Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1

Teknologi Pelapisan
Para perancang pada industri, terutama industri otomotif, aeronautik dan industri

lainnya sering menghadapi permasalahan dengan pemilihan material yang akan digunakan
menjadi komponen dasar suatu mesin atau konstruksi. Material yang dipilih haruslah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu; misalnya memeliki kekuatan yang tinggi,
tahan terhadap keausaan atau tahap terhadap korosi, indah dipandang mata, mudah
melakukan proses finising dan lain-lain. Untuk dapat memenuhi kriteria diatas, maka
bahan yang dipilih haruslah mempunyai kualitas tinggi bila dipandang dari sudut ilmu
logam. Penggunaan logam berkualitas tinggi tentu saja akan menaikan biaya / harga jual
suatu mesin atau peralatan. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan yang memproduksi
material kurang mampu bersaing dengan perusahaan sejenis di pasaran. Dengan demikian
penggunaan bahan berkualitas tinggi , secara ekonomis, tidak senantiasi menguntungkan,
akan tetapi yang dicari oleh perusahaan adalah penggunaan bahan berkualitas tetapi saat
diproduksi dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Ini dapat dilakukan dengan pemilihan
metode pembuatan dengan biaya yang relatif rendah.
Atas dasar pertimbangan tersebut, para perancang berupaya menggunakan bahan
dasar dari bahan berkualitas sedang (dengan pertimbangan harga lebih murah), tetapi
dilakukan perlakuan khusus pada permukaannya (surface treatment). Dengan perlakuan
ini, bahan dapat memiliki sifat-sifat fisis dan mekanis yang lebih baik dari bahan
dasarnya, bahkan dapat lebih bahan berkualitas tinggi. Perlakuan khusus tersebut salah
satunya dapat berupa pelapisan permukaan (coating).
Proses Pelapisan adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu
pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami
perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup
kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan
bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah
benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta
penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses
pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering juga disebut tahap
penyelesaian dari suatu produksi benda kerja.

1.2

Macam-Macam Pelapisan Logam

1.2.1

Pelapisan Dekoratif
Pelapisan dekoratif bertujuan untuk menambah keindahan tampak luar suatu

benda atau produk. Sekarang ini pelapisan dengan bahan krom sedang digemari karena
warnanya yang cemerlang, tidak mudah terkorosi dan tahan lama. Produk yang dihasilkan
banyak digunakan sebagai aksesoris pada kendaraan bermotor baik yang beroda 2
maupun pada kendaraan beroda 4. Dengan kata lain pelapisan ini hanya untuk
mendapatkan bentuk luar yang baik saja. Logam-logam yang umum digunakan untuk
pelapisan dekoratif adalah emas, perak, nikel dan krom.

1.2.2

Pelapisan Protektif

Pelapisan protektif adalah pelapisan yang bertujuan untuk melindungi logam yang
dilapisi dari serangan korosi karena logam pelapis tersebut akan memutus interaksi
dengan lingkungan sehingga terhindar dari proses oksidasi.

1.2.3

Pelapisan Untuk Sifat Khusus Permukaan


Pelapisan ini bertujuan untuk mendapatkan sifat khusus permukaan seperti sifat

keras, sifat tahan aus dan sifat tahan suhu tinggi atau gabungan dari beberapa tujuan
diatas secara bersama-sama. Misalnya dengan melapisi bantalan dengan logam nikel agar
bantalan lebih keras dan tidak mudah aus akibat gesekan pada saat berputar.

1.2.4

Pelapisan Logam Ditinjau Dari Sifat Elektrokimia Bahan Pelapis

1.2.4.1 Pelapisan Anodik


Pelapisan anodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis
lebih anodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada baja yang memiliki potensial
listrik -0,04 Volt yang dilapisi dengan logam Seng yang memiliki potensial listrik
-0,0762 Volt. Logam seng bersifat lebih anodik terhadap baja sehingga logam Seng akan
mengorbankan dirinya dalam bentuk korosi sehingga logam yang lebih katodik terhindar
dari reaksi korosi. Pelapisan ini termasuk dalam jenis pelapisan protektif. Keunggulan dari
pelapisan ini adalah sifat logam pelapis yang bersifat melindungi logam yang dilapisi

sehingga walaupun terjadi cacat pada permukaan pelapis karena sebab seperti tergores,
retak, terkelupas dan lain-lain sehingga terjadi eksposure terhadap lingkungan
sekitarnya, sampai batas tertentu tetap terproteksi oleh logam pelapis.

1.2.4.2 Pelapisan Katodik


Pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis
lebih katodik terhadap substrat. Contohnya

pelapisan pada tembaga yang

memiliki

potensial listrik +0,34 Volt yang dilapisi dengan logam Emas yang memiliki potensial
listrik +1,5 Volt. Logam Emas bersifat lebih mulia dibandingkan dengan logam tembaga,
maka apabila logam pelapis mengalami cacat, logam yang dilapisi akan terekspose ke
lingkungan dan bersifat anodik sehingga akan terjadi korosi lokal yang intensif terhadap
substrat. Pelapisan katodik sangat cocok digunakan pada pelapisan dekoratif karena
umumnya aksesoris dan perhiasan dari bahan-bahan imitasi tidak dikenai gaya-gaya dari
luar sehingga kecil kemungkinan untuk mengalami cacat local pada permukaan.

BAB II. ELECTROPLATING (electrochemical plating)


2.1

Definisi Electroplating
Electroplating adalah satu jenis metoda pelapisan yang berlansung dalam larutan

eletrolit seperti basa, asam dan garam, dimana substrat bertindak sebagai katoda dan
logam yang akan dilapiskan sebagai anoda. Arus dialirkan ke dalam larutan sehingga ionion akan bergerak dari anoda menuju katoda.

Gambar 1. Skema Elektroplating


2.2
1.

Prinsip Electroplating
Massa yang dilepaskan ke eletrolit proporsional terhadap besar arus yang lewat
larutan elektrolit

2.

Massa yang dilepaskan proporsional terhadap electrochemical equivalent (ratio of


atomic weight to valence)

2.3

Karakterisasi Electroplating

1.

Suhu kerja di bawah 100 C dan tidak menimbulkan distorsi

2.

Dapat memodifikasi kekerasan dan internal stress

3.

Ikatan lapisan kuat hingga mencapai 1000 Mpa

4.

Tebal lapisan proporsional dengan arus dan waktu

5.

Laju lapisan maksimum 75 m/jam

6.

Arus tidak homogen sehingga tebal lapisan tidak sama.

7.

Permukaan yang tidak akan dilapisi dapat dilindungi dengan masker.

2.4
1.

Metode dan Aplikasi Electroplating


Barrel plating yaitu pelapisan yang dilakukan dalam barrel yang berputar
dengan posisi horizontal atau pada kemiringan 35. Metoda ini diperuntukan untuk
substrat yang kecil.

2.

Rack plating yaitu dilakukan terhadap substrat yang relatif besar, berat dan
bentuk rumit yang sulir dilakukan dengan metode barrel plating. Rack dibuat dari
heavy gage cooper wire yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu memegang
substrat yang dialiri arus listrik. Substrat dapat digantung dengan bantuan kait
(hook), diklip atau ditempatkan dalam sebuah keranjang (basket). Untuk
menghingdari pelapisan terhadap tembaga yang digunakan, maka rack tersebut
perlu diisolasi, kecuali pada lokasi yang berkontakan dengan substrat.

3.

Strip plating yaitu tujuannya sama dengan electroplating tetapi untuk produksi
tinggi, substrat biasanya berbentul lembaran, kawat dan sheet. Bahan pelapis yang
umum dipakai adalah zinc, nickel, cooper, tin dan chromium. Sedangkan
substratnya baja. Logam khusus seperti emas, silver dan platinum dapat juga
dipilih sebagai bahan pelapis pada elemen tertentu dari jam tangan. Demikian
juga untuk emas dapat dilapiskan untuk kontak- kontak listrik.

4.

Zinc plating yaitu untuk produk-produk baja seperti mur,baut, kawat kontak saklar
listrik dan alat alat sejenis lainnya. Lapisan yang mengandung unsur Zn akan
dapat menurunkan laju korosi. Galvanizing adalah merupakan salah satu alternatif
zinc plated terhadap substrat baja.

5.

Nickel plating yaitu berfungsi untuk anti korosi, sebagai lapisan dekorasi pada
baja, kuningan dan cetakan Zn serta logam lainnya. Cara ini banyak juga digunakan
pada industri komponen otomotif. Lapisan Ni sering juga digunakan sebagai lapisan
dasar pada lapisan Cr.

6.

Tin plating yaitu tujuan utamanya untuk menurunkan laju korosi dan banyak
digunakan untuk pelapisan kaleng-kaleng minuman dan makanan.

7.

Cooper plating yaitu sebagai lapisan dekoratif pada baja, zn, dan paduannya, serta
untuk print circuit board.

8.

Chromium plating yaitu sebagai lapisan dekoratif untuk industri otomotif,


peralatan kantor dan peralatan rumah tangga. Chrom juga menghasilkan lapisan
yang paling keras dari semua jenis lapisan dengan metode elektroplating yang
ada, Untuk itu sering digunakan untuk mengurangi laju keausan permukaan
bahan seperti piston dan silinder hidraulik, ring piston, komponen mesin pesawat
terbangan dan mesin-mesin tekstel

Gambar 2. Proses Pelapisan Listrik (Elektroplating)

2.5

Fungsi Electroplating
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam

proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan
logam adalah sebagai berikut :
1.

Memperbaiki tampak rupa (dekoratif) misalnya : pelapisan emas, perak,


kuningan, dan tembaga.

2.

Melindungi logam dan dekorasi, yaitu :


-

Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya :


pelapisan platina, emas dan baja.

Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya : pelapisan


seng dan baja.

3.

Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya :


pelapisan krom keras.

4.

Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya :


pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya.

Elektroforming, yaitu : membentuk benda kerja dengan cara endapan

BAB III. PELAPISAN KROM

3.1

Definisi dan Sifat Krom


Kromium adalah logam non ferro yang dalam tabel periodik termasuk grup

VIb dan lebih mulia dari besi. Mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Berat atom

: 52,01 amu

Nomor atom

: 24

Struktur Atom

: BCC

Berat jenis

3
: 7,91 gr/cm

Titik cair

: 1920 0C

Valensi

: 2; 3; 6;

Titik didih

0
: 2260 C

Koef. Muai panas

0
: 6,20 in/ C

Daya hantar panas

: 38,5 Cal/m jam

Reflektivitas

: cukup baik

Sifat lain yang sangat mennonjol adalah mudah teroksidasi dengan udara
membentuk lapisan kromium oksida pada permukaan . Lapisan tersebut bersifat kaku,
tahan korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca. Tetapi larut dalam asam
klorida, sedikit larut dalam asam sulfat dan tidak larut dalam asam nitrat.
Karena sifat-sifat tersebut, maka dalam pemakaiannya banyak digunakan
sebagai bahan paduan untuk meningkatkan ketahanan korosi sebagai bahan pelapis.
Proses pelapisan krom dikenal secara luas pada industri-industri logam sebagai
pengerjaan akhir (final finishing) sejak tahun 1930, karena ketahanan korosi dan
tampak rupa lapisannya yang baik.

3.2

Klasifikasi Pelapisan Krom


Pelapisan krom dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu :

1.

Pelapisan Krom Dekoratif


Pada pelapisan ini umumnya logam (benda kerja) terlebih dahulu dilapis
dengan tembaga kemudian nikel dan akhirnya krom. Tebal lapisan krom
dekoratif berkisar antara 0,25 0,5 mikron.

2.

Pelapisan krom keras


Pelapisan ini sering disebut industrial krom yaitu pelapisan krom yang
memanfaatkan sifat-sifat krom untuk mendapatkan sifat-sifat seperti ; tahan
panas, aus, erosi, korosi dan koefisien rendah.
Pada pelapisan krom keras, krom diendapkan pada logam dasar secara langsung
tanpa melalui pelapisan perantara. Biasanya lapisan

ini

lebih tebal dari

lapisan krom dekoratif. Berbeda dengan lapisan tembaga dan nikel dimana
logam yang berfungsi sebagai anoda yaitu tembaga dan nikel. Untuk pelapisan
krom, logam krom tidak akan berfungsi dengan baik sebagai anoda,
sehingga dalam pelapisan krom digunakan anoda yang tidak larut yaitu lead
(Pb).

BAB IV. PELAPISAN TEMBAGA

4.1

Definisi Tembaga
Tembaga atau Cuprum (Cu) merupakan logam yang banyak sekali digunakan, karena

mempunyai sifat hantaran arus dan panas yang baik. Tembaga digunakan untuk pelapisan
dasar karena dapat menutup permukaan bahan yang dilapis dengan baik. Pelapisan dasar
tembaga dipelukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang kemudian yang kemudian
dilakukan pelapisan akhir khrom.
Aplikasi yang paling penting dari pelapisan tembaga adalah sebagai suatu lapisan
dasar pada pelapisan baja sebelum dilapisi tembaga dari larutan asam yang biasanya diikuti
pelapisan nikel dan khrom. Tembaga digunakan sebagai suatu lapisan awal untuk
mendapatkan pelekatan yang bagus dan melindungi baja dari serangan keasaman larutan
tembaga sulfat. Alasan pemilihan plating tembaga untuk aplikasi ini karena sifat penutupan
lapisan yang bagus dan daya tembus yang tinggi.

4.2

Sifat Fisika Tembaga


1. Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan
2. Dapat ditempa, dibengkokan dan merupakan penghantar panas dan listrik
3. Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3010C
4. Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3

4.3

Sifat Kimia Tembaga


1. Dalam udara kering sukar teroksidasi, akan tetapi jika dipanaskan akan membentuk
oksida tembaga (CuO)
2. Dalam udara lembab akan diubah menjadi senyawa karbonat atau karat basa, menurut
reaksi : 2Cu + O2 + CO2 + H2O (CuOH)2 CO3
3. Tidak dapat bereaksi dengan larutan HCl encer maupun H2SO4encer
4. Dapat bereaksi dengan H2SO4 pekat maupun HNO3 encer dan pekat
Cu + H2SO4 CuSO4 +2H2O + SO2 Cu + 4HNO3 pekat Cu(NO3)2 + 2H2O +
2NO2 3Cu + 8HNO3 encer 3Cu(NO3)2 + 4H2O + 2NO
5. Pada umumnya lapisan Tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan
Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya ini merupakan proses pengendapan logam secara

elektrokimia,digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan


adalah tipe alkali dan tipe asam.

4.4

Proses Pelapisan
Larutan Strike menghasilkan lapisan yang sangat tipis. Larutan strike dapat pula

dipakai sebagai pembersih dengan pencelupan pada larutan sianida yang ditandai dengan
keluarnya gas yang banyak pada benda kerja sehingga kotoran-kotoran yang menempel akan
mengelupas. Larutan ini terutama digunakan pada komponen-komponen dari baja sebagai
lapisan dasar, untuk selanjutnya dilakukan pelapisan tembaga dengan logam lain.
Formula kecepatan tinggi atau efisiensi tinggi digunakan untuk plating tembaga tebal,
smentara proses Rochelle digunakan untuk menghasilkan pelapisan yang bersifat antara strike
dan kecepatan tinggi. Garam-garam Rochelle tidak terdekomposisi dan hanya berkurang
melalui drag-out yaitu terikutnya larutan pada benda kerja pada saat pengambilan dari tanki
tinggi disbanding larutan strike sebab kerapatan arus katoda dan efisiensi penting dalam
kecepatan plating. Larutan Rochelle dan kecepatan tinggi dapat dioperasikan pada temperatur
relatif tinggi.
Proses Pengolahan Awal adalah proses persiapan permukaan dari benda kerja yang
akan mengalami proses pelapisan logam.Pada umumnya proses pelapisan logam itu
mempunyai dua tujuan pokok adalah sifat dekorasi, sifat ini untuk mendapatkan tampak rupa
yang lebih baik dari benda asalnya, dan aplikasi teknologi, sifat ini misalnya untuk
mendapatkan ketahanan korosinya, mampu solder, kekerasan, sifat listrik dan lain
sebagainya.Keberhasilan proses pengolahan awal ini sangat menentukan kualitas hasil
pelapisan logam, baik dengan cara listrik, kimia maupu dengan cara mekanis lainnya.
Proses pengolahan awal yang akan mengalami proses pelapisan logam pada umumnya
meliputi proses-proses pembersihan dari segala macam pengotor (cleaning proses) dan juga
termasuk proses-proses pada olah permukaan seperti poleshing, buffing,dan proses persiapan
permukaan yang lainnya.Untuk mendapatkan daya lekat pelapisan logam (adhesi) dan fisik
permukaan benda kerja yang baik dari suatu lapisan logam, maka perlu diperhatikan cara olah
permukaan dan proses pembersihan permukaan. Ketidaksempurnaan kedua hal tersebut di
atas dapat menyebabkan adanya garisan-garisan pada benda kerja dan pengelupasan hasil
pelapisan logam.

BAB V. JENIS PELAPISAN LAINNYA

5.1

Electroforming
Electroforming ini hampir sama dengan electroplating tetapi tujuan yang

diinginkan agak berbeda. Pada electroforming ini didapatkan lapisan yang lebih tebal
dengan cara mempertahankan proses berlangsung dalam waktu lama. Bila digunakan
bahan non-conductive, maka bahan tersebut harus terlebih dahulu mendapat perlakuan
metallized agar dapat menerima / mengalami electrodeposited coating.
Electroforming dapat dilakukan terhadap tembaga, nikel dan paduan nikelcobalt. Aplikasi termasuk juga pada cetakan lenca, cetakan laser-read compact disks, video
disks, pelat embossing dan printing.

5.2

Electoless plating
Elektroless plating terjadi berdasarkan reaksi kimia dalam suatu larutan (aquous

solution), tanpa aliran arus listrik dari luar. Proses ini menggunakan suatu reducing
agent dan substrat bertindak sebagai katalis saat reaksi terjadi. Logam yang dapat
mengalami electroless plating sangat terbatas. Tembaga (Cu) misalnya dapat dilapiskan
terhadap baja. Lapisan yang dihasilkan amat tipis dan kadang- kadang memiliki daya ikat
rendah dengan substrat sehingga penggunaan cara ini dalam industri sangat terbatas.
Bahan pelapis yang digunakan adalah nikel dan paduannya (Ni-Co, Ni-P dan NiB). Nickel plating dengan cara ini dapat menghasilkan bahan dengan tahan korosi dan
keausan tinggi. Tembaga dapat juga dilapiskan pada lubang-lubang yang terdapat pada
PCB dan pada bahan plastik untuk maksud lapisan dekoratif. Permukaan substrat harus
dalam kondisi bersih saat proses akan dimulai.
Karakteristik Lapisan Electroless :
1. Peralatan cukup sederhana dan cukup ekonomis karena tidak memerlukan sumber

listrik dari luar.


2. Tebal lapisan uniform (termasuk pada bentuk-bentuk rumit)
3. Laju pelapisan tergantung pada temperatur kerja, sekitar 20 m/jam.
4. Tebal lapisan dapat mencapai 125 200 m.

5. Lokasi yang tidak perlu mendapat pelapisan dapat dilindungidengan menggunakan

masker.
6. Ukuran tangki yang digunakan membatasi ukuran substrat.
7. Proses ini dapat diterapkan terhadap substrat logam dan non-logam.

5.3

Hot Dipping
Hot dipping merupakan proses pelapisan dengan caa mencelupkan substrat ke

dalam larutan cair. Larutan cair ini akan berfungsi sebagai bahan pelapis terhadap
substrat setelah substrat dikeluarkan dari larutan. Cara ini dapat ditempuh apadila
substrat mempunyai titik lebur lebih tinggi dari titik lebur bahan pelapis.
Logam-logam umum yang digunakan sebagai substrat adalah baja dan besi. Seng,
Aluminium, Tin dan Timbal (Pb) digunakan sebahai logam pelapis. Logam yang
mendapat perlakuan hot dipping ini memiliki lapisan transisi berupa paduan dengan
komposisi tertentu. Paling dekat dengan substrat umumnya berupa

intermetallic

coomounds dari dua logam. Lapisan paling luar merupakan larutan padat yang
kebanyakan terdiri dari komponen logam pelapis. Lapisan transisi mempunyai adhesi yang
baik dengan substrat. Tujuan utama dari proses Hot Dipping adalah meningkatkan proteksi
terhadap korosi.
Mekanisme umum proteksi terhadap korosi (1) barrier protection, lapisan, berfungsi
sebagai pelindung terhadap substrat dan (2) sacrificial protection: lapisan akan terkorosi
berdasarkan proses elektro kimia dan melindungi substrat.
Hot Dipping dikenal dengan berbagai istilah tergantung pada logam pelapis yang
digunakan:
1. Galvanizing

Logam pelapis berupa zinc (Zn) terhadap substrat baja dan besi dalam bentuk
sheet, strip, piping, tubing dan wire dan proses tersebut dapat berlangsung dengan sistem
otomatisasi. Tebal lapisan dapat bervariasi antara 0,04 0,09 mm. Tebal lapisan tersebut
dapat dikontrol dengan mengatur lama pencelupan dalam larutan logam cair. Suhu larutan
0
dipertahankan sekitar 450 C.

2. Aluminizing

Logam pelapis berupa aluminium (Al). Aluminium memberikan proteksi yang


sangat baik terhadap korosi, dalam beberapa kasus dapat lima kali efektif dibandingkan
dengan galvanizing.
3. Tinning

Logam pelapis berupa Tin / Timah (Sn). Tin plating menghasilkan proteksi korosi
non-toxic pada substrat baja untuk keperluan kaleng makanan dan minuman.
4. Terneplating

Logam pelapis berupa paduan Pb-tin terhadap baja. Terneplating merupakan


pelapisan substrat baja dengan paduan lead-tin (Pb-Sn). Paduan Pb lebih dominan (hanya 215% Sn), tetapi Sn diperlukan untuk mendapatkan sifat adhesi substrat. Secara ekonomis
Terneplate relatif murah, tatapi proteksi korosi agak kurang.

5.4

Conversion Coating
Conversion coating berhubungan dengan proses pelapisan dimana lapisan tipis dari

oksida, pospat atau chrom akan terbentuk pada permukaan substrat (logam) berdasarkan
reaksi kimia atau reaksi elektrokimia. Pencelupan (immersion) dan penyemprotan
(spraying) merupakan dua metode yang umum digunakan. Bahan yang umum mendapat
perlakuan conversion coating adal;ah baja (termasuk baja galvanic), Zinc dan Aluminium.
Secara umum penggunaan conversion coating dimaksudkan untuk:
1.

Proteksi korosi

2.

Persiapan permukaan substrat untuk painting

3.

Penurunan keausan

4.

Persiapan permukaan substrat dalam proses metal forming

5.

Peningkatan tahanan listrik permukaan substrat

6.

Keperluan dekoratif

7.

Identifikasi elemen (part identifikasion)

Conversion coating dapat dikategorikan atas :


1. Chemical treatment

Cara ini dilakukan dengan mencelupkan substrat ke dalam larutan kimia, sehingga
terbentuk lapisan tipis (non-metallic) pada permukaan substrat. Reaksi seperti ini dapat
terjadi secara alami, misalnya ksida baja dan aluminium. Oksida ini justru merusak
permukaan baja, sedangkan oksida aluminium (Al2O3) yang terbentuk pada permukaan
aluminium justru akan melindungi Aluminium tersebut terhadap korosi. Pelapisan terjadi
karena reaksi kimia saja, paling umum digunakan phosphate dan chromate convertion
coating.
a. Phosphate coating merupakan transformasi permukaan substrat menjadi lapisan
pelindung yang mengandung phosphate setelah substrat tersebut dicelupkan ke
dalam larutan phosphate salts. Larutan phosphate ini dapat berupa Zn, Mg, dan
Ca yang dicampur dengan phosphoric acid (H3PO4). Substrat yang umum
digunakan adalah logam baja dan Zn, termasuk baja galvanic. Phosphate coating
sering digunakan dalam persiapan permukaan substrat untuk pengecatan pada
industri otomotif dan alat-alat berat.
b. Chromate coating akan mengkonversi permukaan substrat dalam bentuk lapisan
chromate setelah dicelupkan ke dalam larutan chromic acid, chromate salts atau
larutan kimia lainnya. Substrat yang umum digunakan adalah aluminium,
cadmium, tembaga, magnesium, dan zinc beserta paduannya. Ppproses chromate
biasanya mempunyai lapisan lebih tipis (0,0025 mm) dibandingkan dengan lapisan
yang diperoleh dengan proses phosphate. Penggunaan chromate coating biasanya
untuk maksud:
a.

Proteksi terhadap korosi

b.

Lapisan dasar untuk cat

c.

Dekoratif

2. Anodizing

Pelapisan terjadi karena reaksi elektrokimia, paling umum dilakukan pada


aluminium dan paduannya.Anodizing dimaksudkan untuk mendapatkan lapisan oksida
yang lebih tebal dan kuat pada permukaan substrat. Lapisan tersebut dapat mengandung
aluminium dan magnesium, titanium, zinc. Anodizing dengan aluminium dan paduannya

telah banyak diperdagangkan dengan menjadikan aluminium sebagai anoda dalam suatu
tangki bersisi larutan elektrolit (biasanya asam sulphuric 10 20%).
Dengan mengalirkan arus listri tegangan tinggi melalui larutan elektrolit, maka
oksigen yang terbentuk pada anoda akan mengoksidasi aluminium dan selanjutnya terlarut
0
dalam larutan. Proses ini berlangsung pada suhu kira-kira 0,5 C, dengan tegangan 25V
(kadang-kadang dapat dinaikkan sampai 70V).
Anodizing umumnya dilakukan untuk maksud dekoratif dan perlindungan terhadap
korosi. Proses anodizing dan electroplating sama-sama berlangsung dalam larutan
elektrolit, dan dua perbedaan pokok yaitu:
1.

Pada electroplating, substrat bertindak sebagai katoda dalam larutan, sedang


pada anodizing bahan yang bertindak sebagai anoda akan terlarut dalam
larutan eletrolit yang berfungsi sebagai katoda.

2.

Pada electroplating, lapisan terbentuk oleh adhesi dari ion yang berasal dari
anoda dan selanjutnya menempel

pada substrat (katoda)

sedang pada

anodizing, lapisan terbentuk pada permukaan substrat karena reaksi kimia


antara substrat dengan oksida yang terdapat dalam lartuan.
Tebal lapisan anodizing bervariasi antara 0,0025 dan 0,075mm. Lapisan lebih
tebal lagi (sampai 0,25mm) dapat dicapai dengan proses khusus (hard anodizing) untuk
mendapatkan high resistance terhadap keausan dan korosi.
Karakteristik Anodizing :
1.

Peralatan-peralatan yang digunakan cukup banyak

2.

Sebagian lapisan berasal atau tumbuh dari substrat sendiri

3.

Tebal lapisan uniform

4.

Bahan-bahan bantu yang dimasukkan ke dalam larutan


(yang tidak perlu dilapisi) harus diberi masker untuk
mencegah kelarutan bahan-bahan tersebut.

5.

Hard anodizing coating dapat diterapkan terhadap aluminium


dan paduannya dengan teknik khusus, misalnya selective or
brush techniques.

6.

Proses dapat dirancang / dioperasikan secara otomatis.

Coating Materials pada Electroplating


Pelapisan electroplating terjadi berdasarkan prinsip elektro kimia. Potensial
0
elektroda standart antara logam dan larutan pada kondisi standart (25 C) tergantung pada
jenis elektroda. Paduan binary dan ternary dapat juga dilapiskan. Logam dengan
potensial negatif lebih tinggi dari 1,2V, secara umum tidak dapat dilapiskan pada
larutan aqueous, sehingga aluminium dan titanium hanya dapat dilapiskan dengan
menggunakan larutan organik atau larutan garam elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai