dilakukan oleh Reuss pada tahun 1803 dan Porret pada tahun 1816 untuk mempelajari
fenomena elektroosmosis. Pada tahun 1861, Graham juga menggunakan membran untuk
mempelajari fenomena dialisis. Penelitian-penelitian ini terus berlangsung hingga tahun
1965. Penelitian-penelitian ini memberikan banyak informasi mengenai membran di
antaranya mengenai tekanan osmosis, transpor elektrolit, potensial membran, kesetimbangan
dalam membran, termodinamika membran, pori membran dan difusi larutan dalam membran
[Mulder, 1996].
Selanjutnya, pada tahun 1920 membran mulai dibuat untuk keperluan komersial. Saat itu,
membran dibuat oleh Sartorius di Jerman untuk menyaring bakteri (filtrasi mikro) [Mulder,
1996]. Membran-membran ini digunakan untuk penyulingan air laut, daur ulang hidrogen
dan dehidrasi pelarut organik.
Pembuatan membran asimetris menjadi suatu terobosan baru dalam teknologi membran.
Membran asimetris pertama kali dibuat oleh Loeb-Soerirajan [Mulder, 1996]. Membran ini
memiliki lapisan atas yang sangat tipis (ketebalan < 0,5 m) dan sangat rapat dengan
didukung oleh lapisan berpori (ketebalan 50-200 m). Membran asimetris lain dibuat oleh
Henis dan Triposi untuk keperluan industri pemisahan gas [Mulder, 1996].
Saat ini, teknologi membran sedang mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Membran telah tersedia dalam berbagai bentuk, konfigurasi dan ukuran sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Membran digunakan untuk berbagai kebutuhan masyarakat
dan industri seperti pengolahan air minum, penyulingan air laut, pengolahan limbah, industri
kertas, industri farmasi, pertanian, pembangkit energi, semikonduktor dan lain-lain.
Penggunaan membran dalam teknik pemisahan memiliki banyak keuntungan, di antaranya
adalah:
1. Tidak memerlukan perlakuan awal terhadap sampel
2. Tidak menyebabkan kerusakan pada komponen yang akan dipisahkan
3. Dapat dilakukan pada temperatur ruang sehingga tidak membutuhkan banyak energi
4. Tidak menyebabkan kerusakan sampel
5. Bersifat sangat spesifik karena sifat membran yang bervariasi
6. Teknologi membran merupakan teknologi yang bersih karena tidak menyebabkan
polusi
6
zeolit untuk menyeimbangkan muatan pada zeolit. Kation-kation yang mengisi pori zeolit
merupakan kation-kation golongan alkali dan alkali tanah, seperti Na
+
, K
+
atau Ca
2+
. Kation
ini bersifat dapat dipertukarkan dengan kation lain yang berada dalam suatu larutan, seperti
Pb
2+
, Cd
2+
, Zn
2+
dan Mn
2+
.
Zeolit memiliki rumus umum :
M
x/n
[(AlO
2
)
x
(SiO
2
)
y
] w H
2
O
dengan m merupakan kation bervalensi n yang terdapat dalam zeolit, w menunjukkan jumlah
molekul air dan rasio y/x bernilai antara 1-5, bergantung pada struktur zeolit. Jumlah (x+y)
adalah total dari jumlah tetrahedra yang ada dalam satu unit sel. Bagian [(AlO
2
)
x
(SiO
2
)
y
]
menunjukkan komposisi dalam jaringan zeolit.
b. Sejarah dan Perkembangan Zeolit
Zeolit alam yang pertama kali ditemukan adalah Stilbit. Zeolit ini ditemukan oleh Cronstedt
pada tahun 1756 [Breck, 1974]. Saat itu, zeolit dikenal sebagai mineral baru yang
mengandung aluminosilikat hidrat dan kation unsur logam alkali dan alkali tanah. Mineral
ini kemudian disebut dengan zeolit. Kata zeolit ini berasal dari dua kata dalam bahasa
Yunani yang memiliki arti mendidihkan dan batu. Zeolit alam tersebar di permukaan bumi
sehingga relatif mudah untuk diperoleh. Sampai saat ini, telah ditemukan sekitar 50 jenis
zeolit alam. Banyak orang tertarik untuk mempelajari sifat fisik dan kimia zeolit. Sampai
saat ini, sifat fisik dan kimia zeolit masih terus dipelajari untuk keperluan pengembangan
teknologi dalam berbagai bidang.
Selain ditemukan di alam, zeolit juga telah disintesis untuk keperluan komersial. Zeolit alam
memiliki kekurangan, seperti komposisi yang kurang seragam dan kemurnian yang tidak
terlalu tinggi. Dewasa ini, telah dibuat sekitar 100 jenis zeolit sintesis. Zeolit sintesis ini
memiliki komposisi yang lebih seragam dan kemurnian yang tinggi sehingga lebih cocok
digunakan untuk kepentingan industri dan penelitian.
c. Sifat dan Klasifikasi zeolit
Zeolit merupakan padatan kristalin yang tidak berwarna. Partikel kristal zeolit berukuran 1-
10 m, dengan diameter rata-rata 1,39 m. Zeolit memiliki densitas yang rendah yang
berkisar antara 1,9-2,3 g/cm
2
. Densitas ini bergantung pada keterbukaan struktur zeolit dan
jenis kation yang berada dalam pori zeolit. Sifat-sifat yang berhubungan dengan struktur,
yaitu derajat hidrasi yang tinggi, densitas yang rendah dan volum yang besar ketika
terdehidrasi, stabilitas struktur kristal zeolit ketika terdehidrasi, sifat penukar ion, ruang
9
molekul yang seragam dalam kristal terdehidrasi, sifat konduktivitas listrik, adsorpsi gas dan
uap dan sifat katalitik [Breck, 1974].
Berdasarkan strukturnya, zeolit diklasifikasikan ke dalam tujuh golongan. Setiap golongan
memiliki subunit struktur dengan tetrahedral AlO
4
dan SiO
4
yang spesifik. Subunit-subunit
ini disebut dengan secondary building unit (SBU) [Breck, 1974].
Tabel 2.1 Penggolongan Zeolit [Breck, 1974]
Golongan Secondary Building Unit (SBU) Tipe zeolit
1 Tunggal, cincin-4, S4R Analcime, Wairakite, Viseite dan
Kehoite, Harmotome dan Philipsite,
Gismondine, Zeolit P, Garronite,
Paulingite, Laumontite, Yugawaralite.
2 Tunggal, cincin-6, S6R Erionite, Offretite, Zeolit T, Levyniye,
Omega, Zeolit HS, Losod.
3 Ganda, cincin-4, D4R Zeolit A, Zeolit N-A, Zeolit ZK-4,
4 Ganda, cincin-6, D6R Faujasite, Chabazite, Herschelite,
Gmelinite, Zeolit ZK-5, Zeolit L,
Zeolit P-L, Zeolit Ba-G
5 Kompleks 4-1, unit T
5
O
10
Natrolite, Scolecite, Mesolite,
Thomsonite, Gonnardite, Edingtonite.
6 Kompleks 5-1, unit T
8
O
16
Mordenite, Dachiardite, Ferrierite,
Epistilbite, Bikitaite.
7 Kompleks 4-4-1, unit T
10
O
20
Heulandite, Clipnotilolite, Stilbite,
Stellerite, Brewsterite.
d. Fungsi Zeolit
Sejak ditemukan dua abad yang lalu, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui fungsi dan kegunaan zeolit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
tersebut, zeolit diketahui memiliki fungsi sebagai katalis, penukar ion, adsorben dan saringan
molekul.
1. Zeolit sebagai katalis
Setiap tipe zeolit memiliki ukuran pori yang spesifik karena perbedaan komposisi. Ini
menyebabkan zeolit bisa digunakan sebagai katalis yang bekerja selektif berdasarkan ukuran
pereaksi atau zat antara.
10
Gambar 2
2001]
Secara kon
terhadap la
cara menca
organik. L
antara 100
temperatur
bervariasi
dengan me
dengan me
2.4.2 Be
Bentonit m
tempat ben
[Sutandi, 1
proses hidr
zaman purb
memiliki b
kuning. W
mineral di
bentonit ak
Bentonit m
termasuk k
2.3 Silicalite
nvensional, s
arutan alumin
ampurkan lar
arutan ini d
0
o
-200
o
C. Te
yang digun
antara bebe
etode hidroter
nggunakan b
entonit
merupakan sa
ntonit pertam
995]. Pembe
rotermal, pro
ba [Subkhi,
banyak warna
Warna-warna
dalam bent
kan terasa lic
memiliki rum
ke dalam jen
e-1 a) Strukt
sintesis zeoli
nosilikat dala
rutan silika d
apat mengkr
ekanan yang
nakan dalam
erapa jam s
rmal ini pada
basa dan kera
alah satu jen
ma kali dite
entukan bent
oses transfor
1999]. Bent
a, di antaran
bentonit ya
onit. Benton
in.
mus moleku
is tanah liat
Salura
Saluran ber
tur Silicalite
it dapat dila
am lingkung
dan alumina
ristal dalam
g diberikan
sintesis sed
ampai bebe
a jangkauan
angka cetak
nis tanah lia
mukan, yait
tonit di alam
rmasi, dan p
tonit terdapa
nya putih, hij
ang beragam
nit memiliki
ul Al
2
O
3
. 4
yang terdiri
an lurus
rkelok-kelok
e-1 (b) Difu
akukan denga
gan yang ber
dengan ada
sistem hidro
sama deng
dangkan wak
rapa hari. S
temperatur y
(template) be
at. Nama ben
tu Fort Bent
m berlangsun
proses penge
at di semua b
au terang, m
m ini disebab
tekstur yan
4SiO
2
. H
2
O
dari tiga lap
Tabung
0,25 nm
S
a
l
u
r
a
n
l
u
r
u
s
=
0
,
9
9
5
n
m
usi unit sel S
an kristalisa
rsifat basa. L
anya hidroksi
otermal yang
an tekanan
ktu yang dig
Silicalite-1 j
yang lebar ya
erupa senyaw
ntonit diamb
ton, Wyomi
ng akibat pro
endapan kim
benua kecua
merah bata, c
bkan oleh p
g halus. J ika
atau Al
2
Si
pisan yaitu k
J ari-jar
Silicalite-1
si secara hid
Larutan dibua
ida dan/atau
g tertutup p
uap jenuh
gunakan dala
juga dapat
aitu antara 9
wa organik.
bil dari nam
ing, Amerika
oses pelapuk
mia yang terj
ali antartika.
coklat, biru la
perbedaan k
a ditambah
i
4
O
10
(OH)
2
.
kisi Si-Al-Si
ri 0,2-0,4 nm
Saluran berkelo
kelok
=1,208 nm
11
[Krishna,
drotermal
at dengan
senyawa
ada suhu
air pada
am reaksi
disintesis
0
o
-200
o
C
ma daerah
a Serikat
kan tanah,
adi sejak
Bentonit
angit dan
komposisi
air maka
Bentonit
. Lapisan
ok-
12
alumina (AlSi
3
O
10
)
5-
dan (Al
2
Si
2
O
10
)
6-
dengan struktur oktahedral berada di antara dua
lapisan silika (Si
4
O
10
)
4-
dengan struktur tetrahedral. Kadang-kadang atom alumunium
digantikan oleh atom magnesium atau besi. Muatan total yang negatif dalam bentonit
dinetralkan dengan absorpsi kation yang bersifat dapat dipertukarkan. Biasanya kation ini
adalah Ca
2+
, Mg
2+
, K
+
atau Na
+
.
Gambar 2.4 Struktur bentonit a) silika tetrahedral tunggal , b) silika tetrahedral menyusun
struktur heksagonal, c) unit oktahedral tunggal dan d) gabungan unit oktahedral
[Origins of Life]
Berdasarkan jenis kation yang dimilikinya, bentonit dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Bentonit natrium
Bentonit natrium disebut juga bentonit swelling. Jenis bentonit ini memiliki lapisan air
tunggal dan ion Na
+
sebagai ion yang dapat dipertukarkan. Jenis bentonit ini memiliki
kemampuan untuk mengembang jika ditambah air sehingga volum saat basah lebih besar
daripada volum saat kering.
2. Bentonit kalsium
Bentonit kalsium disebut juga bentonit non-swelling. Jenis bentonit ini memiliki lapisan
air ganda dan ion Ca
2+
sebagai ion yang dapat dipertukarkan. Jenis bentonit ini tidak
memiliki kemampuan mengembang sebaik bentonit natrium.
Bentonit dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kertas, pemurnian air, pembuatan
kosmetik, pengolahan anggur, aditif dalam pakan ternak, penawar racun logam berat, dan
pengadsorpsi zat warna dalam pengolahan minyak kelapa sawit. Selain itu, bentonit juga
dapat digunakan dalam pembentukan pasir dan pengeboran minyak bumi.
13
Dalam sistem aliran tunggal, aliran umpan hanya sekali melewati membran sedangkan dalam
sistem aliran kontinu, aliran umpan akan terus berulang melewati membran. Sistem aliran
kontinu dapat digunakan untuk proses pemisahan secara kontinu karena pada saat proses
pemisahan berlangsung volum umpan tidak banyak berkurang setiap waktunya. Laju alir
larutan umpan pada filtrasi ultra aliran tangensial sangat besar dan bersifat turbulen. Laju alir
yang besar dan bersifat turbulen dapat meningkatkan koefisien transfer massa [Sibarani,
1994].
2.7 Efisiensi kinerja membran
Efisiensi kerja membran ditentukan oleh dua parameter yaitu selektivitas dan fluks zat yang
berpermeasi menembus membran. Fluks atau laju permeasi didefinisikan sebagai volum
larutan yang menembus membran per unit area dan waktu [Mulder, 1996]. Satuan yang
digunakan untuk fluks yaitu L m
-2
jam
-1
, L m
-2
hari
-1
, dan L cm
3
cm
-2
jam
-1
[Mulder, 1996].
Selektivitas membran dalam memisahkan campuran secara umum ditunjukkan oleh dua
parameter, yaitu rejeksi (R) atau faktor pemisahan () [Mulder, 1996]. Istilah rejeksi
digunakan saat pemisahan campuran larutan, sedangkan istilah faktor pemisahan digunakan
saat pemisahan gas atau campuran larutan organik.
Rejeksi (R) dinyatakan sebagai:
f
p
f
p f
c
c
c
c c
R =
= 1
dengan c
f
adalah konsentrasi larutan dalam larutan umpan dan c
p
adalah konsentrasi larutan
dalam permeat. R bervariasi antara 100% (rejeksi terjadi secara sempurna pada larutan,
dalam kasus ini membran bersifat semipermeabel ideal) dan 0% (larutan dan pelarut lolos
melalui membran) [Mulder, 1996].
Persamaan faktor pemisahan:
B A
B A
B / A
x x
y y
=
dengan y
A
dan y
B
adalah konsentrasi komponen A dan B dalam permeat dan x
A
dan x
B
adalah konsentrasi komponen A dan B dalam larutan umpan. Jika laju permeasi komponen A
yang menembus membran lebih besar daripada komponen B maka faktor pemisahan
dinotasikan sebagai
A/B
. Sebaliknya, jika laju permeasi komponen B melalui membran lebih
besar daripada komponen A maka faktor pemisahan dinotasikan sebagai
B/A
. Jika nilai
A/B
sama dengan
B/A
yaitu bernilai 1 maka tidak terjadi pemisahan.
15
Sejak ditemukan, sinar-X telah digunakan untuk analisis tidak merusak pada material
maupun manusia. Analisis dengan menggunakan sinar-X menghasilkan pola difraksi tertentu
yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif maupun kualitatif.
Sinar-X dihasilkan dari tumbukan antara elektron berkecepatan tinggi dengan logam target.
Alat penghasil sinar-X terdiri atas beberapa komponen, yaitu sumber elektron (katode),
tegangan tinggi untuk mempercepat elektron dan logam target (anode) [West, 1984].
Saat suatu material ditembak dengan sinar-X, besar intensitas sinar yang ditransmisikan akan
lebih rendah daripada besar intensitas sinar yang datang. Hal ini terjadi karena adanya
penyerapan intensitas oleh material dan penghamburan sinar oleh atom-atom di dalam
material tersebut. Berkas sinar-X dengan fasa yang sama bersifat saling menguatkan
sedangkan berkas sinar-X dengan fasa yang berbeda bersifat saling meniadakan. Berkas
sinar-X dengan fasa yang sama muncul sebagai berkas difraksi. Berkas difraksi sinar-X ini
memenuhi hukum Bragg:
n = 2 sin
Difraksi sinar-X adalah metode karakterisasi yang paling penting digunakan dalam kimia
padatan dan material. Difraksi sinar-X digunakan untuk dua tujuan yaitu karakterisasi daerah
sidik jari bagi material kristalin dan penentuan struktur, seperti cara atom bergabung dalam
fase kristalin dan jarak antaratom, sudut ikatan dan lain-lain [West, 1984].
2.9 Spektrofometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom (SSA) adalah teknik yang paling banyak digunakan dalam
analisis kandungan logam renik. Teknik SSA memiliki kelebihan, di antaranya sensitivitas,
selektivitas dan presisi yang tinggi. Selain itu, teknik ini sederhana dan tidak memerlukan
waktu analisis yang lama. Dasar teknik analisis ini adalah absorpsi sinar dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom-atom yang dianalisis yang berada pada tingkat energi dasar.
Skema alat SSA:
Alat spektrofotometri serapan atom terdiri dari 1) sumber sinar, 2) modulator, 3) nyala, 4)
monokromator, 5) detektor dan 6) layar penampil.
Sumber sinar yang digunakan dalam instrumen SSA adalah lampu katode berongga. Lampu
ini banyak digunakan dalam teknik analisis SSA karena dapat menyediakan garis sinar yang
1 2 3 4 5 6
17
sempit. Hal ini diperlukan karena lebar garis sinar harus lebih sempit daripada lebar garis
absorpsi [Gamboa, 2003]. Lampu katode berongga terbuat dari tabung gelas yang berisi
katode dan anode. Katode terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis
sehingga menghasilkan emisi sinar yang khas [Gamboa, 2003]. Sinar dari lampu katode
berongga ini akan melewati sampel yang berupa atom-atom dalam keadaan gas. Kemudian
atom-atom tersebut mengabsorpsi sinar dari lampu katoda berongga sehingga terjadi eksitasi.
Atom-atom yang tereksitasi akan memancarkan juga sinar dengan panjang gelombang yang
khas. Baik sinar yang diserap maupun sinar yang dipancarkan tadi akan dideteksi oleh
detektor. Hal ini menyebabkan pengukuran penyerapan sinar yang diabsorpsi oleh atom-
atom dari lampu katoda berongga menjadi terganggu. Untuk mengatasi hal ini, dibuat sistem
modulasi sehingga detektor hanya mengukur perubahan intensitas cahaya yang diemisikan
oleh lampu katoda berongga sedangkan emisi yang berasal dari unsur dalam nyala tidak ikut
terukur.
Menurut hukum Lambert-Beer, jumlah sinar yang diabsorpsi oleh sampel sebanding dengan
konsentrasi sampel yang dianalisis. Hukum Lambert-Beer diberikan oleh persamaan:
A = log
I
I
t
= a x b x c
dengan A menunjukkan absorbansi, I
0
menunjukkan intensitas sinar yang datang, I
t
menunjukkan intensitas sinar yang diteruskan setelah melewati sinar, a menunjukkan tetapan
absoptivitas molar, b menunjukkan tebal kuvet (cm) dan c menunjukkan konsentrasi sampel
(M atau ppm). Konsentrasi larutan sampel dapat diketahui dengan mengukur absorbansi
sampel kemudian mengalurkan nilai absorbansi tersebut ke dalam kurva kalibrasi. Kurva
kalibrasi adalah kurva yang diperoleh dari pengaluran nilai absorbansi larutan standar
terhadap konsentrasi larutan standar.
Ada beberapa parameter yang mempengaruhi kerja instrumen AAS, yaitu:
1. Kestabilan sumber sinar
Sumber sinar harus menghasilkan sinar yang intensitasnya tetap dan stabil karena
mempengaruhi jumlah sinar yang diabsorpsi oleh sampel
2. Profil nyala
Profil nyala adalah kurva yang menyatakan hubungan antara absorbans dengan tinggi
pembakar. Profil nyala berkaitan dengan tinggi pembakar yang menghasilkan absorbans
yang maksimum.
3. Pengaruh komposisi gas bakar
Komposisi gas bakar mempengaruhi suhu nyala. Suhu nyala yang panas dapat
mengeksitasi atom seluruhnya. Namun, suhu nyala yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi unsur yang dianalisis.
18