Korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau
berkarat. Korosi merupakan suatu kerusakan yang dihasilkan dari reaksi kimia antara
sebuah logam atau logam paduan dan didalam suatu lingkungan. Fenomena korosi
merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari dua reaksi setengah sel yang melibatkan
elektron sehingga menghasilkan suatu reaksi elektrokimia. Dari dua reaksi setengan sel ini
terdapat reaksi oksidasi pada anoda dan reaksi reduksi pada katoda (Alfin, 2011).
Adapun definisi korosi dari pakar lain :
a. Perusakan material tanpa perusakan mekanis.
b. Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.
c. Proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan termodinamika suatu sistem.
Jadi korosi adalah merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungan (air,
udara, tanah) yang berusaha mencapai keseimbangan. Sistem ini dikategorikan setimbang
bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil (berenergi
paling rendah).
Korosi disebut juga suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara langsung tidak
termasuk produk teknik. Studi dari korosi adalah sejenis usaha pengendalian kerusakan
supaya serangannya serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonomisnya, atau jangan
ada logam jadi rongsokan sebelum waktunya. Caranya adalah dengan pengendalian secara
preventif supaya menghambat serangan korosi. Cara ini lebih baik daripada memperbaiki
secara represif yang biayanya akan jauh lebih besar
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Korosi
Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi secara umum
antara lain, yaitu :
1. Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini
terjadi karena makin tinggi suhu maka energi kinetik dari partikel-partikel yang bereaksi akan
meningkat sehingga melampaui besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju kecepatan
reaksi (korosi) juga akan makin cepat, begitu juga sebaliknya. (Fogler, 1992).
2. Kecepatan Alir Fluida Atau Kecepatan Pengadukan
Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida bertambah
besar. Hal ini karena kontak antara zat pereaksi dan logam akan semakin besar sehingga ion-
ion logam akan makin banyak yang lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan
(korosi). (Kirk Othmer, 1965).
3. Konsentrasi Bahan Korosif
Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan
yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada didalam media
larutan asam akan lebih cepat terkorosi karena karena merupakan reaksi anoda. Sedangkan
larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi katodanya karena reaksi
katoda selalu serentak dengan reaksi anoda (Djaprie, 1995)
4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan
logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih besar. Di dalam air
(lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi (Djaprie,1995).
5. Waktu Kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih besar.
Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka akan menyebabkan laju reaksi
menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk melindungi logam menjadi lebih
lama. Kemampuan inhibitor untuk melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada
waktu tertentu, hal itu dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin
habis terserang oleh larutan. (Uhlig , 1958). 9
Mekanisme Terbentuknya Sel Korosi
Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari logam
yang teroksidasi di dalam larutan, dan melepaskan elektron untuk membentuk ion logam
yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum
terjadi adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat ion H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi
ini terjadi dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan logam
ke dalam larutan secara berulang-ulang (Alfin, 2011).
Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut :
Fe (s) + H2O (l) + O2(g) Fe(OH)2 (s)
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3], sehingga
mekanisme reaksi selanjutnya adalah :
4 Fe(OH)2(s) + O2 (g) + 2H2O(l) 4Fe(OH)3 (s)
Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna merah
kecoklatan yang biasa kita sebut karat (Vogel, 1979). Reaksinya adalah:
2Fe(OH)3 Fe2O3 + 3H2O
Bentuk-Bentuk Korosi
Akan lebih mudah untuk mengklasifikasikan korosi berdasarkan penampilan atau rupa
logam yang terserang korosi. Masing-masing bentuk korosi dapat dikenali dengan hanya
melakukan pengamatan secara visual. Pada kebanyakan kasus, pengamatan bentuk korosi
hanya dengan mata telanjang sudah cukup. Tetapi kadang-kadang pengamatan dengan
menggunakan perbesaran juga dibutuhkan. Informasi yang penting untuk solusi dari masalah
korosi sering diperoleh melalui pengamatan yang cermat dari spesimen uji korosi
Uniform Attack (Korosi Merata)
Korosi merata adalah bentuk korosi yang pada umumnya sering terjadi. Hal ini
biasanya ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia yang terjadi pada permukaan
yang bereaksi. Logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam tersebut.
Sebagai contoh, potongan baja atau seng dicelupkan pada asam sulfat encer, biasanya akan
terlarut ecara seragam pada seluruh permukaannya
Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik)
Perbedaan potensial biasanya terjadi diantara dua logam yang berbeda, ketika keduanya
di celupkan ke dalam larutan korosif. Ketika logam tersebut berkontak, dengan adanya
perbedaan potensial akan menghasilkan aliran elektron. Elektron mengalir dari logam yang
kurang mulia (anodik) menuju ke metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang
kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif
metal bereaksi dengan ion-ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal.
Karena peristiwa tersebut permukaan anoda kehilangan metal. Korosi akan menyerang logam
yang ketahanan-korosi nya lebih rendah dan serangan pada logam yang lebih tahan-korosi
akan lebih sedikit. Logam yang terserang korosi akan menjadi anoda dan logam yang lebih
tahan terhadap serangan korosi akan menjadi katoda. Biasanya logam yang katodik akan
terserang sedikit bahkan tidak terjaidi korosi ketika kedua logam tersebut disambungkan.
Jenis korosi ini disebut korosi galvanik
Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi lokal sering terjadi di dalam celah-celah dan daerah yang tertutup pada
permukaan logam yang terkena korosi. Jenis korosi ini biasanya disebabkan oleh lubang yang
kecil, dan celah-celah di bawah kepala baut dan paku keling. Karat celah sebenarnya adalah
sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Akan halnya karat celah,
proses pengkaratannya karena celah sempit terisi dengan elektrolit (air yang pH-nya rendah)
maka terjadilah suatu sel korosi dengan katoda-nya permukaan sebelah luar celah yang basah
dengan air yang banyak mengandung zat asam daripada bagian dalam celah yang sedikit
mengandung zat asam sehingga bersifat anodik. Akibatnya terjadi kehilangan metal pada
bagian yang di dalam celah.
Proses pengkaratan ini berlangsung cukup lama karena cairan elektrolit di dalam celah
cenderung lama mengeringnya walaupun bagian luar celah telah lama mengering
Terjadinya korosi bentuk ini antara lain karena karena komposisi logam tidak homogen
dan dapat menimbulkan korosi yang dalam pada beberapa tempat. Dapat juga karena ada
kontak antara logam yang berlainan dan logam kurang mulia, maka pada daerah batas, timbul
korosi berbentuk sumur
Intergranular Corosion (Korosi antar Batas Butir)
Di daerah batas butir memilki sifat yang lebih reaktif. Banyak-sedikitnya batas butir
akan mempengaruhi kegunaan logam tersebut. Semakin sedikit batas butir pada suatu
material maka akan menurunkan kekuatan material tersebut. Jika logam terkena karat, maka
di daerah batas butir akan terkena serangan terlebih dahulu dibandingkan daerah yang jauh
dari batas butir. Serangan yang terjadi pada daerah batas butir dan daerah yang berdekatan
dengan batas butir hal ini biasa disebut intergranular corrosion [6].
Intergranular corrosion dapat terjadi karena adanya kotoran pada batas butir,
penambahan pada salah satu unsur paduan, atau penurunan salah satu unsur di daerah batas
butir. Sebagai contoh paduan besi dan alumunium, dimana kelarutan besi lambat maka akan
terjadi serangan pada batas butir [6].
Beberapa kegagalan pada 18-8 baja karbon telah terjadi karena intergranular corrosion.
Ini terjadi dalam lingkungan dimana paduan harus memiliki ketahanan korosi yang sangat
baik. Ketika baja dipanaskan pada suhu kira-kira antara 9500F sampai 14500F, baja tersebut
akan peka atau rentan terhadap intergranular corrosion. Sebagai contoh untuk menghindari
terjadinya intergranular corrosion, maka prosedur kepekaan di panaskan pada suhu 12000F
selama satu jam [6]. Kebanyakan teori tentang terjadinya intergranular corrosion didasarkan
pada kehilangan atau penipisan kromium di daerah batas butir. Penambahan kromium pada
baja akan meningkatkan ketahanan korosi diberbagai kondisi lingkungan. Umumnya
penambahan tersebut berkisar 10% kromium untuk pembuatan baja karbon tahan karat. Jika
kromium secara efektif diturunkan ketahanan terhadap korosi akan berkurang [6].
Selective Leaching
Selective leaching (pelarutan selektif) adalah pemindahan salah satu unsur dari sebuah
paduan yang padat akibat proses korosi. Contoh yang paling umum adalah pelarutan selektif
dalam paduan seng kuningan (dezinfication). Proses yang sama terjadi dalam sistem paduan
lain dimana alumunium, besi, kobalt, kromium dan elemen lainnya yang akan terlarut.
Pelarutan selektif adalah istilah umum yang menggambarkan proses-proses dan
penggunaan
istilah
tersebut
tidak
mencakup
pada
istilah
dealuminumification,
penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua
logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi
terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida
logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk
lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi.
Pengendalian Korosi dengan Proteksi Katodik
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi
besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan
BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam
Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu.
Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi.
Pengendalian Korosi dengan Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan
kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat
dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor
katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi. Pemakaian inhibitor dalam suatu
sistem tertutup atau sistem resirkulasi, pada umumnya hanya dipakai sebanyak 0.1% berat.
Inhibitor yang ditambahkan akan menyebabkan :
-
Meningkatnya bahan tahanan listrik dari sirkuit oleh pembentukan lapisan tebal pada
permukaan logam.
Menangkap atau menjebak zat korosif dalam larutan melalui pembentukan senyawa yang
tidak agresif.
Berdasarkan bahan dasarnya, inhibitor korosi terbagi menjadi dua, yaitu inhibitor dari
senyawa organik dan dari senyawa anorganik. Inhibitor anorganik yang saat ini biasa
digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng. Penggunaan sodium nitrit
yang harus dengan konsentrasi besar (300-500 mg/l) menjadikannya inhibitor yang tidak
ekonomis, berdasarkan hasil penelitian kromat dan seng ditemukan bersifat toksik, dan fosfat
sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam logam akibat
kecilnya ukuran atom hidrogen.
KOROSI EROSI
Pengertian Umum
Korosi erosi merupakan kerusakan pada permukaan logam yang disebabkan aliran
fluida yang sangat cepat, merusak permukaan metal dan lapisan film pelindung. Korosi dapat
pula terjadi pada permukaan yang bergerak cepat sementara fluida disekitarnya mengandung
partikel-partikel padat. Korosi erosi terbentuk ketika logam terserang akibat gerak relative
antara elektroit dan permukaan logam. Korosi ini terutama di akibatkan oleh efek-efek
mekanik seperti pengausan, abrasi dan gesekan. Logam-logam lunak sangat mudah terkena
korosi jenis ini, misalnya, tembaga, kuningan, aluminium murni dan timbal. Pada stainless
steel, paduan nikel dan titanium biasanya lebih tahan akan korosi, karena mereka ulet dan
tahan lama pasif film.
Jenis korosi ini yang perlu diperhatikan keretakan korosi erosi (stress corrosion
cracking) dan penggetasan zat air. Dalam hal ini perusakan karena erosi dan korosi saling
mendukung. Logam yang telah kena erosi akibat terjadi keausan dan menimbulkan bagianbagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah terkena korosi dan bila ada
gesekan akan menimbulkan abrasi lebih barat lagi.
Pada dasarnya korosi erosi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni:
a. Kondisi aliran laminar
b. Kondisi aliran turbulensi
c. Kondisi peronggaan
Aliran laminer adalah aliran ideal dan disukai dalam aliran pipa. Aliran turbulen
merupakan aliran bergolak/berputar, hal ini biasanya terjadi pada blower. Aliran turbulen
adalah aliran yang tidak disukai pada pipa, karena dapat menyebebkan korosi erosi yang
sangat cepat pada pipa.
Secara umum korosi erosi dipengaruhi oleh:
a. Sifat Logam Paduan Ketahanan
Kerentanan terhadap korosi erosi lebih tergantung lunak pada bahan logam. Dimana setiap
bahan mempunyai ketahanan yang berbeda akan abrasi. Jadi secara tidak langsung akan
mempengaruhi ketahanan korosi erosi. Untuk itu kekerasan bahan sangat mempengaruhi
ketahanan akan korosi erosi.
juga sering dijumpai pada bagian dalam pipa dimana zat cair seolah-olah diam, vibrasivibrasi pada dinding pipa yang dihasilkan oleh mesin pompa yang menimbulkan obilasi
tekanan transversal pada lapisan zat cair dinding-dindingnya. Perubahan tekanan ini
menimbulkan serangan peronggaan dan sumuran.
dalam hal pengurangan kecepatan dan membuat agar aliran yang terjadi adalah aliran
laminar yaitu aliran fluida tanpa turbulensi (pusaran air)
f. Coatings Protection
Coating (Pelapisan), dimana prosedur pengaplikasiannya adalah
-