Anda di halaman 1dari 23

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Amine CO2 Removal Unit

Amine CO2 Removal Unit berfungsi untuk mengurangi kadar

CO2 dengan menggunakan reaksi kimia, yaitu dengan cara

mengkontakkan amine dan raw gas secara langsung. Hal ini dilakukan

setelah melalui proses penghilangan CO2 menggunakan membran.

Amine yang digunakan adalah aMDEA yang dipilih karena harga yang

ekonomis dan dapat di regenerasi. Secara garis besar residue ini sudah

banyak mengandung C1 dan C2, dan sedikit CO2 karena sebagian besar

kandungan CO2 ada di dalam aliran permeate dari membran yang

menuju ke thermal oxidizer. Walaupun tergolong sedikit, namun

kandungan CO2 di residue ini masih sekitar 15% mol dan nilai ini masih

belum memenuhi standar sales gas yang memenuhi permintaan

konsumen. Maka dari itu sangat diperlukan tahap penghilangan CO2

lebih lanjut. Amine CO2 Removal Unit ini didesain untuk mengurangi

kandungan CO2 dalam gas dari 15% mol menjadi maksimum 5% mol.

Pada vessel ini telah terjadi kontak antara dry gas dari pre-treatment gas-

gas exchanger-1 dengan amine, sehingga sweet gas yang keluar dari atas

kolom akan mempunyai kandungan CO2 tidak lebih dari 5% mol. Dalam

proses ini juga terdapat unit LP Amine Flash Column (615-C-102) dan

Amine stripper (615-C-103) yang berfungsi sebagai tempat treatment

amine yang telah dipakai untuk diregenerasi dan di alirkan kembali.

1
2

Unit amine didesain untuk mengurangi kandungan CO2 dalam

gas umpan dari 115% mol menjadi maksimum 5% mol untuk mencegah

pembekuan pada tahap NGL recovery. Pada kondisi operasi normal,

amine yang dialirkan memiliki nilai laju alir sebesar 2963 USGPM dari

50% berat larutan BASF aMDEA. aMDEA ini yang disirkulasikan untuk

menyerap CO2.

Di amine CO2 removal unit terdapat unit Amine Contactor (615-

C-101) yang berbentuk vessel silinder vertikal. Pada unit ini terjadi

kontak antara dry gas dari pretreatment gas-gas exchanger 1 dengan

amine, sehingga sweet gas yang keluar dari atas kolom akan mempunyai

kandungan CO2 tidak lebih dari 5% mol. Selain terdapat Amine

Contactor, juga terdapat unit LP Amine Flash Column (615-C-102) dan

Amine stripper (615-C-103) yang berfungsi sebagai tempat regenerasi

amine.

Pada proses absorpsi CO2 didasarkan pada prinsip bahwa amine

bereaksi secara kimia dengan CO2, dan kemudian gas CO2 dilepaskan

dari rich amine pada temperatur tinggi sehingga larutan amine bisa

digunakan kembali. MDEA generic bereaksi dengan air dan CO 2 untuk

memperoleh hasil berdasarkan spesi proton dan bicarbonate. Reaksi nya

dapat dilihat sebagai berikut :


−¿¿

CO 2+ H 2 O+ MDEA ⇌ MDEAH +¿+ HC O 3 ¿

Laju alir konversi rata-rata CO2 sangatlah rendah, maka dari itu

absorpsi perlu dipercepat dengan reaksi antara CO2 dengan activator


3

yang berupa secondary amine sehingga akan membentuk carbamate.

Lalu carbamate pada akhirnya akan bereaksi dengan sebagian besar

pelarut (cairan MDEA) yang mentransfer CO 2, dan kemudian bertindak

dengan cara yang sama untuk menjadi cairan katalis homogen.Beberapa

reaksi ini terjadi disepanjang alur amine contactor. Reaksi

keseluruhannya adalah sebagai berikut :

CO 2+ R 2 N H ⇌ R2 NH −COOH
−¿¿

R2 NH −COOH + H 2 O+ MDEA ⇌ R2 NH + MDEAH +¿+ HCO 3 ¿

5.2 Unit Pada Amine CO2 Removal Unit

Pada Amine CO2 Removal Unit terbagi dari beberapa unit

dilamnya untuk mengolah sour gas menjadi sweet gas, unit dapat dilihat

sebagai berikut:

5.2.1 Amine Contactor System (615-C-101)

Amine Contactor System (615-C-101) merupakan vessel

yang berbentuk vertikal yang berguna sebagai tempat untuk

mereaksikan raw gas dengan amine guna untuk memisahkan gas

CO2 dari raw gas dengan cara gas yang masuk dari bawah kolom

akan dikontakkan dengan aliran lean amine yang dimasukkan dari

bagian atas kolom sehingga terjadi kontak dengan arah

berlawanan (counter-current). Kontak antar gas dan amine ini

terjadi pada bagian bed packing yang dipasang di dalam amine

contactor sehingga terjadi perpindahan massa dan energi.


4

Di dalam unit amine contactor ini, terdapat dua jenis tray

yaitu valve tray dan bubble cap tray. Sementara untuk struktur

bed-packing, terdapat slotted dan raschig rings serta beryl dan

plastic saddle. Struktur bed packing berfungsi untuk mencegah

aliran turbulen dalam vessel selama proses pengontakkan dan

menambah residence time dari pengikatan CO2 oleh lean amine.

Setelah terjadi kontak, sweet gas yang merupakan gas dengan

kandungan CO2 yang telah berkurang keluar melalui top outlet

amine contactor dan dikirim ke booster compressor suction drum

(655-V-201), untuk diproses dalam sistem turbo expander.

Sementara larutan lean amine yang telah berikatan dengan CO2

menjadi rich amine dan keluar melalui bottom outlet amine

contactor menuju inlet low pressure amine flash coloumn (615-C-

102).

Amine contactor ini dilengkapi dengan tiga tray yang

dikombinasi dengan sebuah demister pad pada bagian atas untuk

mencegah butiran amine yang menguap meninggalkan amine

contactor bersama aliran gas yang telah diolah. Untuk

membersihkan tray digunakan make-up water, dengan syarat

liquid untuk tray sesuai dengan neraca massa dan neraca panas.

Aliran make-up water ini diatur melalui stroke pompa dan diukur

melalui flow control valve ±350 BPD treated water dipompakan

melalui pompa water make-up (615-P-105A/B) yang disediakan


5

untuk tujuan membersihkan tray. Setiap hari, kandungan air

dalam solvent harus dianalisis oleh bagian laboratory dan setting

stroke pompa harus disesuaikan dengan tekanan pada amine

cenderung berubah dikarenakan tekanan yang tinggi masuk,

kemudian di flash colomn dengan tekanan rendah. Jika masih

terjadi luapan partikel liquid, dapat ditahan oleh air pada tray

yang telah disiapkan sebagai utilitas.

Gambar 5.1 PFD Amine Contactor Unit

5.2.2 Amine Regeneration System

Amine Regeneration System merupakan vessel yang

berguna sebagai tempat untuk meregenerasi amine yang

mengandung gas CO2. Produk bawah dari kolom Amine

Contactor yang mengandung banyak amine (rich amine) akan

diregenerasi menggunakan LP amine flash column (615-C-102)


6

pada tekanan 14,62 psig. Dari hasil regenerasi ini, akan terbentuk

acid gas yang nantinya akan dilepaskan dari bagian atas kolom LP

amine flash. Acid gas pada temperatur kira-kira 156,7oF

meninggalkan flash column dari bagian atas dan didinginkan

menjadi 112,6oF di acid gas cooler. Acid gas yang di-recovery

selanjutnya dikirim ke thermal oxidizer unit untuk diproses,

sedangkan sebagian air yang terkondensasi dipulihkan di acid gas

KO drum dan dikembalikan ke bagian atas flash column sebagai

refluks melalui pompa amine reflux (615-P-104 A/B).

Aliran rich amine dari bottom outlet amine flash column

dipompakan melalui tiga pompa rich amine (615-P-101A/B/C), di

mana satu pompa biasanya digunakan hanya saat emergency,

sehingga hanya dua pompa yang online. Aliran tersebut lalu

dipanaskan sampai 223,9oF di lean/rich amine exchanger (615-E-

101A/B), yang merupakan heat exchanger tipe plate exchanger

dengan larutan lean amine dari amine stripper sebagai media

pemanasnya itu sendiri.

Larutan rich amine yang telah dipanaskan dan diturunkan

tekanannya menggunakan sebuah valve kemudian akan mengalir

ke amine stripper (615-C-103) dan masuk dari atas kolom.

Pengurangan tekanan ini mengakibatkan terpisahnya bagian acid

gas dan beberapa hidrokarbon yang terlarut dari larutan. Residu

CO2 pada larutan yang di-flash kemudian dilucuti oleh steam


7

yang dihasilkan dari bagian shell amine reboiler dengan input

panas yang berasal dari hot oil dibagian tube side. Sementara lean

amine dari reboiler yang temperaturnya sudah meningkat

dikembalikan ke dalam amine stripper dan keluar dari bottom

outlet menuju ke lean/rich amine exchanger. Pertukaran panas

terjadi antara lean amine dan rich amine dengan menggunakan

heat exchanger berbentuk plate, hal ini membuat panas yang

dihasilkan tidak terbuang sia-sia.

Gambar 5.2 PFD Amine Systems

5.2.3 Amine Recirculation System

Amine Recirculation System sebagai tempat untuk

mensirkulasi amine setelah melalui pertukaran panas dan

mengalami heat recovery dengan rich amine di lean/rich amine

exchanger, aliran lean amine akan dialirkan ke amine surge tank


8

(615-T-101).Larutan dipompakan menggunakan amine booster

pump(615-P-102A/B/C) dengan sistem dua pompa online dan

satu pompa offline. Larutan kemudian didinginkan menggunakan

lean amine cooler (615-E-103) menjadi 120oF. Setelah itu, amine

charge pump akan memompakan kembali lean amine ke amine

contactor untuk digunakan kembali sebagai absorben CO2 dengan

kebutuhan tekanan sebesar 647 psig. Pemakaian booster pump

dibutuhkan untuk menaikkan tekanan lean amine dari surge tank

agar sesuai dengan tekanan operasi amine contactor sebelum

dipompa dengan charge pump.

5.2.4 Amine Make-up System

Amine make-up ialah amine yang digunakan sebagai

cadangan amine murni (larutan aMDEA) yang disimpan di amine

pure tank (615-T-102). Amine murni diumpankan ke amine pure

tank dengan menggunakan amine make-up pump (615-P-110).

Amine transfer pump disediakan untuk memindahkan amine

murni dari amine pure tank ke amine surge tank (615-T-101).

Pada line discharge amine transfer pump, treated water

diumpankan ke dalam larutan amine murni untuk menjaga

konsentrasi larutan 50% air dan 50% amine setelah diukur laju

alirnya menggunakan flow conrol valve 615-FI-105. Laju alir

dari treated water harus diatur agar konsentrasi campuran antar

amine dan treated water sesuai dengan yang diinginkan. Amine


9

surge tank juga digunakan untuk unit penyimpanan selama plant

shut down.

5.2.5 Sistem Filtrasi Larutan

Sistem Filtrasi Larutan merupakan proses dimana amine di

saring untuk menghilangkan kandungan hidrokarbon berat dan

material pengotor yang terbawa oleh larutannya. Sistem filtrasi ini

terdiri darI lima tahap filtrasi, yaitu amine sock filter (615-F-106),

amine high efficiency filter (615-F-106) amine mechanical filter

(615-F-101), amine charcoal filter (615-F-102), dan amine after

filter (615-F-103). Sock filter, high efficiency filter dan

mechanical filter digunakan untuk menyaring padatan pada

larutan amine, oleh karena itu ditempatkan di up stream charcoal

filter untuk menghindari penyumbatan charcoal filter oleh

padatan dan mencegah partikel karbon menjadi terkikis akibat

filter yang masuk ke dalam sistem.

Charcoal filter digunakan untuk menghilangkan sejumlah

partikel hidrokarbon yang sangat halus dalam produk amine yang

terdekomposisi dan kontaminan lainnya yang dapat menyebabkan

masalah operasional seperti foaming. Setiap filter dilengkapi oleh

pressure differential indicator dengan alarm yang

mengidentifikasi pressure drop yang terjadi pada filter. Pada saat

pressure drop lebih tinggi daripada pressure drop yang diizinkan,

elemen filter harus diganti.


10

5.2.6 Amine Drain System

Amine drain system digunakan untuk menampung larutan

yang berasal dari unit amine system saat terjadi kasus-kasus

tertentu. Salah satu contohnya adalah misal saat terjadi kerusakan

di flow valve yang mengatur laju alir dari lean amine yang akan

masuk ke amine contactor. Agar tidak terjadi back pressure maka

aliran lean amine dari amine charge pump akan diteruskan ke

amine drain system terlebih dahulu selama dilakukannya

perbaikan flow valve. Sistem ini merupakan sistem tertutup,

dimana setiap drain line menuju ke pipa header di bawah tanah

dan alirannya akan dialirkan ke sump tank (615-V-202). Larutan

yang di-drain dikumpulkan di sump yang disediakan pada poin-

poin yang dianggap berpotensi bocor atau tumpah, seperti poin-

poin di bawah ini :

a) Tank bund wall area

b) Solvent sampling area

c) Lean/rich amine exchanger

d) Drum handling area

Sump tank dipasang didalam pit atau lubang yang terbuat

dari beton. Pit yang digunakan juga harus merupakan pit terbuka

tanpa pelindung hujan, sehingga air hujan bisa masuk dan akan

terakumulasi di dalam pit. Air hujan ini dapat di-drain keluar

menuju oily water sewer secara manual melalui air-operated


11

ejector. Agar memiliki ventilasi pada vessel, dipasang pipa

distributor di sekitar vessel untuk kebutuhan utilitas udara bagi

vessel. Selain dilengkapi fuel gas blanket. Pada saat level larutan

amine didalam sump tank tinggi, larutan amine dipompakan oleh

amine sump pump (615-P-106) ke dalam sistem filtrasi sebelum

masuk kedalam amine surge tank. Kemudian bila ada kasus

larutan amine itu untuk mencegah degradasi solvent oleh udara

masuk, sump tank juga yang over flow dari tiap unit amine

ataupun saat terjadi shutdown, amine berlebih tersebut akan

dikumpulkan di amine separation drum (615-V-203) untuk

kemudian dialirkan ke amine sump tank.

5.2.7 Antifoam Injection System

Antifoam Injection System merupakan proses

penginjeksian antifoam agent ke dalam aliran larutan amine yang

berfungsi untuk mencegah terjadinya busa pada aliran amine.

Pembentukan busa dalam amine sistem dapat diakibatkan oleh

kontaminan maupun partikel-partikel hidrokarbon terdekomposisi

yang terdapat dalam treated water, amine solvent, maupun feed

residu gas. Penginjeksian antifoam ini dilakukan pada beberapa

poin suction pompa yang digunakan di unit amine, seperti di

amine booster pump, amine charge pump, dan amine reflux

pump. Penginjeksian antifoam ini menggunakan pompa

pneumatic secara kontinu dari vessel berpengaduk. Peristiwa


12

terbentuknya busa di amine system sangat dihindari karena bisa

menurunkan kapasitas absorpsi CO2 oleh aMDEA secara

signifikan dan mempercepat terjadinya korosi pada alat. Adapun

jenis dari antifoam yang digunakan adalah SAG 7133

(Polydimetyl Siloxare Emulsion).

5.3 Absorbent

Jenis absorbent yang digunakan pada Amine Contactor adalah

aMDEA (activated methyl diethanolamine). aMDEA sebenarnya

merupakan MDEA yang ditambahkan aktivator agar CO2 yang bisa

diabsorpsi semakin banyak. Aktivator yang ditambahkan ini adalah PZ

(piperazine). PZ disini berfungsi sebagai promotor sehingga CO2 bisa

lebih banyak terabsorpsi karena cepatnya terbentuk carbamate akibat

reaksi antara PZ dengan CO2.. Bentuk dari aMDEA merupakan cairan

dan tidak berwarna (terkadang ada juga yang berwarna kuning). aMDEA

merupakan basa dengan tingkat pH sekitar 13-14 pada suhu 200C. Tabel

5.1 berikut menunjukan karakteristik dari aMDEA.

Tabel 5.1 Karakteristik umum senyawa aMDEA

Sifat Fisik Nilai


Titik Didih (0F) >212
Titik Nyala (0F) 205
Temperatur Ledakan (0F) 644
Specific Gravity, 20/200C 1,045
Tekanan Uap (mbar), 200C 6
Viskositas (cSt), 1000F 36,8
Kelarutan di dalam air Sempurna

Untuk lebih jelasnya dan sebagai perbandingan, akan dibahas


13

mengenai karakteristik dari MDEA dan PZ.

5.3.1 MDEA (methyl diethanolamine)

Methyl diethanolamine merupakan liquid yang tidak

berwarna, jernih, dan memiliki bau seperti amoniak. MDEA larut

sempurna di dalam air, alkohol, dan benzene. Rumus kimia dari

MDEA adalah CH3N(C2H4OH)2. Untuk lebih jelasnya gambar

5.1 berikut menunjukan ilustrasi struktur molekulnya.

Gambar 5.3 Struktur molekul methyl diethanolamine

MDEA merupakan jenis amine tersier dan banyak

digunakan sebagai sweetening agent di pabrik kimia, kilang

minyak, produksi syngas, dan gas alam. Salah satu kelebihan dari

MDEA dibanding pelarut lain yang digunakan untuk proses gas

treating adalah selektivitasnya dalam menghilangkan CO2

ataupun H2S. Jenis senyawa lain yang umum juga digunakan

untuk proses gas treating adalah MEA (monoethanolamine) yang

merupakan amine primer, dan DEA (diethanolamine) yang

merupakan amine sekunder. Tabel 5.2 berikut menunjukan

karakteristik dari MDEA.

Tabel 5.2 Karakteristik umum senyawa MDEA


14

Sifat Fisik Nilai


Titik Didih (0F) 477
Titik Nyala (0F) 240
Titik Beku (0F) -5,8
Specific Gravity, 20/200C 1,0431
Tekanan Uap (mmHg), 200C < 0,01
Viskositas (cSt), 1000F 36,8
Berat (lb/gal), 200C 8,69
Kelarutan di dalam air Sempurna

5.3.2 PZ (piperazine)

Piperazine adalah senyawa organik yang mempunyai

bentuk seperti cincin segi 6 dengan 2 atom nitrogen yang terletak

saling berlawanan arah. Senyawa ini larut sempurna di dalam air

dan ethylene glycol, namun tidak bisa larut di diethyl ether. PZ

merupakan basa lemah dengan tingkat pH sekitar 10,8 – 11,8.

Rumus molekul dari PZ adalah C4H10N2. Untuk lebih jelasnya

gambar 5.4 dan tabel 5.3 berikut menunjukan ilustrasi struktur

molekul dan karakteristiknya.

Gambar 5.4 Struktur molekul piperazine

Tabel 5.3 Karakteristik umum senyawa PZ


15

Sifat Fisik Nilai


Titik Didih (0F) 419
Titik Leleh (0F) 379
Molar Mass (g/mol) 86,136
Specific Gravity, 20/200C 1,1
Tekanan Uap (Pa), 200C 21
Titik Nyala (0F) 149
Temperatur Ledakan (0F) 608
Kelarutan di dalam air Sempurna

5.4 Filosofi Proses di Amine Contactor (615-C-101)

Di amine contactor terjadi peristiwa absorbsi CO2 antara dry

gas dari pretreatment gas-gas exchanger 1 dengan lean amine (aMDEA).

Dry gas yang masih banyak mengandung CO2 (sekitar 15% mol) akan

dikontakan dengan lean amine sehingga CO2 akan terabsorp ke dalam

lean amine. Sweet gas yang sudah berkurang kandungan CO2- nya

(sekitar 4,2-4,3 %mol) akan keluar melalui top column, sedangkan lean

amine yang sudah banyak mengabsorp CO2 akan menjadi rich amine dan

akan keluar melalui bottom column. Sebagai gambaran tabel 5.4 berikut

menunjukan spesifikasi desain dari amine contactor.


16

Gambar 5.5 Amine Contactor

Tabel 5.4 Spesifikasi desain amine contactor

TAG No. 615-C-101


Internal diameter 2930 mm
Tinggi kolom 19750 mm
Tekanan desain (max/min) 800 / vakum psig
Temperatur desain (max/min) 250 / 73 0F
Bahan insulasi PP 25 mm
CS + 304L (bagian atas)
Material
CS + CA 6mm (bagian bawah)

aMDEA adalah jenis absorbent yang digunakan untuk proses

penghilangan CO2. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

aMDEA merupakan campuran dari MDEA dan PZ. Alasan penggunaan

MDEA dibanding jenis absorbent lain bisa dilihat pada tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Perbandingan performa dari berbagai amine sebagai absorbent

Jenis
Kelebihan Kekurangan
Amine
 laju absorpsi yang tinggi (1,09  laju korosi yang
mmol/mol.s) tinggi (13-32 MPY)
MEA  kapasitas absorpsi CO2 yang cukup  energi regenerasi
tinggi (0,5 mol CO2/mol amine) tinggi (820
BTU/pound)
17

 kapasitas absorpsi tinggi (0,63 mol  laju korosi yang


CO2/mol amine) tinggi (8-25 MPY)
DEA  laju absorpsi cukup tinggi (0,74  energi regenerasi
mmol/mol.s) yang cukup tinggi
(650 BTU/pound)
 laju korosi rendah (3MPY)  laju dan kapasitas
 energi regenerasi rendah (577 absorpsi CO2 yang
MDEA BTU/pound) rendah (0,38 mol
CO2/mol amine dan
0,04 mmol/mol.s)

Seperti yang bisa dilihat pada tabel 5.5 bahwa walaupun MDEA

memiliki laju dan kapasitas absorpsi yang lebih rendah dari MEA dan

DEA, namun ia memiliki keunggulan berupa rendahnya energi untuk

regenerasi dan tidak begitu korosif. Keunggulan ini membuatnya lebih

aplikatif untuk skala industri karena kebutuhan energi untuk regenerasi

(melepas CO2 dari amine dengan cara pemanasan) menjadi rendah

sehingga menghemat biaya dan alat tidak cepat rusak karena korosi

(umur alat jauh lebih lama).

Untuk meningkatkan efisiensi dalam proses absorpsi CO2 maka

MDEA perlu ditambahkan senyawa lain untuk menutupi kekurangannya

yang berupa rendahnya laju absorpsi dan kapasitas absorpsinya. Tabel 5.6

berikut menunjukan perbandingan konstanta laju reaksi dari berbagai

jenis absorbent ketika bereaksi dengan CO2.

Tabel 5.6 Konstanta laju reaksi dari berbagai absorbent

Jenis Amine Konstanta Laju Reaksi (L/mol.s)


MEA 6000
DGA 4500
DEA 1300
18

DIPA 100
Piperazine (PZ) 59000
MMEA 7100

Dari tabel 7.3 bisa dilihat bahwa konstanta laju reaksi piperazine

jauh lebih tinggi dibanding jenis amine lainnya. Dengan kata lain

piperazine paling cepat bereaksi (sangat reaktif) dengan CO2, sehingga

laju absorpsi CO2 juga akan meningkat. Selain itu piperazine juga

memiliki kapasitas absorpsi CO2 yang tinggi yaitu sekitar 1,06 mol

CO2/mol amine. Hal ini dikarenakan PZ memiliki 2 gugus amine reaktif

(diamine) di setiap molekulnya. Oleh karena itu piperazine merupakan

senyawa yang cocok untuk ditambahkan ke MDEA untuk menutupi

kekurangannya. Dengan demikian aMDEA merupakan senyawa yang

sangat tepat untuk diaplikasikan di skala industri karena tidak begitu

korosif, energi untuk regenerasi rendah, memiliki laju dan kapasitas

absorpsi CO2 yang tinggi.

Untuk detail mekanisme reaksi aMDEA dengan CO2 bisa dilihat

melalui rangkaian reaksi berikut :


−¿¿

CO 2+ MDEA + H 2 O ⇌ MDEAH +¿+ HCO ¿


3
[Reaksi MDEA]
19

−¿¿

PZCOO−¿ ( P iperazine carbamate )+ H O ⇌ PZ+ HCO (2) [Reaksi PZ]


2 3 ¿

Dari mekanisme reaksi tersebut bisa dilihat bahwa absorpsi CO2

oleh aMDEA secara umum terjadi melalui 3 tahap reaksi. Reaksi pertama

merupakan reaksi antara MDEA dengan CO2, sedangkan reaksi PZ

dengan CO2 terdiri dari 2 tahap reaksi. Jadi dalam absorpsi CO2 di

amine contactor MDEA dan PZ bereaksi dengan CO2 secara tersendiri.

MDEA yang merupakan jenis tertiary amine akan bereaksi

dengan CO2 dan H2O tanpa membentuk carbamate terlebih dahulu,

melainkan akan langsung membentuk bicarbonate (seperti yang bisa

dilihat pada mekanisme reaksi MDEA). H+ yang ada di H2O akan

berpindah dan berikatan dengan MDEA karena MDEA bersifat basa

sehingga membentuk MDEAH+. Kemudian H2O yang telah kehilangan

1 atom H akan menjadi OH- dan bereaksi dengan CO2 yang terkandung

di dry gas membentuk bicarbonate (HCO3-). OH- bisa berikatan dengan

CO2 karena OH- bersifat basa sedangkan CO2 merupakan acid gas.

Lalu PZ yang merupakan cyclic diamine akan membentuk

piperazine carbamate dengan sangat cepat ketika bereaksi dengan CO2

(seperti yang bisa dilihat pada mekanisme reaksi 1 PZ). CO2 akan

berikatan dan menggantikan 1 atom H yang ada di piperazine sehingga

terbentuk piperazine carbamate. CO2 akan berikatan kuat dengan

piperazine karena CO2 merupakan acid gas dan piperazine tergolong

basa. Satu atom H yang lepas dari piperazine ini akan ditangkap oleh
20

piperazine yang lain sehingga terbentuklah protonated piperazine

(piperazine yang kelebihan 1 atom H).

Kemudian piperazine carbamate akan bereaksi kembali dengan

H2O (seperti yang bisa dilihat pada mekanisme reaksi 2 PZ). Piperazine

carbamate merupakan piperazine yang kekurangan 1 atom H karena

digantikan dengan ion COO-. Ketika bertemu dengan H2O maka 1 atom

H dari H2O akan lepas dan berikatan dengan piperazine carbamate

menggantikan ion COO- sehingga terbentuklah piperazine kembali.

Setelah itu ion COO- yang telah terlepas dari piperazine carbamate akan

bereaksi dengan OH- dan membentuk HCO3-.

Piperazine yang telah terbentuk kembali seperti pada mekanisme

reaksi 2 PZ ini akan aktif kembali dalam mencari CO2 untuk diikat atau

diabsorp seperti pada mekanisme reaksi 1 PZ. Mekanisme reaksi PZ ini

akan terus berulang sehingga penyerapan CO2 akan semakin cepat dan

banyak dibanding apabila hanya menggunakan MDEA sebagai

absorbent. Mekanisme reaksi PZ ini juga biasa disebut shuttle

mechanism. Jadi secara garis besar inilah alasan mengapa aMDEA jauh

lebih unggul bila dilihat dari segi mekanisme reaksi.

5.5 Variabel Proses

Dalam proses absorbsi pasti terdapat beberapa faktor yang akan

mempengaruhi berjalannya proses absorbsi, apakah proses tersebut

berjalan secara optimal atau tidak. Beberapa variabel tersebut dapat

diuraikan dalam tabel sebagai berikut:


21

1. Temperature

Pada kondisi operasi normalnya temperatur masukan dry gas

adalah sekitar 980F sedangkan temperatur masukan lean amine

adalah sekitar 1200F. Hal ini berfungsi untuk mencegah terjadinya

peristiwa kondensasi hidrokarbon. Misalkan apabila kondisi

temperatur masukan yang terjadi adalah sebaliknya maka ketika

terjadi kontak antara dry gas dengan lean amine, suhu dry gas

akan menurun karena adanya kalor yang berpindah dari dry gas ke

lean amine. Peristiwa kondensasi hidrokarbon di dalam amine

contactor sangat dihindari karena akan mempercepat terjadinya

peristiwa foaming (busa). Ketika terjadi peristiwa foaming maka

proses absorpsi menjadi tidak efisien. Busa akan menghambat

proses pengikatan CO2 oleh lean amine karena CO2 itu sendiri

justru terperangkap di dalam busa yang terbentuk.

Tabel 5.7 Data Suhu lean amine mempengaruhi kandungan CO2

Gas off to
Contactor
Gas to Suhu CO2
Gas to Pressure
Amine Feed Sirkulasi aMDEA Sweet (%)
Jam Contactor Contactor
Contactor Gas Lean Avg.
CO2 (%) (F)
(MMScfd) (°F) Amine Konsentra Temp.
Flow si SS (°F)
(BPD) (%Wt)
0 199 15,5 645 97,8 97125 40,51 122,6 3,87
2 195,2 15,2 642 96,2 97061   120,8 3,84
4 194,4 15,3 645 96,7 96392 WC (%Wt) 120,6 3,85
6 194,6 15,2 645 96,3 97073 58,99 125,3 4
22

8 198,6 15 643 97,2 97022   122,5 3,87


10 195,9 15 6456 99,7 96840   123 3,95
12 197 15,2 646 104,5 98448   127,1 4
14 195,5 15,4 643 107,1 98525   129,7 4,17
16 199,2 14,8 642 103,8 99029   129 4,09
18 202,8 14,7 644 102,1 98908   127,8 4,19
20 199,8 15 642 100,6 99043   126,7 4,21
22 198,9 15,3 642 99,7 99091   125,4 4,12

2. Sirkulasi aMDEA

Sirkulasi aMDEA pada Aminie Contactor sangatlah di jaga dan

dilengkapi oleh Flow indicator control. Sistem kontrol ini

berfungsi untuk mengatur laju alir volume masukan lean amine ke

amine contactor dengan actuator. Flow yang masuk di set pada

kondisi normal yaitu sekitar 97000 BPD. Dalam proses pemurnian

sour gas di Amine Contactor menggunakan absorben aMDEA

untuk menyerap kandungan CO2 oleh karena itu sirkulsi aMDEA

sangat berpengaruh dalam pemurnianian. Pada Tabel dibawah ini

akan menunjukan bahwa ketika jumlah larutan MDEA yang

disirkulasikan itu kecil maka proses penyerapan CO 2 tidak akan

berjalan maksimal. Dapat dilihat bahwa CO2 yang terkandung

dalam Sweet Gas mengalami kenaikan.

Tabel 5.8 Data Jumlah aMDEA yang di sirkulasikan

Gas off to
Contactor
Gas to Suhu CO2
Gas to Pressure
Amine Feed Sirkulasi aMDEA Sweet (%)
Jam Contactor Contactor
Contactor Gas Lean Avg.
CO2 (%) (F)
(MMScfd) (°F) Amine Konsentra Temp.
Flow si SS (°F)
(BPD) (%Wt)
23

0 199,7 15,3 647 99,1 98536 40,85 125,1 4,08


2 198,8 15,3 646 98,1 98478   124,2 4,02
4 201,6 15,1 644 97,5 98521 WC (%Wt) 123,3 3,8
6 202,3 15,1 645 96,6 98583 58,65 122,1 4,08
8 199,3 24,2 647 98 98402   123 3,74
10 196,2 16,9 645 102,8 98563   126,7 3,82
12 196,3 15 642 107,3 98564   130,5 3,71
14 198,1 15 647 107,5 98532   130,8 3,84
16 198,2 14,7 648 102,7 98375   130,2 3,91
18 199,4 14,7 647 102 98615   129,1 3,99
20 199,9 14,8 647 96,5 71878   126,2 5,4
22 200,3 14,8 643 97,7 97864   126,2 3,86

5.6 Kendala yang Terjadi

Kendala yang terjadi di Amine Contactor biasanya sering terjadi

foaming (buih) yang di sebabkan adanya partikel atau kotoran,

Hidrokarbon, logam berat dan chemical. Ketika terjadi peristiwa foaming

maka proses absorpsi menjadi tidak efisien. Busa akan menghambat

proses pengikatan CO2 oleh lean amine karena CO2 itu sendiri justru

terperangkap di dalam busa yang terbentuk. Selain itu foaming juga

menyebabkan pressure drop yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai