Anda di halaman 1dari 16

PITTING CORROSION

(KOROSI SUMURAN)

Disusun Oleh :

Putri Irda Utami (2004103010007)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
Pitting Corrosion ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal
saya selaku penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, 8 Mei 2021

Putri Irda Utami


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................2
B. Perumusan Masalah................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................5
A. Pengertian Pitting Corrosion...................................................6
B. Mekanisme dan Bentuk Pitting Corrosion..............................7
C. Faktor-Faktor Pitting Corrosion..............................................8
D. Pencegahan Pitting Corrosion.................................................9
BAB III KESIMPULAN......................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................11

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Mekanisme Kororsi Pitting....................................................

Gambar 2 Bentuk-bentuk Korosi Pitting.................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang kita pasti sering melihat besi atau baja digunakan
dalam berbagai macam hal seperti sebagai bahan material bangunan ataupun
bermacam – macam benda yang sering kita pakai sehari – hari. Besi dan baja tidak
dapat selamanya terhindar dari berbagai masalah yang dapat merugikan bagi
penggunanya. Dalam berbagai macam masalah tersebut, korosi merupakan
masalah yang paling utama karena dapat merusak struktur atom yang ada pada
besi atau baja tersebut.
Korosi merupakan proses degradasi suatu logam akibat reaksi elektrokimia
logam dengan lingkungannya. Korosi mengakibatkan kerusakan dan membawa
konsekuensi biaya pada setiap industri yang menggunakan struktur logam.
Permasalahan korosi menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang
cukup signifikan dalam perbaikan dan penggantian infrastruktur. Proses
kerusakan logam akibat korosi apabila tidak dikendalikan secara tepat dapat
menyebabkan bencana yang mengakibatkan korban jiwa dan kontaminasi
lingkungan.
Korosi memiliki banyak macam dan jenis salah satunya adalah korosi
sumuran atau dalam bahasa lain disebut dengan korosi pitting. Korosi pitting
dianggap jauh lebih berbahaya daripada korosi seragam sejak tingkat adalah 10-
100 kali lebih tinggi. Korosi pitting sangat dipercepat jika klorida, sulfat atau
bromida ion yang hadir dalam larutan elektrolit. Baja stainless dan logam lain
membentuk lapisan oksida pasif pada permukaan mereka ( Aluminium paduan ,
paduan tembaga , kromium) dalam elektrolit dan suasana sensitif terhadap korosi
pitting.

1
2

B. Rumusan Masalah

Makalah ini disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Pitting Corrosion?


2. Bagaimana mekanisme dan bentuk Pitting Corrosion
3. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya Pitting Corrosion?
4. Bagaimana pencegahan Pitting Corrosion?
3

C. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami


pengertian, mekanisme, bentuk dan faktor-faktor penyebab terjadinya pitting
corrosion, serta pencegahan pitting corrosion. Makalah ini juga disusun dengan
tujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Bahan Konstruksi
Teknik Kimia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pitting Corrosion

Pitting Corrosion (korosi sumuran) berasal dari kata 'pit'yang artinya


sumur. Pitting corrosion merupakan bentuk korosi lokal dimana hasil korosi akan
terbentuk suatu pitting (lubang) pada material. Korosi pitting sering dianggap
lebih berbahaya jika dibandingkan denganuniform corrosion (korosi merata),
karena produk korosi yang terbentuk akan menutupi pitting (lubang) sehingga
sulit untuk diidentifikasi. Logam yang bisa membentuk lapisan pasif, seperti
stainless steel dan aluminium merupakan logam yang paling rentan terserang
korosi pitting. Korosi pitting efeknya tidak meluas, namun terjadi hanya di suatu
titik saja, dan terus sampai ke dalam sehingga seiring semakin terkorosinya
material maka bagian yang terkorosi akan membentuk cekungan seperti sumur.

Pitting Corrosion atau korosi sumuran adalah bentuk korosi lokal di mana
terjadi kerugian logam dalam bentuk lubang dengan penampang relatif kecil untuk
permukaan terbuka secara keseluruhan. Sebagian besar permukaan sering
menderita kerugian logam sedikit atau tidak ada. Korosi pitting merupakan jenis
korosi yang cukup berbahaya karena dapat berpotensi menyebabkan kasus
kebocoran pada perpipaan. Korosi pitting diawali karena rusaknya lapisan
pelindung pasif yang disebabkan oleh erosi atau proses abrasif. Setelah lapisan
pelindung pasif telah terlepas di dalam media elektrolit, maka proses elektrokimia
untuk pitting korosi dapat terjadi. Inisiasi terbentuknya lubang terjadi pada suatu
tempat kecil pada permukaan logam yang rusak akibat adanya ion agresif seperti
misalnya ion klorida.

