Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PERANCANGAN REAKTOR

Dalam Bab sebelumnya kita banyak membahas kinetika reaksi


kimia khususnya reaksi homogen dengan mempelajari mekanisme dan
seberapa cepat suatu reaksi berlangsung, biasanya dinyatakan dengan
model kecepatan reaksinya.
Dalam perancangan reaktor kita akan memilih tipe dan ukuran
reaktor serta bagaimana operasi reaktor tersebut untuk mendapatkan
hasil yang baik.
Secara garis besar operasi atau tipe reaktor untuk menjalankan
reaksi homogen ini dibagi menjadi : reaktor batch, reaktor alir steady
state dan semi batch. Reaktor-reaktor tersebut dapat digambarkan
dengan Gambar 4.1 berikut :

A
B
a. Reaktor Batch b.Reaktor Alir Steady State c.Reaktor Semi Batch
Gambar 4.1 Tipe Reaktor untuk Reaksi Homogen

Reaktor semi batch seperti gambar 4.1 c beroperasi tidak seratus


persen steady state, akan tetapi ada bagian lain yang bekerja secara
unsteady. Didalam pembahasan tentang kinerja reaktor pada Bab ini
akan ditekankan pada perencanaan reaktor tipe batch dan reaktor alir tipe
steady state, dimana tipe reaktor ini dibagi lagi menjadi reaktor alir tipe
pipa atau tipe piston atau lebih familiar disebut sebagai reaktor plug flow.

85
Sedangkan tipe yang lain disebut reaktor alir tangki perpengaduk atau
tipe mixed flow. Secara simbolik kedua reaktor alir stedy state tersebut
dapat digambarkan sebagai Gambar 4. 2 berikut :

a. Reaktor Plug Flow b. Reaktor Mixed Flow


Gambar 4.2 Simbol Reaktor Alir Steady State

Untuk merencanakan ukuran reaktor tersebut maka kita mulai


dari persamaan model kinetik seperti yang sudah dibahas di dalam Bab
sebelumnya, dimana model kinetika tersebut pada umumnya
direpresentasikan dengan persamaan kecepatan sebagai fungsi
konsentrasi yaitu :

r= = f ( konsentrasi dalam volume)

Maka dari persamaan tersebut bila fungsi konsenttrasi dapat


dinyatakan, harga V atau volume reaktor dapat dievaluasi. Dengan
demikian dapat di simpulkan bahwa perencanaan ukuran reaktor
sebetulnya merupakan kebalikan dari pemodelan kinetika reaksi, artinya
bila pada pemodelan kinetika reaksi volume reaktor sudah diketahui
maka sebaliknya pada perencanaan ukuran reaktor model kinetikanya
sudah diberikan. Atas dasar simpulan ini, maka bisa juga reaktor-reaktor
diatas dipakai sebagai alat untuk menentukan pemodelan kinetika, dan
hasil pemodelan ini nantinya dapat dipakai untuk merencanakan ukuran
reaktor yang akan dipakai sesungguhnya.

86
Pengertian volume ( V ) disini adalah volume fluida yang terlibat
didalam reaksi, akan tetapi pada perencanan selanjutnya V dimaksud
adalah volume reaktor yang mungkin sedikit berbeda dengan volume
fluida. Akan tetapi bila fasa fluidanya adalah gas maka volume fluida
akan sama dengan volume reaktornya.
Untuk keperluan perencanaan reaktor tersebut maka dibutuhkan
suatu persamaan neraca massa dan panas secara umum dari suatu
material yang bereaksi yang melintas dalam reaktor tersebut. Bentuk
persamaan dapat digambarkan sebagai berikut :

Material terakumulasi
Material masuk Unit V Material keluar

Material hilang karena reaksi


Gambar 4.3 Neraca Massa Material Melitas Unit Volum Reaktor

Dari gambar 4.3 diatas dapat dibuat neraca massa dari suatu zat
(misalnya reaktan A) sebagai berikut :

= + ℎ

+ …………(4.1)

Dan dengan cara yang sama neraca panas melintas reaktor dapat dibuat
menjadi :

= + ℎ

+ ……........(4.2)

87
Persamaan diatas dapat dibuat secara total melintasi reaktor atau
dibuat secara parsial melalui elenmen reaktor yang semuanya bergantung
pada keadaan atau sifat zat yang reaktor tersebut. Bila di dalam reaktor
semua kondisi sama (konsentrasi, suhu, dll) maka neraca massa dapat
dibuat secara total. Akan tetapi bila didalam reaktor konsentrasi dan suhu
tidak sama sepanjang lintasan zat melalui reaktor maka penyelesaian
persamaan harus dilakukan secara diffrensial.

