Disusun oleh:
Muhammad Rijal Syabana (220331039)
Muhammad Rusyda Hafiyyan (220331040)
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan juga karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, tabi’at dan tabi’ihin,
serta kita selaku pengikutnya hingga akhir zaman. Maha besar Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah berbentuk karya tulis yang berjudul
“SIFAT–SIFAT KOROSI LOGAM BAJA KARBON RENDAH DAN BAJA KARBON
MURNI”, sebagai salah satu bentuk tugas mata kuliah kimia.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dan keterbatasan bahan materi yang
diperoleh. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai bahan masukan bagi penulis diwaktu yang akan datang.
Pada akhirnya, penulis berharap agar karya tulis ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi penulis sendiri umumnya bagi yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Baja merupakan logam paduan yang terdiri dari berbagai unsur, yaitu dengan besi sebagai
unsur utamanya, dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Karbon dalam baja berpengaruh
pada kekuatan, kekerasan, serta sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon dalam baja berkisar
antara 0.2% sampai 2.1%. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi kandungan karbon pada baja,
akan meningkatkan kekerasan, tetapi baja tersebut akan mudah rapuh atau getas. Baja adalah
material yang saat ini perkembangannya cukup pesat, baja digunakan pada banyak sektor industri,
seperti otomotif, konstruksi, ataupun perminyakan. Baja API 5L Grade B adalah baja yang paling
banyak dipakai untuk pipa perminyakan (Purbadi, 2008). Namun, disamping penggunaan baja
yang cukup masif di dunia industri, terdapat masalah yang cukup besar, yaitu baja dapat terkena
korosi.
1.2 Tujuan
1
2
1.4 Manfaat
ISI
Korosi (dari bahasa latin corrodere, “menggerogoti berkeping-keping”) dari logam yang
terjadi secara kimia spontan (oksidatif) di mana terjadi perusakan logam di bawah pengaruh
lingkungan (Bagotsky, 2006). Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan sebuah material
karena bereaksi dengan lingkungannya dan bukan murni mekanik. Dikatakan bukan murni
mekanik karena bisa dilihat dari logam-logam yang dibiarkan begitu saja di udara terbuka dapat
mengalami korosi. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi antara logam tersebut dengan
lingkungannya, dalam hal ini udara tebuka.
Proses terjadinya korosi adalah proses elektrokimia, yaitu terjadinya reaksi reduksi
oksidasi secara spontan. Contohnya adalah korosi pada besi yang akan membentuk oksida besi.
Contoh persamaan reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut,
2+
𝐹𝑒(𝑠) → 𝐹𝑒(𝑎𝑞) + 2𝑒 − 𝐸 0 = +0,44V
2+ −
Reaksi sel: 𝐹𝑒(𝑠) + 2𝐻2 𝑂(𝑙) → 𝐹𝑒(𝑎𝑞) + 4𝑂𝐻(𝑎𝑞) 𝐸 0 = +0,84V
3
4
Korosi dapat dibagi menjadi delapan kategori berdasarkan wujud/tampaknya suatu korosi
atau berdasarkan mekanisme serangan korosi.
Semua logam dapat terpengaruh oleh korosi seragam, meskipun itu passive
materials seperti stainless steel atau paduan nikel-kromium. Passive materials adalah salah
satu sifat pada logam, logam dengan sifat pasif akan kebal atau sama sekali tidak
terpengaruh oleh keadaan lingkungannya, logam yang dapat memiliki sifat ini biasa disebut
sebagai logam mulia, seperti emas, perak dan platina. Kombinasi antara lingkungan dan
logam yang disebut di atas akan menghasilkan sebuah sifat yang kebal bagi logam tersebut.
Pada beberapa jenis logam seperti baja, uniform corrosion akan menghasilkan semacam
permukaan yang kasar, permukaan kasar tersebut merupakan hasil korosi yang timbul
akibat hilangnya sebagian besar logam yang terdapat pada baja akibat bereaksi dengan
lingkungan.
5
Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari atau mengurani uniform corrosion
pada logam, antara lain:
Gambar 2.4 Variasi bentuk korosi pitting. (a) Tipis Gambar 2.5 Korosi pitting pada pipa baja karbon
dan dalam. (b) Elips. (c) Lebar dan dangkal. (d) akibat terekspos asam
subsurface atau di bawah permukaan. (e)
Undercutting. (f) Bentuk yang bergantung pada
orientasi struktur mikro logam, horizontal atau
vertikal
Gambar 2.6 Korosi celah pada tahap akhir Gambar 2.7 Korosi celah pada sambungan
metal-metal stainless steel 304 dalam air laut
7
masuknya atom hidrogen dan memenuhi batas butir material dalam jumlah yang besar.
Metode lain untuk menghindari korosi tegangan adalah dengan memberikan inhibitor atau
merelaksasi logam yang mengalami stres.
Gambar 2.10 Korosi erosi yang terjadi pada dinding tabung kondensor
Kebanyakan logam dan paduan dapat berpotensi terkena korosi erosi, saat ini
banyak pengembangan yang bertujuan untuk melindungi logam dengan lapisan pelindung
yang bersifat passive atau tahan karat, seperti aluminium, timbal, dan stainless steel.
Material yang cukup rentan terkena korosi ini adalah tembaga. Metode untuk menghindari
atau meminimalisasi serangan korosi erosi adalah dengan menggunakan material dengan
kemampuan tahan erosi yang baik, cara ini biasanya merupakan solusi yang ekonomis
untuk menangani korosi erosi, metode lain yang bisa digunakan adalah melapisi logam
dengan coating, dan proteksi katodik.
10
Semua logam dan paduan logam berpotensi mengalami korosi ini, termasuk
beberapa paduan yang tahan terhadap SCC, seperti ferrit stainless steel. Penggabungan
antara metode temporer dan permanen untuk menghindari korosi lelah antara lain adalah
dengan mengurangi beban siklus atau stres siklik, memilih material atau melakukan heat
treatment agar ketahanan terhadap korosi lelah lebih tinggi, mengurangi atau
menghilangkan korosi, atau gabungan dari beberapa prosedur tersebut.
Organisme yang biasanya dapat menimbulkan korosi adalah bakteri dan jamur, ada
bakteri yang dapat menghasilkan asam dan pH yang rendah, seperti Thiobacillus
thiooxidans, ada juga bakteri yang dapat mengoksidasi besi menjadi 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3+ dan
mengoksidasi mangan yaitu bakteri Gallionella.
Baja karbon merupakan baja struktur yang sering digunakan untuk keperluan konstruksi
maupun untuk pembuatan komponen-komponen mesin-mesin. Baja karbon ini merupakan paduan
dari beberapa unsur dengan tujuan untuk mendapatkan sifta-sifat mekanis yang yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Dalam pemakaian baja sering mengalami gangguan dari lingkungannya
berupa serangan korosi, di mana korosi merupakan suatu proses alamiah yang akan menurunkan
kemampuan kinerja suatu konstruksi maupun komponen mesin-mesin.
Berdasarkan kandungan karbon yang terdapat pada baja, dapat dibedakan menjadi;
2.3.1 Sifat Korosi Baja Karbon Rendah dan Baja Karbon Murni
Secara dasar, hanya baja karbon rendah dengan kandungan 0.08 sampai 0.28%
yang dapat dikatakan tahan terhadap korosi. Baja karbon rendah lebih tahan korosi
dibandingkan baja karbon murni. Tanpa perlindungan pada permukaan, baja karbon
hampir tidak layak digunakan untuk menahan bahan kimia.
Namun, pada salah satu penelitian menunjukkan bahwa sifat korosi baja karbon
rendah lebih tinggi dibanding baja karbon murni atau tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik baja karbon terkorosi oleh air laut.
Logam 1 adalah logam dengan kandungan karbon rendah dengan presentase karbon
0.25% sedangkan logam 2 adalah baja karbon sedang dengan persentase karbonnya 0.44%,
dan pada baja karbon tinggi ditunjukkan di jenis logam 3 dengan persentase 0.90% karbon.
Dari Gambar di atas diperoleh bahwa BKR atau Baja Karbon Rendah mempunyai
kecepatan korosi 0,753 milimeter per tahun, sedangkan BKS atau baja Karbon Sedang
mempunyai kecepatan korosi 0,641 milimeter per tahun. BKT atau Baja Karbon Tinggi
mempunai kecepatan korosi 0,420 milimeter per tahun.
Dari hasil pengamatan pada, bahwa semakin tingi kadar karbon suatu baja
menunjukkan bahwa kekuatannya terhadap korosi semakin baik, dengan kata lain bahwa
semakin sedikit kandungan karbon suatu baja, maka semakin banyak kandungan besinya
(Fe). Pada baja biasanya yang diserang karat adalah logam besi Fe, sampai butir-butir besi
Fe nya terkikis sedikit demi sedikit yang pada akhirnya unsur lainpun ikut lepas dari ikatan
antar atomnya, sehingga menimbulkan rongga-rongga besar dan merata sepanjang
permukaan bisa juga sampai habis baja yang terkena media korosi atau elektrolit tersebut.
Semakin lama hal ini terjadi maka permukaan logam-logam tersebut semakin habis.
Atom besi Fe mempunyai diameter yang lebih besar dari pada atom karbon,
sehingga jarak antar atom Fe yang saling mengikat akan selalu di isi oleh atom karbon pada
setiap ruang kosong antar atom Fe itu sendiri, dengan kata lain bahwa atom besi Fe selalu
dikelilingi oleh atom karbon, sehingga semakin banyak atom karbon yang mengikat atom
besi Fe, maka semakin sutit terkorosi oleh uap air laut.
Akhirnya baja karbon tinggi lebih rendah tingkat laju korosinya, hal ini akibat
ikatan kovalen oleh atom-atom besi Fe dengan atom karbon tersebut lebih baik, sedangkan
baja karbon rendah kurang baik, akibatnya sangat rentan terhadap korosi, karena atom
karbon yang mengikat atom besi Fe lebih sedikit, sehingga mudah diterobos oleh media
korosi, akibatnya atom besi Fe terlepas dari ikatannya, sehingga lebih banyak terkorosi.
menghindari baja karbon yang digunakan di dalam tanah atau di dalam air dari korosi atau
karat adalah dengan proteksi katodik, proteksi katodik (cathodic protection) adalah teknik
yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan
permukaan logam tersebut sebagai katoda dari sel elektrokimia.
Pada pH antara 9.1 sampai 12.2, nikel stabil dan dalam kesetimbangan dengan fase
padat yaitu nikel hidroksida (𝑁𝑖(𝑂𝐻)2 ), 𝑁𝑖3 𝑂4, dan nikel dioksida (𝑁𝑖𝑂2 ), dan lapisan
pelindung terbentuk. Pada potensial negatif di bawah -0.5V, nikel imun. Sedangkan pada
potensial -0.5 sampai 2.0V dengan pH -2 dan di bawah 6, terbentuk Ni2+ atau terjadi korosi
pada pH yang rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korosi dapat dikatakan sebagai perusakan (biasanya pada logam dan paduan) yang faktor
utamanya disebabkan oleh kontak langsung dengan lingkungan, korosi dapat juga dipengaruhi
oleh faktor lainnya seperti fatigue corrosion yang disebabkan oleh beban siklik pada material.
Korosi dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung penyebab dan bentuk dari korosi itu sendiri.
Baja karbon rendah memiliki laju korosi yang lebih tinggi (lebih korosif) dibanding baja karbon
tinggi (lebih tahan korosi), karena ikatan kovalen Fe pada baja karbon tinggi lebih baik, sehingga
lebih tahan dan tidak mudah terkorosi. Ada berbagai metode yang bisa digunakan untuk
meminimalisasi korosi pada baja karbon, tetapi metode yang paling ekonomis dan jangka panjang
adalah dengan perlindungan katodik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bayuseno, A., & Dwi Handoko. (n.d.). Analisa Korosi Erosi Pada Baja Karbon Rendah dan
Baja Karbon Sedang Akibat Aliran Air Laut.
17