Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teknik kimia berhubungan erat dengan perancangan reaktor. Reaktor kimia adalah
suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini
tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu
reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil
produk dibandingkan masukan (input) yang besar dengan biaya yang minimum,
baik itu biaya modal maupun operasi (Anggita, 2014).
Dalam perancangan reaktor harus menentukan ukuran reaktor, tipe reaktor
dan metode operasi paling tepat untuk menghasilkan kinerja reaktor terbaik. Selain
itu juga dibutuhkan bentuk matematis yang dapat mendiskripsikan reaksi yang
terjadi didalam reaktor. Namun banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
reaktor, seperti temperatur dan komposisi fluida yang sangat bervariasi, ada tidaknya
penambahan atau penghilangan panas pada sistem, dan pola aliran fluida. Perlakuan
paling tepat pada faktor -faktor tersebut merupakan masalah utama dalam
perancangan reaktor (Levenspiel, 1999). Temperatur dan komposisi fluida yang
bereaksi perubahannya sangat bervariasi dari titik ke titik dalam reaktor, tergantung pada
sifat reaksi yaitu endotermis atau eksotermis, ada tidaknya penambahan atau
penghilangan panas pada sistem, dan pola aliran fluida dalam bejana.
Program Scilab ini mempermudah pengguna untuk melakukan komputasi pada
cakupan luas operasi-operasi matematika dari operasi yang relatif sederhana seperti
perkalian hingga kepada operasi tingkat tinggi seperti korelasi dan aritmetika kompleks.
Serta mempermudah dalam analisis statistika, perbaikan gambar, simulasi dinamika
fluida, dan lain-lain. Tidak hanya itu, Scilab juga dapat digunakan untuk permodelan,
pembentukan algoritma, pembuatan prototype dan rekayasa (Syahputra, 2015).
Proses produksi syn gas dari methanol berlangsung secara eksothermis, non
adiabatis, reversible, monomolekuler, dan seri. Dan proses ini berlangsung pada plug
flow reaktor. Di dalam reaktor ini; komposisi, suhu dan tekanan diseluruh penampang
reaktor selalu sama. Perbedaan komposisi, suhu dan tekanan hanya terjadi di sepanjang
dinding reaktor (Nima, 2011). Syngas atau gas sintesis sendiri merupakan campuran
bahan bakar gas yang komponen utamanya berupa hidrogen, karbon monoksida dan
sering juga berupa karbon dioksida. Syngas dapat diproduksi dari berbagai macam
sumber seperti gas alam, batubara dan hampir semua bahan baku hidrokarbon melalui
reaksi dengan uap atau oksigen. Dinamakan gas sintesis karena penggunaanya sebagai
perantara dalam pembentukan synthetic natural gas dan pembuatan amoniak atau
methanol. Syngas biasanya adalah produk hasil gasifikasi dan banyak digunakan pada
sistem pembangkit listrik.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam perancangan reaktor melibatkan berbagai persamaan rumit seperti neraca
massa, neraca panas, kinetika reaksi, termodinamika reaksi kimia, laju reaksi dan
perhitungan lainnya. Untuk menyelesaikan persamaan-persamaan tersebut, diperlukan
suatu aplikasi. Oleh sebab itu dalam memudahkan penyelesaian perhitungan
perancangan reaktor digunakan aplikasi Scilab 5.5.2. Scilab 5.5.2 adalah aplikasi
komputasi, pemograman, dan visualisasi dalam suatu lingkungan yang mudah
digunakan, karena permasalahan serta penyelesaian dinyatakan dalam notasi matematika
yang memudahkan kita dalam menggunakan aplikasi Scilab 5.5.2. Hal ini
memungkinkan untuk menyelesaikan masalah perhitungan, khususnya yang melibatkan
matriks dan vektor dengan waktu yang lebih cepat dan efisien dalam perhitungan
perancangan reaktor.
Pada proses pembuatan syngas dari methanol dengan menggunakan plug flow
reaktor secara non adiabatis dibutuhkan berbagai perhitungan yang kompleks meliputi
perhitungan neraca massa, neraca panas, kinetika, laju reaksi, stoikiometri, profil
konversi terhadap temperatur, dan kombinasi lainnya. Reaksi ini berlangsung secara
eksothermis, Untuk memperoleh nilai konsentrasi reaktan dan produk serta konversi dari
simulasi produksi syngas dengan plug flow reactor diperlukan penyelesaian dengan
memanfaatkan program Scilab.

1.3. Tujuan
1. Membuat algoritma dan simulasi pembuatan syngas dari methanol dengan
menggunakan program Scilab 5.5.2.
2. Merancang volume reaktor pada proses pembuatan syngas dari methanol dengan
menggunakan program Scilab 5.5.2.
3. Membuat profil hubungan suhu dan konversi pada proses pembuatan syngas dari
methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
4. Membuat profil hubungan volume reaktor dan konversi pada proses pembuatan
syngas dari methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.

1.4. Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat algoritma dan simulasi pembuatan syngas dari
methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
2. Mahasiswa mampu merancang volume reaktor pada proses pembuatan syngas dari
methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2..
3. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan suhu dan konversi pada proses
pembuatan syngas dari methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2..
4. Mahasiswa mampu membuat profil hubungan volume reaktor dan konversi pada
proses pembuatan syngas dari methanol dengan menggunakan program Scilab 5.5.2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Reaktor Kimia
Reaktor kimia adalah suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia.
Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di
teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja
reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang besar
dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi. Tentu saja faktor
keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya termasuk
besarnya energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan baku, upah operator,
dll. Perubahan energi dalam suatu reaktor kimia bisa karena adanya suatu pemanasan
atau pendinginan, penambahan atau pengurangan tekanan, gaya gesekan (pengaduk
dan cairan), dll (Nima, 2011). Beberapa parameter yang memengaruhi rancangan
reaktor:
Waktu tinggal
Volum (V)
Temperatur (T)
Tekanan (P)
Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3, ,Cn)
Koefisien perpindahan panas (h, U), dll
(Nima, 2011)

2.1.2. Jenis Reaktor


Ada berbagai jenis reaktor, berdasarkan prosesnya, reaktor yang dibagi
menjadi 4 jenis reactor, yaitu reaktor Batch Reactor (BR), Plug Flow Reactor
(PFR), dan Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR).
Batch Reactor (BR)
Dalam BR, bahan baku atau reaktan dimasukkan semua pada awal
proses dalam container, kemudian dicampur dengan merata, dan dibiarkan
bereaksi pada jangka waktu tertentu. Setelah reaksi selesai, produk
dikeluarkan. Proses yang terjadi merupakan proses unsteady state atau tidak
tetap dimana komposisi berubah bergantung waktu, akan tetapi komposisi
saat berada dalam reactor tetap konstan (Levensiel, 1999).
Kelebihan penggunaan reaktor batch adalah harga instrumentasi
rendah, penggunaannya fleksibel karena dapat dihentikan dengan mudah dn
cepat, penggunaan yang multifungsi, dapat digunakan untuk reaksi yang
menggunakan campuran kuat dan beracun, dan mudah dibersihkan.
Sedangkan kekurangannya adalah biaya handling tinggi, waktu shutdown
besar, pengendalian kualitas produk yang susah, dan skala produksi yang
kecil (Coulson dan Richardson, 1983).
Semi Batch Reactor
Dalam Semi Batch Reactor, bahan baku atau reaktan dimasukkan
semua pada awal proses dalam container, kemudian dicampur dengan merata,
dan dibiarkan bereaksi pada jangka waktu tertentu, selanjutnya dikeluarkan
pada waktu tertentu secara berkala sebagian produknya.
Karena kelebihannya yang merupakan reaktor yang mengkombinasikan
proses batch dan kontinyu, maka reaktor ini digunakan untuk meningkatkan
selektivitas reaksi fase cair. Kekurangannya yakni penggunaannya yang
terbatas (Nulansa, 2011).
Plug Flow Reactor (PFR)
Salah satu contoh jenis reactor alir steady ideal biasanya sering disebut
plug flow, slug flow, piston flow, ideal tubular, dan unmixed flow reaktor.
Secara umum, jenis reactor inidisebut PFR. Reaktor jenis ini ditandai dengan
adanya aliran fluida di dalam reactor tanpa adanya pencampuran dengan
pengadukan atau difusi dari satu senyawa dengan senyawa lain. Kondisi
yang perlu diperhatikan dalam PFR adalah waktu tinggal senyawa
didalamnya (Levensiel, 1999).
Keuntungan penggunaan PFR adalah tingkat perubahannnya besar
dalam setiap volumenya, bekerja dalam periode waktu yang cukup lama tanpa
tenaga kerja sehingga upah produksi rendak, perpindahan kalornya baik, dan
operasinya berlangsung terus-menerus. Sedangkan kerugiannya adalah sulit
mengontrol temperaturnya, temperatur tinggi yang tidak diinginkan dapat
terjadi, dan proses pemberhentiaan dan pembersihannnya mahal (Thamrin,
2013).
Continous Stirred Tank Reactor (CSTR)
Mixed reaktor, backmixed reactor atau CSTR sesuai dengan namanya,
dalam reactor ini terdapat pengadukan yang mencampur dan membuat
campurannya homogen. Oleh karena itu produk yang keluar dari reactor ini
memiliki komposisi yang sama dengan fluida yang berada dalam reaktor.
Kelebihan CSTR adalah operasinya yang kontinyu sehingga
memungkinkan produksi dalam jumlah besar, pengontrolan temperatur
mudah dilakukan, mudah untuk menjalankan dua fase, biaya operasi murah,
dan mudah dibersihkan. Kelemahannya adalah konversi per unit volume
rendah, agitasi yang kecil dapat menyebabkan by-passing dan channeling,
waktu tinggal dalam reaktor sangat terbatas karena ditentukan oleh laju alir
feed yang masuk dan keluar, dapat timbul endapan didasar akibat gaya
sentrifugal, dan tidak efisien untuk reaksi bertekanan tinggi (Murni, 2012).

Gambar 2.1 Tiga jenis reaktor berdasarkan proses: (a) reaktor BR, (b)
reaktor PFR, (c) reaktor CSTR

Jenis reaktor berdasarkan bentuknya yaitu reaktor tangki dan reaktor pipa
Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga
komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat dipakai
untuk proses batch, semi batch, dan proses alir.
Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa.
Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir didalam
pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
Gambar 2.2 Jenis reaktor berdasarkan bentuknya : (a) reaktor tangki, (b) reaktor pipa

Berdasarkan keadaan operasinya, reaktor dibagi menjadi 3, yaitu isotermal, adiabatis,


nonadiabatis.
Reaktor Isotermal
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.
Reaktor adiabatis
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor dan
sekelilingnya. Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi
dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik dan rA besar
sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
Reaktor Non-Adiabatis
Dikatakan reaktor Non-Adiabatis apabila terdapat perpindahan panas
antara reaktor dengan sekelilingnya.

Gambar 2.3 Jenis reaktor berdasarkan kondisi operasi : (a) reaktor isotermal, (b)
reaktor adiabatis, (c) reaktor non-adiabatis

2.1.3. Kondisi Operasi


Berdasarkan kondisi operasinya, reaksi dapat dibedakan menjadi:
Reaksi Adiabatis
Dalam fisika, proses adiabatik adalah sistem yang tidak melakukan pertukaran
panas dengan lingkungannya. Ini berarti ketika sistem melakukan usaha baik itu
gerakan atau kerja mekanik idealnya tidak menjadikan lingkungan sekitarnya
hangat atau dingin. Untuk sistem yang melibatkan gas, proses adiabatik biasanya
membutuhkan perubahan tekanan untuk menggeser suhu tanpa mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Dalam atmosfer bumi, massa udara akan menjalani ekspansi
adiabatik dan mendingin, atau mereka akan mengalami kompresi adiabatik, dan
memanas. Insinyur telah merancang berbagai mesin dengan proses yang setidaknya
sebagian adiabatik.
Dalam proses adiabatik, perubahan suhu akan terjadi hanya karena usaha yang
dilakukan, tapi bukan karena kehilangan panas terhadap lingkungannya. Udara
dingin meningkat tanpa kehilangan panas ke massa udara disekitarnya. Ketika
tekanan pada gas berkurang maka system akan mengembang, dan hukum
termodinamika menganggap ekspansi menjadi usaha. Ketika massa udara
mengembang dan melakukan kerja, tidak kehilangan panas ke massa udara lain yang
mungkin memiliki suhu yang sangat berbeda, dan dengan demikian mengalami
proses adiabatik (Sutarji, 2008).
Reaksi Non Adiabatis
Berbeda dengan proses adiabatis, pada proses non adiabatis terdapat panas
yang masuk dari pemanas atau keluar ke pendingin. Suatu reaktor dikatakan non
adiabatis apabila terdapat perpindahan panas antara reaktor dengan sekelilingnya
(Zihana, 2014).
Reaktor Isothermal
Reaktor isothermal adalah reaktor proses yang terjadi pada keadaan suhu yang
tidak berubah selama berlangsungnya proses tersebut. Umumnya berkaitan dengan
perubahan fasa. Semisal pencairan dan penguapan. Pada perubahan isothermal suhu
dipertahankan agar konstan (tetap). Hal ini dilakukan dengan menempatkan silinder
yang dihubungkandengan sumber air pada suhu yang diinginkan. Silinder
mempunyai dinding yang tipis yang terbuat dari bahan yang dapat menghantarkan
panas, misalnya tembaga, sehingga panas dengan mudah mengalir secara bolak-
balik antara sumber air dan gas. Sumber air cukup besar dengan suhu yang tidak
dapat dipengaruhi oleh jumlah perubahan panas dan gas. Selama ekspansi
isothermal, panas mengalir ke gas untuk menjaga suhu agar konstan, suhu gas
menurun jika panas terhalangi untuk mengalir ke gas selama ekspansi terjadi (Mia,
2016).
2.1.4. Panas Reaksi
Berdasarkan perubahan panas atau suhu yang mengikutinya, suatu reaksi dapat
dibedakan menjadi:
Reaksi Eksothermis
Reaksi eksothermis merupakan reaksi yang membebaskan kalor dari sistem
ke lingkungan. Ciri-ciri reaksi eksotermis adalah biasanya suhu sistem lebih besar
dari suhu lingkungan, kalor berpindah dari sistem ke lingkungan, disertai
kenaikan suhu, dan biasanya menghasilkan gas contohnya gas CO2 dan H2
(Kurnia, 2008).
Reaksi Endothermis
Rekasi endothermis merupakan reaksi yang memerlukan kalor dari lingkungan
ke system. Ciri-ciri reaksi ekdotermis adalah suhu sistem lebih kecil dari suhu
lingkungan, kalor berpindah dari lingkungan ke system, dan disertai dengan
penurunan suhu (Kurnia, 2008).

2.1.5. Jenis Reaksi


Berdasarkan jenisnya, reaksi dapat dibedakan menjadi:
Reaksi paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan
yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula.

Gambar 2.4 Skema Reaksi Paralel (Harsanti, 2015)


Reaksi seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk produk antara
yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk lain yang stabil.

Gambar 2.5. Skema Reaksi Seri (Harsanti, 2015)


2.1.6. Arah Reaksi
Berdasarkan arah reaksi, reaksi dapat dibedakan menjadi:
Reaksi irreversibel (satu arah)
Pada peristiwa reaksi satu arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi
kembali membentuk zat pereaksi. Ciri-ciri reaksi satu arah adalah reaksi ditulis
dengan satu anak panah (), reaksi berlangsung satu arah dari kiri ke kanan, zat
hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula, reaksi baru berhenti
salah satu atau semua reaktan habis. Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan harga
K (konstanta keseimbangan reaksi), jika K > 1 maka reaksi irreversible.
Reaksi reversible
Reaksi reversible adalah reaksi yang terjadi dua arah dimana zat hasil
pereaksi dapat bereaksi kembali menjadi zat pereaksi. Sedangkan reaksi
irreversible adalah reaksi yang berjalan satu arah dimana zat hasil reaksi tidak
dapat bereaksi kembali menjadi zat pereaksi (Sulistyaningrum, 2010). Hal ini juga
dapat ditunjukkan dengan harga K (konstanta keseimbangan reaksi), jika K< 1
maka reaksi reversible.

2.1.7. Jenis Proses


Menurut kemolekurannya, reaksi dibagi menjadi reaksi monomolekular dan
bimolekular.
Reaksi monomolekuler
Reaksi monomolekular tediri dari satu molekul saja, sedangkan reaksi
bimolekular terdiri dari dua jenis molekul (Kholisoh, 2011). Reaksi unimolekular
meliputi satu molekul pereaksi dan salah satunya isomerisasi.
AB
Atau dekomposisi
AB + C (Willi, 2008)
Reaksi bimolekuler
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi yang
sama atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah molekul produk.
Mereka adalah reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi)
A + B AB
2A A2
Atau reaksi pertukaran
A + BC + D
2A C + D (Willi, 2008)

2.1.8. Konversi Reaksi


Pada reaktor plug flow, untuk menurunkan rumus, maka dibuat material balance
untuk komponen A pada suatu elemen differensial volume dv.
Input = output + hilang karena reaksi + akumulasi
Input A, mole/waktu = FA
Output A, mole/waktu = FA + dFA
Kehilangan A karena reaksi mole/waktu = (-rA)dV
Substitusi ke material balance:
FA = FA = dFA + (-rA) dV
-dFA = (-rA) dV
-d (FA0 (1 XA)) = (-rA) dV
FA0 dXA = (-rA) dV
V dV X A dX A
0 FA0
=
0 -rA

V V X Af dX A
= = =
FA0 V0 FA0 CA0 X Ai -rA

Atau
V X Af dX A
=V = CA0
X Ai -rA
0

dimana: XAi = konversi mula-mula


XAf = konversi akhir
Jika rumus-rumus diatas diubah dalam bentuk konsentrasi, maka:
CA0 - CA CA
CA = CA0 = CA0 XA XA = = 1-
CA0 CA0
dCA
dXA = -
CA0
substitusikan ke rumus-rumus diatas, maka didapat :
V CA CA dCA
= = = 1- =
FA0 CA0 CA0 CA0 -rA
V X dX A CA dCA
= V = X Af -rA
=
CA0 -rA
0 Ai

Untuk mencari hubungan temperatur terhadap konversi digunakan persamaan


sebagai berikut :
()+( )[ ()]+( )[ ()] 0
=
0 ( +1 1 )

dT Ua(Ta T ) (rA )[H RXA (T )] (rB )[H RXB (T )]



dX rA (C p X1Cp1 )

2.2. Studi Kasus


2.2.1. Analisa Kasus
Reaksi utama untuk proses produksi Syn Gas dari Methanol yaitu:
1 1
CH3OH(g) 2 CH3OCH3(g) + 2 H2O(g)
1 1
CH3OCH3(g) + 2 H2O(g) CO(g) + 2H2(g)
2

Pada reaksi pertama, methanol terdekomposisi menjadi dimetil eter dan air. Lalu
pada reaksi kedua, dimetil eter dan air bereaksi membentuk Syn Gas. Reaktor yang
digunakan untuk proses tersebut adalah reaktor alir pipa (Plug Flow Reactor). Reaksi
tersebut merupakan reaksi monomolekuler dan merupakan reaksi seri. Reaksi sintesis
methanol berlangsung pada temperatur 270-370oC, tekanan 16 atm dan keseluruhan
reaksi berada dalam fase gas. Laju alir reaktan yang digunakan sebesar 10 mol/sekon
dengan suhu 370oC dengan konsentrasi awal sebesar 100 mol / dm3. Konversi
maksimum dari proses ini adalah sebesar 78%.

2.2.2. Tinjauan Termodinamika


Tinjauan termodinamika dilakukan untuk menentukan panas reaksi dan arah
reaksi berdasarkan data perubahan entalpi dan energi Gibbs. Sehingga didapatkan nilai
konstanta kesetimbangan reaksi yang berkorelasi dengan arah reaksi. Berikut tinjauan
termodinamika dari reaksi pembentukan syn gas dari methanol.
Perubahan entalpi pembentukan (Hof reaksi) dari suatu reaksi adalah sebagai berikut:
Hof reaksi = Hof produk - Hof reaktan
Jika Hof reaksi berharga negatif maka reaksi akan bersifat eksotermis, sebaliknya
jika berharga positif reaksi akan bersifat endotermis.
Untuk reaksi pertama:
Hof CH3OH(g) = 497,9 kJ/mol
Hof CH3OCH3(g) = -184,1 kJ/mol
Hof H2O(g) = -241,818 kJ/mol
Hof Reaksi = ((0,5x-184,1 + 0,5x-241,818) (497,9)) kJ/mol
= -710,859 kJ/mol

Untuk reaksi kedua:

Hof CH3OCH3(g) = -184,1 kJ/mol


Hof H2O(g) = -241,818 kJ/mol
Hof CO(g) = -110,525 kJ/mol
Hof H2(g) = 0 kJ/mol
Hof reaksi = ((-110,525 + 0) - (0,5x-184,1 + 0,5x-241,818)) kJ/mol
= 102,4 kJ/mol
(Yaws, 2003)
Dari perhitungan Hof reaksi di atas maka dapat disimpulkan bahwa reaksi bersifat
eksotermis pertama dan reaksi kedua bersifat endotermis.

Reaksi dapat balik (reversible) atau searah (irreversible) dapat ditentukan secara
termodinamika yaitu berdasarkan persamaan vant Hoff:
(G 0 / RT ) H 0

dT RT 2
dengan:
G0 RT ln K
sehingga:
ln K H 0

dT RT 2
(Smith Van Ness, 2001)
Jika Ho merupakan entalpi standar (panas reaksi) dan dapat diasumsikan konstan
terhadap temperatur, persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:
ln (K/K1) = -[ (Ho/R) (1/T-1/T1) ]
Perhitungan Konstanta Kesetimbangan
Untuk reaksi pertama:
Gof CH3OH(g) = -162,5 kJ/mol
Gof CH3OCH3(g) = -112,9 kJ/mol
Gof H2O(g) = -228,572 kJ/mol
Gof total = ((0,5x-112,9 + 0,5x-228,572) (-162,5)) kJ/mol
= -8,236 kJ/mol
K standar pada 298,15 K:
Go = -RT ln K
K = e(G/-RT)
= e (-8236/-8,314x298,15)
= 27,73
Reaksi ini berlangsung pada suhu 370oC (643,15 K), maka nilai K dicari dengan:
ln (K/K1) = - [(Ho/R)(1/T-1/T1)]
ln (1/K1) = - [(-710859/8,314)(1/298,15-1/643,15)]
ln (1/ K1) = 6,42 x 1066
K1 = 4,32 x 10-66
Harga K1 yang tidak jauh lebih kecil dari 1 mengindikasikan bahwa reaksi
pertama ini bersifat dua arah (reversible).
Untuk reaksi kedua:
Gof CH3OCH3(g) = -112,9 kJ/mol
Gof H2O(g) = -228,572 kJ/mol
Gof CO(g) = -437,2 kJ/mol
Gof H2(g) = 0 kJ/mol
Gof reaksi = ((-437,2 + 0) - (0,5x-112,9 + 0,5x-228,572)) kJ/mol
= -302,464 kJ/mol
K standar pada 298,15 K:
K = e (G/-RT)
= e (302464/-8,314x298,15)
= 1,02 x 10-57
Reaksi ini berlangsung pada suhu 370oC (643,15 K), maka nilai K dicari dengan:
ln (K/K1) = - [(Ho/R)(1/T-1/T1)]
ln (1/K1) = - [(-102400/8,314)(1/298,15-1/643,15)]
1,02x10-53/K1 = exp(-22,16)
K1 = 4,28 x 10-44
Harga K yang lebih kecil dari 1 mengindikasikan bahwa reaksi kedua ini bersifat
dua arah (reversibel).
2.2.3. Tinjauan Kinetika
Tinjauan kinetika didasarkan pada persamaan Arrhenius menyatakan hubungan
antara temperatur dengan konstanta laju reaksi. Dari persamaan Arrhenius, konstanta
laju reaksi dapat dinyatakan sebagai :
Ea
( )
k Ae RT

Dimana: A = faktor frekuensi untuk reaksi


R = konstanta gas universal
T = suhu
K = koefisien laju reaksi
EA = energi aktivasi (kJ/mol)
Dua buah reaksi pembentukan syn gas dari methanol adalah sebagai berikut.

k1
1 1
CH3OH(g) CH3OCH3(g) + 2 H2O(g)
k2 2

k3
1 1
CH3OCH3(g) + 2 H2O(g) CO(g) + 2H2(g)
2 k4

Dari tinjauan kinetika reaksi, terdapat dua buah reaksi reversibel dengan harga masing
masing konstanta laju reaksi adalah sebagai berikut.
5,383 x104
( )
k1 5, 089 x10 e 5 RT

8,032 x104
( )
k2 6,578 x10 e 5 RT

5,40 x104
( )
k3 4, 0 x10 e 5 RT

4,583 x104
( )
k4 5,176 x10 e 5 RT

Sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan profil kecepatan


reaksi pada berbagai variasi temperatur.

Anda mungkin juga menyukai