Disusun Oleh :
Oleh :
Savira Farizqy Damayanti
NPM. 17031010119
Pembimbing :
Ir. Nurul Widji Triana, MT
NIP. 19610301 198903 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MIGAS
CEPU
JAWA TENGAH
Disusun oleh :
Savira Farizqy Damayanti
NPM. 17031010119
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI NERACA MASSA DAN NERACA PANAS PADA
EVAPORATOR
Pada Tanggal :
01 OKTOBER 2020 – 31 OKTOBER 2020
Disusun oleh :
1. Titan Obby Pangestu (17031010116)
2. Savira Farizqy D. (17031010119)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya sehingga kami diberikan kekuatan dan
kelancaran dalam menyelesaikan seluruh rangkaian Praktik Kerja Lapang dan
penyusunan Laporan Praktik Kerja di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas (PPSDM MIGAS). Tugas ini disusun dan diajukan untuk
memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi S-1 pada jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui permasalahan yang ada di dalam pabrik serta solusi yang dilakukan.
Dengan selesainya praktik kerja dan laporan praktik kerja ini, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Dra. Jariyah, MP. selaku Dekan Fakultas Teknik UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2. Dr. Ir. Sintha Soraya Santi, MT selaku Koordinator Program Studi Teknik
Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Ir. Nurul Widji Triana, MT selaku dosen pembimbing praktik kerja.
4. Bapak Agus Tri Wahyudi, A.md. selaku pembimbing lapangan di PPSDM
MIGAS.
5. Seluruh pimpinan, staf, dan karyawan PPSDM MIGAS yang telah memberikan
bantuan dan informasi yang diperlukan penyusun selama melakukan praktik
kerja.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan praktik kerja lapang.
Akhir kata, kami menyampaikan maaf atas kesalahan yang terdapat dalam
laporan praktik kerja ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penyusun berikutnya, penyusun mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
VI.2 Pengadaan dan Kebutuhan Air (Unit Water Pump Station) .................... 73
BAB VIII............................................................................................................... 80
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
serangan Jepang. Akibat dari politik bumi hangsu tersebut kilang Cepu hancur
dan tidak dapat dioperasikan.
Pada tahun 1944, Jepang telah menguasai Indonesia dan mulai
membangun kembali kilang minyak Cepu dan melakukan pengeboran baru di
lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo, dan Semanggi. Sumber minyak
dibangun bersama tenaga sipil Jepang, tenaga rakyat Indonesia yang ahli dalam
bidang perminyakan, serta pengeboran dilakukan oleh tawanan perang.
Kemudian Jepang menyelenggarakan pendidikan perminyakan di Indonesia
dengan nama Shokko Gokku, yang sebelumnya dibuat oleh Belanda dengan
nama Midlbare Petroleum School.
c. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1945)
Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada
tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
sehingga kilang minyak Cepu diambil alih oleh pemerintah Indonesia.
Berdasarkan maklumat Menteri Kemamuran No. 5 perusahaan kilang minyak
Cepu dipersiapkan sebagai Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN).
Setalah PTMN dibekukkan pada akhir tahun 1949 dan setelah
kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta maka pengelolaan tambang minyak
diserahkan kepada Komando Rayon Militer Blora dibawah pengawasan
KODIM Blora. Tambang minyak ini diberikan nama Administrasi Sumber
Minyak (ASM). Pada tahun 1951 diserahkan kepada pemerintah sipil kembali
untuk dibentuk Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia (PTMRI) yang
menghasilkan bensin, kerosin, solar, dan sisanya residu.
Pada tahun 1957 PTMRI berganti nama menjadi Tambang Minyak
Nglobo CA (Combine Anexis). Berdasarkan UU No.19/1960, pada tahun 1961
didirikan tiga perusahaan minyak, yaitu salah satunya PN Perusahaan Minyak
dan Gas Nasional (PN Permigan), sebagai penjelmaan dari perusahaan
tambang minyak Nglobo CA. Dari ketiga perusahaan yang didirikan, PN
Permigan merupakan perusahaan yang paling kecil kapasitasnya
KEPALA SUBBAGIAN
KEPALA SUBBAGIAN
KEPEGAWAIAN DAN
KEUANGAN
UMUM
Andhy Mahendra, S.E., M.Ec.Dev.
Arisona, S.E.
19831116 201012 1 002
19750827 200604 1 016
KEPALA
KEPALA BIDANGPENYELENGGARAAN
KEPALA BIDANGPROGRAM BIDANGPERENCANAAN DAN
DAN SARANA
DAN EVALUASI STANDARDISASIPENGEMBA
PRASARANAPENGEMBANGAN
Waskito Tunggul Nusanto, NGAN SUMBER DAYA
SUMBER DAYA MANUSIA
S.Kom., M.T. MANUSIA
Ir. Sulistyono
19690124 199103 1 001 R. Suhardi, S.T.
19650906 199103 1 002
19680620 199003 1 001
KEPALA
KEPALA
SUBBIDANGPERENCANAAN
SUBBIDANGPENYELENGGARAAN
KEPALA SUBBIDANGPROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
PENGEMBANGANSUMBER DAYA
Agus Alexandri, S.T.,M.T. MANUSIA
MANUSIA
19760817 200801 1 001 Fransiskus Xaverius Yudi Tryono,
Suntoro, S.T.
S.T.,M.T.
19700707 199103 1 005
19720425 200604 1 001
WIDYA ISWARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d) Bila tidak ada gangguan, suhu furnace dinaikkan dengan menambah bahan
bakar solar yang diatomizing dengan udara panas bertekanan, sampai suhu
fluida ± 100oC.
Jika suhu outlet solar sirkulasi 275-280 oC, feed yang mula-mula dari
tangki penyimpanan solar diganti dengan minyak mentah, sementara solar
diganti sebagai pembakar di furnace diganti fuel oil.
3. Sirkulasi Panas
Sirkulasi panas bertujuan untuk memeriksa kebocoran dengan
menggunakan temperature yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sirkulasi
dingin dan memberikan pemanasan pendahuluan secara perlahan-lahan
sehingga merata keperalatan yang bekerja dengan panas, sehingga bila
peralatan dijalankan pada suhu yang relative lebih tinggi tidak mengalami
pemanasan yang mendadak.
b. Proses Distilasi Atmosferis
Proses pengolahan dengan distilasi atmosferis bertujuan untuk
memisahkan crude oil menjadi produk hasil pemisahan pada berbagai fraksi,
yaitu pertasol CA, pertasol CB, pertasol CC, solar dan residu.
Produk dihasilkan dari beberapa tahapan yaitu pemanasan, penguapan
dan pemisahan, pengembunan dan pendinginan, serta pemisahan. Proses
berlangsung pada tekanan sedikit atmosfer sehingga disebut Distilasi
Atmosferis. Proses Pengolahan ini meliputi:
1. Pemanasan
Pemanasan ini dimaksudkan untuk membantu evaporator dalam mencapai
temperature optimum sehingga fraksi berat dan ringan dapat dipisahkan dengan
baik.
a) Pemanasan Pada Heat Exchanger (HE-2,3,4,5)
Minyak mentah dari tangki penampungan T-101 dan T102 dipompa
dengan pompa centrifugal P 100-3, P 100-4, dan P 100-5 menuju HE untuk
mendapatkan pemanasan pendahuluan. Minyak mentah masuk ke HE-
2,3,4,5.
Proses pemanasan pada HE-2 minyak mentah masuk pada suhu 34oC
dan keluar dari HE-2 pada suhu 58oC. Kemudian masuk menuju HE-3
dengan suhu 58oC dan keluar pada suhu ±70 oC. Pada HE-2,3 berupa solar.
Selanjutnya pemanasan pada HE-4 dengan suhu masuk ±70oC dan keluar
dengan suhu 110oC. Dilanjutkan dengan pemanasan di HE-5 dengan suhu
masuk 110oC dan keluar dengan suhu 120oC. Pemanas pada HE-4 dan HE-
5 adalah residu.
b) Pemanasan Pada Furnace (F-1,3)
Furnace berfungsi sebagai pemanas lanjut dari minyak mentah, yang
sebelumnya mendapat pemanasan awal didalam Heat Exchanger.
Perpindahan panas pada furnace terjadi secara tidak langsung dengan media
perantara berupa tube-tube yang didalamnya mengalir minyak mentah.
Sedangkan sumber panasnya berasal dari pembakaran bahan bakar.
Minyak mentah melalui HE-2,3,4,5 kemudian masuk Furnace-1,3
melalui tube bagian atas pada suhu 120oC dan diteruskan kebagian bawah.
Panas hasil pembakaran digunakan untuk memanasi seluruh ruang bakar
dan tube-tube yang didalamnya mengalir minyak mentah, maka terjadi
perpindahan panas secara tidak langsung. Bahan yang digunakan terdiri dari
fuel oil, fuel gas dan udara bertekanan.
Setelah mengalami pemanasan, fraksi-fraksi ringan yang terdapat
dalam minyak mentah akan berubah menjadi uap, sedang fraksi beratnya
tetap menjadi cairan. Minyak mentah keluar dari furnace pada suhu 330oC,
yang akan dimasukkan ke dalam suatu ruangan atau kolom pemisah (V-1).
2. Penguapan dan Fraksinasi
a) Proses Pemisahan Pada Evaporator (V-1)
Proses yang terjadi merupakan proses secara fisika yaitu proses
pemisahan uap minyak dan cairannya atau antara fraksi berat dan ringannya.
Minyak mentah masuk pada bagian tengah kolom pemisah pada suhu
330oC. Di dalam kolom pemisah tersebut, dengan adanya steam stripping
dan pemanasan, maka senyawa H yang telah sampai pada titik didihnya
akan berubah menjadi fase uap dan yang belum akan tetap berupa cairan.
Untuk meningkatkan efisiensi penguapan, maka aliran feed dibuat tidak
langsung ketengah kolom tetapi dibuat serong mendekati dinding bagian
dalam kolom.
Disamping itu, agar penguapan berjalan baik, maka dari bawah
evaporator diinjeksikan steam (steam stripping) pada suhu 170oC dan
tekanan 1,25 kg/cm2, yang berfungsi untuk menurunkan tekanan partiil
hidrokarbon, sehingga titik didihnya menjadi turun dan akan menguap.
Fraksi ringan akan keluar sebagai hasil atas kolom pemisah pada suhu
340oC dan tekanan 0,26 kg/cm2. sedang fraksi berat akan keluar sebagai
hasil bawah pada suhu 295oC.
b) Proses Pemisahan Pada Kolom Residu Stripper (C-5)
Residu yang merupakan hasil bnawah kolom pemisah (V1), secara
gravitasi masuk ke kolom residu stripper (C-5) pada tray ke-4 dengan suhu
295oC. di dalam kolom, cairan (fraksi berat) akan turun ke bawah melewati
tray-tray yang ada di dalam kolom. Dengan adanya weir pada setiap tray,
maka cairan yang turun ini akan mengisi tray dengan ketinggian tertentu dan
cairan yang melebihi weir akan turun melalui down comer ke tray
dibawahnya.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, maka diinjeksikan steam
secara tidak langsung dari bawah kolom dengan suhu 150oC dan tekanan
2,8 kg/cm2, Steam akan naik keatas melalui riser yang ada pada tray,
kemudian oleh cap dibelokkan melalui slot-slot dan menembus cairan, maka
akan terjadi kontak langsung anatara uap dan cairan. Kontak ini akan
menyebabkan perpindahan panas dari cairan ke steam. Turunnya suhu
cairan menyebabkan penurunan tekanan partial hidrokarbon, sehingga titik
didih cairan akan turun dan hidrokarbon yang mempunyai titik didih rendah
(fraksi ringan) akan menguap dan terpisah dari fraksi beratnya. Proses ini
berlangsung pada setiap tray.
Fraksi ringan akan naik ke atas kolom residu stripper dan keluar sebagai
hasil atas pada suhu 292oC dan tekanan 0,21 kg/cm2. Sedangkan hasil
bawah kolom residu stripper berupa residu keluar pada suhu 250oC.
Kemudian dimanfaatkan panasnya dengan melewatkannya pada HE-2,3,4,5
yang sekaligus sebagai pemanasan pendahuluan sebelum minyak mentah
dipanaskan didalam furnace.
c) Proses Pemisahan Pada Kolom Fraksinasi 1 (C-1)
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi
berdasarkan trayek didihnya. Fraksi-fraksi minyak yang masuk ke kolom
fraksinasi 1 (C-1) sebagai umpan terdiri dari :
1). Hasil atas kolom pemisah (V-1)
Masuk pada plate nomor 1, pada suhu 340oC dan tekanan 0,23
kg/cm2.
