Anda di halaman 1dari 29

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PILOT PLANT
REAKTOR ALIR PIPA

DISUSUN OLEH :
NAMA/NIM

JENJANG
KELAS
KELOMPOK

: 1. Mira Homsatun

(13 614 011)

2. Atika Asmudiyati

(13 614 033)

3. Siti Fitriya

(13 614 034)

4. Charles Tandialla

(13 614 032)

: D-3
: VI-B
: IV (EMPAT)

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal .......................... 2016


Mengesahkan dan Menyetujui
Dosen Pembimbing

Muh. Irwan, ST., MT


NIP. 19740310 200212 1 010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan pengendali reaksi antara CH3COOC2H5 dan NaOH
2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi (k) dan orde reaksi (n) NaOH 0,05 M dan
CH3COOC2H5 0,05 M pada Reaktor Alir Pipa
3. Menghitung konversi dan reaksi
4. Menyusun neraca massa Reaktor Alir Pipa

1.2 Dasar Teori


1.2.1

Reaktor Kimia
Reaktor kimia adalah suatu alat tempat terjadinya reaksi kimia atau reaksi suatu
bahan mentah menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Reaktor dapat didefinisikan
sebagai tempat berlangsungnya suatu proses atau reaksi kimia. Bahan-bahan yang
diperlukan dimasukkan kedalam reaktor, kemudian dicampur, dipanaskan,
didinginkan, ditekan, disuling dan lain-lannya agar menghasilkan reaksi kimia yang
diinginkan. Tempat atau bejana ini harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga
mampu menahan tekanan sewaktu dihampakan, mampu menahan tekanan tinggi
maupun temperature rendah atau tinggi.
Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari
di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi
kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input)
yang lebih besar dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi.
Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi
biasanya termasuk bearnya energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan
baku, upah operator, dll. Perubahan energi didalam suatu reaktor kimia bisa karena

adanya suatu pemanasan atau pendinginan, penambahan atau pengurangan tekanan,


gaya gesekan (pengaduk dan cairan), dll.
Untuk merancang reaktor diperlukan bekal pengetahuan tentang pengaruh
variabel-variabel konsentrasi, suhu, tekanan, kecepatan aliran umpan pada persamaan
kecepatan reaksi. Sumber data yang diperlukan pada perancangan sebuah reaktor
dapat diperoleh dengan jalan melakukan percobaan pada reaktor kecil di laboratorium
(Tim Laboratorium, 2016).
a. Dilihat dari segi Operasi, Reaktor dapat dibedakan atas:
1. Operasi reaksi secara Diskontinyu, disebut juga operasi Bertahap atau operasi
Batch.
2. Operasi reaksi Kontinyu atau Sinambung
3. Operasi reaksi Semikontinyu
b. Tujuan pemilihan Reaktor adalah :
1. Mendapat keuntungan yang besar
2. Biaya produksi rendah
3. Modal kecil/volume Reaktor minimum
4. Operasinya sederhana dan murah
5. Keselamatan kerja terjamin
6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya (Irfani,
2011).
c. Pemilihan jenis Reaktor dipengaruhi oleh :
1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan Reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk
perpindahan panas. ( Irfani, 2011)
d. Disamping melakukan pemilihan Reaktor yang tepat, adapun hal-hal yang
diperhatikan dalam perancangan Reaktor yaitu:
1. Bahan mentah, fase, konsentrasi, dan sifat fisis dari zat pereaksi.

2. Kapasitas produksi optimum


3. Katalis
4. Kondisi operasi (temperatur, tekanan, pengadukan dan lain-lain)
5. Proses (batch, kontinyu, dan semikontinyu)
6. Tipe Reaktor
7. Ukuran Reaktor
8. Transfer energi dalam Reaktor
9. Perlu Recyle (pengambilan produk untuk meningkatkan konsentrasi)

1.2.2

Jenis-Jenis Reaktor
Berikut adalah beberapa jenis-jensi reaktor :
a. Berdasarkan bentuknya
1. Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga
komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat dipakai
untuk proses Batch, semi Batch, dan proses alir. ( Irfani, 2011).
2. Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa.
Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir didalam
pipa dengan arah sejajar sumbu pipa (Irfani, 2011).
b. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch
Reaktor Batch adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu
reaksi yang berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang
berpasangan dengan persamaan kesetimbangan dan stokiometri. Reaktor batch
ini biasanya untuk produksi berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan
padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch distillation, kristalisasi,
ekstraksi cair-cair, polimerisasi, fermentasi dan farmasi.
Beberapa ketetapan penggunaan Reaktor Batch yaitu selama reaksi
berlangsung tidak terjadi perubahan temperatur dan pengadukkan dilakukan

dengan sempurna, konsentrasi disemua titik dalam Reaktor adalah sama atau
homogen pada waktu yang sama. (Krismitro dkk, 2011).
Menurut Irfani (2011) Reaktor batch memiliki keuntungan dan kerugian
yaitu:
a. Keuntungan Reaktor Batch:
- Lebih murah dibanding reaktor alir
- Lebih mudah pengoperasiannya
- Lebih mudah dikontrol
b.

Kerugian Reaktor Batch:


- Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada
lubang pengaduk)
- Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reaktor,
waktu reaksi)

2. Reaktor Alir (Continous Flow)


Ada 2 jenis :
i. RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)
a. Keuntungan
- Suhu dan komposisi campuran dalam reaktor sama
- Volume reaktor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi
lebih lama bereaksi di reaktor.
b. Kerugian
- Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi.
- Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP
- Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan
RATB lebih besar dari RAP.
ii. RAP (Reaktor Alir Pipa)

Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan
kecepatan yang sama diseluruh penampang pipa.
a. Keuntungan
- Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi
yang sama
b. Kerugian
- Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
- Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
- Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi Hot Spot (bagian yang
suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding reaktor (Irfani, 2011).
iii. Reaktor semi Batch
Biasanya berbentuk tangki berpengaduk, cara pengoprasiannya dengan
memasukkan sebagian zat pereaksi kedalam Reaktor dan sisanya dimasukkan
secara kontinyu kedalam Reaktor, sedang hasilnya dapat dikeluarkan secara
kontinyu maupun secara Batch hingga diperoleh konversi yang diinginkan
(Irfani, 2011).
Adapun proses yang terjadi pada Reaktor adalah sebagai berikut:
i. Proses Batch
Pada proses ini semua bahan-bahan yang diperlukan untuk reaksi di
masukkan dan dicampur dalam reaktor. Campuran berada selama waktu
reaksi didalam reaktor. Selain itu seluruh massa reaksi yang terjadi dari
produk reaksi yang terbentuk, bahan baku reaksi, bahan pelarut, katalisator,
dan produk samping dikeluarkan dari reaktor dan diolah.
ii. Proses Kontinyu
Pada reaktor Kontinyu proses operasi berlangsung kontunyu.
Komponen-komponen sama dengan komponen yang lainnya dimasukkan
secara kontinyu kedalam reaktor. Pada proses kontinyu baik produk
maupun umpan yang masuk dan yang keluar dialirkan secara kontinyu dan

kondisi operasi seperti tekanan, temperatur, laju alir, dan pengisian dalam
reaktor harus dipertahankan tetap/konstan.
iii. Proses Semikontinyu
Pada reaksi kimia banyak digunakan reaktor yang mempunyai baik
proses bacth atau kontinyu. Operasi kontinyu terjadi apabila suatu reaksi
terdapat bagian yang mempunyai berat jenis berbeda dimana berat seluruh
bagian yang lebih ringan ditambah (kembali dikeluarkan) secara kontinyu.

c. Berdasarkan keadaan operasi


1. Reaktor isotermal.
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor, aliran
yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.
2. Reaktor adiabatis.
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor dan
sekelilingnya. Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi
dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik dan rA
besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis
Dalam reaktor ini terjadi pemasukkan dan pengeluaran panas sehingga
terjadi perpindahan panas.

1.2.3

Reaktor Alir Pipa


Reaktor alir pipa merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan mengalir dengan
cara melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi pembentukan arus
putar pada aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya hampir sama dengan pipa
dan

relatif

cukup

mudah

dalam

perancangannya.

Reaktor

ini

biasanya dilengkapi dengan selaput membran untuk menambah yield produk pada
reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga

keseimbangan

dalam reaktor secara kontinyu bergeser membentuk lebih banyak produk.

Gambar 1.1 Reaktor alir Pipa

Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator. Seperti sebagian
besar reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator secara
signifikan pada suhu layak (standar). Dalam RAP, satu atau lebih reaktan dipompakan
ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang digunakan pada reaktor ini adalah
reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga semakin panjang
pipa maka konversi yield akan semakin tinggi. Namun tidak mudah untuk menaikkan
konversi karena di dalam RAP konversi terjadi secara gradien. Pada awalnya
kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu atau
pipa bertambah panjang maka jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi
berlangsung lebih lambat dan akan semakin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya,
untuk mencapai konversi 100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
Beberapa hal penting dalam reaktor alir pipa adalah:
1. Perhitungan dalam model RAP mengasumsikan tidak terjadi pencampuran
(mixing) dan reaktan bergerak secara aksial bukan radial.
2. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan dimana
katalisator ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi penghematan.
3. Umumnya RAP memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan reaktor
alir tangki berpengaduk (RATB) dalam volume yang sama. Artinya, dengan waktu
tinggal yang sama reaktor alir pipa memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan RATB.

Di dalam reaktor alir pipa, fluida mengalir dengan perlakuan yang sama sehingga
waktu tinggal () sama untuk semua elemen fluida. Fluida sejenis yang mengalir
melalui reaktor ideal ini disebut dengan plug. Saat plug mengalir sepanjang reaktor
alir pipa, fluida bercampur sempurna dalam arah radial bukan dalam arah axial (dari
arah depan atau belakang). Setiap plug dengan volume berbeda dinyatakan sebagai
kesatuan yang terpisah-pisah (hampir seperti batch reaktor) dimana plug mengalir
turun melalui pipa reaktor ini.
Reaktor alir pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor aliran
turbular. Reaktor-reaktor tersebut memiliki persamaan diferensial biasa, dimana
pemecahan

persamaan

tersebut

dapat

diselesaikan

jika

boundary

condition diketahui.Model reaktor alir pipa digunakan untuk berbagi jenis fluida,
seperti: cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran turbulen dan difusi aksial
menyebabkan pencampuran arah axial pada berbagai reaktor namun pada reaktor alir
pipa kondisi ini memiliki efek yang kecil dan diabaikan. Pada kasus model reaktor
alir pipa yang paling sederhana, beberapa asumsi pokok harus dibuat untuk
menyederhanakan masalah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua asumsi ini
perlu, namun pemindahan asumsi ini menambah kerumitan masalah.
Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda (multiple reaction)
serta reaksi yang melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitias fluida. Walaupun
kerumitan ini diabaikan, namun selalu relevan dalam proses industri. Adapun asumsi
yang digunakan pada model reaktor ini sebagai berikut:
1. Aliran plug (plug flow)
2. Keadaan steady state
3. Densitas fluida konstan (untuk cairan dan juga berlaku untuk gas yang tidak
mengalami penurunan tekanan, perubahan mol dan perubahan temperatur).
4. Diameter pipa konstan
5. Reaksi tunggal (single reaction)
6. Zat mengalir di dalam pipa dengan distribusi kecepatan datar

7. Kecepatan pengadukan ke arah radial berlangsung sangat cepat sehingga pada


setiap penampang pipa R, T, P dan komposisi fluida selalu uniform (seragam), dan
perbedaan terjadi di sepanjang pipa R
8. Setiap partikel fluida yg mengalir mempunyai waktu tinggal sama
9. Fluida dalam fasa gas berlangsung pada tekanan tetap dan fluida dalam fasa cair
berlangsung pada volume dan tekanan tetap
Dalam aplikasinya, reaktor alir pipa digunakan pada reaksi:
a. Reaksi skala besar
b. Reaksi cepat
c. Reaksi homogen atau heterogen
d. Reaksi kontinu
e. Reaksi pada temperatur tinggi

1.2.4

Neraca Massa Reaktor Alir Pipa


Input output disappearance = Accumulation

Input A, (mol/waktu) = FA
Ouput A, (mol/waktu) = FA + d FA
Jumlah mol A yang hilang setelah bereaksi = (-rA)dV

=(
Dimasukan ke persamaan, maka diperoleh persamaan,

) x d VA

FA = (FA + d FA) + -rA dV


d FA = d[(FAo (1- XA)] = FAo.d XA
FAo d XA = (-rA).dV
FAo (kecepatan umpan) yang masuk adalah konstan, sedangkan rA akan bergantung
pada konsentrasi dan konversi. Jika dimasukan ke persamaan didapatkan,


=
FAO

Dengan demikian persamaan menjadi:

Atau

= 0


=
=

Pada umumnya pernyataan untuk Flug Flow Reaktor, seandainya feed atau umpan
adalah dasar, subscript 0, masuk ke reaktor di konversi sebagian, subscript i, dan
kemudian konversi ditunjukan dengan subscript f, maka persamaannya menjadi,


=
=
0
0.

Persamaan ditunjukan dengan menghubungkannya dengan konsentrasi,

= 0



=
=

1.2.5

NaOH (Natrium Hidroksida)


Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari
oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk

larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai
macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah

basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida
murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap
karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas

ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH
dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan

noda kuning pada kain dan kertas. Sifat fisik Natrium hidroksida (NaOH) :
- Berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun
larutan jenuh 50%.
- Bersifat lembab cair
- Secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas.
- Sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.
- Larut dalam etanol dan metanol
- Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya
- Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.
- NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air
- Densitas NaOH adalah 2,1
- Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
(Anonim, 2013)

1.2.6

Etil Asetat (CH3COOC2H5)


Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3COOC2H5. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak
berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et
mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar
sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang
bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor,
oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih
tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam. (Anonim, 2013)
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol
dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai katalis
asam seperti asam sulfat.
CH3CH2OH + CH3COOH CH3COOCH2CH3 + H2O
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan
kimia. Karena itu, rasio hasil dari reaksi di atas menjadi rendah jika air yang terbentuk
tidak dipisahkan. Di laboratorium, produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan
dari air dengan menggunakan aparatus Dean-Stark.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam
asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat
hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.
Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan basa kuat dengan
proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol
dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol:
CH3COOC2H5 + NaOH C2H5OH + CH3COONa

1.2.7 Hubungan Konversi Terhadap Waktu Pada Reaksi Dengan Kecepatan Tertentu
Persamaan hubungan konversi atau konsentrasi suatu bahan dalam reaktor dengan
waktu reaksi dapat dinyatakan berdasarkan neraca massa dalam reaktor yang
digunakan. Misalkan suatu larutan A dengan konsentrasi CA0 gmol/L dalam reaktor
batch dengan volume larutan V L bereaksi membentuk B dengan persamaan reaksi
A B, reaksi merupakan reaksi order 1 dengan kecepatan reaksi rA= kCA, maka dapat
dibuat persamaan hubungan konversi dengan waktu menggunakan neraca massa pada
reaktor batch :

Kecepatan
bahan masuk

kecepatan

= Kecepatan

bahan keluar

0 0 kC AV

bahan bereaksi +

dC AV
dt

akumulasi

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .(1.20)

apabila volume larutan dianggap konstan maka :

0 0 kC AV
0 0 kC A
CA

CA0

VdCA
. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .(1.21)
dt
dC A
dt

t
dC A
kdt
CA
0

ln

. . . . . . . . . . . . . (1.22)

CA
kt
C A0

CA
e kt
C A0
Jadi persamaan hubungan konsentrasi A dengan waktu :

C A C A0 e kt . . . . . . . . . .

. . .. . . . . .(1.23)

Dengan persaman ini dapat diketahui konsentrasi A (CA) pada setiap saat. Atau bisa
dinyatakan hubungan antara konversi dengan waktu :

CA0 (1 X A ) CA0e kt . . . . . . . . . . . . (1.24)


X A 1 e kt . . . . . . . . .. . . . . . . . .

. .. . (1.25)

Konversi juga dapat ditentukan dengan persamaan :


=

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.26)

1.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga k


Persamaan Arhenius :
. . . . . . . . . . . . (1.30)
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan partikel sehingga akan menaikan
energi aktifasi,jika energi aktivasi naik, maka kecepatan reaksi juga naik
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi reaksi untuk
berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan berjaan semakin
cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya mengadakan reaksi
dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan senyawa yang
lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju reaksi.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :
a. Satu set reaktor tangki alir pipa (RAP)
b. Gelas Kimia 1000 ml
c. Gelas Ukur 10 ml
d. Labu Ukur 50 ml
e. Pipet ukur 10 ml
f. Botol Semprot
g. Bulp

2.1.2 Bahan yang digunakan :


a. NaOH 0,05 M
b. CH3COOC2H5 0,05 M
c. Aquadest

2.2 ProsedurKerja
2.2.1 Kalibrasi Pompa
a. Memasukkan bahan ke dalam reactor NaOH dan CH3COOC2H5
b. Menghidupkan pompa I (NaOH)
c. Mengatur skala pompa pada skala 200
d. Menampung air keluaran tangki pada gelas ukur 25 ml sebanyak 25 ml
e. Mencatat waktu dari awal umpan keluar sampai volume 25 ml
f. Melakukan hal yang sama untuk skala pompa 400, 600, 800 dan 10000
g. Membuat grafik debit (Q) sumbu Y dan speed pompa X. Dibuat dalam satu grafik
pompa I dan pompa II
h. Mengulang hal yang sama untuk kalibrasi pompa CH3COOC2H5

2.2.2 Membuat Larutan Campuran dan Mengukur Konduktivitas Larutan Campuran


antara NaOH dan CH3COOC2H5 dengan Konsentrasi dan Volume yang Sama.
a. Mencampur 10 ml larutan NaOH 0.005 M dan 10 ml CH3COOC2H5 0.005 lalu
mengukur konduktivitasnya.
b. Melakukan hal yang sama untuk konsentrasi 0.01 M, 0.015 M, 0.02 M. 0.025 M.

2.2.3 Mengoperasikan Reaktor Alir Pipa


a. Menyambungkan kabel-kabel peralatan ke stop kontak.
b. Menghidupkan reactor dengan menekan tombol ON.
c. Memasukan Conductivity meter kedalam reaktor sampai tercelup kedalam larutan.
d. Memasukkan larutan NaOH (0,05 M) dan larutan CH3COOC2H5 (0,05 M) kedalam
tangki reactor sebanyak bagian.
e. Mengatur skala pompa masing-masing sehingga memiliki laju alir volumetric yang
sama.
f. Menampung bahan yang keluar dari reactor dengan menggunakan teko 2000 ml.
g. Mencatat perubahan konduktivitas dari produk setiap 5 menit.
h. Jika nilai konduktivitas dari produk sudah konstan 3x berturut-turut, maka proses
dianggap sudah dalam keadaan steady state dan proses untuk variasi pertama sudah
selesai.
i. Melakukan hal yang sama untuk skala 400, 600 dan 800

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1 Data Laju Alir Pompa NaOH dan CH3COOC2H5
Volume
(ml)

25

Skala
Pompa
200
400
600
800
1000

Pompa I (NaOH)
t (detik)
Q (ml/detik)
142
0.176
48.5
0.515
28.6
0.874
22.2
1.126
15.2
1.645

Pompa II (CH3COOC2H5)
t (detik)
Q (ml/detik)
283
0.088
112
0.223
33.3
0.751
23.1
1.082
17.2
1.453

Persamaan garis linear pompa NaOH


Y = 0.0017745 x - 0.1975
Persamaan garis linear pompa CH2COOC2H5
Y = 0.0017945 x 0.3573
Tabel 3.2 Hasil Kalibrasi Pompa NaOH dan CH3COOC2H5
Pompa I (NaOH)
Skala
Q(ml/detik)
200
0.176
400
0.515
600
0.874
800
1.126
1000
1.645

Pompa II (CH3COOC2H5)
Skala
Q (ml/detik)
297
0.176
486
0.515
686
0.874
827
1.126
1116
1.645

Tabel 3.3 Konduktivitas Larutan Campuran NaOH dan CH3COOC2H5


Konsentrasi (mol/L)

Volume
(ml)

0,025
0,02
0,015
0,01
0,005

Konduktivitas
Campuran NaOH dan
CH3COOC2H5
(50:50) (mS)
5,20
3,56
2,80
1,88
1,08

20

Tabel 3.4 Konduktivitas Larutan Campuran NaOH dan CH2COOC2H5 Dalam


Reaktor Alir Pipa
Skala

Waktu (menit)

200

5
10
15
20
25
30
35
40
45
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
5

400

600

Konduktivitas
PCT
(mS)
6.07
5.61
4.57
4.35
3.80
3.55
3.43
3.41
3.41
4.13
3.62
4.37
4.72
5.7
5.0
3.98
3.96
3.97
3.96
4.23

Konduktivitas
Pembacaan Alat
(mS)
5.75
5.20
4.28
3.89
3.36
3.24
3.11
3.11
3.11
3.61
3.26
3.61
4.11
5.15
4.54
3.66
3.46
3.46
3.46
3.64

10
15
20
25
30
5
10
15
20
25
30
35
40
45

800

4.17
4.17
4.17
4.18
4.36
4.63
4.65
4.65
4.67
4.67
4.68
4.68
4.66
4.65

3.59
3.58
3.46
3.46
3.46
3.86
3.98
4.01
4.07
4.12
4.20
4.07
4.07
4.07

3.2 Data Perhitungan


Tabel 3.5 Perhitungan nilai , CA0, CA, Xa
Skala NaOH

(detik)

CA0 (M)

CA (M)

Xa

200

1115,0568

0,025

0,0160

0,3600

400

381,0680

0,025

0,0178

0,2880

600

224,5423

0,025

0,0178

0,2880

800

174,2895

0,025

0,0209

0,1640

Tabel 3. 6 Perhitungan Nilai F NaOH, V/F, -rA, log -rA, log CA


Skala

F NaOH

V/F

-rA

(mol/s)

(Ls/mol)

(mol/Ls)

200

8.80E-06

4.46E+07

2.50E-09

400

2.56E-05

1.52E+07

8.00E-09

600

4.37E-05

8.98E+06

5.00E-09

800

5.63E-05

6.97E+06

6.02E-09

Log rA

Log
CA

-8.60206

-1.79588

-8.09691

-1.74958

-8.30103

-1.74958

-8.22040

-1.67985

3.3 Pembahasan Hasil


Pada praktikum kali ini yaitu Reaktor Alir Pipa bertujuan untuk menentukan konstanta
kecepatan reaksi dan orde reaksi NaOH 0,05 M dan CH3COOC2H5 0,05 M pada Reaktor Alir
Pipa serta mengetahui pengaruh laju alir terhadap perolehan konversi. Pada praktikum ini
terjadi reaksi sebagai berikut :
NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
Pada reaksi tersebut, NaOH bertindak sebagai reaktan pembatas dikarenakan NaOH
merupakan senyawa dengan jenis basa kuat sedangkan CH3COOC2H5 merupakan senyawa
jenis ester. Sehingga NaOH akan terlebih dahulu habis bereaksi. Pada praktikum ini
diperoleh data konsentrasi larutan campuran antara NaOH dengan CH3COOC2H5 dan
konduktivitas larutan campuran. Dari data-data yang diperoleh tersebut, di dapat kurva
standar dengan persamaan garis linear y = 198.4x 0.072.
Dari persamaan tersebut dapat diperoleh konsentrasi NaOH mula-mula (Ca) untuk
setiap skala pompa NaOH dengan memasukkan variabel y sebagai konduktivitas dan variabel
x sebagai konsentrasi. Kemudian dari konsentrasi (Ca) tersebut diperoleh nilai konversi dari
masing-masing skala pompa NaOH dan kemudian dibuat kembali grafik antara Konversi
(Xa) melawan V/F yang telah diperoleh sebelumnya untuk mendapatkan rA.
Selanjutnya dibuat grafik antara log Ra melawan log Ca dan diperoleh persamaan y
= 2.3617x - 3.3151. Dari persamaan tersebut kemudian diperoleh nilai konstanta kecepatan
2

reaksi 4,8406x10-42 dan orde reaksi yang bernilai = 2,3617 2. Hal ini sesuai
dengan teori dimana reksi penyabunan etil asetat memiliki orde reaksi 2. Pada orde reaksi
dua, kenaikan laju reaksi akan sebanding dengan kenaikan konsentrasi pereaksi pangkat dua.
Bila konsentrasi pereaksi dianikkan dua kali maka laju reaksinya akan naik menjadi empat
kali dari semula (Anonim, 2013).
Konstanta kecepatan reaksi bergantung pada komposisi dan temperatur campuran
reaksi, sedangkan tetapan konstanta kecepatan reaksi hanya bergantung pada temperatur dan
tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi maupun produk (Atkins, 1999). Konstanta
kecepatan reaksi ini bersifat tetap, dia hanya akan berubah apabila terdapat perubahan
temperatur (Labuza, 1982). Hal inilah yang menyebabkan nilai konstanta kecepatan reaksi

yang didapatkan pada praktikum ini cukup rendah karena pada saat praktikum berlangsung
tidak menggunakan penambahan temperatur hanya menggunakan temperatur ruangan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa reaksi antara NaOH dengan CH3COOC2H5 dalam
praktikum ini adalah steady state.
Dalam praktikum ini juga diperoleh nilai konversi dimana semakin cepat laju alir
maka nilai konversi semakin kecil dan waktu tinggal semakin besar. Karena waktu tinggal
didefinisikan sebagai ratio volume reaktor terhadap kecepatan aliran yang dinyatakan dalam
volume per satuan waktu.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Orde reaksi pada praktikum ini adalah 2,3617 2 dengan konstanta kecepatan

reaksi adalah 4,8406x10-4 .


5. Semakin besar laju alir, nilai konversi semakin kecil dan semakin besar waktu
tinggal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Natrium Hidroksida. http://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 31 Maret


2016.
Anonim. 2013. Kecepatan Reaksi. http://azzastudy.blogspot.com/2013/04/kecepatanreaksi.html. Diakses pada tanggal 18 April 2016.
Anonim. 2013. Etil Asetat. http://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 31 Maret 2016
Anonim. 2013. Modul TRK. http://elista.akprind.ac.id diakses pada tanggal 3 April 2016
Cairns,D. 1997. Intisari Kimia Farmasi. Buku Kedokteran EGC; Jakarta.
Irfani. 2011. Reaktor. achmadirfani.files.wordpress.com/2007/11/reaktor.doc . Diakses pada
tanggal 5 April 2016
Keenan.C, Kleinfelter.D, Wood,J. 1984. Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam. Erlangga;
Jakarta.
Krismitro, dkk. 2011. Batch Reaktor. http://muthiaelma.zoomshare.com/files/. Diakses pada
tanggal 5 April 2016
Marpaung,N. 2011. Laju-Reaksi. http://pesona97.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal
5 April 2016.
Naunnapinky S. 2012. Laju Reaksi https://rianasantrianah.wordpress.com/2012 /06/06/lajureaksi-la/. Diakses pada tanggal 7 April 2016
Syafangah,I dan Fatimah,S. 2013. Penentuan Tetapan Laju Reaksi Penyabuan Etil Asetat
http://4301411020.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Lab. Kimia
Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang. Diakses pada tanggal 18 April 2016
Tim penyusun, 2016, Penuntun Praktikum Laboratorium Pilot Plant Politeknik Negeri
Samarinda; Samarinda

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

*contoh perhitungan pada skala 400


1. Menghitung waktu tinggal ()
Volume reactor = r2 L
= 3,14 x (0,25 cm)2 x 2000 cm
= 392,5 cm3
Qtotal = QNaOH + QCH3COOC2H5
= 0,515 ml/s + 0,515 ml/s
= 1,03 ml/s
=

Vreaktor

392,5

= 1,03 ml/s
= 381,0680 s
2. Menghitung konsentrasi NaOH mula-mula (CA0)

CA0 =
x CA0 f

0,515 /
1,03 /

x 0,05 M

= 0,025 M
3. Menghitung NaOh akhir/sisa (CA)
Persamaan garis grafik hubungan konduktivitas vs konsentrasi (CA) adalah
y = 198,4x 0,072, R2 = 0.9754
Dimana y = konduktivitas
x = konsentrasi (CA)
Untuk skala 400, Y= 3,46
CA =

3,46+0,072
198,4

= 0,0178 M
4. Menghitung NaOH yang terkonversi XA
XA =

0
0

0,0250,0178
0,025

= 0,2880
5. Menghitung FNaOH
FNaOH = CA0 f x QNaOH
= 0,05 mol/L x 0,515 mL/s x 1 L/1000 mL
= 2,58 x 10-5 mol/s
6. Menghitung V/F

0,3925

= 2,58 105 / = 15.200.000 L.s/mol

7. Menghitung rA
Cari grafik hubungan konversi vs V/F diperoleh x untuk skala 400

x = 2 1
2 1

0.290.25

= 2000000015000000
= 8x10-9
8. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dari orde reaksi Grafik hubungan log rA vs
log CA.
y = 2,3617x 3,3151 R = 0,4055
Slope = orde reaksi (n)
= 2,3617
3
Intersep = log k
Log k = - 3,3151
k = anti log
2

k = 4,8406x10-42 .

Kurva Larutan Campuran NaOH dan CH3COOC2H5 (50:50)


6,00

y = 198,4x - 0,072
R = 0,9754

Konduktivitas (mS)

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00
0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

0,03

Konsentrasi Larutan Campuran NaOH dan CH3COOC2H5 (50:50) (M)

Gambar 1. Kurva Konsentrasi Larutan Campuran NaOH dan CH3COOC2H5 (50:50)


(M) Vs Konduktivitas (mS)

Log Ca Vs Log -rA


-1,8

-1,78

-1,76

-1,74

-1,72

-1,7

-1,68

-8
-1,66
-8,1

-8,2

-8,3
y = 2.3617x - 3.3151
R = 0.8955

-8,4

-8,5

-8,6

-8,7

log Ca

Gambar 2. Kurva Log Ca Vs Log -rA

log -rA

-1,82

Anda mungkin juga menyukai