Anda di halaman 1dari 22

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum berjudul Absorpsi CO2 dengan Larutan NaOH yang disusun
oleh:
Kelompok : 6 / Kamis
Anggota : Hermawan NIM: 21030115120064
Vike Yuniasri NIM: 21030115120060
Wilda Asrofa NIM: 21030115120087
Telah disetujui oleh asisten pembimbing pengampu materi Absorpsi CO2 dengan
Larutan NaOH pada :
Hari :
Tanggal :

Semarang, November 2017


Mengetahui,
Asisten Pembimbing

Rinda Ameliya Firdhaus


NIM. 21030114120054

ii
RINGKASAN

Dalam industri, gas-gas pencemar seperti CO2 ataupun H2S harus diserap agar
tidak teremisi ke udara luar. Gas karbondioksida meskipun kurang begitu berbahaya
dapat menyebabkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global.
Tujuan dari percobaan yaitu mampu menjelaskan pengaruh konsentrasi NaOH
terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu, nilai KGa, nilai Kla dan
nilai konstanta reaksi (k2).
Absorpsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia di mana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Dalam percobaan ini
digunakan larutan NaOH sebagai cairan penyerap untuk mengabsorpsi gas CO2 dan
packing tower sebagai alat absorpsi dengan packing jenis rashig rings berdiameter 1
inch. Absorpsi terjadi melalui dua mekanisme yaitu absorpsi fisik dan absorpsi kimia.
Bahan yang digunakan yaitu kristal NaOH, gas CO2, udara, aquadest, HCl,
indikator PP dan MO. Variabel berubah pada percobaan ini yaitu konsentrasi NaOH
0,475; 0,375 N dan 0,275 N. Pertama, menentukan fraksi ruang kosong dalam kolom
absorpsi dengan mencari volume ruang kosong. Kemudian menentukan fraksi ruang
kosong dengan rumus Vvoid/Vt. Kedua, proses absorpsi dilakukan dengan
mengalirkan larutan NaOH 0,475 N ke dalam kolom dengan laju alir 3 ml/s dari
bagian atas serta mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom, lalu mengukur
beda ketinggian manometer 1 dan 2. Mengambil 10 mL sampel tiap 1 menit
dimasukkan dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator PP, dititrasi dengan HCl
sampai warna merah hampir hilang. Kemudian ditambah indikator MO, dititrasi
dengan HCl sampai warna merah. Mengulangi proses absorpsi untuk konsentrasi
NaOH 0,375 N dan NaOH 0,275 N.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh antara lain, semakin besar
konsentrasi NaOH maka absorbsi CO2 yang terserap semakin banyak. Sedangkan
pada Kga mengalami kenaikan dan penurunan karena besar konsentrasi yang berbeda
sehingga mempengaruhi kontak zat yang terjadi. Laju reaksi semakin kecil
dikarenakan kenaikan konsentrasi mempersingkat waktu tinggal sehingga
memperkecil laju reaksi.
Saran untuk praktikum ini menjaga valve untuk laju alir NaOH sesuai variabel
yang ditentukan agar tetap konstan, menjaga tekanan dari CO2 agar CO2 yang keluar
tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan, menjaga tekanan pada kompresor agar
raksa yang ada pada inverted manometer tidak keluar pada pipa pembuangan serta
larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakkan dengan CO2

iii
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum proses dengan judul
Absorpsi CO2 dengan Larutan NaOH ini. Laporan praktikum proses ini
merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh semua mahasiswa.
Dalam penyusunan laporan praktikum proses ini diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan tahapan-tahapan praktikum dengan laporan yang telah dibuat dan
disetujui.
Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bapak Dr. Siswo Sumardiono, M.T. selaku ketua departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
3. Asisten laboratorium proses departemen Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
4. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya praktikum ini.
Tak ada gading yang tak retak begitulah perumpamaan untuk laporan
ini. Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pelajaran bagi kami
kedepannya.

Semarang, November 2017

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................ iii
PRAKATA ................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Percobaan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Absorbsi ............................................................................................................. 3
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan .................................................................................................................. 4
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................... 7
3.1 Skema Rancangan Praktikum............................................................................. 7
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ........................................................................ 7
3.3 Variabel Operasi ................................................................................................ 8
3.4 Respon Uji Hasil ................................................................................................ 8
3.5 Prosedur Percobaan ............................................................................................ 8
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 10
4.1 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap ................... 10
4.2 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap Nilai Kga ............................................. 11
4.3 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase cair (kLa) ................................................................................................... 12
4.4 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap k2 (konstanta kecepatan reaksi) ......... 13
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan....................................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan ..................................................................... 10

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi di pabrik Ammonia............................. 3


Gambar 2.2 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH ................ 4
Gambar 3.1 Skema Rancangan Praktikum ........................................................... 7
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Utama ......................................................................7

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Data Percobaan ( Laporan sementara) . A-1


Lembar Perhitungan ..................................................................................................B-1
Data Pendukung ....C-1

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan bahan baku
yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena
itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau
heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson, 1996). Walaupun
terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan, namun
terdapat satu fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung.
Maka salah satu atau lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran
utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju aliran utama bahan
baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan
perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya
berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam
proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau
bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-
bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan
proses tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reaktor tangki
berpengaduk bersparger, kolom gelembung (bubble column) atau kolom yang
berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair
dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis yang masih bermanfaat dalam gas
buang atau bahkan pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan,
seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid dan lain-lain (Coulson, 1996). Absorpsi
gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi yang
disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH- membentuk ion
CO32- dan H2O. Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion
HCO3- biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan Sharma, 1972).
Namun, menurut Rehm et al. (1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti
reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan
hidrodinamika reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model
matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di
dalam sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi
kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan

1
mempertimbangkan kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi,
peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan analisis serta ketelitian.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
pada berbagai waktu reaksi?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase gas (kGa)?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase cair (kLa)?

4. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara


CO2 dan NaOH (k2)?

1.3 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
beberapa hal berikut:
1. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa
CO2fase gas (kGa).
3. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase cair (kLa).
4. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mengkaji pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
pada berbagai waktu reaksi.
2. Mengkaji pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase gas (kGa).
3. Mengkaji pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase cair (kLa).
4. Mengkaji pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara
CO2 dan NaOH (k2).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga
satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi dapat
terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan
gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh
proses ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonat.
Penyerapan gas oleh larutan penyerap terjadi karena adanya interaksi fisik.
Mekanisme proses absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu:
teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh
Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh
peristiwa ini adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan
sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan
gas CO2 pada pabrik amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Ammonia.

Proses absorpsi gas dengan fase cair dapat dilakukan dalam tangki
berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung (bubble
column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column) atau
piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan
pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.

3
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai
reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2
melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara
CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan
gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus
hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH.

Laju perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas:


= () (1)

Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :

= H. (2)

dengan H pada suhu 30oC = 2,88 x 10-5 g mole/cm3. atm.

Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil:


R A* DA k2 OH (3)

Keadaan batas:

(a)

DA k2 OH 1
kL

(b) DA k2 OH OH
DA dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara
kL z A* DB
CO2 dan [OH-], yaitu = 2.

4
Di fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa
tahapan proses :

NaOH(s) Na+(l) + OH-(l) (a)

CO2(g) CO2(l) (b)

CO2(l) + OH-(l) HCO3-(l) (c)

HCO3-(l)+ OH-(l) H2O(l) + CO32-(l) (d)

CO32-(l) + Na+(l) Na2CO3(l) (e)

Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses


absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan
NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain
atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar
dan Sharma, 1973).

Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :

.H . pg. D A .k 2 .OH (4)


Ra
.H . D A .k 2 .OH
1
k Ga

Jika nilai kL sangat besar, maka:


DA k2 OH 1 , sehingga persamaan di
kL

atas menjadi .H . pg. DA .k2 .OH k L2 (5)


Ra
.H . DA .k2 .OH k L2
1
kGa

Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam
larutan. Hal ini berakibat:

DA k2 OH OH
DA (6)
kL z A* DB
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan
mengikuti persamaan:
.H . pg. k L
Ra (7)
.H . k L
1
kGa

Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien


transfer massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak
disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):

OH D



1/ 2

1
B
DA k2 OH z A* DA

kL
OH DB
(8)
z A* DA

5
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah
2.1 x 10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).

Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
1, 4003 1/ 3
k . dp 2 CO2 .QCO2 CO2
R.T G 4,0777 (9)
DA CO . CO .DA
2 2

61 V
Dengan dan void
dp Vt
Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan:

k G

molCO2 , liq mol CO32 (10)
A Z .Plm A Z .Plm
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plmdapat didekati dengan p = pin-
pout. Sedangkan nilai kLa dapat dihitung secara empirik dengan persamaan
(Zheng dan and Xu, 1992)
0,5

0,3
kLa Q NaOH
0,2258 NaOH (11)
Da a Da

Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan
laju difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film
cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2
yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Adapun, tebal film (x) dapat
ditentukan persamaan:

D A pin p out
x
molCO32 R T
(12)

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Skema Rancangan Praktikum

Persiapan Bahan

Mengisi cairan hingga setinggi tumpukan packing, lalu


hitung volume cairan sebagai v void

Mengalirkan CO2 dan NaOH ke dalam reaktor

Ukur ketinggian Manometer

Titrasi 10 ml sampel tiap 1 menit

Hentikan sistem pada menit ke 10

Gambar 3.1. Skema Rancangan Praktikum


3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
1. Bahan yang digunakan
a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH) : 193,8 gram
b. Gas Karbondioksida (CO2) : 6,5 bar
c. Aquadest (H2O) : 17,18 Liter
d. Reagen larutan HCl 0,35 N berkadar 25% : 8,9 mL
e. Indikator PP dan MO : @3 tetes
2. Alat yang digunakan
Rangkaian alat praktikum absorpsi terlihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama

7
3.3 Variabel Operasi
a. Variabel Tetap
1. Tekanan : 6,5 bar
2. Suhu : 30oC
3. Konsentrasi HCl : 0,35 N
4. Laju alir NaOH : 3 mL/detik
b. Variabel Berubah
1. Konsentrasi NaOH : 0,475 N, 0,375 N dan 0,275 N
3.4 Respon Uji Hasil
Konsentrasi ion CO32- dalam larutan sampel dan CO2 yang terserap.
3.5 Prosedur Percobaan
1. Membuat larutan induk NaOH 0,475 N, 0,375 N dan 0,275 N sebanyak 10 liter.
Larutan NaOH dibuat dengan cara menimbang NaOH seberat 193,8 gram dan
dilarutkan dalam aquadest sebanyak 10 L, kemudian larutan NaOH ditampung
dalam tangki untuk diperasikan.
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi
Pertama, kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup. Setelah itu,
mengalirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi.
Selanjutnya, menghentikan aliran jika tinggi cairan di dalam kolom tepat
setinggi tumpukan packing. Mengeluarkan aliran di dalam kolom dengan
membuka kran di bawah kolom, cairan tersebut ditampung di dalam
erlenmeyer atau gelas ukur, kemudian kran ditutup jika cairan dalam kolom
tepat berada pada packing bagian paling bawah. Mencatat volume cairan
sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi = Vvoid. Menentukan
volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengukur diameter kolom (D) dan

tinggi tumpukan packing (H), VT D H . Kemudian menghitung fraksi


2

Vvoid
ruang kosong kolom absorbs
VT

3. Operasi absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH pada konsentrasi
0,275 N, 0,375N dan 0,475 N ke dalam kolom melalui bagian atas kolom
dengan laju alir 3 .mL/detik hingga keadaan mantap tercapai. Selanjutnya
mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom dan ukur beda ketinggian
cairan dalam manometer. Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan dari
dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion
karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.

8
4. Menganalisis sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam
erlenmeyer. Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel
dititrasi dengan larutan HCl 0,35 N sampai warna merah hamper hilang
(kebutuhan titran = a mL). Kemudian menambahkan 2-3 tetes indicator metil
jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna jingga berubah menjadi
merah (kebutuhan titran = b mL).

9
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap


Dari hasil percobaan yang kami lakukan diperoleh hasil percobaan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Konsentreasi kLa (m3/s) k2 (m3/mol.s)
kGa (. )
NaOH (N)
0.475 6,072 x 10-6 17,16 x 10-8 7,2663 x 10-3
0.375 3,25 x 10-6 8,1133 x 10-8 2,2159 x 10-3
0.275 3,97 x 10-6 4,5316 x 10-8 1,6122 x 10-3
Berdasarkan Tabel 4.1 jumlah CO2 yang terserap dari menit ke menit
cenderung mengalami penurunan di setiap variabel konsentrasi NaOH selama
proses absorpsi berlangsung, hasil tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :
0.0012
n CO2 Terserap (mol/s)

0.001

0.0008

0.0006 NaOH 0,475 N


NaOH 0,375 N
0.0004
NaOH 0,275
0.0002

0
0 2 4 6 8 10 12
t (menit)

Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap CO2 yang terserap tiap waktu.
Berdasarkan gambar 4.1, pada percobaan yang kami lakukan fenomena
yang terjadi pada mol CO2 yang terserap dari t = 0 menit sampai t = 10 menit
cenderung mengalami penurunan,. Berdasarkan teori, semakin tinggi
konsentrasi NaOH maka akan semakin besar juga kemampuan penyerapan gas
CO2. Hal ini disebabkan karena dengan naiknya konsentrasi NaOH maka akan
semakin banyak mol NaOH yang bereaksi dengan mol CO2 sehingga
kemampuan absorbsinya terhadap CO2 akan meningkat (Levenspiel, 1972).
Sedangkan pada percobaan yang kami lakukan pada awal reaksi dari t0 t10
jumlah CO2 yang terserap cenderung mengalami penurunan, namun seiring
berjalannya waktu reaksi jumlah CO2 yang terserap mengalami peningkatan
dan menuju pada suatu kondisi yang konstan, hal ini disebabkan aliran NaOH
berada pada keadaan kontinyu sehingga tidak ada akumulasi (penumpukan)

10
pada absorber. Sehingga reaksi yang terjadi konstan karena dalam kondisi
steady state dimana = 0 dimulai pada waktu (t) = 0 sehingga tidak ada
perubahan konsentrasi ca dan kadar CO2 yang terserap tidak dipengaruhi oleh
lamanya waktu absorbsi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah CO2 yang terserap
konstan dalam grafik. Sehingga dapat ditari kesimpulan bahwa jumlah CO2
yang terserap akkan konstan seiring berjalannya waktu. Hal ini disebabkan
karena reaksi berjalan secara kontinyu (Lutfia, 2010).

Dari hasil percobaan tersebut dapat dilihat bahwa semakin rendah


konsentrasi NaOH maka jumlah mol CO2 yang terserap juga semakin kecil.
Hal ini disebabkan karena kecepatan absorbsi CO2 merupakan fungsi
konsentrasi NaOH. Dalam larutan yang konsentrasinya tinggi, partikel NaOH
dalam larutan akan semakin banyak. Dengan jumlah molekul NaOH yang
banyak maka CO2 yang terserap juga semakin banyak.

Semakin tinggi larutan NaOH berarti dapat kita simpulkan bahwa


larutan tersebut semakin kental, penuh dengan partikel NaOH. Semakin penuh
dengan NaOH, berarti jarak antar molekul NaOH semakin rapat antara partikel
satu dengan partikel lainnya yang menyebabkan penyerapan CO2 ke NaOH
menjadi semakin mudah (Levenspiel, 1972).

4.2 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap Nilai Kga

7
KGa x 10E-6 (mol/m3Pa.s)

6
5
4
3
2
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Konsentrasi NaOH (N)

Gambar 4.2 Grafik Nilai Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Gas dengan
NaOH
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat semakin kecil konsentrasi
NaOH, maka semakin kecil pula mol CO2 yang terserap.pada konsentrasi NaOH
mol
0,275 N memiliki nilai Kga sebesar 3,97 x 10-6 ( ), pada konsentrasi NaOH
. 3
mol
0,375 N memiliki nilai Kga sebesar 3,25 x 10-6 (. 3 ) dan pada konsentrasi

11
NaOH 0,475 N memiliki nilai Kga yang paling tinggi yaitu sebesar 6,072 x 10-
6( mol
).
. 3

Dari grafik dilihat bahwa terjadi penurunan nilai konstanta K Ga pada


konsentrasi 0,375 N dan terjadi kenaikan nilai konstanta KGa pada konsentrasi
0,475 N. Penurunan KGa pada konsentrasi NaOH 0,375 N dikarenakan dengan
adanya kenaikan konsentrasi NaOH dari 0,275N ke 0,375 N yang menyebabkan
larutan menjadi semakin kental sehingga kemampuan difusi gas CO2 akan
berkurang. Tapi pada konsentrasi 0,475 N terjadi kenaikan nilai kGa, hal ini
dikarenakan persen berat dari reaktan penyerap (absorben) meningkat sehingga
kemampuan absorbsi menjadi lebih banyak (Levenspiel, 1972).
4.3 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase cair (kLa)

20
18
16
kLa(m3/s) x 10-8

14
12
10
8
6
4
2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Gambar 4.3 NilaiKonsentrasi
Tetapan NaOH
Perpindahan
(N) Massa C02

Berdasarkan grafik di atas, fenomena yang terjadi pada setiap variabel


adalah pada konsentrasi NaOH 0,275 N memiliki nilai kLa sebesar 4,5316 x 10-8
m3/s, pada konsentrasi NaOH 0,375 N memiliki nilai kLa sebesar 8,1133 x 10-8
m3/s, Dan pada konsentrasi NaOH 0,475 N memiliki nilai kLa sebesar 17,16x 10-8
m3/s.
Berdasarkan Grafik 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa semakin kecil
konsentrasi NaOH maka semakin kecil nilai tetapan perpindahan massa pada
fasa cair nya (kLa). Dalam proses absorbsi CO2 dengan menggunakan NaOH nilai
kLa meningkat dengan bertambahnya konsentrasi NaOH. Hal ini bisa terjadi
karena pada larutan NaOH yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, jumlah molekul
NaOH yang menjadi absroben juga semakin banyak. Sehingga kontak atau
tumbukan antara molekul cairan dari NaOH dengan molekul CO2 intensitasnya
akan semakin meningkat. Akibatnya semakin banyak perpindahan massa

12
antarmuka cairan-gas karena semakin banyak reaksi yang terjadi. Sehingga nilai
tetapan perpindahan massa cair (kLa) menjadi semakin besar (Widodo,2009).
4.4 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap k2 (konstanta kecepatan reaksi)

8.000
7.000
6.000
k2 (m3/mol.s)

5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Konsentrasi NaOH (N)

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Konstanta Kecepatan


Reaksi

Dari grafik di atas dapat dilihat fenomena yang terjadi pada setiap
variabel adalah pada konsentrasi NaOH 0,275 N memiliki nilai k2 sebesar 1,6122 x
10-3 m3/mol.s, pada konsentrasi NaOH 0,375 N memiliki nilai k2 sebesar 2,2159 x
10-3 m3/mol.s, pada konsentrasi NaOH 0,475 N memiliki nilai k2 sebesar 7,2663 x
10-3 m3/mol.s,
Berdasarkan gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa semakin besar
konsentrasi NaOH maka jumlah molekul NaOH dalam larutan semakin banyak,
dan semakin besar pula nilai k2 sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan antar
molekul akan lebih besar dan lebih reaktif karena jarak antar molekul yang
berdekatan.
Nilai k dipengaruhi dengan adanya A, A merupakan factor tumbukan
dari larutan NaOH. Jika ditinjau dari rumusnya k = A e Ea / RT , dari rumus
tersebut dapat dilihat jika nilai k berbanding lurus dengan nilai A, Sehingga
semakin tinggi nilai A(factor tumbukan) maka semakin tinggi pula nilai k yang
dihasilkan.
Peningkatan konsentrasi berarti jumlah partikel akan bertambah pada
volume yang sama, dan menyebabkan tumbukan antar partikel menjadi lebih
sering terjadi. Banyaknya tumbukan yang berhasil akan bertambah sehingga
konstanta laju reaksi akan meningkat. Pada percobaan kami, grafik hubungan
NaOH dan konstanta kecepatan reaksi memiliki trendline yang meningkat, yang
berarti semakin besar konsentrasi NaOH, maka semakin besar konstanta
kecepatan reaksinya (Levenspiel, 1972).

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Semakin besar konsentrasi NaOH, maka CO2 yang terserap semakin banyak.
2. Semakin besar konsentrasi NaOH, maka nilai KGA akan cenderung semakin
besar. Hal ini disebabkan karena kenaikan konsentrasi NaOH akan
meningkatkan koefisien perpindahan massa antar fasa gas cair.
3. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai konstanta laju reaksi juga akan
naik, hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi NaOH maka jumlah
molekul juga akan bertambah sehingga freskuensi tumbukan antar partikel
semakin tinggi dan nennyebabkan laju reaksi semakin besar.
4. Jumlah CO2 yang terserap terhadap waktu adalah konstan, karena reaksi bersifat
kontiyu.
5.2 Saran
1. Jaga valve untuk laju alir NaOH diatur sesuai variabel yang ditentukan agar
tetap konstan
2. Jaga tekanan dari CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan dan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Jaga tekanan pada kompresor agar raksa yang ada pada inverted manometer
tidak keluar pada pipa pembuangan
4. Larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakkan dengan CO2

14
DAFTAR PUSTAKA

Coulson. J. M.. & Richardson. J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1:


Fluid flow. heat transfer and mass transfer (5th ed.). London: Butterworth
Heinemann.
Danckwerts. P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York: McGraw-
Hill Book Company. Inc.
Danckwerts. P. V.. & Kennedy. B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. 32. S49S52.
Franks. R. G. E. (1967). Mathematical modeling in chemical engineering. New York:
John Wiley and Sons. Inc.
Juvekar. V. A.. & Sharma. M. (1972). Absorption of CO. in suspension of lime.
Chemical Engineering Science. 28. 825837.
Kumoro. & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda
Api dalam Ungun Tetap. 24(2). 186195.
Levenspiel. O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering
Science (2nd ed.. Vol. 19). New York: John Wiley and Sons. Inc.
http://doi.org/10.1016/0009-2509(64)85017-X
Lutfia. 2010. Absorbsi Gas CO2 Dengan NaOH, Laporan Resmi Praktikum Unit
Proses, IV, 12-13.
Rehm. T. R.. Moll. A. J.. & Babb. A. L. (1963). Unsteady State Absorption of
Carbon Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute
of Chemical Engineers Journal. 9(5). 760765.
Widodo, L. Urip. 2009. Koefisien Perpindahan Massa Natrium Benzoat Dengan Air
Dalam Kolom Isian. Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur. Diakses
pada tanggal 12 Mei 2017
Zheng. Y. and Xu. X. (1992). Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass
transfer characteristics in catalyst bed within the column. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. (Part A) 70. 459464.

15

Anda mungkin juga menyukai