Disusun oleh :
JULI SETIAWAN 17031010069
i
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Efisiensi Heat Exchanger –002 di Unit
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
LEMBAR PENGESAHAN
EFISIENSI HEAT EXCHANGER – 002 PADA UNIT KILANG PUSAT
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MINYAK DAN GAS BUMI
(PPSDM MIGAS)
Disusun oleh :
JULI SETIAWAN (17031010069)
Telah diperiksa dan disetujui pada :
Tanggal : 27 Oktober 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MINYAK DAN
GAS BUMI (PPSDM MIGAS)
Pada Tanggal :
01-30 Oktober 2020
Disusun oleh :
JULI SETIAWAN 17031010069
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Praktik Kerja Lapang
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya sehingga kami diberikan kekuatan dan
kelancaran dalam menyelesaikan seluruh rangkaian Praktek Kerja Lapang dan
penyusunan Laporan Praktek Kerja di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas (PPSDM MIGAS). Tugas ini disusun dan diajukan untuk
memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi S-1 pada jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Tujuan dari pelaksanaan praktek kerja ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
permasalahan yang ada di dalam pabrik serta solusi yang dilakukan.
Dengan selesainya praktek kerja dan laporan praktek kerja ini, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang Maha Esa, Karena dengan izinnya penyusun dapat
menyelesaikan rangkaian kegiatan Kerja Praktek Kerja dan menyusun laporan
Kerja Praktek dengan baik.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan praktek kerja lapang.
3. Bapak Ir. Wakhid Hasyim, M.T selaku Kepala Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
4. Bapak Waskito Tunggul Nusanto, S.Kom., M.T. selaku Kepala Bidang
Program dan Evaluasi
5. Bapak Dr. Yoeswono, S.Si., M.Si. selaku Kepala Sub Bidang Sarana Prasarana
Pengembangan SDM dan Informasi
6. Bapak Sahadad,S.S.T. selaku Pembimbing Lapangan yang telah membimbing
selama praktek kerja dan proses pembuatan laporan ini.
7. Dr. Ir. Sintha Soraya Santi, MT selaku Koordinator Program Studi Teknik
Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.
8. Dr. T. Ir. Dyah Suci P, MT selaku dosen pembimbing praktek kerja lapang
UPN “Veteran” Jawa Timur.
9. Teman – teman Program Studi Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur yang
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1 Sejarah Pabrik ............................................................................... 1
I.2 Lokasi dan Tata Letak Pabrik ..................................................... 2
I.3 Struktur Organisasi Pabrik ......................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
II.1 Uraian Proses ............................................................................... 6
II.2 Uraian Tugas Khusus .................................................................. 8
BAB III PROSES PRODUKSI ..................................................................................... 39
III.1 Bahan Baku .............................................................................. 39
III.2 Uraian Proses produksi ........................................................... 46
BAB IV SPESIFIKASI PERALATAN ......................................................................... 50
IV.1 Peralatan Utama ....................................................................... 50
IV.2 Peralatan Pendukung............................................................... 57
BAB V LABORATORIUM DAN PENGENDALIAN MUTU ................................... 65
V.1 Laboratorium ............................................................................. 65
V.2 Pengendalian Mutu .................................................................... 67
BAB VI UTILITAS ......................................................................................................... 68
VI.1 Pengendalian dan Kebutuhan Air .......................................... 68
VI.2 Pengendalian Uap Air .............................................................. 70
VI.3 Pengadaan dan Kebutuhan Listrik (Power Plant) ................ 71
BAB VII KESEHATAN DAN KESELMATAN KERJA ............................................ 73
VII.1 Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja ............................ 73
BAB VIII UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH ....................................................... 75
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 83
IX.1 Kesimpulan .............................................................................. 83
IX.2 Saran.......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Perbandingan pola segitiga, persegi dan diamond pada susunan tube ..... 15
Tabel 2. Dimensi alat Heat Exchanger 002 di kilang PPSDM Migas Cepu. ........ 28
Tabel 3.Data hasil pengamatan di kilang PPSDM MIGAS Cepu. ........................ 29
Tabel 4.Spesifikasi Pertasol CA............................................................................ 42
Tabel 5.Spesifikasi Pertasol CB ............................................................................ 42
Tabel 6.Spesifikasi Pertasol CC ............................................................................ 43
Tabel 7.Spesifikasi Residu .................................................................................... 44
Tabel 8.Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Solar .......................................... 44
Tabel 9.Spesifikasi Heat Exchanger ..................................................................... 50
Tabel 10.Spesifikasi Furnace ................................................................................ 51
Tabel 11.Spesifikasi Evaporator ........................................................................... 52
Tabel 12.Spesifikasi Kolom Stripper .................................................................... 53
Tabel 13.Spesifikasi Fraksinasi............................................................................. 54
Tabel 14.Spesifikasi Kondensor ........................................................................... 55
Tabel 15.Spesifikasi Cooler .................................................................................. 56
Tabel 16.Spesifik Separator .................................................................................. 57
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Sejarah Pabrik
Sumber minyak di Indonesia termasuk cukup banyak yang tersebar di
beberapa daerah, salah satunya berada di daerah Cepu, Kabupaten Blora, Jawa
Tengah.. Daerah Cepu berlokasi diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menilik sejarah PPSDM MIGAS (Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi) dulu bernama Pusat pendidikan dan Pusat Pelatihan Minyak
dan Gas Bumi ini telah mengalami beberapa pergantian nama sejak ditemukannya
mintak di Cepu sampai sekarang.
Sejarah perkembangan PPSDM Migas adalah sebagai berikut :
1. Awal abad XIX ditemukannya sumber minyak dan kemudian didirikannya
Balai Penelitian Perminyakan dengan nama Dordtche Petroleum Maatschappij
(DPM).
2. Tahun 1886- 1942 Bataafsche Petroleum Maatschappij(BPM)
3. Tahun 1942 – 1945 BPM di bawah kolonialisme Jepang.
4. Tahun 1948 Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN).
5. Tahun 1950 Administrasi Sumber Minyak (ASM).
6. Tahun 1951 Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia (PTMRI).
7. Tahun 1957 Tambang Minyak Nglobo, CA.
8. Tahun 1961 PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Permigan).
9. Tahun 1966 – 19178 Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan Perindustrian
Minyak dan Gas (Pusdiklap Migas) yang merupakan bagian dari Lemigas
10. Tahun 1978 – 1984 Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
(PPTMGB LEMIGAS).
11. Tahun 1984 – 2001 Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi
(PPT MIGAS).
12. Tahun 2001 – 2016 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi
(Pusdiklat Migas).
13. Tahun 2016 – sekarang Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak
dan Gas Bumi (PPSDM Migas).
KEPALA PUSAT
PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA MINYAK
DAN GAS BUMI
KEPALA BAGIAN
TATA USAHA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(preheater) crude oil untuk tujuan effisiensi panas. HE yang digunakan adalah
jenis Shell and Tube Heat Exchanger. Crude Oil dilewatkan pada tube dan
produk panas dalam shell. Jumlah HE yang dioperasikan ada lima unit, dua HE
memanfaatkan panas produk residu, satu HE memanfaatkan panas produk
naphta, dan dua HE memanfaatkan panas produk solar, sehingga temperature
crude oil naik dari kurang lebih 33 ℃. menjadi kurang lebih 120 ℃.
