Anda di halaman 1dari 12

PENGENDALIAN KOROSI

Disusun oleh :

Nama : DINADHA ARIES WAHYUDI


NIM : K2513018
Smt./Kelas :V/B

Untuk Memenuhi Tugas III Mata Kuliah Korosi


Yang Diampu Oleh Bapak Drs. Ranto, M.T
.

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PENGENDALIAN KOROSI

A. Pengendalian Korosi melalui Perencanaan.


Dalam dunia industry perancangan merupakan tahap awal yang penting,
perancangan dilakaukan dengan mempertimbangakan beberapa hal. Untuk
mencegah terjadinya korosi dari suatu rancangan maka dalam perancangan harus
memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Bentuk dan struktur bahan
Hal yang perlu diperhatikan pertama yaitu berapa lamakah struktur bahn
dapat digunakan sebelum terjadi kerusakan. Sesudah menetapkan umur yang
diharapkan untuk sebuah rancangan, umur ini harus diperbandingkan dengan
umur sistim pengendalian korosi yang akan digunakan.
2. Pemilihan bahan
Dalam kontrol korosi, memilih logam atau paduan sedimikian sehingga
pertukaran ion dengan lingkungannya tidak berlangsung dengan cepat atau
dengan kata lain memilih logam atau paduannya yang perbedaan potensialnya
dengan lingkungannya tidak terlalu besar. Faktor-faktor yang sering
diperhitungkan dalam proses pemilihan material antara lain:
a. Memiliki ketahanan korosi yang lebih tinggi di suatu media tertentu yang
mana pada deret galvanik berada pada daerah noble atau katodik.
b. Persyaratan umur komponen.
c. Variasi sifat.
d. Perubahan karakteristik logam akibat proses pengerjaan atau selam terkena
kondisi operasi tertentu
Pemilihan material dipertimbangkan juga dalam perannya sebagai pelapis
permukaan luar (coating) maupun sebagai pelapis permukaan dalam (lining).
3. Lingkungan kerja
4. Penggunaan lapisan pelindung
5. Penggunaan metode perlindungan elektrik
B. Pengendalian Korosi melalui Perubahan Lingkungan.
Prinsip dari modifikasi lingkungan yaitu :
1. Membuat lingkungan menjadi tidak korosif.
Metode ini umumnya dilakukan dengan menggunakan zat kimia yang
ditambahkan ke dalam lingkungan elektrolit. Metode ini cocok untuk
lingkungan yang terbatas dan terkontrol. Zat kimia yang ditambahkan dapat
mempengaruhi reaksi di anoda, katoda ataupun keduanya, sehingga proses
korosi diperlambat. Zat kimia yang ditambahkan disebut sebagai inhibitor.
2. Memisahkan logam dari lingkungan.
Metode ini merupakan yang paling populer dan banyak digunakan.
Metode ini meliputi pelapisan dengan lapis lindung organik atau anorganik
(logam dan bukan logam). Teknik perlindungan dapat dilakukan dengan
pengecatan, semprot, lapis listrik, celup dan sebagainya. Untuk proses lapis
listrik (elektroplating), logam yang umum digunakan untuk melapis adalah
kadmium, krom, tembaga, emas, timah putih, timah hitam, nikel, perak dan
seng. Sedangkan untuk paduan antara lain kuningan, perunggu, nikel-besi dan
sebagainya
Dari kedua prinsip diatas, dapat dilakukan suatu perlakuan terhadap
logam yang terdapat di lingkungan yang berbeda, seperti berikut :
a. Bahan yang terletak dilingkungan berwujud gas
1) Menurunkan kelembaban
2) Menghilangkan komponen yang mudah menguap
3) Mengubah temperature
4) Menghilangkan kotoran-kotoran pada logam dan lingkungan sekitar.
b. Bahan yang terendam air
1) Menurunkan konduktifitas ionic
2) Mengubah pH
3) Mengurangi kandungan oksigen
4) Mengubah temperature
c. Bahan yang tertimbun dalam tanah
1) Proteksi katodik
2) Pelapisan permukaan
3) Mengubah pH
4) Menganti tanah yang tidak menahan air

C. Pengendalian Korosi melalui Pelapisan ( Coating )


Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya mengendalikan korosi
dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan
pengecatan atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan
logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang
tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi
adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang
tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut. Logam seng
juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk
lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng
adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial
setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s)⎯⎯→Zn2+(aq) + 2e– Eo= –0,44 V
Fe(s)⎯⎯→Fe2+(g) + 2e– Eo= –0,76 V
Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu dari pada besi. Jika
pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan
normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan
korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah
kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang
mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak
terkorosi.
Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif),
hiasan(dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan
panas, tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan
sebagainya. Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan
cat (coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis-
jenis proses pelapisan logam sering digunakan antara lain :
1. Elektroplating
Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah
suatu pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam
lain yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating
adalah proses mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan
dilapisi melalui pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi-
reduksi.
Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar
pada penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif
pemakaian bahan yang lebih murah.
Macam-macam sistem electroplating;
a. Rak plating
Rack plating adalah suatu sistem pelapisan yang menggunakan alat
sebagai tempat menggantungkan barang yang akan dilapis, dimana alat (rack)
ini berfungsi juga menghantar arus listrik. Type rack yang digunakan adalah
sebagai berikut ;

Gambar 1. Tipe bilah tunggal dan tipe T

Gambar 2. Tipe kotak dan tipe bilah banyak


b. Continous plating
Continaus plating adalah sistem pelapisan terus menerus dimana barang
yang akan dilapis bergerak menuju larutan dan keluar secara berantai. Biasanya
barang yang akan dilapis adalah berhentuk kawat yang panjang dan juga barang
yang berbentuk lembaran-lembaran.
Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering dipakai untuk
melapis logam dasar;
1) Zink Plating.
Zink plating digunakan untuk mencegah korosi akobat atmosphere,
dimana proses ini menggunakan elektrolit seperti sodium cyanide, caustic suda
dan zink oksida, hasil pelapisan ini sanyat baik dicat bila untuk manda
dekorasi dan biayanya lebih murah dari cadmium plating.
2) Cadmium plating
Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan
zink plating dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan
cadmium ini sangat baik mencegah korosi akibat li kuningan ataupun
tembaga. (a) (b) Gambar 10.7. Continous plating. Berikut ini diberikan contoh
beberapa logam yang sering dipakai untuk ar; Zink plating digunakan untuk
mencegah korosi akobat atmosphere, dimana proses ini menggunakan
elektrolit seperti sodium cyanide, caustic suda dan zink oksida, hasil pelapisan
ini sanyat baik dicat bila untuk manda biayanya lebih murah dari cadmium
plating. Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan
zink plating dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan
cadmium ini sangat baik mencegah korosi akibat listrik, tetapi tidak cocok
untuk melapisi kuningan ataupun tembaga.
Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering dipakai untuk
Zink plating digunakan untuk mencegah korosi akobat atmosphere, dimana
proses ini menggunakan elektrolit seperti sodium cyanide, caustic suda dan
zink oksida, hasil pelapisan ini sanyat baik dicat bila untuk mandapatkan Hasil
proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan zink plating
dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan cadmium
cok untuk melapisi.
3) Tin Plating.
Pelapisan ini sangat baik dilakukan untuk mencegah cemaran pada
campuran organik yang ada pada kaleng makanan dan juga kaleng oksigen.
4) Nikel Plating.
Disamping mendapat anti korosi, pelapisan ini juga mendapatkan hasil
yang tahan gesekan , kemudian nikel plating juga dilakukan sebagai semir
untuk mendapat dekorasi tetapi harus didasari oleh tembaga.
5) Chrom plating.
Elektrolit yang digunakan pada pelapisan chromium ini adalah larutan
asam chromium (CrO3) atau chromium trioksida, dimana pelapisan ini
digunakan antara lain: a) Mendapatkan dekorasi yang baik (decorative
chromium). b) Mendapatkan finishing yang keras, tahan karosi, gesekan, dan
goresan (Hard chromium). Tebal pelapisan untuk dekorative chromium
biasanya antara 0,015 sampai 0,025 mm. Paduan nikel seperti stainless monel
(Ni-Ag) dapat langsung dilapis dengan chromium tetapi logam dasar yang
telah mengandung tembaya seperti; kuningan (brass), perunggu (bronze) atau
tembaga itu sendiri sebaiknya terlebih dahulu dilapisi dengan tembaga dan
nikel. Pada pelapisan hard chromium, logam dasarnya tidak perlu dilapisi
dengan tembaga dan nikel.
6) Anodising
Aluminium dan magnesium tahan terhadap korosi atmosfir karena
pada bagian luarnya trbentuk oksid-oksid yang terhadap korosi atmosfir tanpa
dilindungi, tetapi hal ini tidak terdapat pada semua logam, maka untuk
membentuk lapisan oksid ini dibuat suatu proses yang disebut Anodising.
Proses ini terdiri dari gantungan komponen dalam larutan asam sulfat dan
dihubungkan dengan kutub positip dari cirkuit sehingga ini menjadi anoda,
bak baja yang merupakan tempat larutan adalah kutub negative atau katoda.
Lapisan oksid yang dihasilkan adalah keras dan pada mulanya bersifat
absorbsi sehingga dapat dicat dengan dengan mencelupkannya dalam bak
larutan cat, caranya sama dengan pencelupan warna kain / pakaian, setelah
permukaannya dilapisi kemudian dicelupkan lagi pada air selama 30 menit.
Sistem ini akan menghasilkan lapisan yang rata dan halus dan juga warnanya
tahan lama.
7) Hot Dipped Coating.
Proses ini digunakan untuk mencegah korosi tanpa mempergunakan
elektrolit. Bahan pelapis yang sering dpakai adalah timah atau seng. Bila
logam dasar dilapisi dengan cara, pencelupkannya kedalan seng panas maka
proses ini disebut GALVANISING dan bila dicelupkan kedalam timah
putih/timah hitam disehut TERNEPLATE. Metoda yang lain yang hampir
sama dengan system ini adalah dengau cara menempatkan baja dalam bubuk
seng dan kmudian dipanasi dalam dapur samppai titik terendah sari seng.
Metode ini memberikan pelapisan lebih sempurna dibanding dengan system
lain.
2. Galvanisasi
Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating,
hanya saja pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi
penempelan atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi.
Mekanismenya berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi yang
akan menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih kuat
dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut
galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam
yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses
pencelupan panas (hot dipping).
3. Semprotan Logam (Metal spray)
Menurut Ir. Wahyudin dalam “Metal Spray “ (metallizing proces,
Puslitbang Metalurgi-LIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses
metalisasi (metallizing proces),di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada
suatu permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni
ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan diatomisasikan oleh udara
membentuk butir-butir yang sangat halus dan disemprotkan pada permukaan
benda kerja membentuk lapisan logam padat.Prinsip dari proses ini adalah bahwa
semprotan gas tekan tinggi dapat membuat logam menjadi butiran-butiran halus,
kecepatan gas tersebut kira-kira 200-270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut
kemudian melekat pada permukaan logam yang akan dilindungi melalui proses
pendingin cepat seperti pada casting. Bahannya berasal dari bentuk kawat atau
serbuk yang kemudian meleleh karena semprotan gas panas yang terbakar
(misalnyaOxy- acetylene) atau dengan busur listrik (electric arc).
4. Sementasi (cementation)
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan
dilindungi ke dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada
suhu tinggi, sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada
permukaan logam yang dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga
dilakukan dengan mencelupkan bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium
yang mencair dan mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai
pelindung dengan regangan yang inert.
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah
sedikit ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif
memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis
inhibitor menurut mekanisme pengendalian, yaitu:
1. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor atau anodic inhibitor)
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan
cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor
anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa
molibdat.
2. Inhibitor katodik (catodic inhibitor)
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan
cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya
penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion
hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
3. Inhibitor organis (organic inhibitor)
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi
permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film
tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini
adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
4. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor)
5. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor).
Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya yaitu injeksi
terus menerus, pemasokan secara setakar-setakar (batch), cara
pengecatan (squeeze treatment), valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer
tertutup), dan pelapisan (coating).
Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga
dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini :
a) Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor
b) Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan
agitasi
c) Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak
terkelupas, sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-
lain.
d) Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan
menghasilkan produk yang dapat merusak
e) Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat
yang berlebihan
f) Pengaruh beracun.
g) Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi
atau terlalu mudah atau lambat larut.
Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari
serangan korosi, diantaranya yaitu: memperpanjang usia pakai peralatan,
mencegah penghentian pabrik (shut down), mencegah kecelakaan karena rusaknya
peralatan, mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer), dan
mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive appearance).
D. Pengendalian Korosi melalui Proteksi Anodik dan Katodik
Perlindungan anodik (anodic protection) adalah metode yang digunakan
untuk mencegah korosi pada logam dengan cara merubah potensial logam menjadi
lebih positif sehingga berada di daerah pasif pada diagram pourbaix. Metode ini
paling sering digunakan pada lingkungan yang sangat korosif untuk melindungi
logam yang berada dalam larutan amat asam atau amat basa. Perlindungan anodik
berbeda dari perlindungan katodik, teknik lain yang digunakan untuk mencegah
korosi dalam perangkat logam dan struktur logam. Dalam perlindungan anodik,
arus listrik digunakan untuk membuat lapisan pelindung teroksidasi pada bahan
dasar yang dilindungi, yang sering dikenal sebagai substrat.
Perlindungan anodik biasanya digunakan untuk melindungi logam dalam
lingkungan yang terlalu korosif sehingga metode perlindungan lain mungkin tidak
akan efektif. Perlindungan katodik berbeda dari teknik anodik karena perlindungan
katodik menggunakan batang logam yang disebut “katoda korban” agar terkorosi,
menggantikan logam dilindungi. Teknik ini biasanya digunakan dalam air,
sementara metode perlindugan anodik digunakan dalam lingkungan yang lebih
korosif. Perlindungan anodik umum digunakan untuk melindungi baja dari korosi
akibat paparan substansi dengan pH kecil (asam) maupun pH tinggi (basa).
Teknik ini biasanya ditemukan di pabrik-pabrik yang produksinya
melibatkan berbagai senyawa asam kuat atau basa kuat seperti asam sulfat, asam
fosfat, atau asam kromat. Material lain yang bisa pula dibuat lebih tahan dengan
perlindungan anodik adalah magnesium, titanium, dan seng. Perlindungan anodik
bekerja dengan membentuk lapisan pelindung yang disebut film anodik pada
logam dasar. Lapisan film ini merupakan lapisan teroksidasi terkontrol yang
terbentuk di atas logam menggunakan arus listrik terkontrol yang sekaligus dapat
digunakan untuk meningkatkan dan mengurangi ketebalan film anodik. Lapisan
film lantas bertindak sebagai penghalang antara logam dengan lingkungan korosif
di sekitarnya. Sensor digunakan untuk memantau arus listrik dalam larutan dan
pada logam yang dilindungi, yang berfungsi sebagai anoda.
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk
mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa
pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium
dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang
lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg
sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada
gambar dibawah.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :


Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–
Katode : O2(g) + 2H2O (l) + 4e– → 4OH–(aq)
Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)
Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru
dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi
hidroksidanya
Keuntungan Proteksi Katodik Anoda Korban
a) Dapat digunakan tanpa membutuhkan energy listrik dari luar.
b) Hampir tidak memerlukan pengawasan, biaya menjadi relative murah
c) Arus proteksi yang dihasilkan tidak pernah salah arah, tidak memerlukan
keahlian khusus.
d) Instalasi relative sederhana, sehingga tidak memerlukan keahlian khusus.
e) Penghubung anoda telah terlindungi secara katodik.
Kerugian Proteksi Katodik Anoda Korban.
a) Arus yang tersedia terbatas, bergantung pada luas permukaan anoda.
b) Biaya operasi relative mahal
c) Penghubung anoda yang digunakan harus cukup besar, untuk mengurangi
kehilangan energy akibat tahanan.

Anda mungkin juga menyukai