Anda di halaman 1dari 35

TINJAUAN PUSTAKA

12.1. PENGERTIAN TREATING


Fraksi yang dihasilkan dari distilasi crude, cracking dan reforming sering
mengandung sejumlah kecil impurities yang harus dihilangkan. Proses yang
bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak dikehendaki disebut Proses
Treating. Proses ini tidak hanya digunakan untuk produk yang hendak
dipasarkan, tetapi juga preparasi (persiapan) feed stock untuk proses polimerisasi
katalitik dan reforming, dimana katalis menjadi rusak karena adanya impurities.
Umumnya impurities itu berupa senyawa – senyawa sulfur, yang dapat
menyebabkan terbentuknya asam, dan senyawa – senyawa nitrogen dalam jumlah
yang relatif kecil. Dan bahkan kadang – kadang olefin harus dihilangkan dari
feed stock atau juga aromatik harus dihilangkan dari Solvent. Dan juga impurities
yang berupa senyawa – senyawa terpolimerisasi, senyawa asphaltik atau resin,
tergantung senyawa itu merugikan atau tidak terhadap produk akhir.
Proses yang dikenakan untuk menghilangkan H2S dan merkaptan disebut
proses sweetening. Fraksi minyak yang mengandung senyawa – senyawa sulfur
dapat dengan mudah ditunjukkan oleh adanya bau disebut “sour” (masam). Fraksi
yang sweet berarti fraksi yang boleh mengandung senyawa sulfur tetapi tidak
berbau.
Proses desulfurisasi dari fraksi minyak bumi tidak diklasifikasikan sebagai
proses treating, termasuk juga proses hydrotreating. Namun demikian,
desulfurisasi menjadikan salah satu masalah dan harus mendapatkan perhatian
yang utama, walaupun konsentrasinya rendah, baik terdapat dalam distilat maupun
residual stock. Misalnya, senyawa – senyawa sulfur jauh dapat diturunkan apabila
dipanaskan dalam katalis adsorptif. Senyawa – senyawa sulfur non siklik
(merkaptan, sulfida dan disulfida) yang terdapat pada straight-run distilat
(misalnya naphtha) akan dapat lebih mudah diubah menjadi H2S dan Olefin
dengan cara kontak antara vapor distillate itu dengan Clay. Al2O3 atau dengan

1
katalis kraking Alumina silika. Proses itu berjalan kira – kira 345 – 425 oC (650 –
800 oF) dan tekanan 50 psi.
Apabila Hidrogen ditambahkan dan dengan menggunakan katalis dehidrogenasi
misalnya kobal dan Molibdenum sulfida dalam Alumina, maka proses
desulfurisasi sangat ekstensif, bahkan senyawa – senyawa sulfur dan nitrogen
siklik akan terurai.
CH CH CH3-CH2-CH2-CH3 + (CH3)3CH
CH CH
S n – butana isobutana

CH CH CH3CH2CH2CH2CH3 + (CH3)2CHCH2CH3
CH CH n – pentana isopentana
S

CH CH
CH CH CH3-CH2-CH2-CH3 + NH3
N n – butana

Proses treating untuk menghilangkan senyawa – senyawa sulfur kurang


banyak dilakukan bila dibanding dengan teknik desulfurisasi. Disebabkan oleh
pada kenyataannya bahwa, menghilangkan atau mengubah senyawa – senyawa
sulfur pada distilat dengan proses treating sangatlah terbatas, yaitu hanya untuk
merkaptan dan senyawa – senyawa sulfur yang mempunyai berat molekul rendah.
Apabila kandungan sulfur melebihi jumlah trace / trace amount (0,1%) lebih baik
dan lebih ekonomis dengan menggunakan proses thermal (misalnya
hydrodesulfurisasi). Karena proses thermal itu akan menurunkan konsentrasi dari
semua tipe / bentuk senyawa – senyawa sulfur. Sebagian senyawa – senyawa
sulfur dalam distilat minyak bumi dapat dengan mudah dipecah dengan cara
thermal yang tidak begitu tinggi (disebut mild thermal). Tetapi terdapat juga

2
senyawa – senyawa sulfur yang sukar dipecahkan dengan thermal, sehingga
menggunakan proses kraking.
Senyawa – senyawa sulfur yang terdapat pada straight-run distilat dengan
titik didih, bebrentuk sebagai merkaptan, sulfida dan disulfida. Sedang pada
thermal cracked distillate berbentuk sebagai thiophenol.
CH CH CH CH SH
CH CH CH C CH CH CH
S CH C CH CH CH
CH S C OH
Thiophene benzo-thiophene thiophenol

Senyawa-senyawa sulfur yang terdapat pada distilat ringan, umumnya dihasilkan


dari degradasi produk yang terbentuk dari zat – zat dengan berat molekul yang
lebih tinggi selama proses distilasi atau kraking. Untuk trace sulfur bebas,
hidrogen sulfida, merkaptan, sulfida – sulfida, disulfida dan thiopnehe selalu
terdapat didalam produk minyak bumi.
Pemilihan metoda treating untuk senyawa sulfur bergantung pada jumlah
dan tipe impurities. H2S dalam naturally sweet kerosene dihilangkan dengan
treatment yang paling sederhana yaitu dengan alkali (basa/lye). Bila merkaptan
terdapat pada raw kerosene dilakukan dengan doctor test dan alkali treatmen.
Merkaptan dalam poor quality raw kerosene dapat dilakukan treatment seperti
pada raw kerosene atau treatment dengan H2SO4 + lempung (fuller’s earth),
sedang merkaptan yang terdapat dalam lowes quality raw kerosene dilakukan
treatment dengan H2SO4 pekat, kemudian dinetralkan dengan alkali dan kemudian
dilakukan distilasi ulang (redistulasi) atau lebih efektif diekstrak dengan larutan
SO2 atau dilakukan proses hydrorefining.

Kilang minyak mempunyai pilihan dari beberapa treating yang berbeda,


tetapi tujuan utama adalah untuk menghilangkan senyawa sulfur yang tidak

3
diinginkan. Proses tidak hanya terbatas pada pengubahan senyawa-senyawa
sulfur, melainkan juga senyawa – senyawa Nitrogen, senyawa-senyawa Oksigen.
Senyawa olefin dan bahan-bahan Asphaltik. Bermacam-macam proses digunakan
untuk menghilangkan impurities dapat dilakukan dengan menggunakan reagen
kimia, dengan katalis atau dengan adsorpsi clay atau material yang lain

1. Proses Treating Dengan Bahan Kimia

Larutan NaOH (Caustic Soda) telah lama digunakan untuk menghilangkan


H2S dan merkaptan ringan. Larutan NaOH tidak akan dapat menghilangkan
merkaptan yang mempunyai titik didih tinggi. Dengan gabungan antara larutan
NaOH dan bermacam-macam solubility prometers (methyl alcohol, cresol,
naphthenic acid, alkyl phenol), dapat menghilangkan sampai 90% merkaptan
disamping senyawa oksigen dan senyawa nitrogen yang dapat melarut
kedalamnya.
Sulfuric acid treating banyak digunakan dalam industri batubara dan juga
industri perminyakan. H2SO4 sangat sesuai digunakan sebagai material treating
untuk semua fraksi minyak bumi, mulai dari Naphtha sampai minyak pelumas.
Untuk melangkah / mengubah merkaptan yang paling efektif digunakan H2SO4
atau AlCl3 anhidros (tidak mengandung air). Sulfida siklo, misalnya tetra dan
penta methylene, juga sulfone dan sulfoxide dapat dihilangkan dengan
menggunakan larutan dalam suasana bersifat asam.
Sejumlah proses treating dengan bahan kimia yang biasa digunakan untuk
mengubah merkaptan menjadi di sulfida yang tidak berbau, yang tetap tinggal
melarut dalam fraksi minyak bumi adalah larutan doctor, larutan CuCl 2 dan
larutan NaOCl. Bila tidak dipanaskan, disulfida yang dihasilkan sedikit akan
tinggal didalam produk akhir, misalnya kerosene atau stove oil.
Apabila senyawa sulfur tidak boleh ada, misalnya dalam solvent naphtha,
maka disulfida dihilangkan dari fraksi bottom dengan cara redistilasi.

4
Hipokhlorit yaitu sebagai Na-hipokhlorit (NaOCl, puder pengelantang) akan
mengoksidasi merkaptan menjadi Disulfida, dan aklil sulfida (thioether) menjadi
Sulfoxide.
a) R – CH2 – CH2 – SH R – CH2 – CH2 SSCH2 – CH2 - R
merkaptan disulfida
(thiol)
b) RCH2CH2SCH2CH2R RCH2CH2 S CH2CH2R
alkil sulfida sulfoxide

2. Proses Treating Dengan Adsorpsi

Proses ini digunakan untuk menghilangkan kandungan H2S. Bahan kimia


yang telah diketemukan dan sesuai untuk menghilangkan gas H2S (yang sangat
efektif dan tidak mahal) dengan cara adsorpsi pada temperatur rendah adalah
Natrium karbonat (Na2CO3), sehingga proses ini disebut proses Natrium karbonat.
Bila adsorpsi itu berlangsung pada temperatur yang tinggi dapat menggunakan
phenolat, etanolmin, campuran etanolamin, etilen glikol, garam alkali dari asam
amino, atau tri kalium fosfat. Dengan larutan adsorben yang bersifat oksidator
dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan Sulfur bebas, misalnya
thiorsenat.

3. Caustic (LYE) Treating

Treating untuk produk minyak bumi cara pencucian dengan larutan alkali
(caustic, lye), hampir dilakukan oleh semua industri perminyakan sejak dahulu.
Bau dan warna dapat diperbaiki dengan menghilangkan asam-2 organik (asam
naphthenat dan phenol) dan senyawa – senyawa sulfur (merkaptan dan H2S)
dilakukan dengan cara pencucian dengan larutan NaOH.
H2S + 2NaOH à Na2S + 2H2O
Na2S yang terbentuk melarut dalam air

4. Lye Treating

5
Lye treating adalah treater yang berlangsung secara kontinu (terus-
menerus), terdiri dari bak pencampur (mixing-device), dimana kedalam bak itu
dipompakan larutan basa (lye) dan produk (product stream) yang akan ditreating.
Dalam bak terjadi kontak antara larutan basa dan product stream.
Minyak sebagai hasil treating dikeluarkan lewat ujung tangki sedang larutan
basa bekas dikeluarkan lewat dasar tangki dan disirkulasikan untuk bercampur
dengan untreated oil (minyak yang hendak di treating). Konsentrasi larutan caustic
yang dipergunakan 5-20% wt pada temperatur 20-45 oC dan tekanan pompa 5-40
psi. penggunaan temperatur yang tinggi dan konsentrasi larutan yang pekat
biasanya dihindari, karena dapat mengakibatkan berkurangnya stabilitas warna
produk. Perbandingan antara product stream dan caustic bervariasi dari 1 : 1
sampai 1 : 10.
Proses treating ini digunakan untuk menghilangkan / mengurangi senyawa –
senyawa H2S, merkaptan ringan, asam-asam organik atau asam – asam mineral.
Banyaknya larutan caustic (NaOH) yang bereaksi dengan senyawa – senyawa
yang hendak dihilangkan disebut “spent lye” (habis pakai).
H2S + 2NaOH à Na2S + H2O
RSH + NaOH à RSNa + H2O
Larutan NaOH yang habis bereaksi dengan H2S kira – kira 65% dari jumlah
yang diberikan dan larutan habis pakai tidak dapat diregenerasi, tetapi masih bisa
dipakai untuk menghilangkan asam – asam organik dan asam – asam mineral
yang terdapat dalam fraksi minyak bumi. Sedang larutan habis pakai yang
digunakan untuk menghilangkan merkaptan (RSH) dapat diregenerasi, yaitu
dengan menghembuskan steam kedalam spent lye itu.
Sebagai hasil regenerasi adalah merkaptan dan NaOH, kemudian merkaptan
dipisahkan sebagai gas dan biasanya untuk menghilangkan dibakar dalam furnace.
Atau spent itu dapat diregenerasi dalam tower stripper dengan steam, merkaptan
akan terbawa oleh steam dan dipisahkan secara kondensasi.

5. Steam – Regenerative Caustic Treating

6
Artinya suatu treating dengan menggunakan caustic, dimana caustic bekas
dapat diregenerasi dengan steam. Steam regenerative caustic treating merupakan
suatu treating yang bertujuan untuk menghilangkan merkaptan yang terkandung
dalam light gasoline dan straight-run gasoline. Caustic diregenerasi dengan
meniupkan steam kedalam stripping tower. Banyaknya merkaptan yang dapat
dihilangkan tergantung dari sifat alam merkaptan itu dan temperatur proses.

RSH + NaOH à RSNa + H2O


RSNa + H2O à RSH + NaOH

6. Sodasol Proses

Larutan Lye (basa) hanya mampu menghilangkan merkaptan ringan atau


merkaptan titik didih rendah, tetapi beberapa bahan kimia dapat ditambahkan
kedalam lye itu, yang berfungsi untuk melarutkan merkaptan berat. Bahan kimia
yang ditambahkan itu disebut Solubilyzer atau Solutizer
Dalam proses sodasol, product stream (bahan) yang hendak dihilangkan
merkaptannya dicampur dengan larutan basa dan solutizer (berupa metanol, etanol
dan alkil phenol). Product stream (bahan)nya berupa cracked naphtha atau cracked
gasoil.
Proses dapat berlangsung dengan memompakan product stream (bahan)
kearah atas treating tower, sedang larutan sodasol disemprotkan berlawanan arah.
Terjadi kontak diantara keduanya, larutan sodasol menghilangkan merkaptan dan
impurities yang lain misalnya senyawa – senywa oksigen (phenol, asam-asam)
dan juga senyawa – senyawa nitrogen. Product stream yang telah ditreating
(treated product stream) berada dipuncak tower, larutan spend sodasol tinggal
dibagian dasar tower yang kemudian dipompakan ke puncak tower regenerator.
Pada tower regenerator ini merkaptan dipisahkan dari larutan dengan steam.
Kemudian larutan sodasol yang telah diregenerasi dipompakan kembali kedalam
puncak stream baru.

7
Sodasol proses disamping menggunakan NaOH, juga dapat digunakan
larutan KOH, disebut Potasol.

12.2. ADSORPSI
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh
fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan
pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi
terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)
1. Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat
terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya
terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida
pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi

8
molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama
dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol.
Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat
tercapai dan bersifat reversibel.
2. Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih
besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas
reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan
oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam
molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan
terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan
menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga
efektifitasnya berkurang.

Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik
cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik,
hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang
paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon
aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara
membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang
terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena
terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh
zat padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu Karbon aktif/
arang aktif/ norit
Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah
dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai
sebagai adsorben pada topeng gas Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas

9
yang masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan
diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan
dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik
dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana
semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah.

PEMBAHASAN

13.1. PRODUK PERTASOL

10
Pertasol merupakan campuran hidrokarbon cair yang mempunyai trayek
didih 45-150 0C. Pertasol merupakan produk yang terpenting karena digunakan
sebagai solvent/ pelarut, pembersih dan lain-lain. Produk Pertasol dibedakan atas
3 yaitu :
1. Pertasol CA (Pertasol 2)
Digunakan untuk bahan dasar :
i. Pada industry cat, Laquers, varnish
ii. Untuk tinta cetak sebagai pelarut dan diluen
iii. Industry clearing dan degreasing
iv. Sebagai komponen dalam proses :
 Pembuatan bahan karet pada pabrik ban, vulkanisir, dan lain-lain
 Adhesive (lem)
 Industri farmasi

Tabel 13.1 Spesifikasi Bahan Bakar Jenis Pertasol CA (LAWS 2)


Typical Test
No Property Unit Methods
Figure

1 Specific Gravity 15,6/15,6oC 0,72 ASTM D-


1298

2 Distilation :
- IBP (Initial Boiling O
C 45 ASTM D-
Point) 86

- EP (End Point) 150

3 Doctor Test Negative ASTM D-


484

4 Saybolt +25 ASTM D-


156
5 Copper Strip Corrosion 2 hrs/37,8OC Max No. 1 ASTM D-
130
6 Aromatic Content %vol 20 ASTM D-

11
1319

2. Pertasol CB (LAWS 3)
Pertasol CB (LAWS 3) digunakan sebagai :
i. Pada industry cat (alkyl resin), thiner dan lacquers
ii. Tinta cetak
iii. Dry cleaning service
iv. Industri tekstil (printing)
Kapasitas produksi pertasol CB 16,3 m3/hari. Spesifikasi pertasol CB
Tabel 13.2 Spesifikasi Bahan Bakar Jenis Pertasol CB/LAWS 3
Typical Test
No Property Unit Methods
Figure
1 Specific Gravity 15,6/15,6oC 0,765 ASTM D-1298
2 Distillation : ASTM D-86
- IBP C
O
100
- EP 200
3 Doctor Test Negtive ASTM D- 484

4 Saybolt +18 ASTM D-156

5 Copper Strip Corrosion 2 hrs/37,8OC Max No. 1 ASTM D-130

6 Aromatic Content %vol 25 ASTM D-1319

3. Pertasol Cc (LAWS 4)
Tabel 13.3 Spesifikasi Bahan Bakar Jenis Pertasol CC/LAWS 4

Typical Test
No Property Unit Methods
Figure

12
1 Specific Gravity 15,6/15,6oC 0,782 ASTM D-1298

2 Distillation : ASTM D-86


- IBP O
C 124
- EP 250

3 Doct Or Test Negative ASTM D 4952

4 Colour +16

5 Copper Strip Corrosion 2 hrs/37,8OC Max No. 1 ASTM D 130


6 Aromatic Content %vol 25 ASTM D 1319

Gambar 13.1
Produk Pertasol CA, CB, CC

13.2. SPESIFIKASI CAUSTIC SODA (NaOH)


Tabel 13.4 Spesifikasi Kaustik Soda

Spesifikasi Caustik Soda (NaOH)


Caustic Soda 48%

13
Kapasitas 250 kg/drum

Produk Tjiwi Kimia

13.3. PANDUAN PROSEDUR KERJA


1. Tujuannya
Untuk mengurangi kadar sulfur
2. Tindakan Keselamatan
 SOP sebagai bahan acuan
 Alat pelindung diri yang dibutuhkan
3. Peralatan yang dibutuhkan
 Alat keselamatan kerja antara lain apar, safaty helm, masker,
sarung tangan
 Pompa Centrifugal
 Vassel Soda Api
 Perlengkapan Penunjang
4. Pekerja yang terlibat
 1 Orang sebagai pengawas
 2 Orang sebagai operator
5. Langkah-langkah Pekerjaan
Persiapan
a. Persiapan Larutan Soda
i. Pembuatan Larutan Soda (Baru)
 Pembersihan vessel dengan air
 Pengisian vessel dengan air
 Pengenceran kristal soda dengan injeksi steam
 Memindahkan larutan soda ke vessel pencampuran
 Pencampuran dengan cara sirkulasi pompa
 Pengecekan konsentrasi soda di laboratorium

14
ii. Pengecekan/ Pengawasan konsentrasi soda
 Pengambilan contoh larutan soda
 Pengamatan konsentrasi soda sesuai kebutuhan proses
iii. Pembuangan/ Perbaikan Larutan
 Pengambilan contoh dan pengamatan konsentrasi
 Perbaikan larutan soda dengan injeksi soda baru atau
dengan pengencerandengan air
 Pembuangan larutan konsentrasi soda bila sudah tidak
mungkin diperbaiki
b. Persiapan Bahan Baku
i. Persiapan Kualitas
 Pengambilan contoh tangki
 Pengamatan analisa bahan baku dan spesifikasi standart
dan kebutuhan proses
 Pembersihan air di tangki
ii. Persiapan Kuantitas
 Pengukuran tangki
 Perhitungan kapasitas
c. Persiapan Tangki
i. Pengukuran Tangki Penerima
ii. Perhitungan ullage tangki
d. Persiapan Peralatan Utama
i. Pengecekan kondisi peralatan proses seperti tangki, pompa,
jaringan pipa, instrumentasi, mixer settler, dsb. Harus dalam
keadaan baik
ii. Pengecekan operasi masing-masing peralatan termasuk
pelumasan, flushing, dsb
Langkah Operasi
a. Persiapan Jaringan
i. Membuka jaringan suction dan discharge Pertasol
ii. Membuka jaringan sirkulasi larutan soda

15
b. Operasi pompa
i. Persiapan Pompa Soda dan Pertasol
 Pengecekan kondisi pompa transmisi dan motor
 Pengecekan pelumas
ii. Menjalankan pompa ke posisi (ON)
 Menjalankan pompa soda
 Menjalankan pompa pertasol
iii. Mengatur flowrate Pertasol dan Soda
 Mengatur ratio Pertasol dan soda sesuai kebutuhan
 Menjaga kapasitas operasi sesuai batas yang diijinkan
Pengawasan Operasi
a. Pengawasan kondisi peralatan sebagai berikut :
 Tangki : tidak bocor dan kapasitas aman
 Jaringan Proses : Tidak buntu/ bocor
 Pompa : Tidak terjadi kavitasi, getaran atau suara normal,
panas pada bearing normal.
 Mixer : tidak buntu
 Settler : tidak buntu/ kotor
 Instrumentasi : operasi dengan baik
b. Pengawasan kondisi operasi
 Flow rate/ ratio : Flow Rate Pertasol/ soda sesuai kebutuhan
proses dan kemampuan peralatan
 Konsentrasi soda : sesuai batasan

c. Pengawasan kualitas dan kuantitas


i. Pengecekan Kualitas produk Pertasol
 Pengambilan contoh
 Pengamatan analisa produksi seperti doctor test dan
copper strip
ii. Pengecekan kuantitas produksi
 Pengukuran tangki pengirim dan tangki penerima

16
 Perhitungan volume yang masih dapat di treating
 Perhitungan kapasitas tangki penerima yang masih dapat
menerima produksi treating

Stop Operasi Treating


a. Mematikn pompa
b. Tutup jaringan proses
c. Pembersihan jaringan / peralatan treating, bocoran soda

13.4. PROCESS FLOW DIAGRAM TREATING


Proses Flow Diagram dari Treating menggunakan kaustik soda (terlampir).

13.5. REAKSI KIMIA YANG BERLANGSUNG


Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada saat treating dengan
menggunakan caustic soda. Caustic akan mengoksidasi RSH (merkaptan)
dan senyawa sulfur lainnya. Reaksi ini berlangsung secara irrreversibel
(searah), karena kaustik soda yang telah jenuh tidak dapat di regenerasi
kembali. Dan pola aliran dalam mixer terjadi dalam satu arah
RSH + NaOH RSNa + H2O
H2S + 2NaOH Na2S + H2O

13.6. PROSES BERLANGSUNGNYA TREATING


Proses treating menggunakan caustic soda ini merupakan salah satu
metode treating yang digunakan di kilang pusdiklat migas Cepu. Dengan
menggunakan metode ini dapat menghilangkan atau mengurangi H 2S dan RSH
dengan menggunakan cautic soda (NaOH) dalam bentuk larutan. NaOH yang
digunakan sebagai bahan baku memiliki konsentrasi + 48% wt, namun jika
NaOH dalam bentuk padatan bahan baku yang digunakan memiliki konsentrasi +

17
80% wt, maka harus dikontakkan dengan steam terlebih dahulu agar dapat di
gunakan dalam proses treating ini. Kemudian pada penggunaaan operasionalnya,
NaOH yang digunakan memiliki konsentrasi + 20 - 25 % wt. Oleh karena itu
dilakukan pengenceran NaOH dengan air dengan perbandingan 1:1 sehingga
didapatkan konsentrasi NaOH yang memenuhi spesifikasi untuk siap dioperasikan
1. Proses Treating Pertasol CB dan CC
Feed berupa Pertasol CB merupakan hasil fraksinasi C-2 dan Pertasol
CC merupakan hasil fraksinasi dari C-1 side stream No. 8 dan ditampung
kedalam tangki produk pada Pertasol CB (T-110 dan T-113) dan untuk
Pertasol CC (T-112), kemudian di drain agar kotoran-kotoran yang tidak
diinginkan tidak terikut ke dalam proses. Pertasol CB dan CC diadsorpsikan
dengan adsorben berupa arang aktif secukupnya, hal ini dilakukan untuk
memperbaiki kualitas warna agar sesuai dengan spesifikasi. Pertasol CB dan
CC dipompakan bersamaan dengan NaOH (yang terdapat dalam Bak Soda)
dengan pressure masing–masing untuk Pertasol CB dan Pertasol CC 3 kg/cm2
dan untuk Caustic Soda (NaOH) 2 kg/cm2, kedalam mixing - device (Mixer)
sehingga terjadi aliran yang turbulen dalam mixer. Di dalam Mixer terjadi
reaksi kimia pengikatan caustic soda dengan senyawa sulfur yang terdapat
dalam Pertasol. Kemudian menuju ke Settler vessel Pertasol CB dan Pertasol
CC. Sehingga di dalam settler vessel terjadi pemisahan antara produk pertasol
(yang sudah berkurang kadar RSH dan H2S) dan Caustic Soda yang
mengandung RSH dan H2S. Dimana, Pertasol CB dan CC berada di atas vessel
dan Caustic Soda berada di bawah vessel, hal ini terjadi akibat adanya
perbedaan densitas (massa jenis), yaitu massa jenis Caustic yang lebih besar
dari pada Pertasol. Treated Pertasol (yang sudah di treating) selanjutnya
menuju ke Tank Loading untuk produk Pertasol CB menuju ke T-128, T-129,
T-131 dan T-132 kemudian untuk Pertasol CC menuju ke T-134 sebagai tank
penampung dan dilakukan drain kembali guna meyakinkan produk sudah
tidak mengandung kotoran-kotoran yang mampu mempengaruhi kualitas
produk yang siap untuk di pasarkan ke konsumen.

18
2. Proses Treating Pertasol CA
Feed berupa Pertasol CA hasil dari fraksinasi C-2 ditampung kedalam
tangki produk Pertasol CA T-114, T-116 dan T-117, kemudian di drain agar
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan tidak terikut ke dalam proses. Pertasol
CC dipompakan bersamaan dengan NaOH (yang terdapat dalam Tangki Soda)
dengan pressure masing–masing untuk Pertasol (CA, CB, CC) 3 kg/cm 2 dan
untuk Caustic Soda (NaOH) 2 kg/cm2, kedalam mixing- device (Mixer)
sehingga terjadi aliran yang turbulen dalam mixer. Di dalam Mixer terjadi
reaksi kimia pengikatan caustic soda dengan senyawa sulfur yang terdapat
dalam Pertasol. Kemudian menuju ke Settler vessel untuk Pertasol CA.
Sehingga di dalam settling vessel terjadi pemisahan antara produk Pertasol CA
(yang sudah berkurang kadar RSH dan H2S) dan Caustic Soda yang
mengandung RSH dan H2S. Dimana, Pertasol CA berada di atas vessel dan
Caustic Soda berada di bawah vessel, hal ini terjadi akibat adanya perbedaan
densitas (massa jenis). yaitu massa jenis Caustic yang lebih besar dari pada
Pertasol. Kemudian Pertasol menuju ke Separator di drain kembali guna
menghilangkan caustic soda yang masih terikut kedalamnya untuk dipisahkan
kembali. Treated Pertasol CA (yang telah di treating) selanjutnya menuju ke
Tank Loading T-130, T-133, T-143 dan T-144 sebagai tank penampung dan
dilakukan drain kembali guna meyakinkan produk sudah tidak mengandung
kotoran-kotoran yang mampu mempengaruhi kualitas produk yang siap untuk
di pasarkan ke konsumen.
Perbandingan pencampuran antara produk pertasol yang akan di treating
dengan Cautic soda (NaOH) yang akan digunakan sebagai media treating yang
digunakan di Kilang Pusdiklat Migas Cepu yaitu 2: 1. Dengan perbandingan
Pertasol 2 dan Caustic Soda 1. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan feed (Pertasol) melalui proses drain, dan memastikan tidak ada air
yang terikut kedalam proses, karena akan menyebabkan konsentrasi soda menurun
ketika proses treating sehingga caustic mudah jenuh dan kemampuan dalam
mengikat senyawa sulfur berkurang.

19
Peralatan yang digunakan dalam treating Caustic Soda sangat sederhana
yaitu
1. Tangki Produk

Gambar 13.2 Tangki Produk Pertasol CA

Tangki produk berjumlah 6 (enam) buah, untuk produk Pertasol CA (T-114,


T-116 dan T-117), Pertasol CB (T-110 dan T-113) dan Pertasol CC (T-112).
Tangki produk ini digunakan untuk menampung pertasol (CA, CB, CC) dari
hasil fraksinasi (sebelum dilakukan treating).

2. Adsorber

20
Gambar 13.3 Adsorber Pertasol CB dan CC

Kolom adsorber ini terdapat 2 buah yang digunakan sebagai tempat terjadinya
adsorpsi Pertasol CB dan Pertasol CC dengan adsorben berupa arang aktif
secukupnya. Hal ini berguna memperbaiki kualitas warna dari pertasol CC
sehingga memenuhi spesifikasi untuk proses selanjutnya.

3. Mixer

Line Pertasol CA
Gambar 13.4 Mixer
Line Pertasol CB
Gambar 13.5 Line
Line Pertasol CC Pertasol
Terdapat 3 Mixer ( masing-
masing line untuk pertasol CA,
CB, CC) yang digunakan sebagai
tempat treating dengan caustic
soda ini berlangsung. Yaitu dengan memompakan pertasol dan caustic soda
secara kontinyu sehingga terjadi aliran yang turbulen.
4. Settler Vessel

21
Gambar 13.6 Vessel Settler Pertasol CA

Gambar 13.7 Vessel Settler Pertasol CB

22
Gambar 13.8 Vessel Settler Pertasol CC

Terdapat 3 Settler vessel untuk masing-masing pertasol (CA, CB, CC). Vessel
ini dipergunakan untuk menampung hasil produk (pertasol) yang telah di
treating untuk memisahkan antara caustic yang telah digunakan dan produk
pertasol yang telah di treating.
5. Separator

Gambar 13.9 Separator Pertasol CA


Separator yang digunakan berjumlah 1 (satu) yaitu untuk memisahkan caustic
yang masih terikut ke dalam produk Pertasol CA.
6. Tank Loading

23
Gambar 13.10 Tangki Loading Pertasol CB

Tank loading ini berjumlah 9 (sembilan) yang mana digunakan untuk hasil
produk pertasol CA (T-130, T-133, T-143 dan T-144) Pertasol CB (T-128, T-
129, T-131 dan T-132) dan Pertasol CC (T-134) yang telah di treating dan
dipisahkan dari caustic soda.

7. Pompa

24
Gambar 13.11 Pompa Centrifugal Unit Treating
Pompa yang digunakan merupakan pompa centrifugal yang berjumlah 6 yaitu
untuk produk pertasol (CA, CB, CC) 3 buah, dan caustic soda (NaOH) 3
buah.
8. Gudang Caustic Soda dan Pelumas serta Bak Pelarut Caustic Soda

Gambar 13.12 Gudang Caustic Soda dan Pelumas

25
Gambar 13.13 Bak Pencampur Soda dan Air
Bak Pencampur Soda digunakan untuk mencampurkan Caustic Soda
dan Air (Pelarutan) guna menurunkan konsentrasi bahan baku menjadi + 20 -
25 % wt. Untuk dapat diopeasikan dalam proses treating. Tentunya dengan
perbandingan pencampuran 1:1.
9. Rotameter

Gambar 13.14 Rotameter Caustic Soda dan Pertasol

26
Rotameter merupakan alat untuk mengukur tingkat aliran Pertasol dan
Caustic dalam tabung tertutup, sehingga diketahui ketinggian aliran. Di kilang
Pusdiklat Migas Cepu, alat ini digunakan pada unit treating guna menentukan
perbandingan pencampuran antara Caustic dan Pertasol sehingga mencapai
perbandingan 2:1, yaitu 2 bagian untuk Pertasol dan 1 bagian untuk Caustic
Soda. Namun Alat ini tidak lagi dioperasikan di Kilang Pusdiklat Migas Cepu
karena sedang dalam tahap pembenahan.
Prinsip kerja dari Rotameter ini mula – mula float (di dalam
rotameter) berada pada posisi setimbang (angka nol pada scale line)
menunjukkan bahwa tidak adanya gaya yang bekerja pada float, dengan
demikian tidak ada fluida yang mengalir. Ketika terjadi aliran fluida berakibat
pada naiknya float ke atas akibat gaya angkat dari fluida. Pembacaan tinggi
float pada scale line sebanding dengan perubahan besarnya aliran yang
terjadi.

Variable yang mempengaruhi proses treating menggunakan cautic soda ini


adalah :
1. Konsentrasi Soda
Konsentrasi bahan baku NaOH yang digunakan di kilang Pusdiklat Migas
Cepu yaitu sesuai fase dari NaOH sendiri, yaitu + 48% wt untuk fase larutan
dan + 80% wt untuk padatan. Dan untuk kondisi operasionalnya digunakan
konsentrasi + 20- 25 % wt. Jika konsentrasi NaOH yang digunakan terlalu
berlebihan akan mempengaruhi stabilitas warna dari produk Pertasol dan akan
mengakibatkan troubleshooting pada pipa. Apabila konsentrasi terlalu rendah
akan berpengaruh pada kejenuhan larutan NaOH (Caustic soda) itu sendiri
yaitu semakin mudah jenuh sehingga senyawa sulfur di dalam Pertasol tidak
terikat sempurna dan produk masih mengandung senyawa sulfur.
2. Kualitas Feed
Kualitas feed juga berpengaruh terhadap proses treating ini, jika kualitas feed
kurang seperti pertasol CC yang kurang dari warna sesuai spesifikasi, maka

27
harus dilakukan adsorpsi dengan menggunakan adsorben dari arang aktif,
sehingga warna pertasol setelah di treating sesuai dengan spesifikasi.
3. Perbandingan Soda dengan Pertasol
Perbandingan untuk pencampuraan pertasol dan soda yang digunakan di
kilang pusdiklat migas cepu yaitu 2:1 dengan 2 bagian Pertasol ( CA, CB,
CC) dan 1 bagian untuk caustic soda ( NaOH ).
4. Mixing
Merupakan pencampuran antara pertasol dan caustic soda sehingga terjadi
aliran yang turbulen. Pada proses mixing diupayakan agar aliran yang terjadi
di dalam nya tidak terlalu cepat ( + 15 cm/jam) agar pengikatan senyawa
sulfur dalam Pertasol dapat terikat dengan baik.
5. Settling Time
Merupakan waktu tunggu agar pertasol terpisah dengan caustic soda. Pada
saat settling time diupayakan agar benar benar caustic dan Pertasol telah
terpisah dengan Caustic di bagian bawah dan Pertasol di bagian atas, sesuai
dengan densitas caustic yang lebih besar dibanding densitas Pertasol.
6. Temperatur
Temperatur sangat mempengaruhi terjadinya loss Pertasol yang akan di
treating, oleh karena itu temperatur pada tangki dijaga agar tidak melebihi +
30 0C. Jika terjadi Losses tentunya akan berpengaruh pada kerugian produksi
pertasol.

13.7. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Pemurnian Pertasol dengan Caustic Soda (NaOH) sangat efisien karena :
1. Material Caustic Soda mudah didapat di pasaran karena harganya
relative lebih murah
2. Penggunaan NaOH (Caustic Soda) lebih mudah dan tidak rumit
3. Pengaruh terhadap lingkungan juga kecil
Kerugian pemilihan NaOH sebagai media treating yaitu:
1. Penggunaan media NaOH ini tidak dapat digunakan jika kadar
merkaptan yang terkandung di dalam produk dalam jumlah yang besar

28
2. Jika Konsentrasi NaOH (Caustic Soda) yang digunakan terlalu tinggi
akan mempengaruhi stabilitas warna pada produk (Pertasol)
3. Tidak bisa digunakan untuk mengikat senyawa Non-Sulfur seperti
Nitrogen, timbal, logam berat dll.

Adapun Akibat yang ditimbulkan apabila kandungan sulfur masih terdapat


dalam produk (tanpa di treating)
1. Bersifat korosif terhadap peralatan kilang ataupun pemakaian pada
peralatan konsumen
2. Pertasol adalah bahan baku cat sehingga dapat mempengaruhi iritasi
terhadap mata
3. Menimbulkan bau tidak enak (bau busuk)
Sehingga treating sangat diperlukan untuk memurnikan produk dari
kandungan senyawa sulfur yang masih terkandung di dalam produk.

13.8. PERMASALAHAN, PENYEBAB DAN TROUBLESHOOTING


Tabel 13.5 Contoh masalah, penyebab dan troubleshooting Unit Caustic
NO Permasalahan Penyebab Troubleshooting
1. Masih Adanya  Konsentrasi NaOH  Pencampuran antara
Senyawa Sulfur kurang Caustic Soda dan Air
setelah Treating  Terikutnya Air saat pelarutan harus 1:1
pada proses sehingga konsentrasi
treating mencapai 20 -25 % wt
 Kesalahan  Drain Tangki umpan
Operator saat untuk mengurangi air
pengukuran level yang masih ada di bagian
Air dan Pertasol bawah tangki
 Aliran pada mixer  Ketelitian operator
terlalu cepat dalam pengukuran level
Air dan Pertasol
 Aliran pada mixer

29
dijaga/ diupayakan pada
kondisi normal (15
cm/jam)
2. Caustic Soda  Konsentrasi NaOH  Pencampuran antara
Cepat Jenuh kurang Caustic Soda dan Air
 Kesalahan saat pelarutan harus 1:1
Operator saat sehingga konsentrasi
pengukuran level mencapai 20 -25 % wt
Air dan Pertasol Ketelitian operator dalam
pengukuran level Air dan
Pertasol
3. Caustic soda  Tekanan pada  Tekanan pada pompa
terikut ke dalam pompa terlalu diupayakan 2 Kg/Cm2 G
tangki loading besar
4. Kavitasi pada  Terikutnya air  Drain Tangki sesuai SOP
pompa kedalam umpan  Menurunkan tekanan
 Tekanan pompa pompa
terlalu besar
5. Losses  Temperatur terlalu  Menurunkan temperatur
tinggi jika terlalu tinggi dan
 Air terikut sebelum mengupayakan agar +
loading 30OC
 Operator salah  Drain Tangki sesuai SOP
dalam pengukuran  Ketelitian operator
level tangki dalam pengukuran level
tangki

6. Penyumbatan  Konsentrasi pada  Melarutkan Caustic


pada Pipa Caustic Soda dengan air dan menjaga
terlalu tinggi supaya kosentrasi caustic
sehingga soda saat operasional +

30
kekentalannya 20 – 25 % wt
tinggi dan
alirannya lambat

13.9. ANALISIS DATA SAMPEL PERTASOL CA, CB, CC


Hasil uji yang dilakukan pada sampel Pertasol CA, CB, dan pertasol CC.
Dalam bentuk sebgai tabel
A. Pertasol CA

No Pengujian Metode Hasil Batasan


analisis

Pertasol min Max


CA

1 Spesific ASTM D- 0.7350 0.7200 0.7350


Gravity 1298
15,6/15,6oC

2. Colour ASTMD- +30 +25 -


Saybolt 156

3. Copper Strip ASTM D-


Nomor 1
Corrosion 130

B. Pertasol CB

No Pengujian Metode Hasil Batasan

31
analisis

Pertasol min Max


CA

1 Spesific ASTM D- 0.7734 0.7650 0.7800


Gravity 1298
15,6/15,6oC

2. Colour ASTMD- +20 +18 -


Saybolt 156

3. Copper Strip ASTM D-


Nomor 1
Corrosion 130

C. Pertasol CC

No Pengujian Metode Hasil Batasan


analisis

Pertasol Min Max


CA

1 Spesific ASTM D- 0.7881 0.7820 0.7960


Gravity 1298
15,6/15,6oC

2. Colour ASTMD- +17 +16 -


Saybolt 156

3. Copper Strip ASTM D-


Nomor 1
Corrosion 130

Untuk pengujian Copper Strip Corrosion ini bertujuan untuk pengenalan


pengkaratan pada tembaga yang disebabkan oleh pertasol. Sifat korosif ini
disebabkan adanya sulfur bebas dan senyawa sulfur reaktif. Berdasarkan hasil
pengujian, sample pertasol CA, CB, CC sesuai dengan ketentuan spesifikasi No.
1. Jika Pertasol yang dihasilkan setelah diuji lebih dari itu, maka pertasol bersifat
korosif terhadap logam, mengandung sulfur dari H2S dan merkaptan.

32
13.10. LOSSES PERTASOL CA
Sampel CA (senin, 17 Agustus 2015) dari tangki 117 akan di treating ke
tangki 130
 Tangki 117
Level awal : 185 cm
Akan di treating ke tangki 130 sehingga level tangki 117 menjadi 30 cm
Jadi yang dikirim untuk di treating :
(tabel volume tangki No 510.6/3295)
Untuk tangki setinggi 185 cm berarti volume nya sebanyak = 53.905 liter
Untuk tangki setinggi 30 cm berarti volume nya sebanyak = 8.739 liter
Sehingga jumlah yang akan dikirim sebanyak
= 53.905 – 8.739 (liter)
= 45166 liter

 Tangki 130
Level awal : 32,2 cm
Setelah di treating level tangki menjadi 193 cm
Jadi yang diterima untuk di treating :
(tabel volume tangki No 510.6/3295)
Untuk tangki setinggi 32 cm berarti volume nya sebanyak = 8.984 liter
Untuk tangki setinggi 2 cm berarti volume nya sebanyak = 56,1 liter
Untuk tangki setinggi 193 cm berarti volume nya sebanyak = 54.148 liter
Sehingga jumlah yang diterima sebanyak
= 54.148 – 8.984 – 56,1 (liter)
= 45107,9 liter

 Sehingga Losses sebanyak


= 45166 liter - 45107,9 liter

33
= 58,1 liter

DAFTAR PUSTAKA

1. Bell.H.S, (1959), American Petroleum Refining, D.Van Nostrand Company,

New York

2. Brooks. B.T, (1953), The Sience Of Petroleum Vol V Part II, Oxford University

Press, New York

3. Gruse. W.A, Stevens. D.R, (1960), Chemical technology Of Petroleum, M.C.

Grawhill, New York

4. Hobson. G.D, (1984), Modern Petroleum Technology Part I, Jibn Wiley and

Sons, New York

5. Verlag Wiley, (2004), Ullmann’s Processes and Process engineering Separation

Processes Vol 1, Further Ullman’s Publication, Germany

6. Verlag Wiley, (2004), Ullmann’s Solid-Liquid Separation Vol 2, Further

Ullman’s Publication, Germany

7. Winarno, (2001), Dasar-dasar Pengolahan Minyak Bumi, PUSDIKLAT

MIGAS Cepu, Cepu

34
35

Anda mungkin juga menyukai