Anda di halaman 1dari 16

PENGENDALIAN KOROSI PADA

INDUSTRI PUPUK UREA

DISUSUN OLEH :

Nama : AFRA WIDI WARDANI


Nim : 1524301022
Kelas : 3A/TKI
Dosen pembimbing : Dr. Ir. Irwan, M.T
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengendalian Korosi Pada
Industri”. Makalah ini telah disusun dengan baik dan maksimal juga telah
mendapat bantuan dari berbagai sumber sehingga mempermudah dalam
pembuatan makalah ini.

Saya sebagai penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada teman-


teman sekelas juga kepada berbagai sumber informasi yang telah menyajikan data
sehingga dapat membantu saya menulis makalah ini. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai korosi yang terjadi pada industri, bentuk bentuk korosi, serta
cara pengendalian korosi tersebut.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dengan baik
untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai korosi yang terjadi di
industri. Semoga makalah ini dapat dipahami dan dimengerti. Penulis mohon
maaf bila ada kesalahan kata dalam makalah ini. Penulis tentunya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah tersebut. Sekian dan
terima kasih.

Buketrata, 29 Desember 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Pengertian Korosi ...................................................................................................... 1
1.2 Mekanisme Terjadinya Korosi .................................................................................. 1
1.3 Bentuk-Bentuk Korosi .............................................................................................. 2
BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Latar Belakang Pupuk Urea ...................................................................................... 3
2.2 Korosi Pada Industri Pupuk Urea.............................................................................. 3
2.3 Tempat-Tempat Terjadinya Korosi ........................................................................... 4
2.4 Tipe Korosi di Lapangan Industri ............................................................................. 4
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Korosi ................................................... 8
2.6 Pengendalian dan Pencegahan Korosi Pada Industri ................................................ 9
2.7 Dampak Korosi ....................................................................................................... 10
KESIMPULAN .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Korosi


Korosi merupakan proses degradasi material akibat interaksi dengan
lingkungannya. Secara elektrokimia korosi terjadi akibat interaksi komponen
yaitu karena adanya anoda dan katoda, adanya lingkungan elektrolit, dan adanya
konduktor listrik.
Kondisi reaksi elektrokimia (reaksi reduksi dan oksidasi) terjadi :
1. Ada reaksi oksidasi
2. Ada reaksi reduksi
3. Ada migrasi ion-ion hasil reaksi elektrokimia
4. Ada transfer elektron dari situs reaksi oksidasi ke reaksi reduksi
Korosi atau pengkaratan yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat
yang ada disekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada didalam logam
itu sendiri.

1.2 Mekanisme Terjadinya Korosi


Pada mekanisme korosi terjadi reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia
melibatkan perpindahan elekron-elektron yang merupakan hasil reaksi redoks,
dimana logam mengalami oksidasi (anodik) sedangkan oksigen mengalami
reduksi (katodik). Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :
Fe Fe2+ + 2e

Gambar 2.1 Proses korosi pada besi

1
Secara umum mekanisme korosi berawal dari logam yang teroksidasi di
dalam larutan dan melepaskan elektron untuk membentuk ion logam yang
bermuatan positif. Reaksi ini terjadi dipermukaan logam sehingga menyebabkan
pengelupasan akibat pelarutan logam ke dalam larutan secara berulang ulang.
Korosi biasanya berwarna merah kecoklatan.

1.3 Bentuk-Bentuk Korosi


Korosi terbagi menjadi dua yaitu, korosi merata (uniform corrosion) dan
korosi setempat. Korosi merata merupakan korosi yang terjadi diseluruh
permukaan logam secara merata akibat terpapar dengan lingkungan yang korosif.
Sedangkan korosi setempat merupakan korosi yang hanya terjadi pada tempat
tertentu saja.
Korosi setempat terbagi lagi menjadi dua yaitu:
 Korosi makroskopik merupakan korosi yang dapat dilihat oleh kasat mata.
Korosi yang termasuk dalam korosi makroskopik yaitu :
o Korosi Galvanis
o Korosi Celah
o Korosi Sumuran
o Korosi Erosi.
 Korosi mikroskopik yaitu korosi yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata.
Korosi yang termasuk dalam korosi mikroskopik yaitu :
o Korosi Intergranular
o Korosi Retak Tegang (SCC)
o Korosi Lelah
o Hydrogen Induced Cracking
o Sulfide Stress Crakcing.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latar Belakang Pupuk Urea


Pupuk merupakan suatu zat yang terdiri dari beberapa unsur kimia yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga dapat
meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman. Berdasarkan proses
pembuatannya pupuk terbagi menjadi dua yaitu pupuk alami dan pupuk buatan.
Sedangkan bedasarkan bahan pembuatannya, pupuk terbagi menjadi pupuk
organik dan anorganik.
Urea adalah pupuk buatan yang dihasilkan dari amoniak (NH3) dengan
karbondioksida (CO2) dan bahan dasar yaitu gas alam. Kandungan Nitrogen yang
terdapat dalam urea berkisar antara 45-46%. Urea memiliki sifat higroskopis dan
pada kelembaban udara 73% urea akan menyerap uap air dari udara.
Amoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang banyak digunakan dalam
industri. Pada suhu dan tekanan normal, amonia yang berbentuk gas sangat mudah
terlepas ke udara (mudah menguap). Amonia dalam kegiatan proses industri
biasanya digunakan untuk proses pembuatan pupuk, mensintesis bahan organik,
dan digunakan sebagai bahan anti beku didalam alat pendingin.

2.2 Korosi Pada Industri Pupuk Urea


Korosi adalah suatu proses elektrokimia yang mana atom-atom akan
bereaksi dengan zat asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan
menyebabkan timbulnya aliran-aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang
lain pada permukaan metal.
Secara garis besar korosi terbagi dua jenis yaitu :
a. Korosi Internal
Merupakan korosi yang terjadi karena adanya kandungan CO2 dan NH3
dalam pupuk urea, sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan
membentuk asam yang merupakan penyebab terbentuknya korosi.
b. Korosi Eksternal
Merupakan korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari peralatan dan
sistem perpipaan yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah,

3
Terjadinya korosi diakibatkan karena adanya kandungan zat asam pada udara
dari tanah.

2.3 Tempat-Tempat Terjadinya Korosi


Bagian-bagian peralatan di industri pupuk yang terkorosi adalah sebagai
berikut :
a. Bejana-bejana tempat penyimpanan ammonia mudah terkorosi.
b. Tangki pengangkut bahan baku dan tangki penyimpanan yang rentan
korosi.
c. Unit sintesis dan unit purifikasi mudah terkorosi karena adanya
ammonium karbonat.
d. Kompressor terkorosi karena udara yang terlalu lembab.
e. Reaktor kristaliser karena reaktor tersebut merupakan tempat mereaksikan
gas amoniak dan asam sulfat cair.
f. Impeller pompa terjadi korosi akibat adanya pengausan mekanik.
g. Pipa masuk dan keluar dari pendingin udara, serta tabung penukar terjadi
korosi.
h. Pipa masuk dan keluar dari pemisah limbah reaktor terjadi korosi karena
air asam yang masuk dan bertekanan tinggi.

2.4 Tipe Korosi di Lapangan Industri


1. Korosi Merata (uniform corrosion)
Korosi yang terjadi diseluruh permukaan logam secara merata akibat
terpapar dengan lingkungan yang korosif. Jenis korosi ini mengakibatkan
rusaknya konstruksi secara total. Biasanya terjadi pada peralatan-peralatan yang
terbuka pada lingkungan luar, seperti pada struktur bangunan industri pupuk urea,
bagian dalam tangki pengangkut bahan baku, dan tangki penyimpanan.
Pada lingkungan industri pupuk urea yang terkena korosi disebabkan oleh
adanya NOx dan SOx yang cukup tinggi sehingga menimbulkan korosi merata
pada seluruh permukaan alat yang terpapar udara. Pada tangki pengangkut bahan
baku NH3 (railcar), korosi yang terjadi disebabkan oleh adanya reaksi antara
ammonia dengan uap air yang menghasilkan asam nitrat sehingga terbentuk
bagian yang memiliki pH rendah yang dapat menyebabkan terbentuknya korosi.

4
Korosi dapat terjadi pada tangki akibat dari air bekas pembilasan yang
membentuk larutan Ammonium Nitrat dengan konsentrasi yang rendah, sehingga
semakin rendah konsentrasi Ammonium Nitrat makan semakin parah korosi
terjadi.

Gambar 2.1 Korosi merata yang terjadi pada permukaan tangki

2. Korosi Sumuran (pitting corrosion)


Korosi sumuruan adalah korosi permukaan logam yang terjadi secara
setempat yang mengakibatkan lubang pada logam akibat adanya ion-ion agresif.
Korosi sumuran merupakan bentuk korosi yang paling merusak dan berbahaya
karena korosinya terjadi secara tidak langsung, oleh karena itu tidak bisa ditangani
dengan cepat. Hal itu menjadi penyebab utama kerusakan logam dalam industri
kimia proses.
Korosi sumuran di dalam industri pupuk urea terjadi pada bagian bawah
tangki penyimpanan yang terdapat sludge produk korosi yang disebabkan oleh
adanya presipitasi lumpur (sludge). Lumpur yang mengendap pada bagian bawah
tangki yang menyebabkan terjadinya produk korosi. Permukaan baja pada tangki
yang terkena sludge produk korosi yang mengandung air akan bereaksi
menghasilkan besi hidroksida dan ion H+. Ion H+ yang terbentuk tidak bisa
berdifusi dengan cepat keluar dari celah sehingga dapat menetralkan muatannya.
Kemudian ion H+ ini menarik NO3- dan berekasi membentuk asam nitrat dan akan
menyebabkan korosi pada baja tersebut.

5
Gambar 2.2 Korosi sumuran yang terjadi pada bagian bawah tangki

3. Korosi Erosi (erosion corrosion)


Korosi erosi yaitu kerusakan pada logam dikarenakan gerak relatif antara
larutan yang korosif dengan permukaan logam. Umumnya terjadi karena efek
mekanis seperti pengausan, abrasi, dan gesekan.
Didalam industri pupuk urea, korosi erosi terjadi pada impeller pompa dan
sistem perpipaan. Pada gerakan udara yang tidak beraturan akibat perbedaan
tekanan (turbulensi) molekul-molekul fluida akan memberikan tekanan langsung
pada logam sehingga terjadi keausan mekanik yang akan mengakibatkan
terjadinya korosi erosi.

Gambar 2.3 Korosi Erosi terjadi pada pompa impeller

6
4. Korosi Retak Tegang (stress corrosion cracking)
Korosi retak tegang (SCC) adalah proses retak yang dapat terjadi dalam
penggabungan dengan penggetasan hidrogen. Korosi retak tegang terjadi jika tiga
faktor yang mempengaruhinya terjadi secara bersama-sama yaitu, karena adanya
lingkungan yang korosif, material/bahan yang rentan korosi, dan adanya tegangan
yang bekerja. Korosi ini terjadi pada logam-logam yang banyak mendapat
tekanan.
Korosi retak tegang yang terjadi didalam industri pupuk urea yaitu terjadi
pada unit sintesis dan unit purifikasi. Korosi ini terjadi akibat reaksi oksidasi yang
bereaksi dengan larutan ammonium karbamat. Ammonium karbamat bersifat
lembab sehingga larutan ini menjadi campuran kesetimbangan ammonium
karbamat dan ammonium karbonat. Campuran garam dan uap air menyerang
lapisan oksida pelindung pada permukaan baja sehingga menyebabkan terjadinya
korosi.

Gambar 2.4 Korosi retak tegang yang terjadi pada unit purifikasi

5. Korosi Galvanik (galvanic corrosion)


Korosi galvanik terjadi akibat penggabungan antara dua logam yang
memiliki perbedaan potensial. Perbedaan potensial terjadi ketika logam
dicelupkan kedalam larutan yang korosif. Ketika logam tersebut kontak akan
menghasilkan aliran elektron. Elektron mengalir dari logam yang anodik ke
katodik. Akibatnya logam yang anodik berubah menjadi ion-ion positif karena
kehilangan elektron. Kemudia ion-ion positif bereaksi dengan ion-ion negatif
yang berada di dalam elektrolit, sehingga terjadi korosi.

7
6. Korosi Celah (crevice corrosion)
Korosi celah disebabkan oleh adanya celah atau lubang yang terjadi didalam
struktur logam. Korosi celah terjadi pada suatu logam yang berdempetan dengan
logam lain yang diantaranya terjadi celah sehingga menyebabkan konsentrasi
oksigen pada bagian luar (katodik) lebih banyak dibanding pada bagian dalam
(anodik). Korosi ini terjadi pada sela-sela gasket, sekrup-sekrup, kelingan yang
terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Korosi


Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi ternjadinya proses korosi adalah
sebagai berikut :
1. Zat-zat kimia yang korosif
Dalam industri pupuk urea, faktor yang mempengaruhi proses korosi ialah
berupa zat-zat kimia yang bersifat korosif. Zat-zat kimia tersebut diantaranya:
a. Gas NH3 dan CO2
b. Ammonium Karbamat
c. Asam Sulfat cair
d. Amonium Bisulfat (NH4HSO2)
e. Ammonium Nitrat
2. Suhu dan Keasaman (pH)
Kenaikan suhu dapat menambah laju korosi namun dapat mengurangi
kelarutan pada oksigen. Semakin tinggi suhu lingkungan, maka semakin cepat
terjadi korosi. Logam akan terkorosi dalam suasana asam karena dapat
menghasilkan ion H+. Sedangkan pada basa, senyawa dapat menghasilkan ion
OH- namun tidak bereaksi langsung dengan logam.
pH merupakan fungsi dari suhu. Semakin tinggi suhu maka pH akan
semakin rendah. Hal ini disebabkan pada suhu tinggi sehingga terjadi reaksi
deposisi ammonuim nitrat yang menyebabkan terbentuknya asam nitrat yang
korosif sehingga terjadi korosi.
3. Faktor Keberadaan Elektrolit
Keberadaan elektrolit akan mempercepat terjadinya laju korosi.
Konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat meningkatkan laju aliran elektron
sehingga laju korosi semakin meningkat.

8
2.6 Pengendalian dan Pencegahan Korosi Pada Industri
A. Pelapisan (Coating)
Pelapisan pada umumnya menggunakan cat. Fungsi dari lapisan adalah
untuk mencegah logam kontak langsung dengan elektrolit dan lingkungan
sehingga reaksi logam dengan lingkungannya terhambat. Dengan pelapisan
dapat mencegah dan memperlambat terjadinya korosi.
Korosi yang terjadi pada industri dapat dilakukan pelapisan (coating)
dengan menggunakan cat epoxy, dan cat lainnya yang dapat melapisi tangki
untuk waktu yang lama.

Tanpa Pelapisan Menggunakan Pelapisan

B. Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan
korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) yang dapat mengendalikan
terjadinya korosi.
Ada dua tipe inhibitor yang dapat digunakan untuk memperhambat laju
korosi, yaitu yang pertama adalah inhibitor lapisan yang membentuk lapisan
pelindung pada baja. Tipe kedua adalah pasivator, dimana inhibitor pasivator
ini bersama dengan produk korosi akan membentuk lapisan yang dapat
menahan sel korosi sehingga dapat memperlambat laju korosi.
Dalam industri pupuk urea, bagian yang terkena korosi erosi yang
diakibatkan karena adanya O2 pada liquid ammonia dapat digunakan inhibitor
Hydrazine (N2H4) untuk pengendalian korosi erosi yang terjadi.

9
C. Pemilihan Material
Prinsip dasar dari pemilihan material adalah mengenai tepat atau tidaknya
pemakaian suatu material/bahan terhadap suatu lingkungan tertentu. Pemilihan
yang sesuai dengan kondisi lingkungan dapat meminimalisir terjadinya
kerugian akibat proses korosi.
Pada bagian pipa masuk dan keluar proses yang terjadi korosi, dapat
digunakan pipa PE dan pipa PVC. Pipa PE berbahan dasar polyethylene yang
kepadatan pipa ini tahan dalam keadaan apapun, tahan panas dan dingin, tidak
mudah korosi dan bocor, sehingga dalam jangka waktu yang panjang pipa ini
bisa bertahan. Begitu juga dengan pipa PVC yang berbahan vinyl sehingga
tidak akan terkorosi dan tahan lama.

D. Pencegahan Lainnya
 Pada pH NH3 yang terlalu rendah yang dapat mengakibatkan terjadinya
korosi, pH tersebut harus dinetralkan (pH=7) terlebih dahulu dengan
penambahan basa jika asam, dan penambahan asam jika basa.
 Jika terdapat suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah yang dapat
memicu terjadinya korosi, sebaiknya tangki tetap di jaga agar berada pada
suhu 40-100°F.
 Sludge produk korosi yang mengendap pada tangki bagian bawah yang
lama kelamaan dapat terjadi korosi, dapat dicegah dengan membersihkan
tangki setiap tahun jika memungkinkan. Sehingga sludge tidak mengendap
terlalu lama yang dapat menyebabkan korosi.
 Pemilihan inhibitor untuk pengendalian korosi sangatlah penting, karena
jika kualitas inhibitor kimia yang rendah dapat memicu teerjadinya korosi
semakin parah, oleh sebab itu, membeli inhibitor haruslah dari supplier
terpercaya.

2.7 Dampak Korosi


Berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan korosi terhadap
lingkungan dan dampak terhadap manusia, yaitu :

10
a. Dampak Korosi Terhadap Lingkungan
 Lingkungan akan terkontaminasi oleh zat yang berbahaya, dikarenakan
korosi yang terjadi akibat pipa maupun tangki yang digunakan mengalami
kebocoran, sehingga berdampak ke lingkungan.
 Korosi mengakibatkan adanya pemborosan pada sumber daya alam.
Dimana proses korosi ini dapat membuat logam teknis yang berasal dari
senyawa mineral yang ada dibumi menjadi produk korosi yang tersebar
tanpa bisa di daur ulang menjadi logam teknis kembali.

b. Dampak Korosi Terhadap Manusia


 Adanya kerugian ekonomi yang terjadi akibat korosi. Biaya pengendalian
korosi yang tinggi untuk menanggulangi korosi mulai dari desain sampai
dengan proses maintenance membuat kerugian ekonomi yang sangat
besar.
 Korosi dapat membahayakan jiwa dan kesehatan manusia karena adanya
kegagalan dari konstruksi sehingga dapat menimbulkan kecelakaan
bahkan dapat mengakibatkan kematian.
 Adanya polusi dari zat yang hilang dari peralatan yang mengalami
kebocoran karena korosi yang terjadi, sehingga polusi tersebut
mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia.

Contoh pada industri pupuk urea ini salah satunya yaitu terdapat daerah yang
rentan terhadap korosi adalah bagian reaktor kristaliser, dimana pada reaktor ini
terjadi reaksi gas ammonia dan asam sulfat cair. Asam sulfat merupakan zat kimia
yang berbahaya, sehingga reaktor kristaliser tersebut rentan akan terjadinya
korosi.

11
KESIMPULAN

1. Korosi merupakan proses degradasi material akibat interaksi dengan


lingkungannya. Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elekron-elektron
yang merupakan hasil reaksi redoks, dimana logam mengalami oksidasi
(anodik) sedangkan oksigen mengalami reduksi.
2. Bagian-bagian peralatan dalam industri pupuk urea yang terjadi korosi adalah
tangki pengankut bahan baku, tangki penyimpanan, impeller pompa, sistem
perpipaan, unit sintesis dan unit purifikasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi dalam industri pupuk urea
yaitu zat-zat kimia yang korosif dalam pembuatan pupuk urea, suhu dan
keasaman (pH), dan faktor keberadaan elektrolit.
4. Korosi pada industri dapat dicegah dengan menggunakan bahan pelindung
terhadap korosi yaitu pelapisan (coating), penambahan inhibitor, dan
pemilihan material.
5. Korosi juga dapat dicegah dengan melakukan pengecekan material setiap
tahunnya jika memungkinkan, dan penggantian material jika sudah terjadi
kerusakan yang cukup parah.
6. Dampak korosi yang terjadi pada industri pupuk urea terbagi dua, yaitu
dampak korosi terhadap lingkungan seperti terjadinya kontaminasi zat yang
berbahaya dengan lingkungan, dan dampak korosi terhadap manusia seperti
dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan gangguan kesehatan manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://pandapoo-panda.blogspot.co.id/2012/04/jenis-jenis-korosi-dan-cara.html

http://www.nafiun.com/2013/07/pengertian-korosi-penyebab-cara-
pencegahan.html

http://yu-mhi.blogspot.co.id/2012/04/faktor-faktor-yang-menyebabkan-
korosi.html

https://www.academia.edu/4685891/Korosi_pada_Logam

https://www.scribd.com/mobile/document/365920400/Korosi-di-Industri-Pupuk

https://www.dimasrobisatria99.blogspot.co.id/2016/04/proses-industri-kimia-
pupuk-urea.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai