JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 PENGENDALIAN KOROSI
A. Pengendalian Korosi melalui Perencanaan.
Dalam dunia industry perancangan merupakan tahap awal yang penting, perancangan dilakaukan dengan mempertimbangakan beberapa hal. Untuk mencegah terjadinya korosi dari suatu rancangan maka dalam perancangan harus memperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Bentuk dan struktur bahan Hal yang perlu diperhatikan pertama yaitu berapa lamakah struktur bahn dapat digunakan sebelum terjadi kerusakan. Sesudah menetapkan umur yang diharapkan untuk sebuah rancangan, umur ini harus diperbandingkan dengan umur sistim pengendalian korosi yang akan digunakan. 2. Pemilihan bahan Dalam kontrol korosi, memilih logam atau paduan sedimikian sehingga pertukaran ion dengan lingkungannya tidak berlangsung dengan cepat atau dengan kata lain memilih logam atau paduannya yang perbedaan potensialnya dengan lingkungannya tidak terlalu besar. Faktor-faktor yang sering diperhitungkan dalam proses pemilihan material antara lain: a. Memiliki ketahanan korosi yang lebih tinggi di suatu media tertentu yang mana pada deret galvanik berada pada daerah noble atau katodik. b. Persyaratan umur komponen. c. Variasi sifat. d. Perubahan karakteristik logam akibat proses pengerjaan atau selam terkena kondisi operasi tertentu Pemilihan material dipertimbangkan juga dalam perannya sebagai pelapis permukaan luar (coating) maupun sebagai pelapis permukaan dalam (lining). 3. Lingkungan kerja 4. Penggunaan lapisan pelindung 5. Penggunaan metode perlindungan elektrik B. Pengendalian Korosi melalui Perubahan Lingkungan. Prinsip dari modifikasi lingkungan yaitu : 1. Membuat lingkungan menjadi tidak korosif. Metode ini umumnya dilakukan dengan menggunakan zat kimia yang ditambahkan ke dalam lingkungan elektrolit. Metode ini cocok untuk lingkungan yang terbatas dan terkontrol. Zat kimia yang ditambahkan dapat mempengaruhi reaksi di anoda, katoda ataupun keduanya, sehingga proses korosi diperlambat. Zat kimia yang ditambahkan disebut sebagai inhibitor. 2. Memisahkan logam dari lingkungan. Metode ini merupakan yang paling populer dan banyak digunakan. Metode ini meliputi pelapisan dengan lapis lindung organik atau anorganik (logam dan bukan logam). Teknik perlindungan dapat dilakukan dengan pengecatan, semprot, lapis listrik, celup dan sebagainya. Untuk proses lapis listrik (elektroplating), logam yang umum digunakan untuk melapis adalah kadmium, krom, tembaga, emas, timah putih, timah hitam, nikel, perak dan seng. Sedangkan untuk paduan antara lain kuningan, perunggu, nikel-besi dan sebagainya Dari kedua prinsip diatas, dapat dilakukan suatu perlakuan terhadap logam yang terdapat di lingkungan yang berbeda, seperti berikut : a. Bahan yang terletak dilingkungan berwujud gas 1) Menurunkan kelembaban 2) Menghilangkan komponen yang mudah menguap 3) Mengubah temperature 4) Menghilangkan kotoran-kotoran pada logam dan lingkungan sekitar. b. Bahan yang terendam air 1) Menurunkan konduktifitas ionic 2) Mengubah pH 3) Mengurangi kandungan oksigen 4) Mengubah temperature c. Bahan yang tertimbun dalam tanah 1) Proteksi katodik 2) Pelapisan permukaan 3) Mengubah pH 4) Menganti tanah yang tidak menahan air
C. Pengendalian Korosi melalui Pelapisan ( Coating )
Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya: Zn(s)⎯⎯→Zn2+(aq) + 2e– Eo= –0,44 V Fe(s)⎯⎯→Fe2+(g) + 2e– Eo= –0,76 V Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu dari pada besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi. Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif), hiasan(dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan panas, tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan sebagainya. Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan cat (coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis- jenis proses pelapisan logam sering digunakan antara lain : 1. Elektroplating Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah proses mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi melalui pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi- reduksi. Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian bahan yang lebih murah. Macam-macam sistem electroplating; a. Rak plating Rack plating adalah suatu sistem pelapisan yang menggunakan alat sebagai tempat menggantungkan barang yang akan dilapis, dimana alat (rack) ini berfungsi juga menghantar arus listrik. Type rack yang digunakan adalah sebagai berikut ;
Gambar 1. Tipe bilah tunggal dan tipe T
Gambar 2. Tipe kotak dan tipe bilah banyak
b. Continous plating Continaus plating adalah sistem pelapisan terus menerus dimana barang yang akan dilapis bergerak menuju larutan dan keluar secara berantai. Biasanya barang yang akan dilapis adalah berhentuk kawat yang panjang dan juga barang yang berbentuk lembaran-lembaran. Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering dipakai untuk melapis logam dasar; 1) Zink Plating. Zink plating digunakan untuk mencegah korosi akobat atmosphere, dimana proses ini menggunakan elektrolit seperti sodium cyanide, caustic suda dan zink oksida, hasil pelapisan ini sanyat baik dicat bila untuk manda dekorasi dan biayanya lebih murah dari cadmium plating. 2) Cadmium plating Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan zink plating dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan cadmium ini sangat baik mencegah korosi akibat li kuningan ataupun tembaga. (a) (b) Gambar 10.7. Continous plating. Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering dipakai untuk ar; Zink plating digunakan untuk mencegah korosi akobat atmosphere, dimana proses ini menggunakan elektrolit seperti sodium cyanide, caustic suda dan zink oksida, hasil pelapisan ini sanyat baik dicat bila untuk manda biayanya lebih murah dari cadmium plating. Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan zink plating dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan cadmium ini sangat baik mencegah korosi akibat listrik, tetapi tidak cocok untuk melapisi kuningan ataupun tembaga. Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering dipakai untuk Zink plating digunakan untuk mencegah korosi akobat atmosphere, dimana proses ini menggunakan elektrolit seperti sodium cyanide, caustic suda dan zink oksida, hasil pelapisan ini sanyat baik dicat bila untuk mandapatkan Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan zink plating dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan cadmium cok untuk melapisi. 3) Tin Plating. Pelapisan ini sangat baik dilakukan untuk mencegah cemaran pada campuran organik yang ada pada kaleng makanan dan juga kaleng oksigen. 4) Nikel Plating. Disamping mendapat anti korosi, pelapisan ini juga mendapatkan hasil yang tahan gesekan , kemudian nikel plating juga dilakukan sebagai semir untuk mendapat dekorasi tetapi harus didasari oleh tembaga. 5) Chrom plating. Elektrolit yang digunakan pada pelapisan chromium ini adalah larutan asam chromium (CrO3) atau chromium trioksida, dimana pelapisan ini digunakan antara lain: a) Mendapatkan dekorasi yang baik (decorative chromium). b) Mendapatkan finishing yang keras, tahan karosi, gesekan, dan goresan (Hard chromium). Tebal pelapisan untuk dekorative chromium biasanya antara 0,015 sampai 0,025 mm. Paduan nikel seperti stainless monel (Ni-Ag) dapat langsung dilapis dengan chromium tetapi logam dasar yang telah mengandung tembaya seperti; kuningan (brass), perunggu (bronze) atau tembaga itu sendiri sebaiknya terlebih dahulu dilapisi dengan tembaga dan nikel. Pada pelapisan hard chromium, logam dasarnya tidak perlu dilapisi dengan tembaga dan nikel. 6) Anodising Aluminium dan magnesium tahan terhadap korosi atmosfir karena pada bagian luarnya trbentuk oksid-oksid yang terhadap korosi atmosfir tanpa dilindungi, tetapi hal ini tidak terdapat pada semua logam, maka untuk membentuk lapisan oksid ini dibuat suatu proses yang disebut Anodising. Proses ini terdiri dari gantungan komponen dalam larutan asam sulfat dan dihubungkan dengan kutub positip dari cirkuit sehingga ini menjadi anoda, bak baja yang merupakan tempat larutan adalah kutub negative atau katoda. Lapisan oksid yang dihasilkan adalah keras dan pada mulanya bersifat absorbsi sehingga dapat dicat dengan dengan mencelupkannya dalam bak larutan cat, caranya sama dengan pencelupan warna kain / pakaian, setelah permukaannya dilapisi kemudian dicelupkan lagi pada air selama 30 menit. Sistem ini akan menghasilkan lapisan yang rata dan halus dan juga warnanya tahan lama. 7) Hot Dipped Coating. Proses ini digunakan untuk mencegah korosi tanpa mempergunakan elektrolit. Bahan pelapis yang sering dpakai adalah timah atau seng. Bila logam dasar dilapisi dengan cara, pencelupkannya kedalan seng panas maka proses ini disebut GALVANISING dan bila dicelupkan kedalam timah putih/timah hitam disehut TERNEPLATE. Metoda yang lain yang hampir sama dengan system ini adalah dengau cara menempatkan baja dalam bubuk seng dan kmudian dipanasi dalam dapur samppai titik terendah sari seng. Metode ini memberikan pelapisan lebih sempurna dibanding dengan system lain. 2. Galvanisasi Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating, hanya saja pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi penempelan atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi. Mekanismenya berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi yang akan menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih kuat dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses pencelupan panas (hot dipping). 3. Semprotan Logam (Metal spray) Menurut Ir. Wahyudin dalam “Metal Spray “ (metallizing proces, Puslitbang Metalurgi-LIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses metalisasi (metallizing proces),di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada suatu permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan diatomisasikan oleh udara membentuk butir-butir yang sangat halus dan disemprotkan pada permukaan benda kerja membentuk lapisan logam padat.Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat membuat logam menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira 200-270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan logam yang akan dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti pada casting. Bahannya berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena semprotan gas panas yang terbakar (misalnyaOxy- acetylene) atau dengan busur listrik (electric arc). 4. Sementasi (cementation) Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi ke dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu tinggi, sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan logam yang dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan mencelupkan bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan regangan yang inert. 5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor) Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis inhibitor menurut mekanisme pengendalian, yaitu: 1. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor atau anodic inhibitor) Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat. 2. Inhibitor katodik (catodic inhibitor) Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit. 3. Inhibitor organis (organic inhibitor) Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane. 4. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor) 5. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor). Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya yaitu injeksi terus menerus, pemasokan secara setakar-setakar (batch), cara pengecatan (squeeze treatment), valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup), dan pelapisan (coating). Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini : a) Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor b) Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan agitasi c) Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas, sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain- lain. d) Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan menghasilkan produk yang dapat merusak e) Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang berlebihan f) Pengaruh beracun. g) Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi atau terlalu mudah atau lambat larut. Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari serangan korosi, diantaranya yaitu: memperpanjang usia pakai peralatan, mencegah penghentian pabrik (shut down), mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan, mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer), dan mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive appearance). D. Pengendalian Korosi melalui Proteksi Anodik dan Katodik Perlindungan anodik (anodic protection) adalah metode yang digunakan untuk mencegah korosi pada logam dengan cara merubah potensial logam menjadi lebih positif sehingga berada di daerah pasif pada diagram pourbaix. Metode ini paling sering digunakan pada lingkungan yang sangat korosif untuk melindungi logam yang berada dalam larutan amat asam atau amat basa. Perlindungan anodik berbeda dari perlindungan katodik, teknik lain yang digunakan untuk mencegah korosi dalam perangkat logam dan struktur logam. Dalam perlindungan anodik, arus listrik digunakan untuk membuat lapisan pelindung teroksidasi pada bahan dasar yang dilindungi, yang sering dikenal sebagai substrat. Perlindungan anodik biasanya digunakan untuk melindungi logam dalam lingkungan yang terlalu korosif sehingga metode perlindungan lain mungkin tidak akan efektif. Perlindungan katodik berbeda dari teknik anodik karena perlindungan katodik menggunakan batang logam yang disebut “katoda korban” agar terkorosi, menggantikan logam dilindungi. Teknik ini biasanya digunakan dalam air, sementara metode perlindugan anodik digunakan dalam lingkungan yang lebih korosif. Perlindungan anodik umum digunakan untuk melindungi baja dari korosi akibat paparan substansi dengan pH kecil (asam) maupun pH tinggi (basa). Teknik ini biasanya ditemukan di pabrik-pabrik yang produksinya melibatkan berbagai senyawa asam kuat atau basa kuat seperti asam sulfat, asam fosfat, atau asam kromat. Material lain yang bisa pula dibuat lebih tahan dengan perlindungan anodik adalah magnesium, titanium, dan seng. Perlindungan anodik bekerja dengan membentuk lapisan pelindung yang disebut film anodik pada logam dasar. Lapisan film ini merupakan lapisan teroksidasi terkontrol yang terbentuk di atas logam menggunakan arus listrik terkontrol yang sekaligus dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengurangi ketebalan film anodik. Lapisan film lantas bertindak sebagai penghalang antara logam dengan lingkungan korosif di sekitarnya. Sensor digunakan untuk memantau arus listrik dalam larutan dan pada logam yang dilindungi, yang berfungsi sebagai anoda. Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada gambar dibawah.
Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :
Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e– Katode : O2(g) + 2H2O (l) + 4e– → 4OH–(aq) Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s) Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya Keuntungan Proteksi Katodik Anoda Korban a) Dapat digunakan tanpa membutuhkan energy listrik dari luar. b) Hampir tidak memerlukan pengawasan, biaya menjadi relative murah c) Arus proteksi yang dihasilkan tidak pernah salah arah, tidak memerlukan keahlian khusus. d) Instalasi relative sederhana, sehingga tidak memerlukan keahlian khusus. e) Penghubung anoda telah terlindungi secara katodik. Kerugian Proteksi Katodik Anoda Korban. a) Arus yang tersedia terbatas, bergantung pada luas permukaan anoda. b) Biaya operasi relative mahal c) Penghubung anoda yang digunakan harus cukup besar, untuk mengurangi kehilangan energy akibat tahanan.