Anda di halaman 1dari 21

Pre-treatment logam Pre-treatment larutan

elektrolit
- Disiapkan 15 logam : 9 paku + 6 seng
- Semua logam diamplas - Disiapkan 12
cawan
- Dicuci dengan akuadest - Cawan A1-
A4 : HCl
- Ditimbang berat awal logam - Cawan B1-B4 :
NaOH
- Dicelupkan dalam cawan (gelas piala) - Cawan C1-
C4 : Air
yang berisi
larutan elektrolit (HCl 1 N, NaOH 1 N,
dan air)
- Cawan A1/B1/C1 : Seng Cawan A Cawan B Cawan C
- Cawan A2/B1/C1 : Seng + Paku
- Cawan A3/B3/C3 : Paku A1,A2,A3,A4 B1,B2,B3,B4 C1,C2,C3,C4
- Cawan A4/B4/C4 : paku + baterai
- Dididiamkan selama 4 hari

Dikikir Pencucian Penimbangan


dan
(setelah akhir
diamplas
didiamkan 4)
hari)
TUGAS UMUM

1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

Gambar Uniform Corrosion pada kaleng minuman

Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang terekspose dengan
lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi secara
total.

Mekanisme Uniform Corrosion : dengan distribusi seragam dari reaktan katodik atas seluruh
permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen
dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Kedua
berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik
atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya
adalah hilangnya kurang lebih yang seragam dimensi.

Cara pengendalian korosi menyeluruh, sebagai berikut :


- Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodik
- Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)
2.

Gambar Korosi Galvanic pada Sambungan Baut

Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam
yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.

Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam
metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron
mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya
metal yang kurang mulia berubah menjadi ion ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion
positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal.
Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur -
sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:


- Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda
- Mengisolasi logam dari lingkungannya
- Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi
- Mengurangi oksigen yang larut dalam air
- Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
- Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
- Mencegah celah atau menutup celah
- Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.

3. Selective Leaching Corrosion

Gambar selective leaching corrosion pada pipa

Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari paduan
larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh
dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan
korosi graphitic.

Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial
yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung
sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda
potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang
lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-
seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh.

Gambar mekanisme selective leaching corrosion

Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah :

Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

4. Crevice Corrosion (Korosi Celah)

Korosi celah mengacu pada serangan lokal pada permukaan logam pada, atau berbatasan
langsung dengan, kesenjangan atau celah antara dua permukaan bergabung. Kesenjangan atau
celah dapat terbentuk antara dua logam atau logam dan bahan non-logam. Di luar kesenjangan
atau tanpa celah, kedua logam yang tahan terhadap korosi. Kerusakan yang disebabkan oleh
korosi celah biasanya dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan
permukaan yang bergabung.

Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan


kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi
dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi
klorida lebih rendah.
Gambar mekanisme korosi celah

Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut:

- Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan las.
- Gunakan gasket non absorbing.
- Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.

5. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)

Gambar korosi sumuran pada westafle

Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu titik atau
area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang
paling merusak dari korosi.

Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh
lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat
merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan
juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting
dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).
Gambar mekanisme pitting corrosion

Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut:

- Hindari permukaan logam dari goresan.


- Perhalus permukaan logam.
- Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.

6. Intergranular Corrosion

Gambar korosi batas butir pada pipa

Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau "korosi


interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis
korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular
stress corrosion cracking".

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam
komposisi, seperti sampel inti coring biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada
batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang
diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Gambar mekanisme korosi batas butir

Cara pengendalian korosi batas butir adalah:

- Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.


- Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
- Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
- Pelarutan karbida melalui pemanasan.
- Hindari pengelasan.

7. Stress Corrosion Cracking


Gambar korosi SCC pada sebuah logam

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara bersamaan
dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk
pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk
intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan
yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi
dengan penggetasan hidrogen.

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan
rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan.
Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan
terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Gambar mekanisme korosi SCC


Cara pengendalian korosi tegangan adalah:

- Turunkan besarnya tegangan


- Turunkan tegangan sisa termal
- Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
- Penggunaan inhibitor.

