Anda di halaman 1dari 8

I.

2 Cacat-cacat pada Material


Cacat pada material merupakan ketidaksempurnaan pada material. Cacat
pada material terbagi atas :
1. Cacat titik
Cacat titik adalah cacat berupa titik pada material. Cacat titik terbagi atas :
a. Vacancy (kekosongan), yaitu cacat yang terjadi akibat adanya
kekosongan atom dalam susunan atom.
b. Subtitusi/pergantian, yaitu cacat yang terjadi akibat adanya pergantian
atom pada susunan atom.
c. Intertisi adalah cacat yang terjadi akibat adanya atom lain yang
menyusup dalam susunan atom. Intertisi terbagi atas:
 Self Intertisi, yaitu cacat akibat adanya atom yang menyisip
pada susunan atom yang berasal dari atom itu sendiri.
 Impurity, yaitu adanya atom asing yang menyusup pada susunan
atom yang bersifat mengganggu.

Gambar A.1.6 cacat titik pada material


2. Cacat Garis/Dislokasi
Cacat garis adalah ketidaksempurnaan pada material akibat kekosongan
pada sebaris atom. Dislokasi terbagi atas dislokasi sisi dan dislokasi ulir.
a. Dislokasi sisi, adalah cacat garis yang arah pergerakan atomnya tegak
lurus terhadap garis dislokasi. (Dislocation line).
Gambar A.1.7 dislokasi sisi
b. Dislokasi Ulir, yaitu cacat gais yang arah pergerakan atomnya sejajar
terhadap arah garis dislokasi (Dislocation line).

Gambar A.1.8 dislokasi ulir


3. Cacat Bidang
Cacat bidang yaitu ketidak sempurnaan material pada sebidang struktur
atom.
Contohnya;
 Twinning (kembaran): orientasi dari butir yang searah dibatas butir.
 Batas butir : adanya perbedaan orientasi antar butir yang
mengakibatkan adanya celah diantara perbedaan orintasi tersebut.
Gambar A.1.9 cacat bidang
4. Cacat Ruang
Cacat ruang adalah ketidaksempurnaan kristal pada seruang atom yaitu
timbulnya rongga antara batas butir karena orientasi butir dan dapat dilihat secara
langsung.
Contohnya :
 Porositas
 Retak
 Rongga
Retak

Gambar A.1.10 cacat ruang


2.1 Defenisi Recovery dan Recrystallization

Recovery yaitu proses pemulihan material setelah dideformasi plastis. Selama


proses ini, terjadi penurunan kekerasan sedikit dan tidak mengubah struktur butir,
dilokasi – dislokasi yang salah arah secara vertikal akan kembali menyusun diri
dan jumlahnya sedikit berkurang.
Gambar B.2.1 Proses recovery

Recrystallization adalah pertumbuhan butir baru karena adanya energi dari


tumpukan kerapatan dislokasi sehingga terjadi peningkatan energi dalam. Atom
cenderung untuk kembali pada tingkat energi rendah dengan cara membentuk
butir baru.
Proses recrystallization diklasifikasikan menjadi:
 Dinamik
Recrystallization yang terjadi selama berlangsungnya deformasi. Terjadi pada
pengerjaan panas
 Statik
Recrystallization terjadi setelah pemberian deformasi.

Gambar B.2.2 Proses recrystallization


2.2 Skema Recovery Dan Rekristalisasi

Berikut ini adalah skematik dari proses recovery dan rekristalisasi.

Gambar 2.3.1. skematik recovery dan rekristalisasi


Dari skematik diatas dijelaskan dimana pada proses rekristalisasi terjadi
penurunan kekerasan, dan peningkatan elongation bahan. Sedangkan pada proses
recovery, kekuatan dan kekerasan material tidak berubah.

Dari skema juga dapat dijelaskan bahwa sebelum material di recovery,


semua sifat mekanik pada material berada dalam keadaan normal, namun pada
waktu pengerolan atau pemberian deformasi terhadap material, terjadi perubahan
sifat mekaniknya. Pada waktu pemberian deformasi tersebut terjadi peningkatan
harga kekerasan, kekuatan, dan tegangan sisa, sedangkan keuletan material
tersebut berkurang. Adapun ukuran butirnya menjadi lebih kecil dan pipih dari
semula. Dengan penambahan temperatur setelah proses pemberian deformasi,
terjadi pertumbuhan butir baru pada material yang menyebabkan nilai kekerasan,
kekuatan dan tegangan sisa menjadi menurun, sedangkan keuletannya meningkat.
Pertumbuhan butir baru inilah yang disebut dengan rekristalisasi. Butir baru ini
lambat laun menjadi besar, akhirnya sifat material kembali kepada bentuk semula.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rekristalisasi
 Jumlah deformasi
Semakin besar jumlah deformasi maka semakin mudah terjadianya
rekristalisasi.
 Temperatur
Semakin tinggi temperatur maka material lebih cepat mencapai
rekristalisasi.
 Waktu
Semakin lama waktu rekristalisasi maka persentasi yang
terkristalisasi juga semakin banyak.
 Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir awal, maka makin banyak batas butir
maka setelah deformasi akan mudah terjadi rekristalisasi.
 Komposisi (Paduan)
Rekristalisasi mudah terjadi pada paduan dibandingkan pada logam
murni.
2.4 Pengerjaan Panas Dan Pengerjaan Dingin

Pada proses recorvery dan rekristalisasi ada dua jenis pengerjaan, yaitu:
a. Pengerjaan Dingin(Cold Working)
Didalam pengerjaan dingin ini temperatur yang digunakan dibawah
temperatur rekristalisasi (T kerja < T rekristalisasi), T kerja ≤ 0,3 T melt. Pada
pengerjaan dingin, material mengalami deformasi plastis sehingga keuletan
material menjadi turun sedangkan kekuatan dan kekerasan material mengalami
peningkatan. Ada beberapa kekurangan dan kelebihan dalam proses pengerjaan
dingin ini.

Kelebihan dari proses pengerjaan dingin diantaranya yaitu:


 Peningkatan kekuatan cukup berarti
 Peningkatan sifat mampu mesin
 Kualitas permukaan halus
 Tidak terbentuk terak oksida
 Ketelitian dimensi

Kekurangan dari proses pengerjaan dingin diantaranya yaitu:

 Terjadi tegangan sisa


 Butir yang pecah dan adanya distorsi
 Keuletan rendah
 Daya pembentukan besar
 Kaang-kadang efek strain hardening tidak disukai
b. Pengerjaan Panas(Hot Working)
Pada pengerjaan panas ini temperatur yang digunakan diatas temperatur
rekristalisasi (T kerja > T rekristalisasi), T kerja ≤ 0,6 T melt. Dimana pada proses
pengerjaan panas ini, material mengalami perubahan struktur mikronya yang
mana keuletan dari material tersebut meningkat sedangkan kekuatan dan
kekerasannya mengalami penurunan. Pengerjaan panas ini dilakukan didalam
tungku pada temperature tiggi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari pengerjaan
panas ini yaitu :
Kelebihan pengerjaan panas :
 Daya pembentukan rendah
 Peningkatan kekuatan rendah
 Porositas dapat dikurangi
 Ketidak murnian logam terpecah dan tersebar
 Adanya sedikit penghalusan butir
Kekurangan pengerjaan panas :
 Butuh pemanasan
 Mudah terbentuk terak
 Kualitas permukaan kurang bagus
 Ketelitian dimensi sulit dikontrol
 Umur perkakas rendah
BAB III

METODOLOGI

3.1 Peralatan

A. Alat
1. Tungku
2. Gergaji
3. Gerinda
4. Alat uji tekan
5. Alat uji keras Rockwell

B. Bahan
Aluminium

3.2 Skema Alat

Gambar B.3.1 Alat uji keras Rockwell Gambar B.3.2 Mesin Uji Tekan

Anda mungkin juga menyukai