Reaktor Tunggal Ideal


Reaktor ideal dimaksudkan bahwa reaktor bekerja menurut
hitungan ideal atau tidak banyak terdapat penyimpangan yang
disebabkan adanya aliran atau gerakan partikel yang tidak ideal.
Reaktor tunggal ideal dibagi menjadi
 Reaktor Batch
 Reaktor alir tipe plug flow
 Reaktor alir tipe mixed flow
Reaktor Batch
Reaktor ini digambarkan sebagai gambar 4.1 a. Cara kerjanya
sekali jalan artinya pada awalnya reaktan dimasukkan kedalam reaktor,
kemudian reaksi dijalankan sesuai kondisi yang diinginkan dengan cara
diaduk supaya homogen dan setelah beberapa waktu maka hasil
dikeluarkan dari reaktor tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa operasi reaktor batch adalah unsteady state, dan komposisi
reaktan dalam reaktor berubah dengan waktu, akan tetapi pada saat yang
sama komposisi tersebut diseluruh bagian reaktor adalah sama atau
homogen.

88
Reaktor Plug flow
Reaktor plugflow atau disebut juga reaktor pipa atau reaktor
piston terlihat seperti dalam gambar 4.2 a. Reaktor ini mempunyai sifat
operasi yang steady state, reaktan melintas sepanjang pipa dengan aliran
rata (plug), tidak ada pencampuran kebelakang atau kemuka, juga
dianggap tidak ada diffusi kearah radial. Dengan demikian komposisi zat
sepanjang reaktor tidak sama bergantung pada jarak tempuh zat tersebut
melintas reaktor, tapi pada jarak (posisi) yang sama komposisi akan sama
kearah radial reaktor, dan yang paling penting waktu tempuh atau
(disebut waktu tinggal) setiap elemen didalam reaktor dianggap sama
(idealnya sama).
Reaktor Mixed Flow
Reaktor mixed flow digambarkan sebagai reaktor alir tangki
berpengaduk, adalah reaktor alir dimana komponen masuk kedalam
reaktor teraduk sempurna (biasa digambarkan dengan adanya suatu
pengaduk) sehingga komposisi diseluruh bagian reaktor akan homogen
atau sama baik konsentrasi, konversi atau kondisi seperti temperatur
reaksi. Kondisi ini juga sama dengan bagian yang keluar reaktor,
misalnya konversi keluar reaktor sama dengan konversi yang ada
didalam reaktor. Operasi reaktor ini adalah steady state sehingga tidak
ada zat yang terakumulasi didalam reaktor (Gambar 4.2 b).

Perhitungan Reaktor Batch Ideal


Berdasarkan sifat bahwa didalam reaktor batch kondisi dan
komposisi harus seragam dan homogen maka persamaan neraca massa
4.1 dapat dipakai langsung pada seluruh volume reaktor sehingga :
misalnya dipilih komponent A sebagai limiting reaktan (reaktan yang
lebih sedikit atau lebih dulu habis) persamaan menjadi :
A masuk = A keluar + A yang bereaksi + A yang terakumulasi .......(4.3)

89
Catatan :
Dalam reaktor batch tidak ada A yang masuk dan A yang keluar atau
A masuk = A keluar = 0
A yang bereaksi = -rA V

= x volume fulida mol/waktu


{ ( )}
Akumulasi A = = = - NAo mol/waktu
Maka penggabungan persamaan diatas akan menhasilkan :

-rA V = NAo ................(4.4)

Integrasikan persamaan diatas menghasilkan :

t = NAo∫ ................(4.5)

Persamaan 4.5 menunjukkan waktu reaksi yang dibutuhkan agar


konversi A di dalam reaktor mencapai XA. Bila volume selama reaksi
berlangsung konstan maka V selalu berada di dalam tanda integral
mengikuti korelasi V = Vo ( 1+ɛA XA ) sedang bila volume selama reaksi
dapat dianggap konstan maka V dalam persamaan dapat dikeluarkan dari
tanda integral dan persamaan menjadi

t= ∫ atau t = CAo ∫ dan t = ∫ ................(4.6)

Persamaan ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan agar reaksi


berlangsung dari CAo ke CA pada akhir reaksi.
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam
perencanaan reaktor batch maka yang direncakan adalah waktu
reaksinya saja. Berapapun besarnya ukuran volume reaktor asal tercapai
waktu t maka konversi XA akan dicapai atau pada akhir reaksi
konsentrasi A harus tinggal CA.
Pada umumnya pemilihan volume reaktor dilakukan atas dasar
teknis dan ekonomis saja. Sebagai ilustrasi kita akan mereaksikan suatu

90
A menjadi produk didalam reaktor batch, dimana selama 1 jam akan
menghasilkan konversi 80% . Bila tersedia 1 reaktor dengan volume
1000 liter atau 1000 buah reaktor masing-masing bervolume 1 liter, yang
mana yang akan dipilih.
Disini aspek teknik dan ekonomis harus dipertimbangkan dan
diperhitungkan misalnya seberapa banyak zat A yang akan diproses,
berapa waktu pengisian dan pengeluaran material dari reaktor, berapa
tenaga kerja yang harus dipersiapkan dan berapa harga masing-masing
reaktor tersebut.

Contoh soal 1.
Suatu reaksi elementer orde satu fasa cair.
A P mempunyai persamaan kecepatan reaksi –rA = 0.5 CA,
mol/liter.menit, direaksikan didalam suatu reaktor batch bervolume 5
liter. Berapa waktu yang dibutuhkan agar tercapai konversi A sebesar
80% ?
Penyelesaian :

Dari persamaan 4.6, t = ∫ =∫


,

t= ln = ln ( 1 - XA) masukkan XA = 0,8


, ,

maka
t = 1,83 menit
Jadi waktu yang dibutuhkan agar dicapai konversi sebesar 80% adalah
1,83 menit.
Komentar : terlihat bahwa volume reaktor 5 liter tidak masuk kedalam
perhitungan waktu reaksi tersebut, walaupun secara sepintas bisa
dimengerti bahwa volume fluida yang diproses di dalam reaktor juga 5
liter, atau bahkan kurang.

91
Steady State Reaktor
Pembahasan perancangan reaktor alir steady state sedikit
berbeda dengan reaktor batch, karena di dalam reaktor alir ini tidak akan
ada waktu reaksi. Sebagai gantinya adalah berapa waktu yang
dibutuhkan suatu reaktan melintas volume reaktor tersebut. Waktu ini
disebut dengan waktu tinggal dalam reaktor atau dikenal dengan sebutan
space time yang didifinisikan sebagai :
Space time atau waktu tinggal : τ = = waktu yang diperlukan untuk
memproses satu bagian volume reaktor feed yang diukur pada kondisi
tertentu = waktu misalnya jam.
Sebagai contoh waktu tinggal 5 menit artinya satu bagian volume feed
yang sama dengan volume reaktor diproses selama 5 menit. s disebut
space velocity = jumlah volume reaktor dari feed yang dapat diproses
persatuan waktu atau s mempunyai satuan 1/waktu, misalnya s = 5
volume feed/jam, artinya setiap satu jam, feed yang diproses oleh reaktor
tersebut 5 volume. Di dalam reaktor alir steady state korelasi antara
waktu tinggal dengan variabel yang masuk kedalam reaktor diberikan
dengan persamaan :
τ= = = ................(4.7)

dimana V adalah volume reaktor


vo = kecepatan volumetrik dari feed masuk reaktor.
Waktu tinggal selalu didasarkan pada kondisi feed masuk reaktor.
Reaktor Mixed Flow
Berdasarkan sifat dan karakteristik reaktor mixed flow maka
perencanaan volume suatu reaktor mixed flow juga didasarkan pada
neraca massa persamaan 4.1. Kemudian karena kondisi yang ada di
dalam reaktor homogen dan sama dengan kondisi keluarannya maka
neraca massa dapat dilakukan secara total masuk dan keluar reaktor

92
tersebut, dengan catatan bahwa karena sifatnya steady state maka
akumulasinya tidak ada. Gambar 4.4 menunjukan karakteristik suatu
reaktor mixed flow.
CAo
XAo = 0
vo
FAo
V, XA CAf, XAf
CA,-rA FAf, -rA

Neraca massa : 0
A masuk = A keluar + A yang bereaksi + A yang terakumulasi ........(4.8)
A masuk = FA0 mol/waktu
A keluar = FA = FAo ( 1-XA ) mol/waktu.
A yang bereaksi = -rA V mol/waktu
Masukkan harga harga ini kedalam persamaan 4.8 maka didapat:
FAo XA = -rA V atau
= = atau τ = = = .............(4.9)

Dimana rA dan XA dievaluasi pada aliran feed keluar.


Pada saat masuk reaktor, aliran tersebut sudah mempunyai konversi
maka secara umum persamaan 4.9 dapat dikembangkan menjadi:
( )
= = dan τ = = = ….....(4.10)

Dalam hal volume konstan atau khusus fasa cair maka persamaan dapat
ditulis menjadi :
= = ( )
dan τ = = ………..(4.11)

93
Persamaan diatas mengandung empat variabel yaitu V, XA, -rA
dan FAo yang saling dapat dievaluasi saat tiga dari variabel tersebut
diketahui. Misalnya untuk menentukan volume reaktor maka Persamaan
4.11 dapat secara langsung dipakai.
Gambar 4.5 dibawah menunjukkan grafik performance dari
suatu reaktor mixed flow didasarkan pada persamaan 4.11.

Luas = =

Luas =τ = =

XA CA CAo
Gambar 4.5 Performance dari Reaktor Mixed Flow

Kinerja untuk reaksi orde satu menjadi :

kτ= = untuk ɛ = 0 ..............(4.12)

Bila terjadi perubahan volume maka dipakai formula awal yaitu :


V = Vo ( 1 + ɛAXA ) dan =
ɛ

Dengan demikian secara umum untuk reaksi orde satu persamaan


kinerjanya menjadi :
( ɛ )
kτ= ..............(4.13)

Persamaan kinerja untuk orde reaksi yang lain dapat diturunkan dengan
cara yang sama dengan orde reaksi satu diatas.

94
Contoh soal 2.
Suatu reaksi elementer orde dua direaksikan di dalam reaktor mixed flow
yang mempunyai volume 5 liter, menurut reaksi berikut :
A P dengan persamaan reaksi - rA = 0,5 CA2 mol/lt-menit.
Feed masuk (fasa cair) mengandung konsentrasi 3 mol/liter dengan
kecepatan volumetrik 2,5 liter/menit.
Berapa konsentrasi A dan P keluar reaktor tersebut.

Penyelesaian:
Disini disebut bahwa reaksinya adalah fasa cair jadi tidak ada perubahan
volume atau terjadi pada densitas konstan.
Maka dipakai persamaan 4.11 secara umum :
τ= = - dengan rA = 0,5 CA2

τ= = = = atau CA = 2,3 mol/lt


, . ,

dan

XA = 1 - = 1 – 2,3/3 = 0 233

Dan
CP = CAo XA = 3 x 0,233 = 0,7 mol/lt.

Contoh soal 3.
Suatu reaktor mixed flow bervolume 5 liter akan dipakai untuk
mempelajari model kinetik reaksi suatu zat A menjadi produk P fasa cair.
Dari percobaan dengan kondisi dan konsentrasi awal konstan didapat
data data sebagai berikut :
vo liter/menit : 5 2,5 1 0,5
Konversi XA : 0,428 0,6 0,79 0,88
Bagaimana persamaan kecepatan reaksi dari reaksi tersebut.

95
Penyelesaian :
Persamaan umum yang dipakai adalah persamaan 4.9 :
τ= = =

Dipakai cara coba coba misalnya reaksi orde satu yaitu –rA = kCA atau
-rA = k CAo ( 1 –XA ) maka didapat :
τ= = = =
( ) ( )

Penyelesaian persamaan ini dapat dikerjakan dengan dua cara.


Pertama dibuat grafik τ = VS ( )

Bila grafiknya merupakan garis lurus maka pemisalan reaksi orde satu
adalah benar dengan slope 1/k.
Kedua, harga k dihitung secara langsung dari persamaan tersebut. Bila
semua run percobaan menghasilkan harga k yang sama maka permisalan
reaksi orde satu adalah benar. Karena bentuk persamaan cukup
sederhana untuk dilakukan perhitungan langsung maka cara kedua
dipakai untuk menghitung k. Dan dari perhitungan didapat harga k yang
sama dan setelah dirata_rata didapat k = 0,75 1/menit, maka model reaksi
diatas adalah –rA = 0,75 CA mol/liter-menit.

Contoh soal 4 (diambil dari livenspiel)


Suatu reaksi fasa cair reversibel :

k1
A+B R+S dengan haga k1 = 7 liter/mol-menit
k2 dan k2 = 3 mol/liter-menit
Reaksi dilakukan di dalam suatu reaktor mixed flow bervolume 120 liter.
Aliran feed terdiri dari dua aliran yaitu satu berisi 2,8 mol A /liter dan
yang satu lagi berisi zat B dengan konsentrasi 1,6 mol/liter, dimana
kecepatan alir masing-masing aliran tersebut dibuat sama. Bila

96
diinginkan konversi 75% didasarkan pada zat yang paling sedikit
(limiting reactant), berapa kecepatan masing masing aliran tersebut?

vA 2,8 mol A/liter


vB 1,6 mol B /liter

XB = 075

Penyelesaian :
Karena fasa cair maka dianggap densitas konstan disemua tempat.
Dan pada saat kedua aliran bertemu diawal reaktor maka konsentrasi
setiap komponen akan mengalami pengenceran dua kali sehingga
konsentrasi masing-masing komponen tersebut menjadi :
CAo = 1,4 mol/liter
CBo = 0,8 mol/liter
CRo = CSo = 0
Dan karena ternyata konsentrasi B lebih kecil dari konsentrasi A pada
saat masuk reaktor, maka B dipilih sebagai dasar untuk menetapkan
konversi yaitu XB = 0.75.
Dan dari neraca massa maka pada aliran keluar didapat :
CA = CAo – CBo XB = 1,4 – 1,4 x 0,75 = 0,8 mol/liter
CB = CBo – CBo XB = 0,8 – 1,4 x 0,75 = 0,2 mol/liter
CR = CS = CBo XB = 0,6 mol/liter
Kemudia masukkan angka-angka tersebut kedalam persamaan kecepatan
yaitu :
-rA = -rB = k1 CA CB – k2 CR CS
= 7 x 0,8 x 0,2 - 3 x 0,6 x 0,6 = 0,04 mol/liter-menit

97
Masukkan ke persaman umum
, ,
τ= = = = ,
= 15 menit, dan

vo = 120 liter/15 menit = 8 liter/menit


dan masing-masing aliran vA = vB = 4 liter.menit.

Reaktor Plug Flow


Jenis atau tipe reaktor alir kontinyu yang lain adalah reaktor plug flow.
Sifat dari reaktor ini adalah:
- Komposisi fluida bervariasi dari satu titik ke titik lain sepanjang
aliran.
- Komposisi kearah radial pada suatu titik di dalam reaktor adalah
sama atau aliran rata.
- Komposisi fluida pada titik yang tertentu di dalam reaktor, tidak
d (komposisi)
bergantung pada waktu, atau dt
= 0 (sifat kontinyu dan

steady state)
Untuk menurunkan rumus, maka dibuat material balance komponen A
pada suatu elemen differential volume dv., kemudian masukkan kedalam
persamaan neraca massa.
Input = output + hilang karena reaksi + akumulasi (karena steady state)

CAf
CAo
FAf
FAo FA FA +dXA

XAo XAf
dV vf
vo

Gambar 4 6 . Bagan Neraca dalam Reackor Plug Flow

98
Input A, mole/waktu = FA
Output A, mole/waktu = FA + d FA
Kehilangan A karena reaksi, mole/waktu = (-rA) dV
Substitusikan ke material balance :
FA = FA + dFA + (-rA) dV
-dFA = (-rA) dV
-d(FAo (1 – XA)) = (-rA) dV
FAo dXA = (-rA) dV
V dV XA dXA
∫0 FAo
= ∫0 -rA

Integrasi persamaan menghasilkan :


V V τ XA dXA
FAo
=
vo CAo
=
CAo
= ∫0 -rA
………..(4.14)

atau
V XA dXA
τ= = CAo ∫0 ………..(4.15)
vo -rA

Bila batas integrasi tidak mulai dengan nol, tetapi dimulai pada harga
tertentu (misalnya sudah terjadi konversi sebelumnya), maka rumus
diatas dapat ditulis sebagai berikut :
V V τ X dXA
FAo
= vo C = C = ∫XiAf -rA
Ao Ao

atau
V AfX dXA
τ= = CAo ∫XAi ………..(4.16)
vo -rA

dimana : XAi = konversi mula-mula masuk reaktor


XAf = konversi akhir keluar reaktor
Dalam bentuk konsentrasi persamaan-persamaan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
CAo -CA C
CA = CAo = CAo XA XA = =1- A
CAo CAo
dCA
dXA = - C
Ao

99
Substitusikan ke rumus-rumus diatas, maka didapat :
V X dX C dC
τ= =CAo ∫0 A A = ∫C A A ………..(4.17)
vo -rA Ao -rA

Secara fisik persamaan-persamaan diatas dapat digambarkan dengan


Gambar 4.5 berikut:

V τ
Luas= = Luas=τ =
FAo CAo FAo

XA CA
Gambar 4.7. Performance Reaktor Plug Flow

Dibawah ini dibahas beberapa reaksi sederhana bila terjadi di dalam


reaktor plug flow.
Reaksi homogen orde nol
-rA = k
V τ X dX X dX 1
= = ∫0 A A = ∫0 A A = XA
FAo CAo -rA k k
kCAo V
kτ= = CAo XA (berlaku untuk segala harga ɛA) ……..(4.18)
FAo

Reaksi irreversible, orde satu untuk semua harga ɛA


A Product ; -rA = kCA
Untuk ɛA ≠ 0 ;
kτ = - (1+ ɛA) ln (1-XA )- ɛAXA ………..(4.19)
Reaksi reversible, orde satu
k1
A k2
rR

100
-rA = k1 CA – k2 CR
CRo
Bila = M dan XAe adalah konversi equilibrium maka untuk harga
CAo

ɛA yang konstan akan didapat :


M+rXAe
k1 τ = M+r
− (1+ɛAXAe )ln (1- ) - ɛA X A ………(4.20)

Reaksi irreversible orde kedua dengan bentuk reaksi


2A Product ; – rA = k CA2
A+B Product ; -rA = k CA CB dan CAo = CBo
Untuk semua harga ɛA konstan maka didapat persamaan:
X
k τ CAo = 2 ɛA (1+ ɛA) ln (1-XA) + ɛA2 XA + (ɛA+1)2 1-XA ……(4.21)
A

Contoh Soal 5
Suatu reaksi fasa gas homogen : A 3R
Pada suatu kondisi rate reaksi dinyatakan dengan
-rA = 0,05 CA2 , mol/liter.detik.
Berapa volume dari reaktor plug flow yang diperlukan bila feed masuk
dengan kecepatan 2 liter/detik, sedang konversi yang diinginkan 80%
dan feed mengandung 50% A dan 50% gas inert dan diketahui CAo= 0,25
mol/liter.

Penyelesaian :
Menghitung : Inert + A 3 R + inert

= =1

masukkan harga ini kedalam persamaan 4.22 maka didapat


τ x 0,05 x 0,25 = 2 x 1 (1+1) ln (1-0,8 ) +12 x 0,8 + (1 +1 )2 atau = 829 detik
,

τ= dan V = vo x τ = 2 x 829 = 1658 liter

101
Contoh Soal 6
Peruraian gas homogen sebagai berikut :
4PH3(g) P4 (g) + 6H2
Berlangsung pada suhu 1200oF dan orde pertama
-rPH3= 10 CPH3
Berapa ukuran reaktor plug flow yang bekerja pada suhu 1200 oF dan
tekanan 4,6 yang dapat menghasilkan konversi 80% dari suatu feed yang
terdiri dari 4 lb mol PH3 murni per jam.

Penyelesaian
Misalnya : A = PH3 ; R = P4; S = H2
Maka reaksi di atas dapat ditulis sebagai berikut :
4A R + 6S
Untuk reaktor plug flow

= =

Untuk gas berlaku :
1−
=
1+

V = FAO
1−
1+
FAO (1 + )
V=
kCAO (1 − )
1
V= (1 + ) ln −
1+
FAO = 4 lb mol /jam
k = 10/jam

102
pA0 4,6
CAO = = 3.
0,729 ( 1660 )

CAO = 0,0038 lb mole/ft3


7−4
= = 0,75
4
XA = 0,8

V= (1 + 0,75) ln − 0,75(0,8)
( )( , ) ,

V = 234 ft3

Contoh Soal 7
Diketahui reaksi phase liquide dalam keadaan isothermal sebagai
berikut :
K1
A+B M + N : k1 = 6

A+B K2 K + L : k2 = 4

Tiap–tiap reaksi diatas adalah orde satu terhadap A dan orde satu
terhadap B. A dan B mempunyai konsentrasi mula-mula CA0 = CB0 = 15
mol/liter, dengan kecepatan alir 20 liter/detik. Aliran liquida ini diproses
dalam suatu reaktor plug flow dan mempunyai volume 50 liter.
Berapakah konversi A pada waktu keluar dari reaktor ?

Penyelesaian :
V0 20 liter/detik

XA = ?

CA0 = CB0 = 15 mol/lt V = 50 liter

103
Reaksi fase liquida
-rA = k CA CB
CA = CA0 - CA0 XA
CA = CB (karena CA0 = CB0)
CB = CB0 – CB0 XA
Sehingga : -rA = k CA CB = k CA-2
-rA = k CA0 2 (1 - XA)2
k = k1 + k2 = 0,6 + 0,4 = 1 liter/mol detik
-rA = CA02 ( 1 – XA)2
= 2 (1 - )

= ∫ = ∫ ( )

1 1 1
= =
(1− ) 1−
1 1 1
= − 1 =
1− 1−
50 1
=
20 / (15 (0,6 + 0,4) / 1−

5 1
=
2 15 1 −

72 = 2
1−
75 – 75 XA = 2 XA
XA = = 0,97

Jadi konversi A pada waktu keluar dari reaktor = 97%

104
Soal-Soal :
1. Suatu reaktor mixed flow digunakan untuk memproses 50 liter/menit
umpan yang hanya berisi A dengan konsentrasi 100 mol/liter dari
suatu reaksi reversible :
A <======> P dengan -rA = 0,2 CA – 0,01 CP mol/lt-menit.
Bila konsentrasi A keluar reaktor 5 mol/liter, berapa volume reaktor
yang dibutuhkan? Hitung pula konversi equilibrium dari reaksi
tersebut.
2. Suatu reaktor mixed flow bervolume 1 liter digunakan untuk
mereaksikan gas A murni dengan konsentrasi 0,01 mol/liter dimana
gas ini terurai menurut persamaan 2 A R
Data yang diperoleh dari suatu run percobaan adalah sebagai berikut:
Run 1 2 3 4
vo, liter/menit 30 9 3,6 1,5
CAf mol/liter 89,5 60 50 30
Tentukan persamaan kecepatan reaksi dari reaksi diatas.
3. Suatu reaksi A P dengan -rA = 0,2 CA2
Dilakukan dalam reaktor mixed flow mempunyai konversi 60 %. Bila
konsentrasi dalam umpannya 10 mol/liter. Berapa konversinya bila
volume reaktor dilipatkan dua kali sedang semua kondisi termasuk
rate umpannya tetap.
4. Suatu penguraian gas murni dengan kecepatan 5 liter/detik dan
konsentrasi 5 mol/liter dilakukan di dalam reaktor plug flow
mengikuti reaksi orde dua, dengan harga konstanta kecepatan
reaksinya 0.85 liter/mol-menit. Bila volume reaktornya 10 liter,
Reaksinya adalah : 2 A 3,5 P
a. Berapa konversi yang terjadi?
b. Hitung pula konversi yang terjadi bila dalam feed terdapat 50%
gas inert sedang data yang lain tetap.

105
5. Suatu reaksi penguraian gas pada 600 oC dan 10 atm.terjadi sebagai
berikut :
4A R + 6 S dengan –rA = 10 CA mol/liter/jam.
Bila didalam umpan terdapat 10 mol/jam A dengan 30% gas inert,
berapa volume reaktor plug flow yang dibutuhkan untuk
menghasilkan konversi 75% A ?

106

Anda mungkin juga menyukai