8. Erosion Corrosion

Gambar sebuah blade akibat korosi erosi

Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan korosi di hadapan
cairan korosif yang bergerak atau komponen logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang
menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu logam.

Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan
dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal
melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang
oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.
Gambar mekanisme korosi erosi

Cara pengendalian korosi erosi adalah:

- Menghindari partikel abrasive pada fluida.


- Mengurangi kecepatan aliran fluida.

Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari logam
yang teroksidasi di dalam larutan, dan melepaskan elektron untuk membentuk ion logam yang
bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi
adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat ion H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini terjadi
dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan logam ke dalam
larutan secara berulang-ulang (Alfin, 2011).
Mekanisme Reaksi

Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut :

Fe (s) + H2O (l) + O2(g) Fe(OH)2 (s)

Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat teroksidasi secara
alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3], sehingga mekanisme reaksi
selanjutnya adalah :

4 Fe(OH)2(s) + O2 (g) + 2H2O(l) 4Fe(OH)3 (s)

Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna merah kecoklatan
yang biasa kita sebut karat (Vogel, 1979).

Reaksinya adalah:

2Fe(OH)3 Fe2O3 + 3H2O

Korosi pada baja karbon antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi ion agresif seperti ion
klorida (Cl- ). Konsentrasi ion klorida yang makin tinggi akan semakin meningkatkan
kecenderungan terjadinya korosi. Ion klorida kebanyakan bertindak sebagai ion triger atau ion
agresif karena kemampuannya yaitu menghancurkan lapisan pasif pada permukaan baja karbon
dan mempercepat laju korosinya. Ion klorida bukan merupakan unsur ilmiah yang terdapat dalam
air, namun biasanya ditambahkan untuk mengontrol perkembangan organisme air. Ketika terlarut
di dalam air, maka ion klorida akan berubah menjadi asam hipoklorit (HClO) dan asam klorida
(HCl), yang mana akan menurunkan nilai pH. Ion klorida dikenal memiliki efek perusak
terhadap baja karbon.

Kebanyakan ion tersebut memiliki kemampuan untuk terserap di permukaan logam dan
berinterferensi membentuk lapisan pasif. Pitting merupakan jenis serangan utama yang terjadi
akibat ion klorida. Area kecil dimana ion Clterserap di permukaan logam merupakan daerah
anodik menuju lapisan oksida pasif katodik yang luas. Ketika proses mulai, reaksi hidrolisis ion
logam dari reaksi anodik menyebabkan penurunan pH, yang mana menghambat perbaikan
lapisan film dan mempercepat serangan. Baja karbon akan terkorosi di dalam air yang
mengandung klorida terutama dalam bentuk korosi uniform dibandingkan dalam bentuk
localized attack. Pengaruh ion klorida terhadap laju korosi tergantung kation larutan konsentrasi
garam. Adanya perbedaan laju korosi pada larutan garam seperti Lithium chloride (LiCl),
Sodium chloride (NaCl), dan Potassium chloride (KCl) dikarenakan perbedaan kelarutan oksigen
pada masing-masing larutan garam. Jadi, pengaruh konsentrasi satu komponen dapat di
pengaruhi oleh variabel lingkungan lainnya pada korosi aqueous.

Nilai pH pada air (elektrolit) dapat berbeda dengan pH aktual di permukaan logam
tergantung dari reaksi yang terjadi di permukaan. Reduksi oksigen akan menghasilkan ion
OHyang dapat meningkatkan nilai pH, namun di bawah deposit produk korosi nilai pH dapat
ditekan. Ketika pH air (elektrolit) moderate (pH = 5), korosi uniform merupakan serangan
dominan yang akan semakin meningkat dengan penurunan pH. Pada pH 4 atau < 4 maka lapisan
oksida proteksi terlarut dan terekspose di permukaan metal. Korosi akan semakin cepat terjadi
karena kadar oksigen terlarut berkurang pada permukaan logam di pH rendah. Kedua reaksi yaitu
evolusi hidrogen dan reduksi oksigen menjadi reaksi katodik. Pada peningkatan pH di atas 4,
besi oksida terpresipitasi dari larutan ke bentuk deposit. Korosi uniform secara tiba-tiba
menurun, namun di bawah deposit mulai terbentuk Fe2O3 di permukaan metal. Reaksi
anodiknya adalah sebagai berikut :
Deposit tersebut bersifat sebagai penahan difusi oksigen ke permukaan logam. Pada
peningkatan pH, deposit oksida besi berubah dari sedikit bersifat adherent di pH 6 menjadi keras
dan kuat pada pH > 8. Mekanisme korosi baja pada HCl yaitu laju korosi tinggi pada semua
konsentrasi asam di pH < 3. Adanya ion klorida berfungsi mempercepat laju korosi. Laju korosi
meningkat dengan adanya konsentrasi ion hidrogen (penurunan pH). Mekanisme proses korosi
berdasarkan variabel pH untuk baja yang laju korosi meningkat pada pH yang sangat rendah, laju
korosi tidak tergantung pH pada range pH netral, laju korosi menurun dengan peningkatan pH,
dan akhirnya laju korosi meningkat kembali pada pH yang sama tinggi.

Proses korosi pada besi baja pada temperatur kamar membutuhkan oksigen terlarut netral
dan alkali akan stabil tanpa kehadiran oksigen. Adanya proses agitasi ataupun stirring dapat
meningkatkan transport pelarutan oksigen dan meningkatkan laju korosi. Peningkatan temperatur
awalnya meningkatkan laju korosi mencapai dua kali lipat dengan kenaikan temperatur setiap
30oC, namun pada temperatur >80oC solubility pelarutan oksigen dapat menurunkan laju korosi.
Perbedaan transport oksigen terlarut menghasilkan perbedaan sel differensial aerasi, yang akan
menghasilkan korosi terlokalisasi pada permukaan besi atau baja pada temperatur kamar.
Oksigen terlalu sering mempunyai variabel access ntuk tujuan berbeda pada permukaan yang
lebih besar. pH yang lebih rendah terdapat di daerah anoda (di bawah deposit karat oksida)
sedangkan di sekelilingnya merupakan daerah katoda (ber-pH tinggi) yang dihasilkan dari reaksi
reduksi oksigen terlarut.

Apabila dibandingkan dengan logam nonferrous, seperti copper dan zinc, maka perilaku
korosi pada baja karbon sedikit sensitif terhadap kualitas air. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa
produk dari reaksi anodik pada baja karbon bersifat tidak protektif. Laju korosi pada baja
dikontrol oleh katodik, yaitu suplai oksigen terlarut.

Berdasarkan bahan dasarnya, inhibitor korosi terbagi menjadi dua, yaitu inhibitor dari
senyawa organik dan dari senyawa anorganik. Inhibitor anorganik yang saat ini biasa digunakan
adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng. Penggunaan sodium nitrit yang harus
dengan konsentrasi besar (300-500 mg/l) menjadikannya inhibitor yang tidak ekonomis,
berdasarkan hasil penelitian kromat dan seng ditemukan bersifat toksik, dan fosfat merupakan
senyawa yang dianggap sebagai polusi lingkungan, karena menyebabkan peningkatan kadar
fosforous dalam air. Sehingga inhibitor tersebut perlu digantikan dengan senyawa lain yang
bersifat non toksik dan mampu terdegradasi secara biologis, namun tetap bernilai ekonomis dan
mampu mengurangi laju korosi secara signifikan.

Secara umum inhibitor korosi dibagi atas beberapa kategori, yakni :

1. Inhibitor Anodik Inhibitor anodik menurunkan laju korosi dengan cara memperlambat reaksi
anodik. Inhibitor anodik membentuk lapisan pasif melalui reaksi ion-ion logam yang terkorosi
untuk menghasilkan selaput pasif tipis yang akan menutupi anoda (permkaan logam) dan lapisan
ini akan menghalangi pelarutan anoda selanjutnya. Lapisan pasif yang terbentuk mempunyai
potensial korosi yang tinggi atau inhibitor anodik menaikkan polarisasi anodik. Senyawa yang
biasa digunakan sebagai inhibitor anodik adalah kromat, nitrit, nitrat, molibdat, silikat, fosfat,
borat.

2. Inhibitor Katodik Inhibitor katodik menurunkan laju korosi dengan cara memperlambat reaksi
katodik. Inhibitor katodik bereaksi dengan OHuntuk mengendapkan senyawasenyawa tidak larut
pada permukaan logam sehingga dapat menghalangi masuknya oksigen. Contohnya antara lain
Zn, CaCO3, polifosfat.

3. Inhibitor Campuran Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat


proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi
ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa
silikat, molibdat, dan fosfat.

4. Inhibitor Teradsorpsi Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi
permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi
pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7
tetraazaadamantan.

Korosi (Kennet dan Chamberlain, 1991) adalah penurunan mutu logamakibat reaksi elektro
kimia dengan lingkungannya. Korosi atau pengkaratanmerupakan fenomena kimia pada bahan
bahan logam yang pada dasarnyamerupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam
yang kontaklangsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum,
yaitukerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian,
korosimenimbulkan banyak kerugian.

Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi iondengan
melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodikyang mengkonsumsi
electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodikbiasanya merupakan reduksi ion
hidrogen atau oksigen dari lingkungansekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara
lembab, misalnya prosesreaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :

Anode {Fe(s) Fe2+(aq)+ 2 e}

x2

Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e 2 H2O(l)

Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq) 2 Fe2++ 2 H2O(l)

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk proseskorosi ini,
,yaituE0sel =+1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimanaion H+ sebagian dapat
diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan airmembentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang
terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebihlanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :

4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrikdipacu oleh migrasi
elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalamair garam.

Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang

terjadi, yaitu :

O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion inisehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion inisegera ditangkap oleh garam
kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawakompleks stabil biru. Lingkungan basa
tersedia karena kompleks kaliumheksasianoferat (III).

Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisansenyawa besi (III)
oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembusoleh udara maupun air. Tetapi
meskipun alumunium mempunyai potensial reduksijauh lebih negatif ketimbang besi, namun
proses korosi lanjut menjaditerhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak
bersifat poroussehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

Korosi secara umum diartikan sebagai degradasi logam oleh reaksi kimia atau elektrokimia
dengan lingkungannya, lingkungan disini bisa termasuk atmosfer, fluida, temperatur, tekanan
dan tegangan. Jika kita membicarakan degradasi material, maka material plastik akan mengalami
interaksi kimia dengan sinar ultraviolet dari matahari.
Semua material mempunyai kecenderungan untuk kembali ke bentuk asalnya yaitu keadaan yang
stabil, korosi merupakan salah satu proses tersebut.

Pada proses pemurnian logam, kita lihat kebanyakan logam secara alami dalam keadaan
teroksidasi, kecuali emas dan logam mulia seperti platina. Sehingga bisa dikatakan bahwa
keadaan yang stabil dari material, bila ia berada dalam keadaan teroksidasi dan korosi adalah
proses oksidasi. Tanpa perlindungan apapun, logam akan mengalami oksidasi atau korosi.
Karena korosi merupakan proses alami, maka perlu dipelajari bagaimana mencegah dan
mengontrol terjadinya korosi.

Ketika sebuah logam terkorosi, maka ketebalannya akan berkurang secara menyeluruh
atau setempat, sehingga akan mempengaruhi reliability (keandalan) dari struktur atau komponen
yang menggunakan logam tersebut. Jika ia sebuah independen struktur maka perlu diadakan
perbaikan, tapi kalau merupakan bagian dari proses produksi maka akan mempengaruhi
produktivitas dari pabrik.
Kita dapat mulai mengontrol korosi dengan pemilihan bahan dan disain yang tepat. Untuk
melakukan hal tersebut kita harus mengetahui kondisi lingkungan dimana korosi akan terjadi
sehingga korosi dapat dihindari.
General corrosion adalah serangan korosi yang cenderung kepada pengecilan ketebalan
secara uniform (menyeluruh). Atmospheric corrosion disebabkan oleh udara, tetapi komponen
sebenarnya dari udara yang menyebabkan korosi yaitu uap dan kelembaban relatif. Pada
lingkungan yang sangat kering, seperti gurun, baja masih kelihatan mengkilat dan bebas dari
bercak untuk waktu yang lama. Korosi akan terjadi jika kelembaban relatif minimum sekitar 50
sampai 70 %. Korosi akan semakin besar jika permukaan logam basah oleh titik-titik air atau
lapisan air yang terbentuk oleh percikan air laut, hujan atau embun. Kesimpulannya, pada
temperatur kamar atmospheric corrosion merupakan bentuk korosi yang berhubungan dengan
air.

Reaksi Elektrokimia.
Prinsip korosi berdasarkan pada elektrokimia dan diilustrasikan dengan sebuah sel
elektrokimia. Sel terdiri dari 2 electroda yang terhubung, satu anoda dan satu katoda, keduanya
terhubung dalam suatu larutan elektrolit. Ketika korosi terjadi, proses oksidasi berlangsung
bersamaan dengan proses reduksi, yang kemudian dinamakan proses redoks.

Proses oksidasi terjadi pada anoda, sedang reduksi pada katoda.

Pada ilustrasi ada 4 elemen korosi elektrokimia.

adanya anoda
adanya katoda
adanya kontak antara anoda dan katoda
adanya larutan elektrolit (media penghantar)

Keempat elemen tersebut harus ada jika proses korosi terjadi. Untuk mencegah agar korosi tidak
terjadi, maka hanya satu elemen saja dari keempat elemen tersebut diatas yang perlu dihilangkan.

Perhatikan sebuah contoh proses korosi zinc dalam larutan asam yang mengandung ion H+. Pada
permukaan zinc akan mengalami oksidasi atau korosi.

Zn > Zn2+ + 2e reaksi oksidasi (anoda)

Karena zinc bersifat konduktor listrik, maka elektron akan ditransferkan pada daerah dimana
disitu terdapat H+.

2 H+ + 2e > H2 (gas) reaksi reduksi (katoda)

Mengontrol Korosi.
Jika kita ingin mengontrol korosi dari logam, kita hanya perlu menghilangkan satu elemen dari
sebuah reaksi elektrokimia.

1. Menghilangkan elektroda.
Menghilangkan elektroda disini artinya kita menghindari terbentuknya anoda dan katoda yang
dapat menjadi sel galvanic. Ada beberapa cara untuk mencapai kondisi diatas, diantaranya:

Memilih 2 logam yang memiliki open circuit voltage diantaranya, yaitu jika diantara 2
material tersebut beda potensialnya tidak lebih dari 0,25V.
Membuat area permukaan anoda lebih luas daripada area katoda.
Menjaga jarak material anoda dan katoda sejauh mungkin.

2. Menghilangkan atau menghindari kontak antara elektroda.


Jika 2 logam berbeda disambung, kita dapat menghindari kontak diantaranya dengan
menggunakan insulator washer, bushing maupun gasket.

3. Mengilangkan atau mengontrol elektrolit.


Ini merupakan teknik yang banyak diterapkan. Elektrolit bisa dihindari melalui protective
coating pada permukaan logam atau material. Coating (pelapisan) bisa dengan :
1. organic coating, contohnya cat, karet, plastik.
2. inorganic coating, contoh: enamel, glass dan semen (ceranmic).
3. metallic coating, contoh: zinc coating, tin coating, stainless steel cladding.
Jika pemberian coating pada struktur/logam tidak memungkinkan dilakukan, maka kita harus
mengontrol larutan elektrolitnya. Yaitu dengan menambahkan inhibitor pada elektrolit sehingga
akan memperlambat reaksi yang terjadi pada anoda maupun katoda. Salah satu contoh yang
sering dijumpai yaitu pemberian antifreeze coolant pada radiator mobil.

4. Proteksi Katoda
Biasa juga disebut sacrificial anode karena tujuannya mengorbankan logam untuk melindungi
katoda. Logam yang dikorbankan sifatnya harus lebih anodik dalam galvanic series. Logam yang
biasanya digunakan untuk tujuan ini yaitu magnesium, aluminium dan zinc. Cara lain yang
digunakan yaitu dengan mengalirkan elektron ke logam yang akan dilindungi. Berikut skema
dari proteksi katoda.

Anda mungkin juga menyukai