3. Dapur Pemanas / Furnance
Berfungsi untuk memanaskan crude oil dari kurang lebih 120 ℃.
menjadi kurang lebih 330 ℃. Pada temperature tersebut sebagian besar fraksi-
fraksi pada crude oil pada tekanan sedikit diatas 1 atm telah menguap kecuali
residu.
4. Evaporator
Berfungsi untuk memisahkan antara uap dan cairan (residu) dari crude
oil yang sudah dipanaskan dari furnance. Produk dari furnace dengan suhu
330℃ masuk ke dalam evaporator. Sehingga di dalam evaporator uap dan cairan
residu produk dapat terpisahkan. Terdapat 1 unit evaporator dalam proses ini.
5. Kolom Fraksinasi
Berfungsi memisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki sesuai
trayek didihnya. Jumlah kolom fraksinasi ada tiga unit, dua unit dioperasikan
dan satu unit idle, sebagai alat kontak uap-cairan kolom fraksinasi dilengkapi
bubble cup tray.
6. Kolom Stripper
Berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang ikut pada suatu
produk. Ada dua stripper yang dioperasikan yaitu : satu unit unuk stripper solar
dan satu unit untuk stripper residu.
7. Kondensor
Berfungsi untuk mengubah fase produk uap solvent ringan (pertasol CA)
dari puncak kolom C-2 menjadi fase cair. Ada 12 unit condenser yang
dioperasikan, empat unit condenser sebagai partial condesor dan delapan unit
condesor sebagai total condenser.
8. Cooler
Gambar 7.Skema Sederhana Shell and Tube Heat Exchanger dan Alirannya
untuk dicampur dengan alIran lain. Sedangkan untuk gas pemanas/pendingin, aliran
udara boleh bercampur agar temperatur di seluruh tube dapat tersebar secara
merata. Untuk fluida yang tidak bercampur dalam tube, akan terjadi gradient
tempratur yang parallel dan normal pada arah alirannya.
(Kern, 1965)
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang
). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain
mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua
ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas
cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat
turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ), namun
pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban
kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:
a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar
panas baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat exchanger
untuk mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran kecil membuat mekanik
membersihkan fouling yang sulit. Untuk menang atas masalah fouling dan
pembersihan, diameter tabung yang lebih besar dapat digunakan. Jadi untuk
menentukan diameter tabung, ruang yang tersedia, biaya dan sifat fouling dari
cairan harus dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk
memastikan:
1. Ada ruang yang cukup untuk korosi
2. Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan
3. Axial kekuatan
4. Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya
Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan
maksimum di dinding.
c. Panjang tabung : penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka
memiliki diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan
demikian, biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas selama mungkin.
Namun, ada banyak keterbatasan untuk ini, termasuk ruang yang tersedia di situs
mana akan digunakan dan kebutuhan untuk memastikan bahwa ada tabung tersedia
dalam panjang yang dua kali panjang yang dibutuhkan (sehingga tabung dapat
ditarik dan diganti). Juga, itu harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit
untuk mengambil dan mengganti.
Tabel 1.Perbandingan pola segitiga, persegi dan diamond pada susunan tube
2. Tube Pitch
Lubang-lubang pipa pada penampang shell dan tube tidak disusun secara
begitu saja namun mengikuti aturan tertentu. Lubang tube (tube hole) tidak boleh
saling berdekatan. Jarak antar dua buah tube yang saling berdekatan disebut dengan
clearance. Jumlah pipa dan ukuran tube pun harus disesuaikan dengan ukuran shell-
nya, ketentuan ini mengikuti aturan baku yang ada. Untuk lubang- lubang pipa
dapat berbentuk persegi atau segitiga.Bentuk susunan lubang-lubang pipa secara
persegi dan segitiga ini disebut sebagai tube pitch. Jenis-jenis tube pitch yang utama
adalah :
a. Square pitch
Digunakan untuk heat exchanger denganpressure drop yang rendah dan
pembersihan secara mekanik dilakukan pada bagian luar tube. Pusat-pusat tube
Pusat-pusat tube saling membentuk sudut 60o searah dengan aliran fluidanya.
c. Square pitch rotated
Digunakan untuk heat exchanger dengan pressure drop dan nilai
perpindahan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan square pitch. Pusat-
3. Tube Sheet
Berfungsi sebagai tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga
menjadi satu yang disebut tubebundle. Tube sheetterbuat dari material dengan
ketebalan dan jenis tertentu tergantung dari jenis fluida yang mengalir pada
peralatan tersebut.Heat exchanger dengan tube lurus pada umunya menggunakan
dua buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet
yang berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai
pemisah antara tube side dengan shell. Tube sheet harus tahan korosi terhadap
fluida.
4. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian
paling luar dari baffle yang berfungsu sebagai penyangga agar jarak antara baffle
yang satu dengan lainnya tetap.
5. Shell
Konstruksi dari shell ini bergantung pada kondisi tube yang akan
ditempatkan di dalam shell dan temperatur fluida yang akan mengalir dalam shell
tersebut. untuk tempratur yang sangat tinggi, kadang diberi sambungan ekspansi.
Biasanya shell dalam sebuah heat exchanger berbentuk bulat memanjang (silinder)
yang berisi tube bundle sekaligus sebagai wadah mengalirkan zat atau fluida. Untuk
kemungkinan korosi, tebal shell sering diberi kelebihan 1/8 inch. Pembagian tipe
shell dibagi berdasarkan front-end stationary head type, shell type, dan rear head
type.
6. Baffle
Baffle merupakan bagian yang penting dari alat penukar panas. Kondisi
kecepatan aliran baik dalam shell maupun tube dapat diatur oleh baffle. Fungsi
baffle ini adalah untuk membuat aliran turbulen sehingga perpindahan panas
menjadi lebih baik, dimana harga koefisien perpindahan panas yang didapat besar
serta menambah waktu tinggal (residence time). Tetapi pemasnagan baffle akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga
laju alir fluida yang dipertukrkan panasnya harus diatur. Luas baffle ± 75% dari
penampungan shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell
karena apabila terlalu dekat akan didapat kehilangan tekanan yang besar.
7. Longitudinal Baffle
Longitudinal baffle merupakan lempengan sekat yang dipasang sejajar
poros shell yang berfungsi memperbanyak jumlah aliran fluida dalam shell.
8. Channel
Channel berfungsi untuk membalikkan arah aliran fluida dalam tube pada
fixed tube exchanger.
