KOROSI
Oleh:
Lino Marano
(16.01.011.016)
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGENDALIAN KOROSI
Korosi merupakan proses kerusakan ataupun penurunan
sifat material (logam) oleh reaksi elekrokimia karena
berinteraksi dengan lingkungan. Pada kebanyakan situasi
praktis, serangan korosi ini tidak dapat dicegah, dan upaya yang
dapat dilakukan adalah pengendalian sehingga struktur ataupun
komponen mempunyai masa pakai lebih panjang.
Pengendalian korosi bertujuan mengatur laju korosi,
sehingga perkembangannya tetap berada dalam rentang tertentu
atau dapat untuk meramalkan batas umur suatu struktur.
Proteksi terhadap korosi atau lebih tepat disebut
pengendalian terhadap korosi dapat digolongkan menjadi
empat golongan besar yaitu :
• Pengendalian korosi dengan mengubah jenis logam dan
desain.
• Pengendalian korosi dengan mengubah media korosif.
• Pengendalian korosi dengan cara mengubah potensial
(tegangan) antara logam/media korosif.
• Pengendalain korosi dengan pelapisan permukaan.
PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGUBAH DESAIN
Daya tahan bahan metalik terhadap korosi seringkali dapat ditingkatkan dengan
cara mengubah komposisi logam, struktur mikronya atau dengan mengubah kondisi
tegangan dan permukaannya. Peningkatan daya tahan korosi dengan pemaduan (alloying)
dapat bersifat :
• Passivatif, misalnya penambahan Cr (11%), Ni dan Mo dalam baja tahan karat dan
• Katodik, mendorong proses pasifasi misalnya penambahan unsur-unsur Cu, Ag, Pd atau
• Pembentuk oksida, misalnya Cr, Al dan Si dalam baja tahan panas; Al, Be dan Mg dalam
dezincification.
PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGUBAH MEDIA KOROSIF
(dehumidification).
• Peniadaan partikel-partikel debu dalam air atau udara dengan cara filtrasi.
PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGUBAH POTENSIAL
LOGAM
Karena masalah korosi logam dalam lingkungan basah melibatkan
proses elektrokimia maka penanggulangannya pun harus secara elektrokimia.
Pengendalian korosi secara elektrokimia dilakukan dengan cara mengubah
tegangan elektrodanya agar korosi dapat dicegah atau paling tidak mengurangi
pelarutan logam. Proteksi korosi dapat dibagi menjadi :
• Proteksi katodik
• Proteksi anodik
1. Proteksi katodik
Pada proteksi katodik, benda yang terkorosi berfungsi sebagai katoda dari
suatu sel elektrokimia. Kalau tegangan elektrodanya digeser kearah negative sampai
dibawah nilai tegangan kesetimbangan korosinya, maka benda tersebut tidak akan
• Galvanic protection: Benda yang terkorosi dipasang sebagai katoda pada suatu sel
galvanic. Anodanya yang terdiri dari logam Mg, Zn atau Al berfungsi sebagai anoda
korban
• Elektrolytic cathodic protection : cara ini menggunakan objek yang mengalami korosi
sebagai katoda sel elektrokimia yang arusnya disuplai dari sumber arus searah luar
(impressed) current. Anoda tambahannya biasanya terdiri dari logam yang tidak larut
(Pt, Pb, C dan Ni), tetapi dapat pula berupa logam yang dapat larut (Fe,Al).
2. Proteksi Anodik
Pada proteksi anodik, objek yang akan dilindungi dipasang sebagai anoda
dari suatu sel galvanic atau biasanya sel elektrolitik. Kemudian tegangan elektrodanya
digeser kearah positif sehingga untuk logam-logam tertentu akan terjadi pasifasi
kimiawi. Cara ini hanya cocok untuk logam yang menunjukkan pasifasi kimiawi dan
tidak dapat dipakai dalam lingkungan yang mengandung konsentrasi anion dalam
jumlah besar. Dapat pula dibagi menjadi:
• Galvanic anodic protection : dalam hal ini logam-logam mulia (Pt, Pd, Ag, Cu)
dipakai sebagai unsure-unsur pemandu atau sebagai surlace coating pada logam-
logam pasifasi (stainless steel, Ti, Ta, Zr)
• Electrolitic anodic protection : disini digunakan arus searah dari luar yang disuplai
melalui katoda tambahan dan tegangan potensial objek yang akan dilindungi
(anoda) diatur dengan bantuan potentiostat.
PENGENDALIAN KOROSI DENGAN CARA PELAPISAN PERMUKAAN
(SURFACE COATING)
Langkah awal sebelum dilakukan protective coating adalah preatment untuk
membersihkan permukaan logam dari kotoran-kotoran seperti grease dan garam-garam,
lapisan oksida seperti mill scale dan karat. Operasi preatment biasanya dilakukuan
dalam dua tahap :
• Tahap pertama untuk menghilangkan bahan-bahan organic (degresing) meliputi:
organic degreasing, alkaline degreasing, emulsion cleaning, dan steam degreasing.
• Tahap selanjutnya menghilangkan bahan-bahan anorganik dan juga untuk
mendapatkan surface finish tertentu. Dengan cara:
- mekanis : antara lain hammering, scraping, pneumatic blasting, centrifugal
blasting, tumbling, polishing.
- Termal : flame- cleaning, induction heating
- Kimia : pickling
1. Pelapisan permukaan metalik (metallic surface coating)
Pelapisan permukaan metalik dapat dilakukan dengan 3 cara yakni :
• Metode mekanis: contohnya, mechanical plating, penyemprotan logam cair (Al,
Zn) atau pengecetan menggunakan cat yang mengandung serbuk seng atau
aluminium.
• Metode fisik: dalam cara ini pelapisan logam dilakukan pada temperature tinggi,
membentuk paduan permukaan oleh proses difusi. Misalnya proses hot dipping,
yaitu pencelupan logam dalam cairan logam Zn, Pb, Sn atau Al. atau proses
tumbling dalam serbuk logam yang digunakan sebagai bahan pelapis.
• Cara kimia: cara ini melibatkan pemakaian lelehan atau uap logam dengan
komposisi tertentu, misalnya khlorida dari logam perlindungannya (mis, Cr).
2. Inorganik atau non-metalik coating
Inorganic coating dapat berfungsi hanya sebagai lapisan pelindung atau
berfungsi juga sebagai inhibitor. Contohnya adalah bahan vitreous enamel, blac
oxidation of steel dan proses-proses anodizing.
PELAPISAN
Pelapisan pada umumnya merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu
produk, biasanya dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir, atau setelah proses
• Memberikan sifat khusus pada permukaan logam seperti sifat keras, tahan aus, tahan
Dilihat dari jenis material pelapis, maka pelapisan dapat dikategorikan atas tiga jenis, yaitu :
• Pelapisan Organik
• Pelapisan Inorganik
• Pelapisan Metalik
METODE PELAPISAN LOGAM (PELAPISAN METALIK)
Secara teknis, pelapisan metalik dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain adalah dengan cara sebagai berikut:
• Pelapisan dengan celup panas (Hot Dipping)
• Pelapisan dengan penyemprotan (Metal Spraying)
• Cladding
• Conversion Coating
• Pelapisan listrik
1. Pelapisan dengan celup panas (Hot Dipping)
Pelapisan dengan celup panas dilakukan dengan cara mencelupkan logam
yang akan dilapisi kedalam logam pelapis yang berada dalam keadaan cair. Karena itu
titik cair logam yang akan dilapisi harus lebih tinggi dari titik cair logam pelapis,
contohnya pelapisan sheet baja dengan Zinc pada pembuatan atap seng.
2. Pelapisan dengan penyemprotan logam (Metal Spraying)
Pelapisan dengan penyemprotan logam dilakukan dengan menyemprotkan
logam cair dalam bentuk partikel-partikel halus kepermukaan logam yang akan
dilapisi hingga membentuk suatu lapisan. Pada umumnya pelapisan ini dilengkapi
dengan pelapisan lain, yaitu pengecatan untuk mengisolasi bahan pelapis yang sudah
ada dari proses oksidasi atmosfer.
3. Cladding
Cladding umumnya dilakukan untuk pelapisan logam dengan logam lain yang
tidak bebrbeda jauh beda potensial elektrokimianya. Untuk mengendalikan korosi merata
dalam jangka waktu relatif panjang misalnya dilingkungan dengan korosifitas yang tinggi.
Tujuannya untuk menghindari efek korosi galvanik antara keduanya selama masa operasi.
4. Conversion Coating
‘mengkorosikan’ permukaan logam tersebut sehingga membentuk lapisan yang kuat serta
• dapat menyerap oil atau wax sehingga membantu ketahanan korosi permukaan.