PENDAHULUAN
1.1
1.2
Unit Pengolahan
Unit Pengolahan (UP) I
Unit Pengolahan (UP)
II
Daerah
Pangkalan Brandan
III
Gerong
IV
Unit Pengolahan (UP)
(Barrel/hari)
5.000
Kapasitas
134.000
Cilacap
300.000
Balikpapan
252.000
V
6.
7.
Balongan
125.000
Kasim Sorong
10.000
JUMLAH
1.010.000
Naphtha
Kerosene
Pada tahun 1972, Kilang Putri Tujuh mengalami perluasan untuk mengolah
bottom product menjadi bensin premium dan komponen mogas dengan
mendirikan unit-unit baru seperti:
1
Platforming Unit.
Hydrobon Unit.
Premium
Aviation Turbin.
Kerosin
LPG
Green Coke.
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan Makalah Distillate Hydrotreating ini bertujuan untuk
memahami lebih rinci mengenai pengertian, fungsi, cara kerja, dan instrumeninstrumen yang dipakai dalam unit alat DHDT ini.
BAB II
ISI
4
LCGO. Light Coker Gas Oil (LCGO) dihasilkan oleh Delayed Coking Unit
(DCU).
LCGO mengandung sejumlah unsaturated material dan impurities. Melalui
proses hydrotreating unsaturated material dikonversi ke saturated material dan
impurities dihilangkan dari minyak (oil).
Unit Unibon Hydrotreater menggunakan katalis UOP jenis S-12. Katalis ini
terdiri dari oksida cobalt dan molybdenum yang dimasukkan (impregnated) pada
base alumina. Selama periode start up oksida logam (metal oxides) dikonversi
kedalam bentuk sulfida yang akan mem-promote aktivitas katalis selama operasi
normal.
Reaksi
hidrogenasi
oksigen, dan logam dari aliran proses. Hydrotreating bisa dilakukan untuk umpan
diesel untuk perbaikan kualitas diesel terutama untuk mengurangi kandungan
sulfur dalam diesel (spesifikasi produk diesel dari tahun ke tahun semakin ketat
terutama dalam hal kandungan sulfur maksimum) dan juga untuk mengurangi
kandungan nitrogen dalam diesel yang dapat menyebabkan terjadinya color
unstability produk diesel. Unibon Distillate Hydrotreating adalah suatu proses
hidrogenasi katalitik dengan menggunakan katalis terseleksi untuk memperbaiki
(improve) kualitas cracked diesel atau light coker gas oil.
Ada 2 tujuan
olefin
(hydrodesulfurization),
(penjenuhan
hidrokarbon),
penghilangan
nitrogen
penghilangan
sulfur
(hydrodenitrification),
2.2.2
2.2.4
10
dibatasi untuk menjaga produk overhead tidak melampaui 1-2 %vol dari satuan
umpan, dibawah keadaan yang normal. Semua
reaksi hydrotreating
adalah
eksotermis karena itu temperatur outlet reaktor dibatasi sekitar 400 C maksimum
atau delta temperatur pada sekitar 55C maksimum.
2.3 Feed dan Produk Hydrotreating
Unit hydrotreating dapat berupa naphtha hydrotreater atau distillate/diesel
hydrotreater. Umpan naphtha hydrotreater adalah naphtha yang dapat berupa
straight run naphtha, naphtha dari tangki penyimpan, ataupun cracked naphtha.
Jika umpan naphtha berasal dari tangki maka harus diyakinkan bahwa tangki
dilengkapi dengan gas atau nitrogen blanketing. Jika tangki tidak dilengkapi
dengan gas atau nitrogen blanketing, maka naphtha kemungkinan akan bereaksi
dengan oksigen (yang berasal dari udara; biasanya tangki naphtha adalah floating
roof yang sangat mungkin terdapat kebocoran seal sehingga dapat menyebabkan
udara luar masuk ke dalam tangki) yang kemudian akan menyebabkan
terbentuknya gums. Gums ini biasanya terbentuk pada preheater atau bahkan pada
permukaan katalis.
Sedangkan umpan distillate/diesel hydrotreater adalah straight run diesel
atau cracked diesel. Jika mengolah cracked diesel, maka perlu diketahui batasan
maksimumnya karena cracked diesel membawa cracked material/olefin yang akan
mempengaruhi operasi hydrotreater. Selain itu cracked diesel sangat mungkin
mengandung nitrogen yang tinggi. Kandungan nitrogen yang tinggi akan
mempengaruhi tingkat color stability produk diesel.
Produk unit hydrotreating dapat berupa hydrotreated heavy naphtha atau
hydrotreated diesel. Hydrotreated heavy naphtha merupakan intermediate product
yang kemudian merupakan umpan unit platforming. Hydrotreated heavy naphtha
harus mempunyai kandungan sulfur dan nitrogen maksimum 0,5 ppmwt dan
kandungan logam maksimum 2 ppmwt. Sedangkan hydrotreated diesel
11
Seksi Reaktor
2.4.2
Umpan untuk Unit Distillate Hydrotreating adalah LCGO dari trim cooler
di Unit Delayed Coking. Ia mengalir ke Feed Surge Drum 220-V1 melalui line
6. Surge Drum dilengkapi dengan level indicator dengan High & Low Alarm. Ia
dilengkapi dengan split range pressure control system 220-PRC2 dan safety valve
12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
7).
Low pressure dari combustion air dari air preheater outlet (220-PIAL-8).
Low pressure dari pilot gas (220-PIAL-10).
Low pressure dari atomizing steam (220-PIAL-11).
Low flow dari recycle gas ke reactor circuit (220-FRAL-52).
Dengan menekan emergency push button.
2.4.4
Setelah dipanaskan sampai sekitar 315C, feed masuk reaktor melalui inlet
distributor, kemudian ke liquid/vapor distributor tray untuk mendapatkan
distribusi yang baik melintasi daerah bagian-bagian (sectional area) dari katalis.
Ketika feed turun melalui bed katalis, reaksi muncul dan panas dibangkitkan.
Outlet reaktor 220-V2 dilengkapi dengan High Temperature Alarm 220TRAH-38, yang di set pada 399 C untuk mencegah reaksi perengkahan yang
berlebihan (excessive cracking reactions).
Cold recycle gas dibawa ke efluen reaktor 220-V2 untuk meng-quench
reaksi. Aliran quench dikontrol dengan temperatur inlet reaktor no.2, 220-TRC41. Reaktor ini juga dilengkapi dengan inlet dan outlet pressure gauge serta outlet
temperature recorder high alarm 220-TRAH-44. Efluen reaktor mengalir ke CFE
220-E1 melalui line 10.
2.4.5
220V4.
Dari CFE efluen reaktor mengalir ke empat prallel fin fan cooler melalui
line 10.Sulfur dan nitrogen dalam feed dikonversikan ke hidrogen sulfida (H2S)
dan ammonia (NH3).
Kedua material ini bergabung (combine) untuk membentuk garam
ammonium yang dapat mengeras (solidify) dan mengendap (precipitate) ketika
efluen reaktor didinginkan.
14
15
2.5.2
16
17
2.6.2
Basis Perancangan (Design basis)
1. Rate Of Flow.
Rate of flow
: LCGO
: 83,86
: 1048
: 0,24
reboiler
rate total.
Splitter light kero product , M3/Hr
: 11,43
: 73,34
: 53,15
API Gravity
: 44,0
IBP/EP,C
: 155/307
Sulfur content wt
: 0,1
untuk mengontrol
variabel proses akan mempengaruhi severitas reaksi dan kecepatan deaktivasi dari
katalis. Pengaruh umum dari perubahan variabel-variabel operasi ini ditunjukkan
dibawah ini.
2.7.1
Temperatur Reaktor
18
yang diinginkan pada produk keluar reaktor (untuk naphtha hydrotreater biasanya
maksimum sulfur dan nitrogen adalah 0,5 ppmwt). Reaksi desulfurisasi mulai
terjadi pada temperature 230 C dengan kecepatan reaksi yang meningkat dengan
makin tingginya temperature. Namun di atas temperature 340 C, pengaruh
temperatur terhadap reaksi penghilangan sulfur sangat kecil.
Penghilangan senyawa chloride dengan konsentrasi rendah (<10 wtppm)
akan terjadi pada temperature yang sama dengan penghilangan senyawa sulfur.
Penjenuhan olefin juga seperti penghilangan senyawa chloride dan sulfur, semakin
tinggi temperature maka reaksi penjenuhan olefin semakin cepat. Namun biasanya
penjenuhan olefin membutuhkan temperature yang jauh lebih tinggi. Karena
reaksi penjenuhan olefin sangat eksotermis maka kandungan olefin pada feed
harus dimonitor dan jika mungkin dibatasi agar reactor peak temperature tetap
dalam
acceptable
temperature
range
dan
tidak
terjadi
temperature
excursion/runaway.
Pada temperature yang sangat tinggi, kondisi keseimbangan membatasi
tingkat penjenuhan olefin. Hal ini dapat menyebabkan residual olefin dalam
produk menjadi lebih besar pada temperature yang lebih tinggi daripada pada
temperature yang lebih rendah. Saat memproses naphtha dengan jumlah light end
yang sangat besar dengan katalis baru, H2S dapat bereaksi dengan olefin tersebut
untuk membentuk merkaptan.
Namun, jika hydrotreater memiliki 2 unit reactor, maka temperature inlet
reactor kedua akan cukup rendah (karena di-quenching dengan hydrogen) untuk
menghilangkan residual olefin yang dapat bereaksi membentuk merkaptan.
Dekomposisi senyawa oksigen dan nitrogen memerlukan temperatur yang lebih
tinggi daripada desulfurization ataupun penjenuhan olefin. Unit hydrotreater
dengan kandungan nitrogen dan oksigen yang sangat tinggi harus didisain dengan
tekanan reactor yang tinggi dan LHSV yang rendah untuk menjamin konversi
yang tinggi. Reaksi penghilangan logam memerlukan temperature minimum
315C.
19
yang
diperlukan
untuk
mencapai
reaksi
hidrotreating
yang
dikehendaki.
2.7.2
Karena end
point
dari
umpan
naik
20
Pressure drop reaktor akan juga naik bila unit dioperasikan dengan feed
yang lebih berat disebabkan oleh akumulasi padatan didalam bed katalis.Oleh
karena itu, umur katalis (catalyst life) berkurang karena akumulasi yang cepat
dari coke pada reaktor dengan pressure drop yang lebih tinggi.
Untuk kondisi operasi yang normal, perubahan temperatur inlet reactor
hydrotreater untuk mengkompensasi adanya perubahan kualitas feed biasanya
tidak diperlukan. Namun, jika umpan diimpor dan memiliki kualitas yang jauh
berbeda dari biasanya, maka kualitas produk naphtha akan sangat berubah,
sehingga diperlukan pengaturan temperatur inlet reactor. Perubahan kandungan
olefin umpan juga akan mempengaruhi panas reaksi.
2.7.3
Jumlah katalis yang dibutuhkan untuk tiap satuan umpan akan tergantung
pada feed properties, kondisi operasi, dan kualitas produk yang diperlukan.
Liquid Hourly Space Velocity (LHSV) didefinisikan sebagai (feed, m3/jam)/
(volume katalis, m3), sehingga satuan LHSV adalah 1/jam. Kenaikan feed rate
dengan volume katalis yang tetap akan menaikkan nilai LHSV. Untuk
memperoleh tingkat konversi reaksi yang sama, maka sebagai kompensasinya
maka temperatur reaksi (temperatur inlet reaktor) harus dinaikkan. Namun
kenaikan temperatur catalist akan menyebabkan peningkatan kecepatan
pembentukan coke pada permukaan katalis sehingga akan mengurangi umur
katalis.
Kenaikan space velocity (feed rate) akan menghendaki temperature
reaktor
2.7.4
22
dan
23
temperatur wash water harus cukup rendah sehingga minimal 20% dari injeksi
wash water masih tetap berbentuk cair pada outlet fin fan cooler (inlet high
pressure separator).
2.8 PERALATAN (Equipment).
2.8.1. REAKTOR (220-V2 & 220- V3).
Unit hydrotreationg kilang Dumai dilengkapi dengan
dua seri
aliran
reaktor. Unit hydrotreating didirikan pada plant site yang dirancang dengan
pertimbangan yang dibuat oleh kontraktor atau pemakai (costumer)
konsultasi dengan
1
setelah
Tipe reaktor.
Reaktor unit hydrotreating kilang Dumai adalah hot type
Tipe
tray
Unit dilengkapi dengan 2 buah charge pump yang digerakkan oleh motor
(motor driven). Pompa-pompa ini adalah multi stage centrifugal pumps. Tiap
24
stage berfungsi seperti pompa yang terpisah, mempunyai impeller, diffuser dan
wear rings. Untuk memproteksi pompa ini dari kerusakan karena low flow,
pompa dilengkapi dengan automatic shutdown device. In case aliran feed jatuh
kebawah nilai setting flow, 220-FRCAL akan memberikan signal ke automatic
shutdown system dan automatic shut down akan men-shut down-kan pompa
secara otomatis. Pompa ini adalah type yang tidak boleh dijalankan dengan
kerangan discharge valve tertutup untuk waktu tertentu. Tujuannya adalah karena
pompa dapat menjadi panas dengan sangat cepat disebabkan discharge yang
tertutup dan merusak seals serta internalnya.
2.8.3
HDT Unibon kilang Dumai dilengkapi dengan 2 set gas compressor 220-C1
A&B. Jenis kompresor adalah horizontal, heavy duty, single stage, multi
cylinders, non lubricated. Recycle & make up compressor digerakkan oleh steam
turbine. Dalam keadaan normal satu kompresor beroperasi , yang lain sebagai
spare.
2.8.4
Reactor charge heater HDT Unibon adalah heater jenis silinder. Umpan
dipanaskan dalam pass tube heater sekitar 315C melalui seksi konveksi dan
radiasi dari heater. Heater ini juga dilengkapi dengan set kombinasi burner fuel
oil dan fuel gas. Tube heater dibuat dari baja 9 Cr-1 Mo alloy steel. Untuk
melindungi heater dari high pressure draft, ia dilengkapi dengan sebuah
automatic shut down device. Pada kejadian (induce atau force draft) gagal,
pressure indicator dan high pressure alarm 220-PIAH - 24 mengirim sinyal ke
automatic shut down system dan heater akan stop secara otomatis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
Product Stripper.
Product Splitter.
26
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pintar Migas Indonesia, Bab IV, 2008. manual proses Dehydrotreating
kilang minyak pertamina UP II Dumai
Devold, Havard., Oil And Gas Production Handbook: An Introduction To Oil And
Gas Production
Nazwir. 2004. Evaluasi Kinerja Heater HCC Unibon Unit 212 H-3 di UP II
Dumai. Program Studi D3 Teknik Kimia UNRI : Pekanbaru
LAMPIRAN
27
28