9. Nozzle
Nozzle merupakan saluran masuk dan keluar fluida dalam shell ke dalam
tube.
h. Unplanned Maintenance
Pelaksanaan perbaikan terhadap suatu fasilitas karena kerusakan di luar
schedule atau terjadi emergency. Biasanya dilakukan dengan break down atau
overhaul, suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh siapapun. Kejadian ini sangat
dihindari, maka tindakan corrective berdasarkan planned maintenance merupakan
hal mutlak untuk menghindari emergency. Kerugian atas terjadinya emergency
akan lebih besar demikian juga dengan lost production akan lebih besar.
II.2.5 Pemilihan Fluida yang dilewatkan Tube and Shell
Dalam pemilihan fluida yang akan dilewatkan dalam tube maupun shell
terdapat beberapa factor yang mempengaruhi, factor-faktor tersebut antara lain :
1. Kemudahan perawatan
Jika dibandingkan cara embersihkan tube and shell, maka pembersihan shell
jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan pada bagian shell
dan fluida yang kotor melalui tube. Fluida kotor dilewatkan melalui tube karena
tube-tube mudah untuk dibersihkan.
2. Sifat aliran fluida
Apabila laju arus fluida dalam tube kecil maka pola alirannya laminar
sehingga tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pola aliran dalam tube harus
turbulen karena koefisien perpindahan panasnya akan besar. Aliran dalam tube
mempunyai kecepatan yang besar sehingga dan dapat mencegah terjadinya
endapan.
3. Kekotoran fluida
Fluida kotor dilewatkan melalui tube karena tube-tube dengan mudah dapat
dibersihkan. Dilewatkan melalui shell, bila tube tidak dapat dibersihkan atau
sejumlah besar dari cokes atau reruntuhan ada yang terkumpul di shell dan dapat
dihilangkan melalui tempat pembuangan pada shell.
4. Kekorosian fluida
Masalah korosi sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari paduan logam.
Paduan logam tersebut mahal oleh karena itu fluida yang korosif dialirkan melalui
tube untuk menghemat biaya yang terjadi karen kerusakan shell.
5. Tekanan
Fluida bertekanan tinggi dilewatkan pada tube karena bila dilewatkan shell
membutuhkan diameter dan ketebalan yang lebih sehingga membutuhkan biaya
yang lebih mahal.
6. Suhu
Fluida dengan suhu tinggi dilewatkan pada tube karena panasnya ditrasnfer
seluruhnta ke arah permukaan luar tube atau ke arah shell sehingga akan diserap
sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Apabila fluida dengan temperatur
lebih tinggi dilewatkan pada shell maka transfer panas tidak hanya dilakukan ke
arah tube, tetapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah luar shell (ke
lingkungan).
7. Kuantitas
Fluida yang memiliki volume yang besar dilewatkan melalui tube untuk
memaksimalkan proses perpindahan panas yang terjadi.
8. Viskositas
Fluida yang viskos atau memiliki laju rendah, dilewatkan melalui shell
karena dapat menggunakan baffle.
9. Pressure drop
Peletakan fluida dalam tube akan lebih mudah dalam pengalkulasian
pressure drop.
10. Sediment/Suspended Solid/Fouling
Fluida yang mengandung Sediment/Suspended Solid atau yang
menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di tube sehingga tube-tube dengan mudah
dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment dialirkan di shell, maka
sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada stagnant zone di sekitar baffle,
sehingga cleaning pada sisi shell menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa mencabut
tube bundle.
Dalam penggunaan alat-alat perpindahan panas tersebut, ada dua hal yang
perlu diperhatikan dan ditetapkan batasnya yaitu :
1) Hal yang berkaitan dengan kemampuan alat untuk mengalihkan panas dari
fluida dingin lewat dinding tube.
2) Hal yang berkaitan dengan penurunan tekanan yang terjadi pada masing-
7. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang
akan membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.
Keterangan :
∆𝑡ℎ = Beda temperatur tinggi (oF)
∆𝑡𝑐 = Beda temperatur rendah (oF)
3. Uc (Clean Overall Coeficient)
Clean Overall Coeficient merupakan coefficient panas menyeluruh pada awal
Heat Exchanger yang dipakai (masih bersih), biasanya ditentukan oleh besarnya
tahanan konveksi ho dan hio, sedangkan tahanan konduksi diabaikan karena sangat
kecil bila dibandingkan dengan tahanan konveksi.
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
𝑈𝑐 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
Program Studi Teknik Kimia 25
Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Efisiensi Heat Exchanger –002 di Unit
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
yang diizinkan maka akan menyebabkan laju alir massa (lb/hr) inlet fluida di shell
dan di tube jauh berbeda dengan laju alir massa outlet masing-masing fluida. Hal
ini akan menurunkan performance dari Heat Exchanger tersebut. Pressure drop
pada shell dapat dirumuska sebgai berikut :
𝑓. (𝐺𝑠)2 . 𝐷𝑠. (𝑁 + 1)
𝛥𝑃𝑠 =
5,22. 1010 . 𝐷𝑒. 𝑆𝑔. ∅𝑠
Pressure drop pada tube dapat dirumuska sebgai berikut :
𝑓. (𝐺𝑡)2 . 𝐿. 𝑛
𝛥𝑃𝑡 =
5,22. 1010 . 𝐷. 𝑆𝑔. ∅𝑡
Keterngan :
f = fanning friction factor
Gs = laju aliran massa per satuan luas dalam shell
N = jumlah pass/ laluan tube
D = diameter dalam tube
Sg = specific gravity
Penurunan tekanan baik di shell maupun di tube tidak boleh melebihi batas
pressure drop yang diizinkan. Tekanan dalam heat exchanger, merupakan driving
force bagi aliran fluida di shell maupun di tube, jika pressure drop lebih besar dari
yang diizinkan maka akan menyebabkan laju alir massa inlet fluida di tube jauh
berbeda dengan laju alir massa outlet masing-masing fluida. Hal ini akan
menurunkan performance dari heat exchanger tersebut.
Dalam menganalisa performance shell dan tube heat exchanger diasumsikan :
1) Terdapat heating surface yang sama pada setiap pass.
2) Overall Coefficient Heat Transfer (Uc) adalah konstan.
3) Laju alir massa fluida di shell dan di tube adalah konstan.
4) Specific Heat dari masing-masing fluida adalah konstan.
5) Tidak ada perubahan fasa penguapan pada setiap bagian dari heat exchanger.
6) Heat Loss diabaikan.
Tabel 2. Dimensi alat Heat Exchanger 002 di kilang PPSDM Migas Cepu.
Shell
Uraian Notasi Satuan
a) Diameter luar Ods inchi 31,614
b) Diameter dalam ID inchi 30,748
c) Jumlah buffle N buah 4
d) Jarak antar buffle B inchi 23,623
e) Jumlah passes N 1
f) Jenis fluida Solar
Tube
Uraian Notasi Satuan
a) Diameter luar ODs inchi 1
b) Panjang tube L Ft 10
c) Jumlah tube Nt Buah 400
d) BWG 14
e) Pitch Pt inchi 1,25
f) Jarak antar tube C' inchi 0,25
g) Jumlah passes N 1
h) Jenis Pitch Triangular
i) Jenis fluida Crude oil
Shell (Solar)
Kapasitas/Hari Suhu Masuk Suhu Keluar Densitas (ρ)
Tanggal
(L/D) (T1) oC (T2) oC kg/m3
03/10/2020 101863 90 80 830
05/10/2020 110154 125 105 831
06/10/2020 86871 92 84 824
07/10/2020 47869 70 68 820
08/10/2020 61103 58 54 833
Rata-Rata 81572 87 78,2 827,6
Tube (Crude Oil)
Kapasitas/Hari Suhu Masuk Suhu Keluar Densitas (ρ)
Tanggal
(L/D) (t1) oC (t2) oC kg/m3
03/10/2020 176514 34 42 828
05/10/2020 184931 35 51 828
06/10/2020 158086 34 45 828
07/10/2020 146496 34 38 827
08/10/2020 161575 34 36 828
Rata-Rata 165520 34,2 42,4 827,8
= 0,83 = 0,8302
c. oAPI c) oAPI
141,5 141,5
o
API = 𝑆𝑔60⁄60℉ − 131,5 o
API = 𝑆𝑔60⁄60℉ − 131,5
141,5 141,5
= − 131,5 = 0,8302 − 131,5
0,83
= 38,9819 = 38,9408
𝑄𝑠 = 𝑊 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇
𝑙𝑏 𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢
= 6.180,4070 × 0,52 𝑙𝑏 ℉ × 15,84 ℉ = 50906,7763
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑄 37942,5293 𝐵𝑡𝑢⁄𝑗𝑎𝑚
𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = (1 − ) × 100% = 1 − × 100%
𝑄𝑠 50906,7763 𝐵𝑡𝑢⁄𝑗𝑎𝑚
= 0,2546 × 100 % = 25,46 %
𝑇 −𝑇 15,84
𝑅 = 𝑡1−𝑡2 = 14,76 = 1,0731
2 1
𝑡2 − 𝑡1 14,76
𝑆 = = = 0,1838
𝑇1 − 𝑡1 80,28
Pada buku D.Q Kern didapatkan HE-002 menggunakan 1 shell pass and 2 or more
tube pass, sehingga :
Ft = 0,98………………………………………………………….(Kern, Fig 18)
∆𝑡 = 𝐿𝑀𝑇𝐷 × 𝐹𝑇 = 86,1760 °𝐹 × 0,98 = 87,156 °𝐹
3. Menghitung Tc dan tc
∆𝑡𝑐 92,4 ℉
= 80,28 ℉ = 1,1521
∆𝑡ℎ
Didapatkan :
Kc = 0,06 ………………………………………………………..(Kern, Fig 17)
Fc = 0,48 ………………………………………………………..(Kern, Fig 17)
Sehingga :
a. Pada shell :
𝑇𝑐 = 𝑇2 + 𝐹𝑐 (𝑇1 + 𝑇2 ) = 172,76 + 0,48(188,6 + 172,76 ) = 346,2128°𝐹
b. Pada tube :
𝑡𝑐 = 𝑡2 + 𝐹𝑐 (𝑡2 + 𝑡1 ) = 108,32 + 0,48(108,32 + 93,56 ) = 205,2224 °𝐹
Shell side, Hot fluid (Solar) Tube side, cold fluida (crude oil)
4. Flow area (As) 4) Flow area (At)
Diketahui : Diketahui :
Diameter dalam (ID) =30,748 Inchi Jumlah tube (Nt) = 400
Pitch (Pt) = 1,25 in Jumlah pass (n) = 1
Tube clearance (C”) = Pt – OD Diameter dalam (OD) = 1 in ,
= 1,25 - 1 BWG 14 didapatkan nilai At’’
= 0,25 in = 0,546 in2 ...........(Kern, table 10)
Jarak antar buffle (B) = 23,623 in 𝑁𝑡×𝐴𝑡"
𝐴𝑡 = 144×𝑛
𝐼𝐷×𝐶"×𝐵
𝐴𝑠 = 400𝑥0,546𝑖𝑛𝑐 2
144×𝑃𝑡 = 144 𝑖𝑛2
𝑥1
30,748 x0,25 x23,623 1𝑓𝑡2
= 144 𝑖𝑛2
1 𝑓𝑡2
𝑥1,25 𝑖𝑛𝑐 =1,5167𝑓𝑡 2
= 1,0088𝑓𝑡 2
5. Mass velocity 5) Mass velocity
𝑊 6.180,4070 𝑙𝑏⁄𝑗𝑎𝑚 𝑤 12.540,8347 𝑙𝑏⁄𝑗𝑎𝑚
𝐺𝑠 = = 𝐺𝑡 = =
𝐴𝑠 1,0088𝑓𝑡 2 𝐴𝑡 1,5167𝑓𝑡 2
= 316,6175
7. Factor for heat transfer 7) Factor for heat transfer
Pada Res = 731,165 didapatkan ∶ L = 10 ft
jH = 10,1…................(Kern, fig 28) D = 0,0695 ft
10 𝑓𝑡
𝐿⁄𝐷 = 0,0695 𝑓𝑡 = 143,884
Didapatkan :
jH = 2,2....................(Kern, fig 24)
8. Bilangan Prandtl 8) Bilangan Prandtl
Saat Tc =346,2128 oF Saat tc =205,2224 oF
o o
API = 38,9819 didapatkan : API = 38,9408 didapatkan :
c = 0,64𝐵𝑡𝑢 ⁄𝑙𝑏 °𝐹…..(Kern, Fig 4) c = 0,56 𝐵𝑡𝑢⁄𝑙𝑏 °𝐹 ....(Kern, Fig 4)
°𝐹 °𝐹
K = 0,073𝐵𝑡𝑢 ⁄𝑓𝑡 2 ℎ𝑟 (𝑓𝑡) K = 0,077 𝐵𝑡𝑢⁄𝑓𝑡 2 ℎ𝑟 (𝑓𝑡)
= 0,8406 = 2,3633
9. Koefisien perpindahan panas fluida 9) Koefisien perpindahan panas fluida
(ho) (hi)
1 1
𝐾 𝑐×𝜇 3 𝐾 𝑐×𝜇 3
ℎ𝑜 = 𝑗𝐻 × 𝐷 × [ ] × ∅𝑠 ℎ𝑖 = 𝑗𝐻 × 𝐷 × [ 𝐾 ] × ∅𝑡
𝑒 𝐾
𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢
0,073 0,077 °𝐹
°𝐹 𝑓𝑡2 ℎ𝑟( )
ℎ𝑜 𝑓𝑡2 ℎ𝑟( ) ℎ𝑖 𝑓𝑡
= 10,1 ×
𝑓𝑡
× 0,8406 = 2,2 × × 2,3633
∅𝑠 0,06𝑓𝑡 ∅𝑠 0,0695𝑓𝑡
𝐵𝑡𝑢 0,834𝑖𝑛
ℎ𝑜
= 5,7603 ×
∅𝑠 𝑓𝑡 2 ℎ𝑟 °𝐹 1𝑖𝑛
𝑡𝑤 = 𝑡𝑐 + ℎ𝑜 ℎ𝑖𝑜 × (𝑇𝑐 − 𝑡𝑐 )
+ 𝐵𝑡𝑢
∅𝑠 ∅𝑡
= 4,8040 𝑓𝑡 2 ℎ𝑟 °𝐹
=205,2224 ℉ +
10,3295 𝐵𝑡𝑢
2
(10,3295 +4,8040) 𝑓𝑡 ℎ𝑟 °𝐹
×
140,9904 ℉
= 96,2342 ℉
11. Saat 𝑡w = 96,2342 ℉ didapatkan : 11) Saat 𝑡w = 96,2342 ℉ didapatkan :
𝜇𝑤 = 2,1 𝑐𝑝𝑠……(Kern, Fig 14) 𝜇𝑤 = 2,15 𝑐𝑝𝑠……(Kern, Fig 14)
= 2,1 × 2,42 = 2,15 × 2,42
= 0,7542 = 0,8629
12. ho terkoreksi 12) hi terkoreksi
ℎ𝑜 ℎ𝑖𝑜
ℎ𝑜 = × ∅𝑠 ℎ𝑖𝑜 = × ∅𝑡
∅𝑠 ∅𝑡
𝐵𝑡𝑢 = 4,8040
𝐵𝑡𝑢
× 0,8629
= 10,3295 × 0,7542 𝑓𝑡 2 ℎ𝑟℉
𝑓𝑡 2 ℎ𝑟℉
𝐵𝑡𝑢
𝐵𝑡𝑢 = 4,1453 𝑓𝑡 2 ℎ𝑟℉
= 7,7905 𝑓𝑡 2 ℎ𝑟℉
13) Menghitung Uc
𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑖𝑜 . ℎ𝑜 4,1453 2 𝑥 7,7905 2 𝐵𝑡𝑢
𝑓𝑡 ℎ𝑟℉ 𝑓𝑡 ℎ𝑟℉
𝑈𝑐 = = = 2,7056 2
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜 𝐵𝑡𝑢 𝑓𝑡 ℎ𝑟℉
(4,1453 + 7,7905) 2
𝑓𝑡 ℎ𝑟℉
14) Menghitung Ud
OD = 1 inc dan BWG = 14 didapatkan a”= 0,2618 ft2/ft……(Kern, tabel 10)
Nt = 400
L = 10 ft
𝑄 88849,3056 𝐵𝑡𝑢⁄ℎ𝑟 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑑 = 𝑁𝑡 𝑥 𝑎" 𝑥𝑡𝑢𝑏𝑒 = = 1,0081 ℎ𝑟𝑓𝑡 2 ℉
𝐿 𝑥 𝐿𝑀𝑇𝐷 400 𝑥 0,2618 𝑓𝑡 2 ⁄𝑓𝑡 𝑥 10𝑓𝑡 𝑥 87,156 ℉
15) Menghitung Rd
𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑 (2,7056 − 1,0081) 𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑟𝑓𝑡 2 ℉
𝑅𝑑 = = = 0,6223
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑 2,7056 𝐵𝑡𝑢 𝑥 1,0081 𝐵𝑡𝑢 ℎ𝑟𝑓𝑡 2 ℉
2
ℎ𝑟𝑓𝑡 ℉ ℎ𝑟𝑓𝑡 ℉2
Pressure Drop
Shell side, Hot fluid (Solar) Tube side, Cold fluid (Crude Oil)
1. Factor friksi (f) 1. Faktor friksi (f)
𝑅𝑒𝑠 = 546,7803 𝑅𝑒𝑡 = 316,6175
𝑓 = 0,0036𝑓𝑡 2 /𝑖𝑛2 𝑓 = 0,0038 𝑓𝑡 2 /𝑖𝑛2
….(Kern, fig 29) ….(Kern, fig 29)
Sg = 0,83 Sg = 0,8302
Ds = 30,748 in
= 30,748 𝑖𝑛 : 12 = 2,5623 ft
2. Jumlah Crosses 2. Pressure Drop (∆Pt)
L = 10 ft L = 10 ft
B = 23,623 in n=1
12 𝐿 12 𝑥10 𝑓. (𝐺𝑡 )2 . 𝐿. 𝑛
𝑁+1= = ∆𝑃𝑡 =
𝐵 23,623 5,22. 1010 . 𝐷. 𝑆𝑔. ∅𝑡
= 5,798 0,0038 𝑥(8268,5004)2 𝑥10𝑥1
=
5,22𝑥1010 𝑥0,0695𝑥0,8302𝑥0,8629
= 0,001002 psi
Tabel IV.3 Data hasil perhitungan heat exchanger 002 di kilang PPSDM Migas.
Efisiensi Heat Exchanger 74,54 %
Loses 25,46 %
BAB III
PROSES PRODUKSI
mempunyai sifat :
1) Sangat stabil pada suhu biasa
2) Rantai pendek dari parafin biasa dipakai untuk mengidentifikasikan crude
petroleum
3) Rantai panjang parafin selalu berada dalam minyak bumi
4) Karakteristik Crude Oil Kawengan
Spesifik Gravity 60/600F : 0,853
API Gravity 600F : 33,2
Pour Point (oF) : 80
Sulfur Content (%wt) : 0,231
Water Content (%vol) : 0,18
Wax content (%vol) : 14,4
Flash Point (0F) : 35
Kinematic Viscosity (100 oF) : 5,64 (5,17) Karakteristik Faktor
Kuop : 11,8
Salt Content (7PTB, max) : 10
PTB Ashpal Content (%wt) : 0,18
b) Crude Oil Ledok
Crude oil yang mengandung hidrokarbon jenis naftane dan sedikit yang
mengandung hidrokarbon parafin. Dimana dapat disebut juga jenis naftane yang
mempunyai sifat-sifat identik dengan senyawa parafin, yang mempunyai struktur
siklus, maka disebut sikloparafin
Karakteristik Crude Oil Ledok
1) Spesifik Gravity 60/600F : 0,8305
2) API Gravity 600F : 38,9
3) Pour Point (0F) :2
4) Sulfur Content (%wt) : 0,99
5) Water Content (%vol) : 0,18
6) Wax content (%vol) : 3,66
7) Salt Content (7PTB, max) : 10
8) PTB Ashpal Content (%wt) : 3,66
2 hrs. / 100 oC
5 Doctor Test D-4925 Negative
6 Aromatic Content % volume D-1319 25
Sumber: Pertamina (2012)
a) Pertasol CC
Produk pertasol CC diproduksi di unit Kilang PPSDM Migas dalam waktu –
waktu tertentu (hanya memproduksi secara on demand). Pertasol CC memiliki
spesifikasi yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat pada tanggal 6
Februari 2012 yang dapat dilihat pada table 6.
Direktur Jendral Minyak dan Bumi pada tanggal 15 Agustus 2011 dapat dilihat di
table 7.
Metode
No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji
ASTM
1 Nilai Kalori MJ/kg D-240 42,23
2 Density pada 15 oC kg/m3 D-1298 934,4
3 Viskositas mm2/det D-445 129,58
4 Kinematic % m/m D-1552 0,124
5 Kandungan Sulfur oC D-97 45
Solar atau gas oil mempunyai trayek didih 250 – 350 oC. BBM jenis solar 48
memiliki spesifikasi berdasarkan ketentuan Dirjen Migas yang dapat dilihat pada
table 8.
0,30 5453
0,25
0,05
0,005
Distilasi: o
5 C - 370 D-86
90% vol. Penguapan
o
6 Titik nyala C 52 - D-93
o
7 Titik kabut C - 18 D-2500
Atau
o
8 Titik Tuang C 18 D-97
9 Residu karbon % m/m - 0,1 D-189
10 Kandungan air mm/kg - 500 D-6304
D-7806/ D-
11 Kandungan FAME % v/v - 20
7371
12 Korosi lempeng tembaga - Kelas 1 D-130
13 Kandungan abu % m/m - 0,01 D-482
14 Kandungan sedimen % m/m - 0,01 D-473
15 Bilangan asam kuat mg KOH/g - 0 D-664
16 Bilangan asam total mg KOH/g - 0,6 D-664
17 Warna No. ASTM - 3,0 D-1500
18 Lubricity (60 oC) Micron - 460 D-6079
19 Kestabilan oksidasi Jam 35 EN-15751
Sumber: Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi (2016)
fraksi yang mampu keluar dari puncak kolom di kondensasikan pada kondensor
(CN 1, CN 2, CN 3, CN 4) dan bagi fraksi yang terkondensasi didinginkan pada
cooler 15 dan 16 serta box cooler 3.4.5 dan 6 dari sini ditampung pada separator 1
dan selanjutnya di tampung pada tangki No. 115 untuk dipergunakan sebagai refluk
kolom C2.Bagi fraksi yang tidak bisa di kondensasikan pada kondensor 1.2,3,dan
4 di kondensasikan pada kondensor 5,6.7.9,10,11,dan 12 dari sini minyak
didinginkan lebih lanjut pada cooler No. 3 dan 4 yang selanjutnya di tampung pada
separator 3 untuk dipisahkan dari airnya, dari separator 3 minyak ditampung pada
tangki no 116,117, dan 117 sebagai produk yang disebut pertasol CA. Hasil
samping kolom C2 (side stream) berupa pertasol CB setelah mngalami pendinginan
pada cooler no 2 ,5 dan 9 ditampung pada sparator 4 untuk dipisahkan dari air nya
yang selanjutnya di tampung pada tangki no 110 sebagai produk yang disebut
pertasol CB. Hasil bottom C2 berupa naphta setelah mengalarmi pendinginan pada
cooler No. 13 dan 14 ditampung pada sparator 2 untuk dipisahan dari air yang
terikut yang selanjutnya di tampung pada tangki 109 untuk dipergunakan sebagai
reluk kolom C1.
Produk pertasol CC diambil dari side stream (hasil samping) no 8 kolom
C1, setelah mengalami pendinginan pada cooler no 2 ditampung pada separator 7
untuk dipisahkan dari air yang terikut yang selanjutnya di tampung pada tangki No,
112 dan 113 sebagai produk yang disebut pertasol CC. Produk kerosin diambil dari
side stream No, 6 dan 7 kolom C1 setelah diproses pada kolom stripper (C3) dari
bottom C3. Minyak kerosin didinginkan pada cooler 7.8 dan 12 ditampung pada
sparator 5 untuk dipisahkan dari airnya yang selanjutnya ditampung pada tangki no.
106. 124, 125 dan 126 sebagai produk yang disebut kerosin. Produk solar diambil
dari side stream No.1 sampai dengan 5 kolom C1 setelah diproses pada kolom solar
stripper (C4) dari bottom C4 minyak solar di manfantkan sebagai bahan pemanas
pada HE No.3 dari HE No.3 solar menuju HE No.2,selanjutnya solar didinginkan
pada cooler 6 dan 11 yang selanjutnya ditampung pada sparator 6 untuk dipisahkan
dari airnya dan dari sini solar di tampung pada tangki No 111, 120, dan 127 sebagai
produk yang disebut solar.
Hasil bottom C1 berupa POD ( Paralin Oil Distilat ) setelah mengalami
pendinginan pada Box Cooler No.2 ditampung pada sparator 7 untuk dipisahkan
dari aimya yang selanjutnya ditampung pada tangki No. 118 dan 119 sebagai
produk yang disebut POD ( Parafin Oil Distilat).
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
IV.1.2 Furnace
Furnace adalah dapur yang digunakan sebagai pemanas minyak mentah
dari suhu ±130 – 300 ℃ dimana suhu ini sebagian besar mengandung fraksi
dari minyak mentah pada tekanan sedikit diatas 1 atm yang berwujud uap
kecuali residu. Perpindahan panas pada furnace yang terjadi secara tidak
langsung dengan media perantara pipa, dimana cairan yang dipanaskan dialirkan,
sedangkan sumber panas didapat dari pembakaran bahan bakar. Jumlah furnace
yang ada di PPSDM Migas adalah 6 buah. Pemanas furnace berfungsi sebagai
kelanjutan dari minyak mentah yang sebelumnya telah mendapatkan pemanas
awal pada HE. Spesifikasi Furnace:
TUBE
a. Diameter inchi 4 4 4 4 2 2
b. Panjang mm 6.000 6.000 6.000 6.000
c. Jarak antar
mm 350/330 350/330 350/330 350/330
tube
d. Tata letak Horizontal Horizontal Horizontal Horizontal Vertikal Vertikal
e. Bahan/ Low Cr. Low Low Low Low Low
material Mo Cr.Mo Cr.Mo Cr.Mo Cr.Mo Cr.Mo
Fuel Oil Fuel Oil Fuel Oil Fuel Oil Fuel Oil Fuel Oil
Pt
f.Bahan bakar & & & & & &
Gas Gas Gas Gas Gas Gas
Tahun Pembuatan 1913 1913 1913 1913 2013 2103
IV.1.3 Evaporator
Evaporator adalah alat untuk memisahkan fraksi ringan yang telah
bercampur dengan fraksi berat dalam minyak mentah dengan proses penguapan.
Wujud dari fraksi ringan adalah uap yang keluar menjadi hasil atas pada evaporator
dan residu menjadi fraksi berat yang keluar menjadi hasil bawah dari evaporator.
Proses pemisahan dalam evaporator didasarkan pada perbedaan densitas
antar 2 fraksi dan dibantu dengan injeksi uap yang berfungsi untuk menurunkan
tekanan parsial komponen hidrokarbon sehingga penguapan lebih mudah.
Evaporator di PPSDM Migas terdapat 1 yang dipasang secara vertikal. Kolom
evaporator adalah kolom pemisah yang tidak memiliki plat. Dibagian bawah
terdapat cungkup (anchoring) untuk menahan cairan yang akan meninggalkan
evaporator. Spesifikasi evaporator :
DATA OPERASI
a. Temperatur atas ᵒC 175 280 280
b. Temperatur bawah ᵒC 200 300 320
c. Design temperatur ᵒC 360 360 400
d. Tekanan normal kg/cm² 0,3 0,3 0,3
Tahun pembuatan 1913 1913 1913
berfungsi untuk Memisahkan fraksi – fraksi minyak bumi dari aliran sisi C-1.
Spesifikasi kolom fraksinasi :
DATA OPERASI
a. Temperatur atas ᵒC 125 80
b. Temperatur bawah ᵒC 320 120
c. Design temperatur ᵒC 400 360
d. Tekanan normal kg/cm² 0,3 0,3
IV.1.6 Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mencairkan produk gas atau solvent uap
ringan (Pertasol CA) dari kolom atas C-2 dan juga mengubah fase uap menjadi
cair yang masih panas menggunakan air sebagai media pendingin. Terdapat
12 unit kondensor yang beroperasi. Kondensor utama (CN – 1,2,3,4) berfungsi
untuk mengkondensasikan uap pertasol CA dari kolom fraksinasi 2 (C-2). Sub
kondensor (CN – 5 s.d CN – 12) berfungsi untuk mengkondensasikan uap pertasol
CA yang tidak dapat terkondensasi pada kondensor utama. Spesifikasi kondensor
:
IV.1.7 Cooler
Cooler berfungsi untuk mendinginkan produk minyak yang keluar dari
stripper, fraksinasi, heat exchanger, dan kondensor dengan air pendingin
dengan temperature tertentu sebelum masuk pada tangki penampungan. Cooler
yang digunakan pada unit kilang ada 2 jenis yaitu :
1) Shell and Tube
Cooler pada jenis ini terdiri dari shell and tube, air pendingin berada pada
shell dan minyak pemanas berada pada tube, dengan arah berlawanan. Cooler
(CL - 1,2) berfungsi untuk mendinginkan produk pertasol CC. Cooler (CL - 3,4)
berfungsi untuk mendinginkan produk pertasol CA. Cooler (CL – 5,9 ) berfungsi
untuk endinginkan produk pertasol CB. Cooler (CL – 6, 10, 11) berfungsi untuk
mendinginkan produk solar. Cooler (CL – 13,14) berfungsi untuk mendinginkan
produk bawah C-2.
2) Box Cooler
Tube dilewati oleh fluida panas lalu masuk dalam kotak segi empat yang
berisi air pendingin, air didalam box tersebut selalu disirkulasikan. Box Cooler
(BL – 1 s/d 6) berfungsi untuk mendinginkan produk minyak bumi.
IV.1.8 Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan air dan gas yang masih
terkandung dalam produk berdasarkan perbedaan massa jenis (density). Air akan
Program Studi Teknik Kimia 56
Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Efisiensi Heat Exchanger –002 di Unit
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
mengendap atau berada di bawah, hasil dari produk atas akan berada di atas.
Lalu gas akan dikeluarkan melalui puncak atas, dan ditampung pada tangka
penampung. Separotor di PPSDM Migas Cepu terdiri dari separator 1-9. Separator
(S – 1, 3) berfungsi untuk memisahkan produk pertasol CA dan air. Separator (S –
2, 4) berfungsi untuk memisahkan produk naptha (S-2) dan pertasol CB.
Diameter Tinggi
Jenis alat Notasi Service Tahun
(ID/ cm) ( Cm )
Separator - 1 S-1 Pertasol CA 154 465
Separator - 2 S-2 Naphtha 150 465
Separator - 3 S-3 Pertasol CA 110 480 211
Separator - 4 S-4 Pertasol CB 60 498 2008
Separator - 5 S-5 Kerosine 33 440 1913
Separator - 6 S-6 Solar 33 440 1913
Separator - 7 S-7 PH Solar 33 440 1913
Separator - 8 S-8 Pertasol CC 44 495
Separator - 9 S-9 Naphtha 85 535
Separator 1 Gas S-1G Gas
Separator 2 Gas S-2G Gas
Daya : 5,5 Kw
Frekuensi : 50 Hz
Buatan : Jepang
Speed : 1450
Driver : 132 KW
2) Blower
Merk : VEN MEGA
Type : MP 14-C 18
ITEM : VT 400 – IC
Flow Rate : 6300 kg/H
Motor penggerak blower
Merk : MARELLI COMPACAGTE
Type : A 2 C 163 1 11 000
Tegangan : 380 volt
Daya : 11 KW
2) Pengering Udara
No. Seri : 1202
Tekanan Operasi : 7,5 bar
Temperature : 45℃
Fluida : Udara
Absorber : Alumin
Volume : 38 Liter
2) Generator 2 Cummins V
Generator Prime Mover
Merk : NEW AGE Merk : Cummins STAMFORD
Type : X07H326534 Type : KTA 38 G 5
Kapasitas : 1030 KVA Kapasitas: 1020/950 BPH
Voltage : 400 volt Putaran : 1500 rpm
Frek : 50 Hz Made in : India
Phase : 3
4) Generator 9 Cummins IV
Generator Prime Mover
BAB V
LABORATORIUM DAN PENGENDALIAN MUTU
V.1 Laboratorium
V.1.1 Laboratorium Dasar
PPSDM Migas memiliki laboratorium dasar. Laboratorium ini bertugas
untuk menguji kualitas produk dari minyak bumi agar sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan oleh Dirjen Migas yang hampir sama dengan laboratorium
Pengujian Hasil Produk, namun di laboratorium ini lebih fokus pada pelaksanaan
pelatihan dan sertifikasinya. Selain itu di laboratorium dasar ini tidak hanya
terfokus terhadap analisa minyak bumi namun juga terdapat analisa lain pada
laboratorium dengan bidang lain. Laboratorium yang tersedia diantaranya :
a. Laboratorium Kimia
b. Laboratorium Migas
c. Laboratorium Sipil
d. Laboratorium Geologi
e. Laboratorium Lindungan Lingkungan
sulfur, hidrokarbon dan lain-lain. Produk yang dihasilkan oleh kilang dan diuji serta
54 dianalisa di laboratorium ini sebelum didistribusikan antara lain Pertasol
CA, Pertasol CB, Pertasol CC, Solar, dan Residu.
Adapun metode uji yang digunakan dalam analisa produk hasil olahan
minyak bumi yaitu sebagai berikut :
1. Metode uji specific gravity 60/60˚F, ASTM D-1298.
2. Metode uji kadar air, ASTM D-9.
3. Metode uji viskositas kinematik, ASTM D-445.
4. Metode uji doctor, ASTM D-484.
5. Metode uji kandungan sedimen dengan metode ekstraksi, ASTM D-473.
6. Metode uji smoke point, ASTM D-1322.
7. Metode uji viskositas redwood I, IP 70.
8. Metode uji kandungan aromat, SMS-1290.
9. Metode uji angka asam dan basa metode titrasi warna-indikator, ASTM 974.
10. Metode uji warna saybolt, astm D-156.
11. Metode uji titik tuang, ASTM D-97.
12. Metode uji distilasi, ASTM D-86
13. Metode uji warna, ASTM D-1500
BAB VI
UTILITAS
e. Klarifikasi
Proses klarifikasi yaitu proses penjernihan, jadi proses ini bisa merupakan
gabungan antara proses sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi. Proses ini dapat
dilakukan dengan memperbesar konsentrasi flok dan recycle sludge.
f. Filtrasi
Proses filtrasi merupakan proses penyaringan. Dalam proses klarifikasi
masih banyak flok yang masih banyak terendapkan sehingga untuk
menghasilkan air yang baik dilakukan penyaringan.
±6 kg/cm. Kegunaan steam dari boiler antara lain, pemanas untuk fluida (air dan
minyak-minyak berat), sebagai penggerak mesin (uap torak, uap turbin), dan
proses pengolahan (minyak unit kilang).
2. Penyediaan udara bertekanan
Caranya adalah udara atmosfer dimasukkan ke dalam compressor
sehingga akan menghasilkan udara bertekanan. Kompresor adalah suatu alat yang
digunakan untuk menempatkan udara yang digerakkan dengan motor listrik.
Kegunaan dari udara bertekanan ini yaitu sebagai media instrumentasi pneumatic,
dan media kerja yang lain. Seperti pada unit wax plant, dan sebagai daya dorong
yang mengembuskan cairan.
3. Penyediaan air lunak
Caranya adalah air industri dimasukkan kedalam softener sehingga
kesadahan air akan turun. Air lunak digunakan untuk air umpan ketel dan air
pendingin mesin (choose current), air yang digunakan untuk umpan ketel harus
memenuhi beberapa syarat yang tela ditetapkan diantaranya pH air sekitar 8,5-9,5
dengan kesadahan total mendekati nol. Hal ini dimaksudkan agar dalam ketelatau
boilertidak cepat terbentuk kerak dan tidak terbentuk korosi.
4. Penyediaan air dingin
Proses penyediaan air pendingin dilakukan dengan cara melewatkan air
bekas pemanas dari cooler dan condensor cooling tower sehingga dapat
menghasilkan air pendingin tersebut adalah untuk mendinginkan minyakminyak
panas didalam coolermaupuncondensor.
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELMATAN KERJA
Fasilitaas-fasilitaas yang dimiliki oleh unit pemaadam api dan keselamatan kerja
sebagai berikut :
a. Mobil pemadam kebakaran.
b. Jaringan hydrant di semua lingkungan PPSDM Migas (60 buah)
c. 3 unit fasilitas jaringan pompa hydrant (2 listrik, 1 diesel)
d. Mesin pompa merk Godiva sebnayak 3 buah
e. Mesin kompresor pengisi tabung Briting Aperatus
f. Mobil penambah busa
APAR yang berjumlah ± 500 buah.
BAB VIII
UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
VIII.1 Pengertian
Limbah merupakan suatu masalah yang timbul akibat dari proses produksi
yang memerlukan suatu penanganan khusus agar tidak terjadi pencemaran di
lingkungan sekitarnya. Limbah yang ada di PPSDM Migas berupa limbah
cair, limbah padat, dan limbah gas. Pengolahan limbah di PPSDM Migas bertujuan
untuk :
1. Mengurangi kadar polutan dalam air buangan sehingga tidak
menimbulkan pencemaran.
2. Melindungi ekosistem air dari dampak kekurangan oksigen akibat
tertutupnya permukaan air oleh minyak .
3. Menghindari timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan.
4. Menghindari timbulnya rasa dan bau yang tidak enak jika digunakan
sebagai air minum.
5. Menjaga keindahan lingkungan
menghasilkan buah atau bagian tanaman lainnya yang biasa dimakan, misalnya
pohon mangga. Debu tidak dapat dieliminasi dengan penghijauan karena debu akan
menempel pada daun-daun yang lama kelamaan menutupi seluruh daun yang
akibatnya daun menjadi kuning dan mati karena tercemar dan tidak berfotosintesis
dengan baik. Debu juga perlu dikelola karerna akan berdampak pada kesahatan
pekerja dan masyarakat di sekitar Pusdiklat Migas. Apabila terakumulasi secara
terus- menerus di lalam tubuh. Pengendalian debu sebaiknya menggunakan
cyclone, di dalam cyclone udara yang mengandung partikulat debu dimasukan
dari bagian atas dan berputar di dalam silinder. Cyclone konvensional akan
menghilangkan 50-80% partikulat yang kebanyakan berukuran 10 mikro atau
lebih. Cyclone dapat dipilih untuk pengendalian partikulat di Pusdiklat Migas
Karena hanya menggunakan energi yang kecil.
Metode yang digunakan untuk pengujian limbah udara dan partikulat
diantaranya adalah:
a) Metode West-Gaeke digunakan untuk penetapan kadar SO2 di udara.
Prinsip : gas SO2 diserap oleh larutan natrium/kalium tetra chloro mercurate(TCM),
KaHgC4, membentuk kompleks dichloro sulfonato mercurate. Kompleks ini
kemudian direaksikan dengan larutan pararosanilin dan formaldehid
membentuk asam pararosanilin metal sulfonat yang berwarna merah ungu.
Larutan ini kemudian diukur adsorbennya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang (λ) 550 nm.
b) Metode Griess-Saltzman digunakan untuk penetapan kadar NO2 di udara.
Prinsip : Gas NO2 dari udara diserap oleh larutan campuran N-(1-Naphthyl)
Ethylenediamine Dihydrochloride, asam sulfanilat dan asam asetat
membentuk zat warna azo yang berwarna merah ungu dan diukur pada
panjang gelombang (λ) 550 nm.
c) Metode Amonia digunakan untuk penetapan kadar amonia di udara secara
kalorimetri dalam kisaran konsentrasi 1,6-160 ppm (1200-120000 μg/Nm3).
d) Metode metilen biru digunakan untuk penetapan kadar H2S di udara.
(Rahmadi, dkk. 2020)
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
IX.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama Praktek Kerja
Lapangan di PPSDM Migas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pengolahan secara distilasi atmosferik di PPSDM Migas
menghasilkan produk berupa pertasol CA, pertasol CB, pertasol CC, solar
dan residu.
2. Dari data dilapangan hasil yang di dapat, dilakukan perhitungan efisiensi
alat Heat Exchanger 0002 di kilang PPSDM Migas Cepu adalah 74,54 %
dengan loses sebesar 25,46 %.
3. Heat exchanger -002 masih layak digunakan atau dioperasika karena tidak
melebihi pressure drop yang diizinkan. Nilai pressure drop yang diizinkan
sebesar 10 Psi.
IX.2 Saran
1. Sebaiknya adanya penambahan isolasi pada shell sehingga kinerja alat
penukar panas ini lebih optimal karena panas tidak terbuang ke
lingkungan.
2. Agar pengoperasian Heat Exchanger berjalan dengan baik maka perlu di
uji ulang HE 002 tersebut supaya didapat data desain yang diijinkan dan
dapat dilakukan pembersihan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN