PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Membuat algoritma dan simulasi pembuatan syngas dari methanol dengan
menggunakan program Scilab 5.5.2.
2. Merancang volume reaktor pada proses pembuatan syngas dari methanol dengan
menggunakan program Scilab 5.5.2.
3. Membuat profil hubungan suhu dan konversi pada proses pembuatan syngas dari
methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
4. Membuat profil hubungan volume reaktor dan konversi pada proses pembuatan
syngas dari methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
1.4. Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat algoritma dan simulasi pembuatan syngas dari
methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
2. Mahasiswa mampu merancang volume reaktor pada proses pembuatan syngas dari
methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2..
3. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan suhu dan konversi pada proses
pembuatan syngas dari methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2..
4. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan volume reaktor dan konversi pada
proses pembuatan syngas dari methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Tiga jenis reaktor berdasarkan proses: (a) reaktor BR, (b)
reaktor PFR, (c) reaktor CSTR
Jenis reaktor berdasarkan bentuknya yaitu reaktor tangki dan reaktor pipa
Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga
komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat dipakai
untuk proses batch, semi batch, dan proses alir.
Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa.
Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir didalam
pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
Gambar 2.2 Jenis reaktor berdasarkan bentuknya : (a) reaktor tangki, (b) reaktor pipa
Gambar 2.3 Jenis reaktor berdasarkan kondisi operasi : (a) reaktor isotermal, (b)
reaktor adiabatis, (c) reaktor non-adiabatis
V V X Af dX A
= = =
FA0 V0 FA0 CA0 X Ai -rA
Atau
V X Af dX A
=V = CA0
X Ai -rA
0
Pada reaksi pertama, methanol terdekomposisi menjadi dimetil eter dan air. Lalu
pada reaksi kedua, dimetil eter dan air bereaksi membentuk Syn Gas. Reaktor yang
digunakan untuk proses tersebut adalah reaktor alir pipa (Plug Flow Reactor). Reaksi
tersebut merupakan reaksi monomolekuler dan merupakan reaksi seri. Reaksi sintesis
methanol berlangsung pada temperatur 270-370oC, tekanan 16 atm dan keseluruhan
reaksi berada dalam fase gas. Laju alir reaktan yang digunakan sebesar 10 mol/sekon
dengan suhu 370oC dengan konsentrasi awal sebesar 100 mol / dm3. Konversi
maksimum dari proses ini adalah sebesar 78%.
Reaksi dapat balik (reversible) atau searah (irreversible) dapat ditentukan secara
termodinamika yaitu berdasarkan persamaan vant Hoff:
(G 0 / RT ) H 0
dT RT 2
dengan:
G0 RT ln K
sehingga:
ln K H 0
dT RT 2
(Smith Van Ness, 2001)
Jika Ho merupakan entalpi standar (panas reaksi) dan dapat diasumsikan konstan
terhadap temperatur, persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:
ln (K/K1) = -[ (Ho/R) (1/T-1/T1) ]
Perhitungan Konstanta Kesetimbangan
Untuk reaksi pertama:
Gof CH3OH(g) = -162,5 kJ/mol
Gof CH3OCH3(g) = -112,9 kJ/mol
Gof H2O(g) = -228,572 kJ/mol
Gof total = ((0,5x-112,9 + 0,5x-228,572) (-162,5)) kJ/mol
= -8,236 kJ/mol
K standar pada 298,15 K:
Go = -RT ln K
K = e(G/-RT)
= e (-8236/-8,314x298,15)
= 27,73
Reaksi ini berlangsung pada suhu 370oC (643,15 K), maka nilai K dicari dengan:
ln (K/K1) = - [(Ho/R)(1/T-1/T1)]
ln (1/K1) = - [(-710859/8,314)(1/298,15-1/643,15)]
ln (1/ K1) = 6,42 x 1066
K1 = 4,32 x 10-66
Harga K1 yang tidak jauh lebih kecil dari 1 mengindikasikan bahwa reaksi
pertama ini bersifat dua arah (reversible).
Untuk reaksi kedua:
Gof CH3OCH3(g) = -112,9 kJ/mol
Gof H2O(g) = -228,572 kJ/mol
Gof CO(g) = -437,2 kJ/mol
Gof H2(g) = 0 kJ/mol
Gof reaksi = ((-437,2 + 0) - (0,5x-112,9 + 0,5x-228,572)) kJ/mol
= -302,464 kJ/mol
K standar pada 298,15 K:
K = e (G/-RT)
= e (302464/-8,314x298,15)
= 1,02 x 10-57
Reaksi ini berlangsung pada suhu 370oC (643,15 K), maka nilai K dicari dengan:
ln (K/K1) = - [(Ho/R)(1/T-1/T1)]
ln (1/K1) = - [(-102400/8,314)(1/298,15-1/643,15)]
1,02x10-53/K1 = exp(-22,16)
K1 = 4,28 x 10-44
Harga K yang lebih kecil dari 1 mengindikasikan bahwa reaksi kedua ini bersifat
dua arah (reversibel).
2.2.3. Tinjauan Kinetika
Tinjauan kinetika didasarkan pada persamaan Arrhenius menyatakan hubungan
antara temperatur dengan konstanta laju reaksi. Dari persamaan Arrhenius, konstanta
laju reaksi dapat dinyatakan sebagai :
Ea
( )
k Ae RT
k1
1 1
CH3OH(g) CH3OCH3(g) + 2 H2O(g)
k2 2
k3
1 1
CH3OCH3(g) + 2 H2O(g) CO(g) + 2H2(g)
2 k4
Dari tinjauan kinetika reaksi, terdapat dua buah reaksi reversibel dengan harga masing
masing konstanta laju reaksi adalah sebagai berikut.
5,383 x104
( )
k1 5, 089 x10 e 5 RT
8,032 x104
( )
k2 6,578 x10 e 5 RT
5,40 x104
( )
k3 4, 0 x10 e 5 RT
4,583 x104
( )
k4 5,176 x10 e 5 RT