif dengan logam.

(Korosi Erosi)

7
6. Stress Corrosion Cracking

Korosi retak tegang merupakan jenis korosi yang disebabkan kehadiran

secara simultan tegangan tarik dan media korosif yang menyebabkan terjadi

penampakan retak di dalam logam. Korosi retak tegang terjadi pada paduan

logam yang mengalami tegangan tarik statis di lingkungan tertentu, seperti baja

tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan

dilarutkan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Seperti yang terjadi

pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas.

(Stress Corrosion Cracking)


7. Intergranular Corrosion

Korosi batas bulir merupakan korosi yang menyerang secara lokal

menyerang batas butir-butir logam sehingga butir-butir logam akan hilang atau

kekuatan mekanik dari logam akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya

kotoran batas butir, adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan atau

penghilangan salah satu unsur pada daerah batas butir.

(Intergranular Corrosion)

8
E. Macam-macam Pemeliharaan Pada Pipa

Perawatan terhadap semua fasilitas yang mendukung kelancaran operasional

pada jalur transportasi migas adalah mutlak dan harus ditangani khusus secara

professional dalam menjaga kondisi pipa tersebut, agar tetap terjaga dengan baik

sehingga efisiensinya tetap tinggi. (Amin, 2013:52)

1. Pemeliharaan Pipa Pada Bagian Dalam


Pada pemeliharaan bagian dalam pipa dengan menggunakan corrosion

inhibitor. Inhibitor adalah substansi yang dapat memperlambat reaksi kimia.

Jadi corrosion inhibitor adalah substansi yang ditambahkan ke dalam

lingkungan sehingga dapat memperlambat terjadinya korosi dari lingkungan /

fluida dari dalam pipa. Corrosion inhibitor biasanya ditambahkan dalam jumlah

yang sangat kecil sekali ke dalam asam, air pendingin, uap dan berbagai

lingkungan fluida lainnya, yang dilakukan secara kontinyu atau

berkala.(Amin,2013:55)

2. Pemeliharaan Pipa Pada Bagian Luar


Pemeliharaan bagian luar dinding pipa adalah suatu usaha untuk

mencegah agar pipa tidak terkontaminasi dari kemungkinan yang dapat

menyebabkan terjadiya korosi pada pipa yang akan menghambat

terdegradasinya ketebalan pipa sehingga tidak memenuhi standard keamanan

operasi. (Amin, 2013:53)

a) Chatodic Protection

Didefinisikan sebagai teknik menurunkan laju korosi pada permukaan

logam dengan melewatkan sejumlah arus katodik sehingga meniadakan laju

pelarut pada anoda.

b) Coating

9
Coating didefinisikan sebagai pelapisan logam maupun non-logam

dengan menggunakan suatu material agar logam tersebut terpisah dengan

lingkungan sehingga terhindar dari bahaya korosi. Coating ini berfungsi

untuk melindungi pipa dari serangan korosi yang disebabkan oleh lingkungan

luar pipa, dengan cara mengendalikan atau meminimalisir terjadinya interaksi

antara pipa dengan lingkungan yang apabila keduanya saling berhubungan

akan menyebabkan korosi.

F. Sistem Proteksi Katodik

Proteksi Katodik adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan korosi

pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan logam tersebut sebagai

katode dari sel elektrokimia.(Kurnia,2016:406)

Pada sistem proteksi katodik anoda korban, terjadi perpindahan elektron dan

arus listrik dikarenakan adanya perbedaan potensial. Reaksi ini dapat terjadi bila

logam yang diproteksi dihubungkan dengan logam yang lebih aktif, sehingga dalam

satu sistem tersebut terdapat 2 bagian yaitu bagian yang menjadi anoda, dan bagian

yang menjadi katoda. Urutan keaktifan logam dapat ditentukan berdasarkan deret

EMF, dimana deret EMF adalah nilai-nilai termodinamik, atau teoritis yang dapat

digunakan untuk memperkirakan jenis logam yang lebih aktif dan dapat digunakan

sebagai anoda korban.

(Potensial Elektroda Standar (Deret EMF))

DERET EMF

Reaksi Elektroda Eº (Volt)

Au+ + e- Au + 1,68

Pt2+ + 2e- Pt + 1,20

Hg2+ + 2e- Hg + 0,85

10
Ag+ + e- Ag + 0,80

Cu2+ + 2e- Cu + 0,34

2H+ + 2e- H2 0,00

Pb2+ + 2e- Pb - 0,13

Sn2+ + 2e- Sn - 0,14

Ni2+ + 2e- Ni - 0,25

Cd2+ + 2e- Cd - 0,40

Fe2+ + 2e- Fe - 0,44

Cr3+ + 3e- Cr - 0,71

Zn2+ + 2e- Zn - 0,76

Al3+ + 3e- Al - 1,67

Mg2+ + 2e- Mg - 2,34

Na+ + e- Na - 2,71

Ca+ + e- Ca - 2,87

K+ + e- K - 2,92

Proteksi katodik dengan anoda korban (SACP) terjadi saat sebuah logam

dihubungkan dengan logam yang lebih reaktif (anoda). Hubungan ini mengarah

pada sebuah rangkaian galvanik. Untuk memindahkan korosi secara efektif dari

struktur logam, material anoda harus mempunyai beda potensial cukup besar untuk

menghasilkan arus listrik.

11
(Proteksi Katodik dengan Metode Anoda Korban)
1. Prinsip Kerja Anoda Korban

Sistem anoda korban ini bekerja dengan cara menciptakan beda potensial

dengan menggunakan logam yang lebih aktif (memiliki potensial yang lebih

rendah), hal ini menyebabkan elektron dapat mengalir dari anoda menuju

katoda sehingga katoda dapat terlindungi dan sedangkan bagian anoda

terkorosi.

Dalam tanah anoda biasanya dipasang dengan ditambahkan backfill

metallurgical yang betujuan untuk meningkatkan efektifitas permukaan,

mengurangi tahanan dan menjadikan anoda terkonsumsi merata diseluruh

permukaan.

Ada 3 (tiga) jenis anoda yang umum digunakan untuk anoda korban yaitu :

a) Paduan Magnesium (Mg)

Anoda magnesium terutama digunakan untuk lingkungan tanah

karena daya dorongnya paling tinggi dan keluaran arusnya juga besar.

Anoda magnesium dapat digunakan sampai resisvitas tanah sekhar 6000

ohm-cm,diatas nilai tersebut kurang efisien dan mahal.

b) Paduan Seng (Zn)

Anoda seng ini sangat luas penggunaannya, baik untuk lingkungan

tanah dengan resistivitas rendah maupun lingkungan laut Anoda seng


12
digunakan untuk tanah dengan resistivitas tanah rendah, sampai maksimal

1500 ohm-cm karena tegangan dorongnya rendah.

c) Paduan Alumunium (Al)

Anoda alumunium ini telah banyak digunakan terutama untuk

penggunaan lepas pantai, karena lebih ekonomis dibandingkan anoda seng.

2. Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)

Untuk struktur (bangunan) yang lebih besar, anoda galvanik tidak dapat

secara ekonomis mengalirkan arus yang cukup untuk melakukan perlindungan

yang menyeluruh. Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)

menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang

dinamakan cathodic protection rectifier. Anoda untuk sistem ICCP dapat

berbentuk batangan turbular atau pita panjang dari berbagai material khusus.

Material ini dapat berupa high silikon cast iron (campuran besi dan silikon),

grafit, campuran logam oksida,platina dan niobium serta material lainnya.

Pipeline

Ionic Current Flow Into Anode


The Pipeline

Current Flow
in theCabling

(Impressed Current Cathodic Protection (ICCP))

G. Resistivitas Tanah

13
Resistivitas tanah adalah parameter penting untuk mengidentifikasi

karakteristik tanah dan kandungan di dalamnya. Struktur tanah terdiri berbagai

lapisan yang mengakibatkan nilai resistivitas tanah yang berbeda berdasarkan

jenisnya. Banyak faktor yang mengakibatkan perbedaan nilai resistivitas antara lain:

homogenitas tanah, kandungan mineral logam, kandungan aquifer (misalnya: air,

minyak, dan gas), porositas, permeabilitas, suhu, dan umur geologi tanah. Faktor-

faktor ini menunjukkan ketika dilakukan pengukuran maka yang terukur adalah nilai

resistivitas kombinasi dari berbagai jenis tanah. Hal ini mengakibatkan nilai yang

diukur disetiap titik memiliki nilai yang berbeda. (Irianto,2014:332)

(Klasifikasi Korosi Berdasarkan Resistivitas Tanah)

Resistivitas Tanah, Ohm-cm Klasifikasi Korosi

~ 700 Sangat Korosi

700 – 2000 Korosi

2000 – 5000 Korosi Sedang

5000 – 10000 Korosi Ringan

>10000 Tidak Korosi

H. Perhitungan Sistem Proteksi Katodik Dengan Metode Anoda Korban

Diambil dari beberapa sumber buku yaitu Cathodic Protection Design,

Galvanic Anode CP Design, dan Laporan PT Pertamina Oil & Gas Transportation.

1. Luas permukaan pipa yang diproteksi

Ap = π × (D x 0,0254) × L

Keterangan :

Ap = Luas permukaan pipa (m2)

14
π = 3.14

D = Dimeter pipa (m)

L = Panjang pipa (m)

2. Kebutuhan total arus proteksi

Lp = Ap x (Cd)

Keterangan:

Lp = Kebutuhan total arus proteksi (A)

Ap = Luas permukaan pipa (m2)

Cd = Keperluan arus proteksi (mA/m2)

3. Tahanan anoda yang dipasang Horizontal

ρ 4 ×𝐿𝑎
𝑅𝑎ℎ = ln[ - 1]
2 𝜋 𝐿𝑎 𝐷𝑎

Keterangan:

Rah = tahanan anoda yang dipasang horizontal (ohm)

ρ = resistivitas lingkungan (ohm.cm)

La = Panjang anoda (cm)

= Panjang anoda + backfill, cm

= 750 mm ~ 75 cm

Da = diameter anoda (cm)

= Diameter anoda + backfill, cm

= 220 mm ~ 22 cm

4. Tahanan anoda yang dipasang Vertikal

ρ 8 ×𝐿𝑎
𝑅𝑎𝑣 = ln[ - 1]
2 𝜋 𝐿𝑎 𝐷𝑎

15
Keterangan :

Rav = Tahanan anoda yang dipasang vertikal (A)

ρ = Resistivitas lingkungan (ohm.cm)

La = Panjang anoda (cm)

= Panjang anoda + backfill, cm

= 750 mm ~ 75 cm

Da = Diameter anoda + backfill, cm

= 220 mm ~ 22 cm

5. Arus keluar dari tiap anoda secara horizontal

∆𝐸
𝐼𝑎 =
𝑅𝑎ℎ

Keterangan:

Ia = Arus keluar dari tiap anoda (A)

ΔE = Driving voltage (Volt)

Rah = Tahanan tiap anoda horizontal (ohm)

6. Arus keluar dari tiap anoda secara vertikal

∆𝐸
𝐼𝑎 =
𝑅𝑎𝑣

Keterangan:

Ia = Arus keluar dari tiap anoda (A)

ΔE = Driving voltage (Volt)

Rav = Tahanan tiap anoda vertikal (ohm)

7. Umur anoda setiap batang

(𝑊 𝑥 𝑄 𝑥 𝑓𝑘)
𝑇=
(8760 𝑥 𝐼𝑎)

16
Keterangan:

T = Umur anoda (tahun)

W = Berat anoda Mg 32 lbs (kg)

Q = Kapasitas arus anoda (1230 A.Hr./Kg.)

fk = Faktor koreksi (0,85)

Ia = Arus keluar dari tiap anoda (mA)

8. Kebutuhan anoda

𝑙𝑝
𝑁=
𝑙𝑎

Keterangan:

N = Kebutuhan anoda (batang)

Ip = kebutuhan total arus proteksi (A)

Ia = Arus keluar dari tiap anoda (mA)

9. Total kebutuhan anoda

Tdesain
Ntotal = xN
T

Keterangan:

Ntotal = Total kebutuhan anoda (batang)

Tdesain = Disain proteksi katodik selama 20 tahun

T = Umur anoda setiap batang (tahun)

N = Kebutuhan anoda (batang)

10. Jangkauan proteksi setiap batang anoda

𝐼𝑎
𝑆𝑎 =
𝜋 𝑥 𝐷 𝑥 𝑅𝑎
17
Keterangan:

Ia = Arus keluar dari tiap anoda (mA)

π = 3,14

D = Diameter pipa (cm)

Ra = Tahanan tiap anoda (ohm)

2.2 Hasil Lapangan

Berikut ini merupakan data dari hasil pemeriksaan dilapangan terhadap system

proteksi katodik jalur looping pipa minyak 8 inch booster Cemara – Terminal Balongan

PT. Pertamina EP Asset 3 :

A. Spesifikasi Pipa yang digunakan

Data teknis / spesifikasi teknis pipa minyak yang akan digunakan adalah

sebagai berikut :

Data Spesifikasi Pipa

Material Pipa API 5L grade B

Jenis Material Baja Karbon

Jenis Pipa 8 Inch

Diameter luar pipa 8,625 Inch

Tebal pipa 0,254 Inch

Panjang pipa 28.000 meter

Rencana system proteksi katodik


Jenis Perlindungan
dengan metode anoda korban

Berdasarkan data dari table spesifikasi pipa diatas, pipa yang digunakan dalam

system proteksi katodik jalur looping pipa minyak dari booster Cemara – Terminal

18
Balongan PT. Pertamina EP Asset 3 adalah pipa baja karbon 8 Inch dengan pipa

material API 5L grade B, dengan diameter luar pipa 8,625 Inch, tebal pipa 0,254

inch dan panjang pipa 28.000 meter.

B. Korosi yang Terjadi Pada Pipa

Pada Inspeksi lapangan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi visual pipa

dari jalur pipa Cemara ke Terminal Balongan, ditemukan beberapa kondisi pipa

yang mengalami korosi, diantaranya sebagai berikut:

(Uniform Corrosion)

Dari hasil inspeksi dilapangan ditemukan kondisi pipa yang sudah mengalami

korosi seperti pada gambar diatas. Didapatkan pada pipa mengalami Uniform

Corrosion yang disebabkan oleh kondisi lingkungan dengan suhu yang cukup tinggi

sehingga mengakibatkan penipisan dari material pipa sehingga terjadi kerusakan

pada permukaan pipa. Penanganan yang dilakukan oleh Pertamina terhadap kondisi

pipa tersebut yaitu dengan melakukan coating pada pipa-pipa tersebut.

(Intergranular Corrosion)

19
Dari gambar diatas ditemukan pipa mengalami korosi Intergranullar

Corrosion yang disebabkan karena adanya pengotor (impurities) yang mengendap di

batas butir, dan karena adanya unsur yang berlebih pada sistem perpaduan.

(Galvanik Corrosion)

Dari gambar diatas ditemukan pipa mengalami korosi Galvanik Corrosion

yang disebabkan karena kedua material yang berbeda potensial, dan mengakibatkan

material yang lebih rendah potensialnya akan terkikis, dan karena adanya faktor dari

lingkungan yang mengakibatkan korosi. Penanganan yang dilakukan oleh Pertamina

terhadap kondisi pipa tersebut adalah penerapan coating dan pencegahan sistem

sambungan mur baut dengan bahan yang berbeda.

C. Data Optimalisasi Sistem Proteksi Katodik

1. Data Resistivitas Tanah

Dari hasil pemeriksaan kondisi tanah pada jalur Looping Pipa Minyak 8

Inch sepanjang 28.000 meter dari Cemara ke Terminal Balongan,menunjukkan

hasil pemeriksaan kondisi tanah rata-rata 257,48 ohm-cm.

Berdasarkan table klasifikasi korosi berdasarkan resistivitas tanah, maka

dapat dikatakan bahwa lokasi jaringan pipa dari Cemara ke Terminal Balongan

dengan rata-rata 257,48 ohm-cm dalam kondisi “Sangat Korosi”. Oleh karena

itu disarankan penanaman pipa pada kedalaman 1 – 1,5 meter serta dilengkapi

20
dengan penerapan sistem proteksi katodik dengan menggunakan anoda

magnesium, hal ini mengingat kondisi tanah yang bersifat sangat korosif.

2. Data Anoda Korban

Sistem Proteksi katodik yang diterapkan adalah system anoda korban

dengan menggunakan material anoda magnesium, sedangkan berat dan tipe

anoda disesuaikan dengan kondisi tanah yaitu tipe standard denga berat

anodaseharusnya 50 lbs, tetapi karena sukar dipasaran maka menggunakan

anoda korban magnesium dengan berat 32 lbs atau setara 14,5 kg. Penggunaan

anoda magnesium umumnya digunakan di tanah karena driving voltage-nya

lebih besar.

(Penggunaan Material Anoda Korban vs Kondisi Lingkungan)

Lingkungan Resivitas, ohm-cm Material anoda

< 100 Alumunium

Air < 500 Zinc

~ 1000 Magnesium

Zinc + backfill

~ 1500 Magnesium (1,5V) +

backfill

Tanah Magnesium (1,5) +


< 4000
backfill

Magnesium (1,7) +
> 4000
backfill

Berdasarkan kondisi resivitas tanah dengan rata-rata 257,48 ohm-cm dan

mengacu pada table 5.3, maka material anoda yang digunakan untuk system

21
proteksi katodik dengan metode anoda korban dari booster Cemara – Terminal

Balongan adalah anoda magnesium (1,5V) + backfill.

Berikut adalah spesifikasi anoda magnesium yang digunakan :

1) Komposisi Anoda Magnesium

Spesifikasi material anoda Mg 32 lbs yang digunakan adalah jenis

standar dengan komposisi kimia material anoda magnesium adalah sebagai

berikut :

(Komposisi Kimia Anoda Magnesium)

Element Chemical Composition

Alumunium (Al) 5.0 – 7.0 %

Magnese (Mn) 0.15 % min.

Zinc (Zn) 2.0 – 4.0 % maks.

Silicon (Si) 0.30 % mask.

Copper (Cu) 0.10 % maks.

Nickel (Ni) 0.003 % maks.

Besi (Fe) 0.003 % maks.

Kotoran 0.30 % maks.

Magnesium Remainder

2) Komposisi Backfill Anoda Magnesium

Spesifikasi komposisi backfill untuk anoda Mg 32 lbs jenis standar

sebagai media reaktif dalam meningkatkan reaktivitas material anoda

terhadap lingkungan tanah adalah sebagi berikut :

a) Gypsum = 75 %

b) Bentonite = 20 %

22
c) Sodium Sulfat =5%

3) Berat anoda tanpa backfill = 32 lbs

= 14,53 Kg

Tinggi anoda, H = 15 cm

Panjang anoda, L = 47 cm

Lebar anoda, W = 14 cm

4) Material anoda dengan backfill

Diamter anoda = 22 cm

Panjang anoda = 75 cm

5) Data kelistrikan yang perlu diketahui pada anoda Mg adalah sebagai

berikut :

a) Potensial anoda . . olt

b) Tahanan backfill ohm-cm

c) Kapasitas arus anoda = 1230 Amp.Hr/kg

D. Perhitungan Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban

Data perhitungan diambil dari hasil pemeriksaan kondisi tanah dan disain

sistem proteksi katodik jalur looping pipa minyak 8 inch 28.000 meter dari SPU

Cemara – Terminal Balongan adalah sebagai berikut :

(Data Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban)

Data Parameter Perhitungan


Diameter pipa
D 8,625 Inch 0,2191 meter
Panjang pipa L 28,000 meter

Resivitas tanah
ρ 257,48 ohm-cm
(kedalaman 1 meter)
Umur desain TDesain 20 tahun

23
Current density Cd 0,55 mA/m2

Diameter anoda Da 22 cm

Panjang anoda La 75 cm

Kapasitas arus anoda

Magnesium Q 1230 A.Hr/Kg

Driving voltage ΔE 0,50 Volt

Faktor koreksi Fk 0,85

Breakdown coating

untuk 20 tahun bc 2,0 %

Defect Coating dc 5,0 %

Berat anoda

Magnesium w 32 lbs 14,5 kg

Penempatan anoda setiap 500 meter

Perhitungan :

1. Luas permukaan pipa

Ap π × (D x , 4) × L

= 3,14 x ( 8,625 inch x 0,0254) x 28,000 meter

= 19263,272 m2

Dari perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa luas permukaan pipa

keseluruhan adalah sebesar 19263,272 m2.

2. Total kebutuhan arus proteksi

Lp = Ap x Cd

= 19263,272 m2 x 0,55 mA/m2

= 10,594,800 mA ~ 10,595 A

24
Untuk kondisi resistivitas 257,5 ohm-cm, maka kebutuhan arus proteksi untuk

desain proteksi selama 20 tahun dengan memperhitungkan breakdown coating

selama disain yaitu menggunakan rapat arus (Cd) sebesar 0,55 mA/m2. Dan

didapat hasil untuk total kebutuhan arus proteksi adalah 10,595 Ampere.

3. Tahanan anoda Mg 32 lbs yang dipasang Horizontal


Rh = x ln[ ]- 1]
7 ℎ ×7
= 7
ln[ ]- 1]

= 0,882 ohm

4. Arus anoda Mg 32 lbs setiap batang


Ia = ℎ

0
= 0 88 ℎ

=0,567 Amp

Karena arus keluar yang dihasilkan oleh anoda dengan posisi horizontal lebih

besar, maka posisi anoda yang dipilih adalah posisi horizontal, dengan tujuan

agar arus yang dikeluarkan oleh anoda untuk melindungi pipa lebih besar

sehingga pipa terproteksi. Dan didapatkan hasil tahanan anoda magnesium yang

dipasang horizontal adalah 0,882 ohm.

5. Anoda Mg 32 lbs yang dibutuhkan

a) Umur anoda Mg 32 lbs setiap batang

( )
T = (8760 )

0 08
= 8760 0 67

= 3,058 tahun ~ 3 tahun

Umur anoda untuk kondisi tanah 257,5 ohm-cm dengan system pemasangan

anoda horizontal berdasarkan keluaran arus anoda adalah 3,058 tahun.

25
b) Kebutuhan anoda Mg 32 lbs

N =

0
= 0 67

= 18,681 batang

Sesuai dengan kebutuhan arus proteksi dan keluaran arus anoda per batang,

maka kebutuhan jumlah anoda untuk umur desain 3,058 tahun adalah 18,68

batang.

c) Total kebutuhan anoda Mg 32 lbs

an
Ntotal = x N Mg 32 lbs

0
= 0 8
x 18,681 batang

= 122,190 batang ~122 batang Mg 32 lbs

Dari perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa jumlah anoda yang

digunakan untuk system proteksi katodik dari Cemara ke Terminal Balongan

adalah 122 batang.

6. Jangkauan proteksi setiap batang anoda Mg 32 lbs

Sa =

0 67
= 0 07 0 000

= 1498,816 meter

Jangkauan proteksi anoda per batang berdasarkan keluaran arus anoda adalah

sebesar 1498,816 meter.

7. Total umur proteksi anoda gabungan

Dengan keluaran arus anoda Mg rata-rata saat pemasangan pada pipa 8 inch dari

booster Cemara – Terminal Balongan dengan pemasangan anoda rata-rata per 2

26
buah dengan keluaran arus anoda rata-rata 131,627 mA, sehingga umur proteksi

anoda adalah :

( )
T = (8760 )

0 08
= 8760 0 6 7

= 26,349 tahun ~ 26 tahun

Jadi umur anoda untuk proteksi pipa 8 inch dari booster Cemara – Terminal

Balongan adalah 26,29 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa umur

proteksi anoda gabungan lebih lama dibandingkan umur proteksi anoda

perbatang. Karena pada anoda gabungan terdapat perbedaan potensial antara

anoda perbatang dengan anoda gabungan. Untuk perhitungan pada umur anoda

gabungan keluaran arus yang dipakai adalah keluaran arus rata-rata.

(Data Keseluruhan Perhitungan)

No Parameter Initial Unit Hasil

1 Luas Permukaan Pipa Ap m2 19263,272

2 Total Kebutuhan arus IpTotal Ampere 10,595

proteksi

3 Tahanan anoda yang Rah Ohm 0,882

dipasang horizontal

4 Keluaran arus anoda Ia Ampere 0,567

per batang

5 Umur anoda per T Tahun 3,058

batang

6 Kebutuhan anoda N Batang 18,681

7 Total kebutuhan anoda Ntotal Batang 122

27
8 Jangkauan proteksi Sa Meter 1498,816

setiap batang anoda

9 Total umur proteksi Ttotal Tahun 26,349

anoda gabungan

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan

bahwa :

1. Di dalam industri, secara garis besar ada dua jenis pipa yang digunakan, yakni pipa

baja seamless dan welded.

2. Korosi adalah peristiwa terjadinya kerusakan suatu material dengan lingkungan

untuk logam karena adanya hubungan interaksi antara anoda, katoda, elektrolit, dan

konduktor.

3. Bentuk dari setiap korosi mempunyai karakteristik dan juga mekanismenya yang

berbeda-beda. Jenis atau macam-macam korosi tersebut meliputi Uniform

Corrosion, galvanic corrosion, crevice corrosion, pitting corrosion, erosion

corrosion, stress corrosion cracking, intergranular corrosion.

4. Pada umumnya terdapat 2 metode untuk menghindari korosi yaitu pemeliharaan dari

dalam pipa dengan menggunakan corrosion inhibitor serta pemeliharaan dari luar

yang meliputi proteksi katodik dan coating.

5. Sistem anoda korban bekerja dengan cara menciptakan beda potensial dengan

menggunakan logam yang lebih aktif (memiliki potensial yang lebih rendah), hal ini

menyebabkan elektron dapat mengalir dari anoda menuju katoda sehingga katoda

dapat terlindungi dan sedangkan bagian anoda terkorosi.

29
3.2 Saran

Berdasarkan data yang diperoleh berikut beberapa saran meliputi :

1. Pemilihan Pemilihan sebuah material pipa didasarkan dari beberapa aspek meliputi :

karakter fluida yang mengalir, ukuran pipa, laju alir flyida, sertifikasi pipa,

akomodasi pengiriman pipa hingga penempatan pipa tsb jadi beberapa pertimbangan

agar pipa yg dipilih menjadi tepat dan effisien sehingga mengurangi resiko terjadinya

korosi.

2. Ketika terjadi sebuah korosi hal pertama yg perlu dilakukan ialah menganalisa

penyebab terjadinya korosi tsb agar ketika pipa yabg baru gunakan sebagai

penggantinya dapat dilakukan treatment pencegahan yg tepat dari bahaya korosi

30

Anda mungkin juga menyukai