Anda di halaman 1dari 23

PROSES PEMURNIAN ( PENGOLAHAN SWEETENING)

I. LATAR BELAKANG

Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari
metana (CH4) yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan
teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih
berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), Selain itu, Gas
alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium, juga gas-gas yang
mengandung sulfur (belerang) Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen
sulfida (H2S), dan air. Merkuri juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi
gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Sebelum di manfaatkan lebih lanjut, gas alam harus diolah terlebih dahulu.
Karena Gas Alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen
sulfida, dan uap air yang bervariasi. Salah satu cara pengolahan gas alam adalah
proses purifikasi. Proses purifikasi (purification) gas alam atau sering juga disebut
proses pemurnian gas dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan/memisahkan
impurities (zat pengotor) yang tidak dikehendaki di dalam gas alam tersebut.
Purifikasi atau proses pemurnian gas alam terdiri dari beberapa tahap, antara lain:

1. Purifikasi untuk memisahkan kondensat


2. Penghilangan CO2 (CO2 Removal)
3. Untuk menghilangkan gas H2S dan CO2 (H2S and CO2 removal)
4. Purifikasi untuk menghilangkan markaptan (RSH)
5. Penghilangan kandungan air
6. Purifikasi untuk menghilangkan merkuri.

II. PENJELASAN PROSES SWEETENING

Proses sweetening adalah salah suatu proses purifikasi yaitu memisahkan gas –
gas asam (sour gas) seperti hidrogen sulfida, karbon dioksida dan sulfur elementer
lainnya dari dalam gas alam. Gas yang keluar dari proses ini biasa disebut sweet
gas, oleh karena itu proses pemurnian ini disebut proses gas sweetening.

Hidrogen sulfida (H2S) dalam gas harus dihilangkan karena :

1. Segi kualitas, bila kandungan gas Hidrogen sulfida tinggi, akan


menurunkan nilai kalori dari gas alam. Hal ini akan berpengaruh terhadap
panas pembakaran dari produk yang dihasilkan, misalnya CNG, LPG dan
LNG. Disamping itu gas H2S bersifat korosif, akan merusak peralatan
proses, sehingga menambah beaya pemeliharaan.
2. Segi proses pengolahan, bila kandungan H2S di dalam gas alam tinggi,
karena sifatnya yang korosif maka akan merusak peralatan proses. Gas
H2S karena sifatnya berbau sehingga menimbulkan bau pada produk yang
dihasilkan.
3. Segi kemanan, H2S harus dipisahkan dalam gas bumi karena merupakan
sebuah zat yang beracun, gampang terbakar (flammable) dan juga bersifat
korosif. H2S tidak berwarna dan jika dibakar akan bereaksi untuk
membentuk SO2 yang merupakan gas polutan yang bisa menyebabkan
hujan asam. Maka dari itulah, keberadaan H2S dalam gas alam harus
dikurangi seminimal mungkin. Biasanya gas alam yang telah
diproses, treated gas/ sweet gas, memiliki kandungan H2S berkisar antara
angka 10-100 ppm volume.

CO2 juga harus dikurangi karena bisa menyebabkan berkurangnya nilai bakar
(heating value) sehingga gas tidak dapat menghasilkan energi yang optimal ketika
dibakar. Dan juga jika CO2 bereaksi dengan H2O akan membentuk H2CO3 yang
dapat menjadi plug dan menyumbat pipa unit pengolahan.

III. BAHAN BAKU BESERTA SIFAT SIFATNYA

1. Monoethanolamine (MEA)

MEA dapat digunakan untuk penghilangan secara mendalam (ketika feed gas
bebas dari kandungan H2S ), penghilangan (ketika feed gas bebas dari kandungan
CO2), atau penghilangan H2S dan CO2 ketika feed gasmengandung kedua
komponen tersebut. MEA akan dengan mudah mereduksi hingga menjadi kurang
dari 4 ppm. Namun, larutan ini akan bereaksi dengan produk sulfur derivatif
seperti karbonil sulfida (COS) dan karbon disulfida (CS2) sehingga akan
diperlukan equipment tambahan untuk membersihkan larutan yang terbentuk dari
reaksi tersebut.

Penggunaan MEA akan memberikan selektivitas yang tinggi untuk absorpsi


kandungan asam pada gas. Namun, karena kereaktifannya yang tinggi
penggunaannya dapat menyebabkan korosi serta meningkatnyamaintenance cost
pada proses gas sweetening.

2. Diglycolamine (DGA)

DGA digunakan di dalam larutan pengabsorpsi dengan konsentrasi 50-65 wt


%. Semakin tinggi konsentrasi DGA yang digunakan, laju sirkulasi akan semakin
rendah jika dibandingkan dengan proses yang menggunakan MEA. DGA
memiliki sifat yang hampir sama dengan MEA, seperti kereaktifannya terhadap
produk sulfur derivatif. Selain itu, jika terdapat merkaptan pada feed gas, DGA
hanya mampu menghilangkan sebagian kecil dari merkaptan dan menyisakan bulk
dari kontaminan tersebut di dalam treated gas.

3. Diethanolamine (DEA)

DEA adalah amina sekunder. Proses gas sweetening menggunakan DEA mirip
dengan proses yang menggunakan MEA, kecuali pada ketidakbutuhan akan
reclaimer yang digunakan untuk membersihkan hasil reaksi antara MEA dengan
produk sulfur derivatif. DEA digunakan pada larutan dengan konentrasi 25 - 35
wt %. DEA kurang selektif untuk digunakan dalam penghilangan H2S dan CO2
ketika kedua komponen tersebut terdapat di dalam feed gas. Untuk mendapatkan
hasil yang baik, dibutuhkan DEA dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Namun,
untuk menghilangkan merkaptan, DEA mampu menghilangkan 10 hingga 60%.
Salah satu kekurangan lainnya dari DEA adalah harganya yang relatif mahal.

4. Diisopropanolamine (DIPA)

DIPA juga merupakan amina sekunder. DIPA digunakan pada larutan


pengabsorpsi sebanyak 30 – 40 wt %. DIPA termasuk amina yang selektif untuk
menghilangkan H2S ketika H2S dan CO2 terkandung di dalam feed gas.

5. Methyldiethanolamine (MDEA)

MDEA merupakan amina tersier. MDEA memiliki selektivitas yang baik


untuk menghilangkan H2S ketika H2S dan CO2 terkandung di dalam feed gas.
MDEA cukup disarankan untuk digunakan, karena mampu memisahkan
kandungan asam di dalam gas alam dengan baik.

IV. TEORI TEORI PROSES GAS SWEETENING

1. Sweetening dengan larutan doktor

Proses doktor sweetening adalah suatu proses pengolahan kimia secara


kontinyu ataupun batch untuk merubah merkaptan yang ada dalam produk kilang
yang masam (sour) menjadi disulfida menggunakan larutan doktor (natrium
plumbit, Na2PbO2) dan sulfur bebas.

Reaksinya:

2RSH + Na2PbO2 (RS)2 Pb+ 2 NaOH

(RS)2 Pb + S RSSR + PbS

Reagensia disiapkan dengan melarutkan timbal oksida dalam larutan 5 – 20 %


(berat) NaOH. Jumlah timbal oksida yang dilarutkan (1 – 3 %) tergantung pada
suhu dan konsentrasi soda. Pada pengolahan kontinyu, umpan masam dicuci
pendahuluan dengan soda kaustik untuk memisahkan H 2S dan komponen –
komponen asam lainnya. Sebagian aliran mengambil sejumlah sulfur, lalu
bergabung kembali dengan aliran utama, yang kemudian secara intim bercampur
dengan larutan doktor yang telah diregenrasi pada suhu 85 – 120 oF. Campuran
diendapkan dan dipisahkan didalam settler, dimana gasolinenya lalu disimpan.
Reagenesia bekas dipanaskan dan di skim didalam settler dan dihembusi udara
pada suhu 150 -175 oF untuk menyempurnakan regenerasinya, sedangkan
reagenesia segar secara periodik ditambahkan kedalam sistem. Proses pemurnian
doktor sweetening masih tetap digunakan meskipun proses ini sudah tua didalam
industri minyak. Perkembangan akhir akhir ini didalam hydrogen treating telah
mengurangi peranan dokter treating dalam mengolah destilat – destilat.
Kecendrungan pengolahan gasoline sekarang menghindari pemakaian doktor
treating disebabkan karena pengaruh yang merusak oleh disulfida terhadap angka
oktan bensin yang mengandung timbal.

2. Sweetening dengan Inhibitor

Proses pemurnian kimia yang kontinyu untuk memperbaiki gasolin yang


mengandung sedikit merkaptan dengan menggunakan inhibitor penilem-diamin,
udara, dan soda kaustik. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada gambar.1

Gasolin rengkahan yang mengandung sulfur merkaptan rendah dapat di


sweetening dengan inhibitor tanpa adanya soda kustik, tetapi reaksinya akan
disertai dengan pembentukan peroksida yang berlebihan. Sweetening dengan
inhibitor telah digunakan secara luas dengan berbagai variasi sejak ditemukan
pada tahun 1946, tetapi secara umum berkaitan dengan pencucian soda untuk
mengurangi disulfida dan pembentukan peroksida. Peroksida merupakan
penyumbang terjadinya keburukan terhadap stabilitas bensin bertimbal sehingga
menyebabkan mesin mesin menjadi kotor. Inhibitor tipe penilen-diamin
dipasarkan oleh UOP Co. Tennes see Eastman Co, E.I.du Pont de Nomours & Co,
Ethyl Corp, dan lain lain.

inhibitor

gasolin
umpan

udara
gasolin
olahan

1st stage 2st stage


caustic treat caustic treat

Sweetening dengan Inhibitor


3. Sweetening dengan Hipoklorit

Proses kimia untuk merubah merkaptan yang terdapat dalam gasolin alam atau
gasolin ringan (straight-run) menjadi senyawa – senyawa sulfur yang kurang
berbahaya. Prinsip reaksi adalah menghasilkan disulfida dengan pembentukan
terbatas sulfon dan asam – asam sulfonik, tergantung pada konsentrasi reagensia.
Reagensia yang dipakai berupa natrium ataupun hipoklorit. Reagensia dapat
disiapkan dikilang dengan melewatkan gas khlor melalui larutan soda 10 % pada
suhu 95 oF, dapat juga disipkan tepung pemucat ( kalsium hipoklorit) yang
mengandung 65 khlor. Apabila terdapat terace hidrogen sulfida lebih banyak,
maka pencucian pendahuluan dilakukan dengan alkali akan menurunkan biaya
bahan kimia dan mencegah pembentukan sulfur bebas. Setelah dipakai untuk
pencucian , alkali sering kali dipakai untuk memisahkan produk – produk hasil
klorinasi yang tidak dikhendaki. Suhu pengolahan adalah 95 – 110 oF.

Proses ini berkembang baik pada tahun 1930-an, tetapi sekarang terbatas
hanya untuk mengolah gasolin alam dan pelarut – pelarut tertentu. Keuntungan
proses ini adalah kesederhanaannya, meskipun tidak ekonomis karena biaya khlor
yang tinggi.

4. Proses Bender

Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada tahun 1940 dan
dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite Corp, adalah suatu proses pengolahan
dengan katalis unggun tetap yang kontinyu untuk memurnikan (sweetening )
kerosin, minyak-minyak jet menggunakan katalis timbal sulfida. Proses
sweetening dipengaruhi oleh perubahan merkaptan menjadi disulfida. Sejumlah
sulfur, alkali, dan udara yang dikontrol ditambahkan ke dalam aliran umpan dan
dilewatkan ke dalam unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang tepat
terhadap timbal akan menghasilkan produk-produk yang tidak korosif. Unggun
katalis diregenerasi secara kontinyu. Diagram Alir proses dapat dilihat pada
Gambar . 2
produk
Penyerap sweet
Sulfur

Vesel Katalis

umpan

udara
alkali

Gambar . 2. Diagram Alir Proses

5. Proses Merox

Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co adalah suatu proses
gabungan untuk ekstraksi merkaptan dan memurnikan (sweetening ) gasolin dan
minyak-minyak yang mempunyai jarak didih rendah. Proses Merox dapat juga
beroperasi secara terpisah yaitu sebagai ekstraktor merkaptan atau sebagai
pemurni (sweetener ) merkaptan, tergantung pada keperluannya dan ekonomis
produk. Apabila dipakai untuk sweetening

saja maka proses lebih cocok untuk minyak-minyak jet, kerosin, dan distilat-
distilat menengah. Katalis merox pada dasarnya adalah suatu garam kobal yang
tidak larut dalam minyak, tidak korosif, dan dapat dilarutkan dalam larutan soda,
atau dalam support zat padat tertentu. Ongkos katalis lebih murah jika dipakai
katalis dengan support zat padat. Pada langkah regenerasi, soda kaustik
dipompakan dari bawah ekstraktor dan dicampur dengan udara di dalam oxidizer
(regenerator). Disulfida dan udara berlebih dipisahkan dari reagensia di dalam
separator. Kaustik yang sudah diregenerasi disirkulasikan kembali ke puncak
ekstraktor. Diagram alir tipe proses gabungan yang komersil dapat dilihat pada
Gambar .3
udara berlebih gasolin
olahan
Prewash Sweetener

Ekstraktor

Regenerator

Settler

udara

Settler
disulfida

udara
Separator umpan
gasolin

Gambar .3 Diagram Alir Proses Merox

Keuntungan utama proses Merox adalah dapat melakukan dua fungsi


ekstraksi, yaitu memisahkan merkaptan dengan mudah, dan merubah merkaptan
yang tersisa menjadi disulfida. Desulfurisasi yang lebih efektif dapat dilakukan
semenjak proses regenerasi lebih sempurna dapat dijalankan dengan ikutnya
katalis di dalam kaustik.

6. Sweetening dengan Tembaga

Pemurnian menggunakan tembaga terhadap hidrokarbon terdiri dari


perubahan merkaptan menjadi disulfida secara kontak dengan oksigen oleh
adanya tembaga khlorida (CuCl). Selama proses konversi merkaptan terjadi
perubahan kupri khlorida menjadi kupro khlorida. Kupro khlorida diregenerasi
dengan oksigen menjadi kupri khlorida. Kupro khlorida diregenerasi dengan
oksigen menjadi kupri khlorida kembali. Reaksi yang terjadi adalah :

4 RSH + 4 CuCl2 2 RSSR + 4 CuCl + 4 HCl

4 CuCl + 4 HCl + O2 4 CuCl2 + H2O

Sweetening dengan tembaga dipakai secara komersil sebagai operasi pengolahan


kontinyu yang terdiri dari tiga variasi, yaitu padat, slurry, dan larutan. Diagram
alir proses kombinasi ini dapat dilihat pada Gambar 4

Pada umumnya proses padatan dipakai untuk gasolin ringan (straight-run),


sedangkan proses basah dipakai untuk berbagai minyak termasuk distilat-distilat
rengkahan. Produk-produk kilang diolah untuk memisahkan senyawa-senyawa
nitrogen yang reaktif dan senyawa-senyawa sulfur (H2S dan S) yang terkandung
di dalamnya. Oksigen atau udara diinjeksikan ke dalam aliran minyak dan
dikontakkan dengan katalis tembaga khlorida pada suhu 80 - 120 oF.

Pada proses larutan (solution), katalis diregenerasi dengan hembusan


udara di dalam tanki pemisah. Proses sweetening tembaga adalah sederhana tetapi
katalisnya korosif, dan tidak ada pengurangan sulfur total. Proses sweetening
tembaga ini masih tetap dipakai tetapi telah diganti dengan proses yang dapat
memisahkan sulfur. Instalasi pertama dibangun pada awal tahun 1931 yang
menawarkan alternatif lain dari pemurnian dengan larutan doktor.

7. Proses cooper sweetening

deaktivator slurry
udara Settler Koaleser
Settler

Lar.Cu
sulfide wash
udara

gasolin
Umpan H2O wash
Regenerator olahan
gasolin

gasolin

Casustic gasolin
Wash gasolin olahan udara olahan
[solution] [solid] [slurry]

Gambar 4. Diagram Alir Proses Oksidasi Cooper Sweetening

a. Phillips Cooper Sweetening

Proses ini dikembangkan oleh Phillips Petroleum Co dan dilisensi sampai dengan
tahun 1954, adalah suatu proses solution-solid-slurry yang sampai sekarang masih
komersil. Gasolin distabilkan terhadap warna dan pembentukan gum oleh adanya
udara yang bercampur dan disaring melalui unggun adsorben padat yang diresapi
dengan reagensia tembaga. Umpan yang sensitif terhadap udara dikontakkan
dengan larutan tembaga tanpa mengandung udara, dan larutan tembaga
diregenerasi dalam suatu tanki separator. Gasolin dicuci dengan natrium sulfida
untuk memisahkan trace tembaga. Pada proses cairan, reagensia dibuat dari
tembaga sulfat dan natrium khlorida.

b. UOP Copper Sweetening

Proses ini didapat dari UOP Co merupakan proses unggun tetap untuk
memurnikan gasolin yang menggantikan proses Merox. Umpan gasolin dicuci
dengan kaustik kemudian dicuci lagi dengan asam HCl untuk menetralkan alkali
dan memisahkan senyawa-senyawa basa organik. Kontak dengan reagensia
tembaga dilakukan pada suhu 100 oF di dalam unggun batu apung. Suhu
tergantung pada berat molekul merkaptan. Sisa tembaga (trace) dipisahkan
dengan mengontakkannya dengan seng sulfida atau batu apung. Reagensia terdiri
dari senyawa amonium khlorida dan tembaga sulfat.

c. Linde Copper Sweetening

Proses ini dilisensi oleh Linde Division of Union Carbide Corp yang
dikomersilkan sejak tahun 1935 merupakan proses slurry untuk memurnikan
gasolin dan distilat-distilat ringan (straight-run) dan rengkahan. Regensia dibuat
dari lempung 200 mesh dan kupri khlorida. Umpan minyak mula-mula dipanaskan
lalu ditambahkan oksigen dan dikontakkan dengan slurry lempung-kupri khlorida
pada suhu 80 - 100 oF. Campuran diendapkan dan dipisahkan dimana umpan
olahan dikeluarkan dan dicuci dengan natrium sulfida untuk memisahkan trace
tembaga

8. Proses Desulfurisasi

Proses ini adalah proses pemurnian gas alam maupun gas-gas kilang yang
mengandung hidrogen sulfida dan senyawa-senyawa asam lainnya. Proses yang
paling populer adalah proses yang menggunakan reagensia yang dapat
diregenerasi dan recover H2S. Pada operasinya dan prinsip operasinya adalah
sama dengan skema umum seperti terlihat pada Gambar 1.

Material yang ada dalam gas seperti karbon dioksida, hidrogen sianida,
merkaptan, karbonil sulfida, karbon disulfida, dan uap air akan mempengaruhi
pemilihan proses pemurnian tersebut. Proses-proses yang menggunakan
hembusan udara untuk regenerasi reagensia adalah penyumbang terhadap
pengotoran udara apakah langsung keluar ke atmosfir ataukah untuk umpan dapur
industri. Proses-proses pemisahan H2S dapat dilihat pada Tabel.5.
gas bersih gas asam

Absorber

surge Regenerator

gas
masam
steam
reagensia bekas
regenerated
reagent

Gambar .5 Diagram Alir Pemisahan H2S

Tabel . Macam-Macam Proses Desulfurisasi

Nama Proses Reaksi Regenerasi

Soda Kaustik 2 NaOH + H2S  NasS + 2 H2O Tidak perlu

Kapur Ca(OH)2 + H2S  CaS + 2 H2O Tidak perlu

Oksida Besi FeO + H2S  FeS + H2O Sebagian


dengan udara

Seaboard Na2CO3 + H2S  NaHCO3 + NaHS Hembusan


udara

Thylox Na2AS2S5O2 + H2S  Na4AS2S6O + H2O Hembusan


udara
Na4AS2S6O + ½ O2  Na4AS2S5O2 + S

Girbotol 2 RNH2 + H2S  [RNH3]2S Steaming

Fosfat K3PO4 + H2S  KHS + K2HPO4 Steaming

Penolat NaOC6H5 + H2S  NaHS + C6H5OH Steaming

Karbonat Na2CO3 + H2S  NaHCO3 + NaHS Steaming

Proses-proses terbaru untuk memisahkan hidrogen sulfida dari dari


produk-produk kilang juga disempurnakan dengan oksidasi sulfida menjadi sulfur
bebas sebagai bagian dari langkah regenerasi. Sulfur diendapkan sebagai zat padat
halus dan selanjutnya dipisahkan dengan settling atau filtrasi.
Macam-macam proses pengolahan terdiri dari :

1. Proses Girbotol

Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu proses kontinyu
yang regeneratif untuk memisahkan H2S, CO2, kotoran-kotoran asam lainnya dari
gas alam dan gas-gas kilang. Proses ini menggunakan reagensia amina organik
seperti MEA, DEA, dan TEA. Etanol amin adalah basa kuat yang larut dalam air
mempunyai afinitas terhadap H2S pada suhu 160 - 180 oF. Gas yang akan
dibersihkan dikontakkan dengan larutan amin secara berlawanan arah dalam
absorber berupa menara onggok (packed tower) yang berisi raschig-ring pada
suhu 100 - 150 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 200 oF. Unit pertama pada
pemisahan H2S dari gas alam dipakai pada pabrik gas alam Shell Oil di North
Maryland. Sampai dengan tahun 1938, dimulai pemisahan H2S dari gas kilang
menggunakan proses Girbotol pada kilang minyak Atlantic Refining Co di Port
Arthur-Texas.

2. Proses Glikol-Amin

Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Fluor Corp. merupakan proses
kontinyu yang regeneratif untuk menarik air dan memisahkan gas-gas asam secara
simultan dari gas alam atau gas-gas kilang. Campuran larutan amin dengan di-
atau tri-etilen-glikol dipakai sebagai reagensia pengolahan. Tipe larutan ini
mengandung 20 % amin, 70 % glikol, dan 10 % air. Gas yang akan dibersihkan
dikontakkan secara berlawanan arah dengan reagensia di dalam menara dulang
gelembung (bubble tray) pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada
suhu 300 oF.

3. Proses Desulfurisasi Fosfat

Proses ini dikembangkan oleh Shell Development Co merupakan suatu


proses kontinyu yang regeneratif untuk memisahkan H2S dari gas alam, gas
kilang, atau larutan hidrokarbon menggunakan larutan K3PO4. Tipe larutan
reagensia mengandung 30 % K3PO4 dalam air, yang selektif menyerap H2S dalam
gas yang mengandung CO2. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan berlawanan
arah dengan reagensia di dalam ekstraktor pelat gelembung (bubble plate) pada
suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 240 oF. Untuk
mengekstrak H2S dari dalam hidrokarbon cair dipakai menara onggok (packed
tower).

4. Proses Alkazid

Proses ini untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas alam atau gas-gas
kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina. Proses ini diperkenalkan
dalam industri di Eropa oleh Badische Anilin & Soda Fabrik AG of Ludwigshafen
am Rhein pada tahun 1959. Operasinya terdiri dari proses recycle kontinyu, dan
absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan dikembalikan ke dalam absorber melalui
penukar panas dan pendingin. Garam-garam alkazid (alkazid-M dan alkazid-DIK)
tidak mudah menguap dan larutannya adalah cairan-cairan alkali yang reaktif dan
stabil. Kapasitas penyerapan untuk H2S dan CO2 sangat tinggi, tetapi sangat
rendah untuk hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan hasil yang sangat
memuaskan untuk pemisahan selektif H2S mengandung CO2 dan untuk pemurnian
hidrokarbon cair. Larutan alkazid-M dipakai untuk memisahkan H2S dan CO2 dari
gas disertai dengan efisiensi penyerapan yang sangat tinggi (98,6 %+).

5. Proses Kalium Karbonat Panas

Pemakaian proses ini lebih praktis untuk memisahkan gas alam pada
tekanan di atas 250 psi mengandung gas asam 5 - 50 %. Gas asam dapat dikurangi
menjadi 0,5 %. Sejumlah proses karbonat dengan variasi lain telah dirancang oleh
Petrocon Engineering Co, yaitu :

1. Sistem Karbonat split-stream


2. Proses Air-Karbonat
3. Proses Karbonat Dingin sebagian
4. Proses Karbonat-Amin

Keuntungan yangs sangat besar dari proses karbonat adalah biaya operasi
yang sangat rendah. Unitnya fleksibel mudah dirubah menjadi sistem amina.

6. Proses Giammarco-Vetrocoke

Proses ini dikembangkan oleh G. Giammarco of SPA Vetrocoke Italia,


untuk memisahkan H2S dan CO2.

Macam-macam prosesnya adalah : 1) Proses pemisahan CO2 dari gas-gas yang


bebas H2S dengan regenerasi menggunakan steam; 2) Proses pemisahan selektif
H2S dan merubahnya menjadi sulfur bebas dengan regenerasi menggunakan
udara; 3) Proses kombinasi dari kedua proses di atas untuk pemisahan HsS dan
CO2.

Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada absorpsi gas-gas asam
dengan larutan alkali yang mengandung aditif untuk mempercepat absorpsi dan
desorpsi. Larutan pengolahan tidak korosif, dan suhu operasi berkisar 75 - 300 oF.
Pada proses pemisahan H2S larutan reagensia terdiri dari natrium atau kalium
karbonat yang mengandung campuran arsenit dan arsenat. Gas-gas yang diolah
berasal dari sumur dirancang dapat membersihkan H2S kurang dari 1 ppm. H2S
mula-mula diserap dengan mereaksikannya dengan arsenit, senyawa hasil reaksi
kemudian dirubah menjadi monotioarsenat melalui reaksi dengan arsenat.
Dekomposisi menjadi sulfur elementer dan konversi arsen bervalensi 3 menjadi
valensi 5 dapat dilakukan dengan hembusan udara atau suatu kombinasi
asidifikasi dengan CO2 dan hembusan udara. Pemilihannya tergantung pada
persyaratan-persyaratan proses. Sulfur dapat dipisahkan dengan filtrasi atau
flotasi. Diagram alir proses kombinasi dapat dilihat pada Gambar 6.

CO2 udara keluar


Absorber
H2S

Regenerator
Asidifi-
kator
air
umpan
Filter
gas Digester
S udara masuk
H2S
CO2
Absorber
CO2
Dehumidator
Regenerator

Flash
Drum
steam

Saturator
udara

air

Gambar 6. Diagram Alir Proses Kombinasi Giammarco-Vetrocoke

7. Proses Claus dan Beavon

Pada tahun 1971 telah dikemukakan suatu proses baru dengan efisiensi
pemisahan sulfur sampai dengan 98 % yang dikenal sebagai proses Claus dengan
dua tingkat pemisahan. Setelah itu proses Claus dikembangkan lagi oleh Beavon
dan Vaeli untuk pemisahan sulfur sampai 99,9 % yang dikenal sebagai proses
Beavon. Reaksi yang terjadi pada suhu 2000 – 3000 oF adalah :

2 H2S + 3 O2  2 SO2 + 2 H2O

2 H2S + SO2  3 S + 2 H2O

Diagram alir proses Claus dan proses Beavon dapat dilihat pada Gambar 7 dan
Gambar 8
SO2
gas
bhn. bakar

udara udara

air air

air
S S S
(60%) (25%) (7%)

Gambar 7. Diagram Alir Proses Claus

gas kilang
udara
tail gas (S)

Reaktor
Cooler

gas bersih air

udara

filter meltor

Absorber Oxidizer
cairan sulfur
recycle

Gambar 8. Diagram Alir Proses Beavon


V. PROSES GAS SWEETENING

- sour gas ==> Gas alam yang masih mengandung H2S dan CO2

- Lean amine ==> Larutan Amine yang sedikit mengandung gas asam

- Rich amine ==> Larutan Amine yang kaya akan gas asam

- Sweet gas ==> Gas alam yang telah diambil H2S dan CO2, setelah melewati
proses absorbsi

Kolom pertama pada bagian kiri disebut sebagai kolom absorber. Di


kolom ini terjadi peristiwa absorbsi gas CO2 dan H2S dari feed gas dengan lean
solvent Amine yang dikontakkan secara berlawanan atau counter-current. Dimana
hasilnya adalah, sweer gas yang sedikit mengandung gas asam yang keluar dari
atas kolom dan rich amine yang keluar dari bawah kolom.

Rich amine tersebut kemudian ditransfer ke dalam kolom regenerator, sebelum itu
rich amine akan mengalami pre-heating dengan cara dikontakkan dalam heat
exchanger, dimana media yang menjadi pemanas adalah lean amine yang keluar
dari kolom regenerator. Oleh karena itulah alat penukar panas tersebut disebut
sebagai lean-rich exchanger.

Rich amine yang telah dipanaskan kemudian masuk ke dalam kolom regenerator.
Disebut sebagai regenerator karena fungsinya adalah menghasilkan lean amine
yang bisa digunakan kembali untuk proses absorbsi. Di dalam regenerator,
terdapat sebuah reboiler yang fungsinya adalah untuk menguapkan air yang
terkandung di dalam larutan Amine. Sebagaimana kita ketahui bahwa larutan
Amine merupakan larutan yang terdiri dari 40-45% Amine dan sisanya adalah air.
Di dalam proses regenerasi ini akan dilepaskan gas asam yang terkandung dalam
rich amine, sehingga didapatkan lean amine. Lean amine keluar lewat bagian
bawah kolom regenerator kemudian dipompa masuk ke dalam kolom absorbser
dan proses absorbsi terjadi kembali. Sebelum masuk ke dalam kolom absorbser,
lean Amine akan terlebih dahulu didinginkan dengan menggunakan lean amine
cooler.

VI. PROSES GAS SWEETENING PADA PT. MEDCO E&P


LEMATANG
a. Membrane system

Raw gas dari gas filter yang akan diolah masuk ke dalam gas exchanger
dan akan mengalami pertukaran panas. Didalam gas exchanger, feed gas akan
bertukar panas dengan aliran gas yang berasal dari residu membran skid package
1st stage. Setelah mengalami pertukaran, feed gas dimasukkan kedalam 1st stage
filter coalescer. Akibat dari pendinginan, dimungkinkan sebagian dari feed gas
ada yang terkondensasi, sehingga setelah keluar dari filter coalescer, gas dalam
kondisi kering.

Gas yang telah kering kemudian dipanaskan dalam 1ststage electric heater.
Pemanasan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan temperatur feed gas yang akan
masuk ke dalam membran.

Sebelum gas masuk kedalam membran, feed gas akan masuk kedalam
1 stage guard bed dan 1ststage particle filter terlebih dahulu. Didalam guard bed
st

terdapat hidrokarbon aktif yang difungsikan untuk mengadsorbsi kandungan


hidrokarbon berat, sedangkan particle filter berfungsi untuk menyaring partikel
padat yang mesih terbawa dalam raw gas.

Feed gas yang telah terbebas dari liquid, hidrokarbon berat, dan padatan
akan memasuki 1ststage membrane skid package dan sour gas akan terpermeasi
pada membran ini. Dan dialirkan kembali menuju gas exchanger

Gas residu yang dihasilkan membrane system masih mengandung H2S


oleh karena itu gas residu yang keluar dari gas exchangerakan masuk kedalam
H2S Scavanger yang berisi komponen absorbend zinc oxide (ZnO), zinc oxide
akan mengadsorbsi H2S dengan reaksi

ZnO + H2O  ZnS + H2O

Gas yang keluar siap bergabung bersama sweet gas .

b. Amine system

Sour gas akan masuk kaedalam amine absorber melalui bawah koloh absorber.
Dan larutan amina akan masuk kedalam kolom absorber melalui bagian atas
kolom absorber sehingga keduannya akan mengalami kontak secara counter
current. Dengan mekanisme reaksi :

CH3(C2H4OH)2N + H2S  CH3(C2H4OH)2NH++HS-

CH3(C2H4OH)2N + H2O + CO2  CH3(C2H4OH)2NH+HCO3-

Reaksi diatas merupakan reaksi eksotermis sehingga menghasilkan panas,


akibatnya sweetgas yang keluar dari bagiam atas kolom memiliki suhu yang lebih
tinggi dibandingkan pada saat masuk kolom absorber. Kemudian sweet gas akan
didinginkan menggunakan sweetgas cooler dan akan masuk kedalam sweet KO
drum pendinginan dan pemisahan yang terjadi didalam KO drum bertujuan untuk
merecovery kemungkinan solvent amine yang kondisinya jenuh didalam sweet
gas. Sweet gas yang tidak mengandung solvent akan dialirkan menuju ke dalam
dehidration unit untuk menghilangkan kandungan H2O nya. Sedangkan solvent
amina akan dicmpurkan dengan rich amine yang keluar daribawah kolom
absorber dan dialirkan menuju kedalam amine flash column.

Amine flash column bertujuan untuk menguapkan hidrokarbon yang masih


terikut ketika proses absorbsi. Didalam amine flash terjadi pemisahan sebagian
acid gas dari solvent amina cair.

Acid gas akan keluar melalui puncak kolom dan kemudian didinginkan
dengan condenser. Pendinginan ini bertujuan untuk merecovery solvent yang
terdapat disalamnya. Solvent yang terkondensasi akan ditampung didalam
accumulator, sedangkan acid gas akan keluar melalui puncak accumulator dan
dialirkan ke hermal oxidizer unit untuk dibakar dengan fuel gas agar mendapat
kan emisi gas dengan lkadar yang aman untuk dilepaskan ke atmosfer. Solvent
yang keluar dari bagian bawah accumulator kemudian dipompakan menggunakan
refflux pump menuju amine flash column sebagai aliran recycle.

Amine yang keluar dari bagian bawah amine flash column mempunyai
kandungan acid gas relatif lebih sedikit dari rich amine yang keluar dari bawah
kolom absorber. Amine yang keluar kemudian dipecah menjadi 2 aliran 85 % di
pompakan kembali ke kolom absorber dan 15% dipompakan menuju kolom
regenerator.

Sebelum menuju kedalam kolom regenerator larutan amina tadi melewati


heat exchanger dan terjadi pertukaran panas dengan larutan amina yang keluar
dari kolom regenerator. Larutan yang keluar dari flash vessel (semi lean amine)
akan meningkat suhunya dari 180oF menjadi 200oF sedangkan larutan amina yang
keluar dari bawa regenerator (lean amine) akan turun dari 250oF menjadi 220oF,
lalu semi lean amine akan masuk ke dalam amine regenerator.

Didalam amine regenerator akan terjadi proses pemisahan acid gas dari
semi lean amine. Semi lean amine kemudian akan dipanaskan didalam reboiler
yang sumber panasnya berasal dari hot oil. Semi lean amine akan dipanaskan
hingga suhu 250oF sehingga CO2 dan H2S akan menguap dan terpisah dari semi
lean amine. Acid gas yang keluar akan direcycle kembali kedalam amina flash,
sedangkan semi lean amine yang telah bersih dari acid gas disebut sebagai lean
amine.

Didalam proses regenerasi, akibat adanya pemanasan dari reboiler, maka


di mungkinkan adanya penguapan amine. Sehingga didalam amine regenerator
dilengkapi dengan sistem amine make up (penambahan amine). Larutan amine
make up berasal dari amine sump vessel dan amine strorage tanks. Jika pada
kondisi tertentu amine harus ditambahkan.

Larutan lean amina panas akan keluar dari bagian bawah kolom
regenerator dan mengalir menuju lean/rich amine exchanger dan terjadi
pertukaran panas dengan semi lean amine dingin. Sebelum diteruskan menuju ke
kolom absorber lean amine dialirkan menuju amine partikulat filter, amine
charcoal filter dan amine partikulat after filter untuk memisahkan partikula dan
kontaminan yang masih terkandung. Setelah bersih lean amine di pompakan
kembali menuju ke kolom absorber.
VII. PRODUK DAN KEGUNAANNYA

Sweet gas adalah gas bumi yang kandungan gas asamnya (CO2 , H2S) rendah
(< 5%). Sweet Gas dalam bentuk paling murni dapat digunakan dengan sedikit
penyulingan. Itu tidak bersifat korosif oleh karena itu relatif mudah digunakan
dibandingkan dengan gas asam. Setelah itu sweet gas diolah lebih lanjut hingga
menjadi produk produk seperti :

 LNG (Liquified Natural Gas)


LNG adalah gas bumi yang diubah menjadi cair melalui proses
pendinginan di bawah -160C yang dilakukan di kilang LNG. Bahan baku
LNG ini adalah gas bumi berupa Metana dan Etana. Perubahan gas bumi
menjadi dalam bentuk cair ini dilakukan untuk kemudahan pengakutan
dari sumber gas ke konsumen. Dengan bentuk cair, kandungan gas yang
dimiliki 600 kali lebih banyak dalam volume yang sama bila berupa gas.
LNG digunakan untuk mengiri gas dengan jarak jauh lebih dari 1500 km.
bila jarak lebih dekat gas dapat tidak perlu diubah dan dapat dikirim
melalui pipa. sebelum dialirkan ke konsumen, LNG akan diubah dahulu
menjadi gas bumi dengan proses regasifikasi.

 CNG (Compressed Natural Gas)

CNG adalah gas bumi yang dimampatkan (ditekan) didalam bejana yang
biasanya berbentuk silinder atau tabung dengan tekanan 250 barg. Dengan
bentuk CNG ini maka gas yang terkandung menjadi 250 kali lebih banyak
dalam volume yang sama ditekanan atmosfer. Gas bumi terkompresi atau
CNG ini dapat digunakan sebagai bentuk bahan bakar kendaraan
pengganti bensin dan solar yang dikenal dengan BBG(Bahan Bakar Gas).
CNG lebih ramah lingkungan dibandingkan bensin dan solar karena emisi
gas buangnya lebih rendah. CNG juga dapat digunakan untuk bahan bakar
industri. Di dunia, CNG lebih banyak dipakai untuk bahan bakar
kendaraan bermotor.

 LPG (Liquifed Petroleum Gas)


LPG adalah gas bumi dengan kandungan propana dan butana yang
berbentuk cair pada tekanan 2 – 5 barg. LPG akan kembali ke wujud gas
pada tekanan atmosferik dengan mengatur penurunan tekanan
menggunakan regulator, seperti halnya regulator kompor gas. proses
pembuatan LPG dilakukan di kilang LPG dengan cara memisahkan
kandungan propana dan butana dari gas bumi dan kemudian dimasukkan
ke dalam tabung dengan tekanan 2 – 5 barg. Berat jenis Propana dan
Butana atau LPG lebih berat dari udara sehingga ketika terjadi
kebocoran,gas akan terkumpul dibawah. sehingga diperlukan langkah
pengamanan tertentu saat terjadi kebocoran melalui pembukaan aliran
udara melalui ventilasi ke luar. LPG biasanya digunakan sebagai bahan
bakar di dapur rumah tangga dan warung makan yang menggunakan
tabung untuk distribusinya. Indonesia mengimpor 60% – 70% kebutuhan
LPG Harga LPG relatif lebih mahal dari gas bumi yaitu, tiga kali lipat dari
harga gas bumi untuk rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi

https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam

https://www.prosesindustri.com/2016/09/proses-purifikasi-gas-alam.html

https://docplayer.info/54828363-Proses-pengolahan-gas-alam-gas-alam-mentah-
mengandung-sejumlah-karbon-dioksida-hidrogen-sulfida-dan-uap-air-yang-
bervariasi.html

https://migasnet.blogspot.com/2015/11/proses-sweetening-gas-alam.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Tiol

https://syawal88.wordpress.com/2014/07/15/lng-liquid-natural-gas-apakah-itu/

Modul Kimia. Teknologi minyak bumi. Ir. Fadarina M. T. Ir. Selastia Yuliati M.
T. Program studi teknik kimia: Politeknik Negeri Sriwijaya. 2013

Teknologi minyak dan gas bumi. Ir. H. Ali Fasya Ismail, M. Eng. Penerbit
Universitas Sriwijaya.1998 : Indralaya

Utomo, Dani Puji ,Dkk. 2017. Proses pengolahan gas secara fisika

Absorbsi adsorpsi dan membran. Universitas Diponegoro : Semarang

https://process-engineers.blogspot.com/2017/07/gas-sweetening-siklus-
proses.html

https://ahmadnooryuhdi.wordpress.com/2014/10/01/cng-vs-lng-vs-lpg/

Rahmadani, Wahyu Herdi. 2019 . laporan kerja praktik di PT MEDCO E&P


LEMATANG. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
MAKALAH PETROLEUM DAN REFINARY

PROSES PEMURNIAN (GAS SWEETENING)

DISUSUN OLEH :

Rheina Alfi Yunita (061740411529)

Dosen Pembimbing : Zurohaina, S.T,.M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai