Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SIFAT–SIFAT KOROSI LOGAM BAJA KARBON RENDAH


DAN BAJA KARBON MURNI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia

Disusun oleh:
Muhammad Rijal Syabana (220331039)
Muhammad Rusyda Hafiyyan (220331040)

JURUSAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM


POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan juga karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, tabi’at dan tabi’ihin,
serta kita selaku pengikutnya hingga akhir zaman. Maha besar Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah berbentuk karya tulis yang berjudul
“SIFAT–SIFAT KOROSI LOGAM BAJA KARBON RENDAH DAN BAJA KARBON
MURNI”, sebagai salah satu bentuk tugas mata kuliah kimia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dan keterbatasan bahan materi yang
diperoleh. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai bahan masukan bagi penulis diwaktu yang akan datang.

Pada akhirnya, penulis berharap agar karya tulis ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi penulis sendiri umumnya bagi yang membacanya.

Bandung, Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
2.2 Jenis-jenis Korosi ............................................................................................................. 4
2.2.1 Uniform Corrosion .................................................................................................... 4
2.2.2 Pitting Corrosion ....................................................................................................... 5
2.2.3 Crevice Corrosion ..................................................................................................... 6
2.2.4 Galvanic Corrosion ................................................................................................... 7
2.2.5 Stress Corrosion ........................................................................................................ 8
2.2.6 Erosion Corrosion ..................................................................................................... 9
2.2.7 Fatigue Corrosion.................................................................................................... 10
2.2.8 Biologically Influenced Corrosion .......................................................................... 11
2.3 Baja Karbon Rendah dan Baja Karbon Murni ............................................................... 12
2.3.1 Sifat Korosi Baja Karbon Rendah dan Baja Karbon Murni ................................... 13
2.4 Diagram Pourbaix Nikel (Ni) ......................................................................................... 15
BAB III ......................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baja merupakan logam paduan yang terdiri dari berbagai unsur, yaitu dengan besi sebagai
unsur utamanya, dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Karbon dalam baja berpengaruh
pada kekuatan, kekerasan, serta sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon dalam baja berkisar
antara 0.2% sampai 2.1%. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi kandungan karbon pada baja,
akan meningkatkan kekerasan, tetapi baja tersebut akan mudah rapuh atau getas. Baja adalah
material yang saat ini perkembangannya cukup pesat, baja digunakan pada banyak sektor industri,
seperti otomotif, konstruksi, ataupun perminyakan. Baja API 5L Grade B adalah baja yang paling
banyak dipakai untuk pipa perminyakan (Purbadi, 2008). Namun, disamping penggunaan baja
yang cukup masif di dunia industri, terdapat masalah yang cukup besar, yaitu baja dapat terkena
korosi.

Korosi dapat terjadi karena logam kontak/bersentuhan/berhubungan dengan lingkungan


sekitarnya. Bila kita melihat suatu plat baja diletakan begitu saja di udara terbuka akan mengalami
korosi. Udara mengandung oksigen, sehingga memungkinkan mengalami reaksi reduksi oksigen.
Logam akan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk mencapai kestabilan,
sehingga dalam udara terbuka logam akan melepasakan elektron dan elektron tersebut ditangkap
dan bereaksi dengan uap air (reduksi oksigen). Reaksi oksidasi yang terjadi pada logam dan
reduksi udara terbuka akan menghasilkan oksida logam yang warnanya kecoklatan. Oksida logam
inilah yang biasa dikenal dengan korosi. Proses tersebut biasa terjadi pada logam yang dicelupkan
dalam air (Gapsari, 2008).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


a. Menjelaskan proses korosi pada logam
b. Menjelaskan jenis–jenis korosi
c. Menjelaskan sifat korosi pada baja karbon rendah dan baja karbon murni
d. Menjelaskan diagram pourbaix nikel (Ni)

1
2

1.3 Rumusan Masalah

Masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:


a. Apa itu korosi?
b. Apa saja jenis–jenis korosi?
c. Bagaimana sifat korosi pada baja karbon rendah dan baja karbon murni?
d. Bagaimana diagram pourbaix nikel (Ni)?

1.4 Manfaat

a. Mengetahui proses terjadinya korosi pada logam dan jenis–jenisnya


b. Mengetahui sifat korosi pada baja karbon rendah dan baja karbon murni
c. Mengetahui diagram pourbaix nikel (Ni)
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Korosi

Korosi (dari bahasa latin corrodere, “menggerogoti berkeping-keping”) dari logam yang
terjadi secara kimia spontan (oksidatif) di mana terjadi perusakan logam di bawah pengaruh
lingkungan (Bagotsky, 2006). Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan sebuah material
karena bereaksi dengan lingkungannya dan bukan murni mekanik. Dikatakan bukan murni
mekanik karena bisa dilihat dari logam-logam yang dibiarkan begitu saja di udara terbuka dapat
mengalami korosi. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi antara logam tersebut dengan
lingkungannya, dalam hal ini udara tebuka.

Gambar 2.1 Siklus korosi pada baja

Proses terjadinya korosi adalah proses elektrokimia, yaitu terjadinya reaksi reduksi
oksidasi secara spontan. Contohnya adalah korosi pada besi yang akan membentuk oksida besi.
Contoh persamaan reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut,

2+
𝐹𝑒(𝑠) → 𝐹𝑒(𝑎𝑞) + 2𝑒 − 𝐸 0 = +0,44V

𝑂2(𝑔) + 2𝐻2 𝑂(𝑙) + 4𝑒 − → 4𝑂𝐻 − 𝐸 0 = +0,40V

2+ −
Reaksi sel: 𝐹𝑒(𝑠) + 2𝐻2 𝑂(𝑙) → 𝐹𝑒(𝑎𝑞) + 4𝑂𝐻(𝑎𝑞) 𝐸 0 = +0,84V

3
4

2.2 Jenis-jenis Korosi

Korosi dapat dibagi menjadi delapan kategori berdasarkan wujud/tampaknya suatu korosi
atau berdasarkan mekanisme serangan korosi.

2.2.1 Uniform Corrosion


Uniform corrosion atau korosi seragam, sesuai dengan namanya, korosi jenis ini
menyebabkan penterasi atau penipisan yang seragam pada seluruh permukaan logam yang
terekspos langsung dengan lingkungan. Korosi seragam tidak terlalu menyebabkan
kekhawatiran, karena korosi jenis ini dapat dengan akurat diprediksi kemunculannya
dengan berbagai tes. Tes ini memungkinkan pengurangan berat (massa) logam dapat
dipantau. Uniform corrosion atau korosi seragam ini biasanya terjadi akibat hasil dari
lingkungan yang terpolusi, kontak langsung dengan udara, kontak dengan air payau dan air
asin (laut), atau kontak dengan tanah.

Gambar 2.2 Ilustrasi permukaan logam yang mengalami uniform corrosion

Semua logam dapat terpengaruh oleh korosi seragam, meskipun itu passive
materials seperti stainless steel atau paduan nikel-kromium. Passive materials adalah salah
satu sifat pada logam, logam dengan sifat pasif akan kebal atau sama sekali tidak
terpengaruh oleh keadaan lingkungannya, logam yang dapat memiliki sifat ini biasa disebut
sebagai logam mulia, seperti emas, perak dan platina. Kombinasi antara lingkungan dan
logam yang disebut di atas akan menghasilkan sebuah sifat yang kebal bagi logam tersebut.
Pada beberapa jenis logam seperti baja, uniform corrosion akan menghasilkan semacam
permukaan yang kasar, permukaan kasar tersebut merupakan hasil korosi yang timbul
akibat hilangnya sebagian besar logam yang terdapat pada baja akibat bereaksi dengan
lingkungan.
5

Gambar 2.3 Korosi seragam pada baja korten steel

Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari atau mengurani uniform corrosion
pada logam, antara lain:

a. Penggunaan material logam yang tepat


b. Penggunaan coating dan inhibitor, serta
c. Diberikan proteksi anodik atau katodik.

2.2.2 Pitting Corrosion


Pitting corrosion atau korosi sumur adalah bentuk korosi lokal atau kecil yang
berbentuk lubang. Lubang akibat korosi ini bisa berukuran kecil atau besar, tetapi dalam
banyak kasus, ukurannya cenderung kecil. Lubang yang terbentuk dapat terpisah satu sama
lain atau berdekatan sehingga menghasilkan permukaan yang kasar. Berbeda dengan
korosi seragam, korosi sumur sangat sulit dideteksi dan berbahaya. Pitting corrosion
disebabkan akibat komposisi logam yang tidak homogen, kehilangan sifat pasif logam, dan
hilangnya perlindungan mekanik atau kimiawi pada logam.

Korosi sumur dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cara, menggunakan


molybdenum yang mengandung (4-6% Mo) stainless steel, paduan molybdenum +
wolfram nikel, memilih bahan yang homogen, diberikan inhibitor, diberikan coating,
mengurangi agresivitas lingkungan (suhu, agen pengoksidasi, dan pH).
6

Gambar 2.4 Variasi bentuk korosi pitting. (a) Tipis Gambar 2.5 Korosi pitting pada pipa baja karbon
dan dalam. (b) Elips. (c) Lebar dan dangkal. (d) akibat terekspos asam
subsurface atau di bawah permukaan. (e)
Undercutting. (f) Bentuk yang bergantung pada
orientasi struktur mikro logam, horizontal atau
vertikal

2.2.3 Crevice Corrosion


Crevice corrosion atau korosi celah adalah salah satu bentuk korosi yang
menghasilkan celah atau gaps pada permukaan logam. Korosi jenis ini terjadi akibat
perbedaan konsentrasi ion logam atau oksigen antara celah dan disekitarnya. Istilah
concentration cell corrosion digunakan untuk mendefinisikan serangan korosi celah. Studi
terbaru mengemukakan bahwa, meskipun perbedaan konsentrasi ion logam dan oksigen
ada selama crecive corrosion terjadi, tetapi itu bukan penyebab utamanya.

Gambar 2.6 Korosi celah pada tahap akhir Gambar 2.7 Korosi celah pada sambungan
metal-metal stainless steel 304 dalam air laut
7

Untuk mencegah terjadinya crecive corrosion bisa dilakukan dengan,


membersihkan kotoran yang ada, menggunakan sambungan las daripada baut,
mengeringkan material yang basah, menutup celah sambungan dengan cara solder atau
dilas.

2.2.4 Galvanic Corrosion


Korosi galvanik atau galvanic corrosion terjadi ketika sebuah logam atau paduan
terikat dengan logam lain atau konduktor nonmetal pada elektrolit yang sama sehingga
logam yang bersifat anodik akan terkorosi. Biasanya beda potensial muncul ketika dua
logam yang berbeda direndam pada larutan konduktor, apabila logam tersebut mengalami
kontak satu sama lain, beda potensial yang terjadi akan menghasilkan aliran elektron.
Sehingga, korosi pada logam yang lebih mudah terkorosi akan meningkat (bersifat anodik),
sedangkan logam yang bersifat lebih katodik akan lebih tahan terhadapt korosi. Biasanya,
logam katodik akan mengalami korosi yang sangat sedikit, atau bahkan tidak terkorosi.

Gambar 2.8 Bagian dari baterai kering

Contoh proses perkaratan galvanik adalah proses elektrokimia, yang


mekanismenya sama dengan yang terjadi di dalam baterai lampu senter. Baterai terdiri dari
elektroda yang terbuat dari mangkuk yang terbuat dari seng dan elektroda karbon. Kedua
elektroda tersebut dipisahkan oleh elektrolit yang terdiri dari larutan amonium klorida
(𝑁𝐻4 𝐶𝑙). Jika elektroda karbon dihubungkan dengan elektroda mangkuk seng melalui
sebuah bola lampu, maka bola lampu tersebut akan menyala karena terjadinya arus listrik
yang mengalir dari katoda ke anoda melalui elektrolit (𝑁𝐻4 𝐶𝑙).
8

Pada mangkuk seng terjadi reaksi oksidasi

𝑍𝑛 → 𝑍𝑛++ + 2𝑒 (reaksi anoda)

Sedangkan pada elektroda karbon terjadi reaksi reduksi

2𝐻 + + 2𝑒 → 𝐻2(𝑔𝑎𝑠) (reaksi katoda)

Akibat oksidasi tersebut, metal Zn diubah menjadi ion Zn yang terhidrasi


(𝑍𝑛2 +𝑛 𝐻2 𝑂). Semakin besar arus yang terjadi, semakin banyak metal Zn yang menjadi
ion sehingga metal seng kehilangan massa atau dengan kata lain berkarat. Galvanic
corrosion dapat dicegah dengan cara memberi isolator yang tebal sehingga tidak ada aliran
elektrolit, memasang proteksi katodik, menambah inhibitor anti korosi pada cairan.

2.2.5 Stress Corrosion


Korosi tegangan atau Stress-corrosion cracking (SCC) adalah korosi yang timbul
akibat dari logam atau paduan yang mengalami regangan, tekukan, atau perlakuan khusus
lainnya, ditambah dengan lingkungan yang korosif.

Gambar 2.9 Retakan korosi tegangan intergranular yang dihasilkan


pada 7050-T651 setelah terpapar pada suhu 90 °C (195 °F), dengan
kelembaban 90% normal. Spesimen digores dalam 10% NaOH pada
70 °C (160 °F) selama 20 detik, lalu dibilas asam nitrat

Korosi tegangan tidak menyerang permukaan logam secara menyeluruh, tetapi


akan muncul retakan halus pada pemukaan. Sebenarnya, proteksi katodik adalah salah satu
metode yang efektif untuk menghindari stress corrosion, tetapi metode ini akan
meningkatkan efek penggetasan hidrogen secara signifikan. Penggetasan hidrogen atau
hydrogen induced cracking merupakan suatu peristiwa retaknya material akibat dari
9

masuknya atom hidrogen dan memenuhi batas butir material dalam jumlah yang besar.
Metode lain untuk menghindari korosi tegangan adalah dengan memberikan inhibitor atau
merelaksasi logam yang mengalami stres.

2.2.6 Erosion Corrosion


Erosion corrosion atau korosi erosi adalah peningkatan atau menignkatnya tingkat
kerusakan atau serangan pada logam/paduan akibat dari cairan yang korosif. Korosi erosi
dapat menimbulkan bagian yang tajam dan kasar, karena fluida atau cairan yang mengalir
sangat deras pada permukaan logam dapat mengikis pelindung pada logam.

Gambar 2.10 Korosi erosi yang terjadi pada dinding tabung kondensor

Kebanyakan logam dan paduan dapat berpotensi terkena korosi erosi, saat ini
banyak pengembangan yang bertujuan untuk melindungi logam dengan lapisan pelindung
yang bersifat passive atau tahan karat, seperti aluminium, timbal, dan stainless steel.
Material yang cukup rentan terkena korosi ini adalah tembaga. Metode untuk menghindari
atau meminimalisasi serangan korosi erosi adalah dengan menggunakan material dengan
kemampuan tahan erosi yang baik, cara ini biasanya merupakan solusi yang ekonomis
untuk menangani korosi erosi, metode lain yang bisa digunakan adalah melapisi logam
dengan coating, dan proteksi katodik.
10

Gambar 2.11 Lekukan yang berbentuk tapal kuda pada


heat exchanger kuningan, diakibatkan oleh korosi erosi

2.2.7 Fatigue Corrosion


Korosi lelah terjadi akibat logam atau paduan mendapatkan beban siklus yang terus
berulang atau stres siklik ditambah dengan lingkungan yang korosif. Korosi ini sangat
tergantung pada beban mekanik, metalurgi, dan lingkungan. Fatigue corrosion
menghasilkan retakan halus hingga lebar dengan sedikit atau tanpa pecabangan pada
permukaan material, berbeda dengan stress-corrosion yang biasanya menimbulkan
percabangan yang cukup besar.

Gambar 2.12 Baja karbon yang mengalami fatigue corrosion


11

Semua logam dan paduan logam berpotensi mengalami korosi ini, termasuk
beberapa paduan yang tahan terhadap SCC, seperti ferrit stainless steel. Penggabungan
antara metode temporer dan permanen untuk menghindari korosi lelah antara lain adalah
dengan mengurangi beban siklus atau stres siklik, memilih material atau melakukan heat
treatment agar ketahanan terhadap korosi lelah lebih tinggi, mengurangi atau
menghilangkan korosi, atau gabungan dari beberapa prosedur tersebut.

2.2.8 Biologically Influenced Corrosion


Organisme biologi terdapat di semua lingkungan berair, termasuk di lingkungan air
asin (laut), beberapa dari organisme itu dapat kita lihat dengan mata telanjang. Pada semua
lingkungan, organisme yang hidup di air memiliki kecenderungan untuk menempel dan
berkembang pada permukaan material, yang dapat menghasilkan lapisan biofilm. Lapisan
biofilm yang terbentuk dapat memengaruhi korosi dari logam dan paduan. Hal ini dapat
mengubah variabel atau kondisi lingkungan seperti suhu, kemampuan oksidasi, temperatur,
dll. Jadi, kondisi logam yang terdapat lapisan biofilmnya bisa sangat berbeda dengan logam
lain, hasilnya bisa menjadi korosi.

Organisme yang biasanya dapat menimbulkan korosi adalah bakteri dan jamur, ada
bakteri yang dapat menghasilkan asam dan pH yang rendah, seperti Thiobacillus
thiooxidans, ada juga bakteri yang dapat mengoksidasi besi menjadi 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3+ dan
mengoksidasi mangan yaitu bakteri Gallionella.

Gambar 2.13 Exchanger heat berbahan aluminium yang


mengalami piting corrosion, lubang disebabkan oleh
bakteri pereduksi sulfat di bawah lapisan lendir atau slime
12

Perlindungan korosi biologi ini dapat dengan cara

a. Memilih logam yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya


b. Memberikan lapisan pelindung secara elektrokimia dengan anoda korban
c. Memperbaiki lingkungan agar tidak korosif, dan
d. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air, lumur, dan zat korosid lainnya.

2.3 Baja Karbon Rendah dan Baja Karbon Murni

Baja karbon merupakan baja struktur yang sering digunakan untuk keperluan konstruksi
maupun untuk pembuatan komponen-komponen mesin-mesin. Baja karbon ini merupakan paduan
dari beberapa unsur dengan tujuan untuk mendapatkan sifta-sifat mekanis yang yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Dalam pemakaian baja sering mengalami gangguan dari lingkungannya
berupa serangan korosi, di mana korosi merupakan suatu proses alamiah yang akan menurunkan
kemampuan kinerja suatu konstruksi maupun komponen mesin-mesin.

Berdasarkan kandungan karbon yang terdapat pada baja, dapat dibedakan menjadi;

1. Baja karbon rendah (low carbon steel)


Baja karbon rendah mengandung sekitar 0.08 sampai 0.28% kandungan C. Baja
karbon rendah memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi, tetapi baja jenis ini bersifat
lunak dan tahan ausnya rendah. Metode penguatannya dengan cold working, baja karbon
rendah juga memiliki sifat mampu mesin (machinability) dan mampu las (weldibility) yang
baik. Baja jenis ini biasa digunakan untuk komponen struktur bangunan, jembatan atau
pipa gedung.

2. Baja karbon menengah (medium carbon steel)


Baja jenis ini memiliki kandungan karbon 0.28 hingga 0.55%. Kelebihan baja
karbon menengah atau sedang dibandingkan dengan baja karbon rendah adalah sifat
mekanis yang lebih kuat dan juga tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Baja karbon
menengah ini dapat dinaikkan sifat mekaniknya dengan cara heat treatment, quenching,
dan tempering. Baja karbon sedang biasanya digunakan untuk pembuatan poros, rel kereta
api, roda gigi, baut, pegas, dan komponen mesin lainnya.
13

3. Baja karbon tinggi (high carbon steel)


Baja karbon tinggi atau baja karbon murni memiliki kandungan karbon antara 0.50
sampai dengan 1.0% C. Baja tipe ini bersifat keras, kuat, tahan panas, serta kekuatan tarik
yang lebih tinggi dibanding jenis baja karbon lainnya, tetapi memiliki sifat yang getas
karena keuletannya lebih rendah. Baja karbon tinggi ini sulit diberi perlakuan panas untuk
meningkatkan sifat kekerasannya, hal-hal ini dikarenakan baja karbon tinggi memiliki
jumlah martensit yang cukup tinggi sehingga tidak akan memberikan hasil yang optimal
pada saat dilakukan proses pengerasan permukaan, martensit sendiri adalah suatu fasa yang
terjadi karena pedinginan yang sangat cepat sekali. Dalam pengaplikasiannya baja karbon
tinggi banyak digunakan dalam pembuatan alat-alat perkakas seperti palu, gergaji,
pembuatan kikir, pisau cukur, dan sebagainya.

2.3.1 Sifat Korosi Baja Karbon Rendah dan Baja Karbon Murni

Secara dasar, hanya baja karbon rendah dengan kandungan 0.08 sampai 0.28%
yang dapat dikatakan tahan terhadap korosi. Baja karbon rendah lebih tahan korosi
dibandingkan baja karbon murni. Tanpa perlindungan pada permukaan, baja karbon
hampir tidak layak digunakan untuk menahan bahan kimia.

Namun, pada salah satu penelitian menunjukkan bahwa sifat korosi baja karbon
rendah lebih tinggi dibanding baja karbon murni atau tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik baja karbon terkorosi oleh air laut.

Gambar 2.14 Hubungan laju korosi dengan jenis logam


14

Logam 1 adalah logam dengan kandungan karbon rendah dengan presentase karbon
0.25% sedangkan logam 2 adalah baja karbon sedang dengan persentase karbonnya 0.44%,
dan pada baja karbon tinggi ditunjukkan di jenis logam 3 dengan persentase 0.90% karbon.
Dari Gambar di atas diperoleh bahwa BKR atau Baja Karbon Rendah mempunyai
kecepatan korosi 0,753 milimeter per tahun, sedangkan BKS atau baja Karbon Sedang
mempunyai kecepatan korosi 0,641 milimeter per tahun. BKT atau Baja Karbon Tinggi
mempunai kecepatan korosi 0,420 milimeter per tahun.

Dari hasil pengamatan pada, bahwa semakin tingi kadar karbon suatu baja
menunjukkan bahwa kekuatannya terhadap korosi semakin baik, dengan kata lain bahwa
semakin sedikit kandungan karbon suatu baja, maka semakin banyak kandungan besinya
(Fe). Pada baja biasanya yang diserang karat adalah logam besi Fe, sampai butir-butir besi
Fe nya terkikis sedikit demi sedikit yang pada akhirnya unsur lainpun ikut lepas dari ikatan
antar atomnya, sehingga menimbulkan rongga-rongga besar dan merata sepanjang
permukaan bisa juga sampai habis baja yang terkena media korosi atau elektrolit tersebut.
Semakin lama hal ini terjadi maka permukaan logam-logam tersebut semakin habis.

Atom besi Fe mempunyai diameter yang lebih besar dari pada atom karbon,
sehingga jarak antar atom Fe yang saling mengikat akan selalu di isi oleh atom karbon pada
setiap ruang kosong antar atom Fe itu sendiri, dengan kata lain bahwa atom besi Fe selalu
dikelilingi oleh atom karbon, sehingga semakin banyak atom karbon yang mengikat atom
besi Fe, maka semakin sutit terkorosi oleh uap air laut.

Akhirnya baja karbon tinggi lebih rendah tingkat laju korosinya, hal ini akibat
ikatan kovalen oleh atom-atom besi Fe dengan atom karbon tersebut lebih baik, sedangkan
baja karbon rendah kurang baik, akibatnya sangat rentan terhadap korosi, karena atom
karbon yang mengikat atom besi Fe lebih sedikit, sehingga mudah diterobos oleh media
korosi, akibatnya atom besi Fe terlepas dari ikatannya, sehingga lebih banyak terkorosi.

Kemudian, bagaimana menghindari korosi pada baja karbon, adalah dengan


memberikan perlindungan, seperti perlindungan atau coating temporer dengan
menggunakan oli yang mengandung inhibitor, thermal spray coating (menggunakan zinc,
aluminium, atau paduan zinc-aluminium). Perlindungan yang paling ekonomis untuk
15

menghindari baja karbon yang digunakan di dalam tanah atau di dalam air dari korosi atau
karat adalah dengan proteksi katodik, proteksi katodik (cathodic protection) adalah teknik
yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan
permukaan logam tersebut sebagai katoda dari sel elektrokimia.

2.4 Diagram Pourbaix Nikel (Ni)

Gambar 2.14 dan 2.15 Diagram pourbaix nikel

Pada pH antara 9.1 sampai 12.2, nikel stabil dan dalam kesetimbangan dengan fase
padat yaitu nikel hidroksida (𝑁𝑖(𝑂𝐻)2 ), 𝑁𝑖3 𝑂4, dan nikel dioksida (𝑁𝑖𝑂2 ), dan lapisan
pelindung terbentuk. Pada potensial negatif di bawah -0.5V, nikel imun. Sedangkan pada
potensial -0.5 sampai 2.0V dengan pH -2 dan di bawah 6, terbentuk Ni2+ atau terjadi korosi
pada pH yang rendah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Korosi dapat dikatakan sebagai perusakan (biasanya pada logam dan paduan) yang faktor
utamanya disebabkan oleh kontak langsung dengan lingkungan, korosi dapat juga dipengaruhi
oleh faktor lainnya seperti fatigue corrosion yang disebabkan oleh beban siklik pada material.
Korosi dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung penyebab dan bentuk dari korosi itu sendiri.
Baja karbon rendah memiliki laju korosi yang lebih tinggi (lebih korosif) dibanding baja karbon
tinggi (lebih tahan korosi), karena ikatan kovalen Fe pada baja karbon tinggi lebih baik, sehingga
lebih tahan dan tidak mudah terkorosi. Ada berbagai metode yang bisa digunakan untuk
meminimalisasi korosi pada baja karbon, tetapi metode yang paling ekonomis dan jangka panjang
adalah dengan perlindungan katodik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bayuseno, A., & Dwi Handoko. (n.d.). Analisa Korosi Erosi Pada Baja Karbon Rendah dan
Baja Karbon Sedang Akibat Aliran Air Laut.

Davis, J. R. (Joseph R. . (2000). Corrosion : Understanding The Basics. ASM International.

Gapsari Femiana. (2017). Pengantar Korosi. UB Press.

Mars, F. G. (1987). Corrosion Engineering (Third). McGraw-Hill.

Nasution, M. (2018). KARAKTERISTIK BAJA KARBON TERKOROSI OLEH AIR LAUT. In


Cetak) Buletin Utama Teknik (Vol. 14, Issue 1). Online.

Roberge, P. R. (2000). Handbook of Corrosion Engineering. McGraw-Hill.

Utomo, B. (2009). JENIS KOROSI DAN PENANGGULANGANNYA (Vol. 6, Issue 2).

17

Anda mungkin juga menyukai