4
5

B. Mekanisme dan Bentuk- Bentuk Pitting Corrosion

Secara umum terdapat dua tahapan utama pada mekanisme terjadinya


korosi sumuran, yaitu inisiasi pit dan propagasi. Gambar 1 mekanisme korosi
sumuran.

Gambar 1. Mekanisme korosi pitting

 Inisiasi pit adalah terbentuknya tempat-tempat yang bersifat anodik yang


disebabkan oleh terganggunya atau rusaknya lapisan pasif pada permukaan logam.
Jenis korosi ini sering melibatkan ion halida (seperti ion chloride) karena
mempunyai kecenderungan yang besar untuk merusak lapisan pasif pada
permukaan logam.

Anoda : M(s) => Mn+ + ne-


Katoda : O2(g) + 2H2O(l) + 4e- => 4OH-

 Propagasi merupakan proses pelarutan logam yang terjadi secara kontinu,


membuat ion-ion logam akan terakumulasi di daerah anoda dan membentuk
rongga-rongga. Untuk menstabilkan elektron, ion-ion klorida akan bermigrasi ke
dalam rongga dan bereaksi dengan ion logam sehingga terjadi reaksi hidrolisis.
6

M+Cl- + 2H2O(l) => MOH(s) + H+ + Cl-. Adanya ion H+ dan Cl- yang terbentuk
akan mencegah terjadinya repasifasi pada logam. Laju pelarutan logam yang
semakin meningkat pada daerah anodik akan mempercepat migrasi dari ion
klorida, sehingga akan memperbanyak terbentuknya M+ dan Cl-.

Terdapat tujuh bentuk rongga hasil dari korosi sumuran yaitu sebagai
berikut :

Gambar 2. Bentuk-bentuk korosi pitting


7

C. Faktor – Faktor Pitting Corrosion


 Keadaan Lingkungan
Pitting corrosion dapat terjadi karena variasi dari keadaan lingkungan.
Pada lingkungan yang lembab, akan lebih cepat terjadinya proses kororsi.

 Adanya Ion Klorida yang Tinggi dan Reaksi Anodik pada Bagian Pit

Konsentrasi ion klorida tinggi memungkinkan terjadinya penetrasi ion


yang menembus lapisan permukaan logam dan mengawali proses pitting itu
sendiri. Mekanisme korosi pitting dapat diawali dengan reaksi anodik pada bagian
pit sebagai berikut:

Fe → Fe2+ + 2e- (oksidasi besi) (1)

Elekron yang terlepas tersebut selanjutnya mengalir menuju katoda.


Elektron tersebut menyebabkan air tereduksi dan menghasilkan ion hidroksida
(OH-) dengan reaksi sebagai berikut:

1/2O2 + H2O + 2e- → 2OH- (2)

Hasil dari reaksi tersebut menyebabkan elektrolit di dalam daerah pitting


bermuatan lebih positif dibandingkan elektrolit di permukaan logam. Kondisi
tersebut menyebabkan ion Cl- akan masuk ke dalam pitting dan membentuk
FeCl2 dengan reaksi berikut:

2Fe2+ + 4Cl- → 2FeCl2 (3)

4Fe2+ + 12OH- → 4Fe(OH)3 (4)

2FeCl2 + 4H2O- → 2Fe(OH)2 + 4H+ + 4Cl (5)

FeCl2 yang terbentuk akan terhidrolis oleh air membentuk larutan basa
lemah Fe(OH)2 dan ion H+. Ion H+ memiliki sifat asam lebih kuat dibandingkan
larutan Fe(OH)2, maka daerah di dalam pitting bersifat asam sehingga korosi
yang terjadi lebih hebat.
8

 Kandungan Oksigen yang Tinggi

Adanya kandungan unsur oksigen yang cukup tinggi, mengindikasikan


proses oksidasi besi yang membentuk produk besi oksida dan dideteksi
mengandung unsur Cl yang mengindasikan pada daerah pitting terjadi
pembentukan senyawa besi klorida sebagai produk korosi. Dalam penelitiannya
melaporkan hal yang serupa bahwa di dalam daerah pitting terdeteksi adanya
kandungan oksigen dan klorin. Hal tersebut disebabkan pada konsentrasi ion
klorida tinggi yang menyebabkan terbentuknya penetrasi permukaan logam serta
inisiasi pitting.

 PH dan Kandungan CO2 yang Tinggi

Faktor lain yang mengintensifkan serangan korosi pitting adalah


kandungan CO2 yang tinggi. CO2 yang terdapat di dalam gas alam
memungkinkan terlarut di dalam media larutan elektrolit dan menyebabkan
terbentuknya asam karbonat yang bersifat korosif.

Reaksi pembentukan asam karbonat dapat dijelaskan sebagai berikut :

CO2 + H2O ↔ H2CO3 (1)

H2CO3 ↔ H+ + HCO3- (2)

HCO3- ↔ H+ + CO32- (3)

Ionisasi asam karbonat dan ion bikarbonat meningkatkan keasaman.


Dimana dengan meningkatnya keasaman maka meningkat pula serangan pitting.
9

D. Pencegahan Pitting Corrosion


 Pilih Bahan yang Homogen
Bahan memiliki sifat yang sama di setiap titik, dapat dikatakan bentuknya
rata. Bahan dipilih sesuai dengan kondisi lingkungan agar dapat digunakan dalam
waktu jangka panjang.

 Diberikan Inhibitor
Contoh salah satu inhibitor yang dapat digunakan adalah kandungan ion
sulfat yang terlarut dapat menghambat proses terbentuknya korosi pitting dengan
membentuk lapisan pelindung garam sulfat seperti FeSO4 dan Cr2(SO4)3.
Kehadiran ion sulfat di dalam larutan yang mengandung ion klorida menurunkan
kelarutan penutup lapisan pelindung (lapisan pasif) yang terbentuk pada
permukaan logam sehingga pembentukan pitting dapat dihambat.

 Menurunkan Kandungan Klorida

Agresifitas larutan dapat dikurangi dengan menurunkan kandungan


klorida, keasaman dan serta menurunkan pH, sehingga dapat menghambat
terjadinya pitting corrosion.

 Proteksi katodik atau anodik


Apabila hubungan galvanik tidak dapat dihindarkan, maka logam yang
menjadi daerah anoda hendaknya diperluas atau dibuat lebih tebal. Secara
ekonomis, akan lebih baik lagi dilakukan dengan membuat anoda menjadi bagian
yang mudah diganti.
BAB III

KESIMPULAN

Korosi sumuran (pitting corrosion) adalah korosi yang menyerang


permukaan logam yang bersifat bebas. Di mana serangannya cenderung
membentuk sumur dengan arah tegak lurus terhadap permukaan logam dan
diameter permukaan jejak korosi jauh lebih pendek daripada alur penetrasian.

Faktor-faktor yang menyebabkan korosi pitting yaitu kondisi lingkungan,


kandungan klorida yang tinggi dan reaksi anodik pada bagian pit, terkontaminasi
dengan oksigen, pH serta kandungan CO2 yang tinggi.

Penanggulangan pada korosi pitting dapat dilakukan dengan memilih


bahan yang homogen, diberikan inhibitor, menurunkan kandungan klorida, serta
proteksi katodik atau anodik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Z. A., Ghayad, I. M., and Gomaa, N. 2015. Corrosion Failure of 4”


Pipeline of a Gas Production Well In Egypt Western Desert. J. Of
Metallurgical Engineering. 4(1) : 62-68.

Kahyarian, A., Singer, M., and Nesic, S. 2016. Modeling of Uniform CO2
Corrosion of Mild Steel in Gas Transportation Systems: a Review. J. of
Natural Gas Science and Engineering. 29(1) : 530-549.

Li, H., Wan, H., Liu, Z., Du, C., Liu, Y., and Li, X. 2017. Corrosion Behavior of
L415 Natural Gas Pipeline in High pressure Oxygen-Enrichedand High
Salt Environment. International Journal of Electrochemical Science.
12(5) : 6940-6951.

Niu, L.B. and Nakada, K. 2015. Effect of Chloride and Sulfate Ions in Simulated
Boiler Water on Pitting Corrosion Behavior of 13Cr Steel. Corrosion
Science. 96(3) : 171-177.

Niu, L.B., Okano, K., Izumi, S., Shiokawa, K., Yamashita, M., and Sakai, Y.
2018. Effect of Chloride and Sulfate Ions on Crevice Corrosion Behavior
of Low-Pressure Steam Turbine Materials. Corrosion Science. 132(1) :
284-292.

Pratikno, H. (2008). Pengaruh Lumpur PT Lapindo Brantas terhadap Korosi pada


Struktur Baja. Jurnal Purifikasi, 9(2), 125-136.

Pratikno, H. 2006. Pengaruh Salinitas terhadap Kinerja Beberapa Sacrificial


Anode Pada Proteksi Katodik di Lingkungan Laut. Jurnal Purifikasi. 7(1)
: 31-36.

Setiawan, A., Fajrin, A., Munir, M. M., & Ari, M. 2018. Korosi Baja Karbon Api
5l Grade B Sebagai Flowline Produksi Gas Alam. Journal of Research
and Technology, 4(1) : 28-40.

Suratmin, U. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 sebagai Inhibitor


terhadap Laju Korosi Besi dalam Media Air Laut. Jurnal Teknologi,
7(2) : 93-103.

Utomo, B. 2009. Jenis Korosi dan Penanggulangannya. Kapal : Jurnal Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi Kelautan. 6(2) : 138-141.

11
12

Wulandari, E. 2016. Analisa Kegagalan Tube Drain Superheater Pada Heat


Recovery Steam Generator (Hrsg). Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
1(1) : 20-23.

Anda mungkin juga menyukai