2). Hasil atas residu stripper (C-5)
Masuk pada plate nomor 2, pada suhu 292oC dan tekanan 0,21
kg/cm2.
3). Hasil atas kerosene stripper (C-3)
Masuk pada plate nomor 16, pada suhu 130oC dan tekanan 0,18
kg/cm2.
4). Hasil atas solar stripper (C-4)
Masuk pada plate nomor 12, pada suhu 258oC dan tekanan 0,14
kg/cm2.
5). Refluks
Berupa naptha dari side stream kolom C-2 masuk pada plate nomor
21 dengan suhu 85oC.
Untuk mempertahankan dan mengatur suhu yang dikehendaki, maka
pada top kolom fraksinasi C-1 (fraksinasi 1) dilengkapi dengan refluk
naptha dari Separator 2 yang sebelumnya telah didinginkan terlebih dahulu
pada cooler. Cairan refluk ini akan turun ke bawah kolom melewati tray-
tray yang ada dalam kolom.
Sedangkan uap yang berasal dari feed akan bergerak naik ke atas melalui
riser. Dengan adanya cap, uap akan melalui slotslot dan menembus cairan.
Maka terjadi kontak antara uap dan cairan yang diikuti transfer panas dan
transfer massa.
Transfer panas ini terjadi karena panas yang dibawa uap, diambil oleh
cairan dingin, sehingga cairan yang menerima panas sebagian akan
menguap (cairan yang mempunyai titik didih rendah) dan fase cair
berpindah ke fase uap.
Sedangkan uap yang mempunyai titik didih lebih rendah atau sama
dengan titik didih cairan akan mengembun dan fase uap akan berpindah ke
fase cair. Fraksi-fraksi yang bertitik didih rendah akan keluar sebagai hasil
atas, sedangkan fraksi yang mempunyai titik didih tinggi akan keluar
sewbagai hasil bawah dan sebagian akan keluar sebagai hasil samping/ side
stream. Produk dari kolom fraksinasi 1 (C-1) terdiri dari:
1). Hasil atas kolom
Berupa uap pertasol CA dan pertasol CB yang keluar pada suhu
116oC dan tekanan 0,16 kg/cm2.
2). Hasil samping kolom
a. Pertasol CC yang keluar pada temperatur 118oC.
b. Solar yang keluar dari tray ke-4,6,8,10,12,14 pada suhu 220 oC.
3) Hasil bawah kolom
Berupa Parafin High Solar yang keluar pada 270oC.
d) Proses Pemisahan dalam Kolom Solar Stripper (C-4)
Kolom solar stripper (C-4) berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan
yang masih terikut dalam solar. Hasil samping kolom fraksinasi 1 (C-1)
berupa solar dan fraksi ringan yang terikut keluar dari tray ke-
1,6,8,10,12,dan 14, masuk ke kolom solar stripper pada tray ke-4 dengan
suhu 252oC.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, dari bawah kolom
diinjeksikan steam pada suhu 170oC dan tekanan 2,8 kg/cm2. Steam akan
naik keatas mellaui riser yang ada pada tray, kemudian olehcap dibelokan
melewati slot-slot menembus cairan, maka akan terjadi kontak langsung
antara uap dan cairan.
Kontak ini menyebabkan perpindahan panas dari cairan ke steam.
Turunnya suhu cairan menyebabkan penurunan tekanan partiil hidrokarbon,
sehingga titik didih cairan akan turun dan hidrokarbon yang mempunyai
titik didih rendah (fraksi ringan) akan menguap dan terpisah dari solar.
Fraksi ringan dalam bentuk uap akan keluar sebagai hasil atas pada suhu
245oC dan tekanan 0,14 kg/cm2. Sedangkan hasil bawah yang berupa solar
keluar pada suhu 240oC, kemudian dimanfaatkan panasnya dengan
melewatkan pada HE-1 yang berfungsi sebagai pemanasan pendahuluan
sebelum crude oil dipanaskan dalam furnace.
e) Proses Pemisahan pada Kolom Fraksinasi 2 (C-2)
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi pertasol CA dan
pertasol CB berdasarkan trayek didihnya. Fraksi-fraksi minyak yang masuk
ke kolom fraksinasi 2 sebagai umpan terdiri dari:
1) Hasil atas kolom fraksinasi 1 (C-1)
Masuk pada plate nomor 1, yang berupa uap pertasol CA dan pertasol
CB pada suhu 122oC dan tekanan 0,16 kg/cm2.
2) Refluk Pertasol CA
Masuk pada plate nomor 16, dengan suhu 72oC. Uap dari feed akan
bergerak naik keatas melalui riser, dengan adanya cap akan melalui slot-
slot dan menembus cairan. Maka terjadi kontak antara uap dan cairan
yang diikuti transfer panas dan transfer massa.Transfer panas ini terjadi
karena uap akan memindahkan sebagian panasnya ke cairan, sehingga
uap akan turun suhunya. Uap yang menembus cairan akan berbentuk
gelembunggelembung, dimana uap yang titik didihnya lebih rendah dari
suhu uap yang naik akan tetap berupa uap terus naik keatas. Sedangkan
uap yang titik didihnya lebih tinggi dari suhu uap yang naik, akan
berubah fase menjadi cairan dan akan terikut sebagai fraksi cair. Pada
keadaan setimbang, uap yang berhasil lolos dan masuk pada tray
diatasnya merupakan uap yang mempunyai titik didih rendah, sehingga
makin keatas makin rendah suhunya. Sebaliknya, semakin kebawah
suhunya makin tinggi. Dengan demikian fraksi yang bertitik didih
rendah akan keluar akan keluar sebagai hasil atas, sedangkan fraksi yang
bertitik didih tinggi keluar sebagai hasil bawah dan sebagian akan keluar
sebagai hasil samping (side stream). Adapun produk-produk yang
dihasilkan kolom fraksinasi (C-2) meliputi:
a) Hasil atas kolom
Berupa uap pertasol CA yang keluar pada suhu 90oC dan tekanan
0,09 kg/cm2.
b) Hasil samping kolom
Berupa pertasol CB yang keluar dari tray 7-14 pada suhu 111oC.
c) Hasil bawah kolom
Berupa pertasol CB yang keluar pada suhu 122oC.
Pada top kolom fraksinasi 1 (C-1) dan top kolom fraksinasi (C-2)
dinjeksikan NH3 berupa uap untuk mengikat asam klorida (HCl) yang
berasal dari garam-garam tanah yang terikat dan untuk mengikat H2S
yang terdapat pada minyak mentah.
Dengan pengikatan ini, maka kadar asam dapat dikurangi sehingga
pH dapat diusahakan netral dan korosi dapat ditanggulangi.
Reaksi:
NH3 + HCl → NH4Cl
4. Pemisahan
Produk yang didinginkan dalam cooler kemudian mengalami proses
pemisahan dalam separator. Proses pemisahan berdasarkan berat jenis produk
minyak dengan air, karena berat jenis air lebih besar daripada minyak,
mengakibatkan air berada dibagian bawah dan produk minyak dibagian atas.
Air akan keluar melalui bagian bawah separator dan produknya ditampung
dalam tangki penampungan.
c. Proses Treating
Minyak bumi mengandung kotoran-kotoran hidrogen sulfida (H2S),
merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu. Kotoran-
kotoran tersebut tidak diinginkan dalam pengolahan karena dapat menimbulkan
korosi yang dapat merusak peralatan proses dan juga dapat menurunkan mutu
produk. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan injeksi NH3 pada puncak
kolom fraksinasi serta soda treating.
1. Ammonia (NH3)
Ammonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi.
Reaksi:
1. MgCl2 + 2 H2O → Mg(OH)2 + HCl
2. HCl + NH3 → NH4Cl
3. H2S +2NH3 → (NH4)2S
Garam-garam yang terbentuk dalam air dapat dipisahkan dalam separator.
Penambahan soda dimaksudkan untuk menghilangkan merchaptan dan
senyawa belerang lainnya.
Reaksi:
1. RSH + NaOH → RSNa + H2O
2. H2S + NaOH → Na2S + 2 H2O
Kadar larutan kaustik soda yang digunakan berkadar 25%. RSNa dan Na2S
yang terjadi akan larut dalam larutan soda dan secara setting dapat dipisahkan
dari pertasol. Jadi soda treating bertujuan untuk menghindari senyawa-senyawa
belerang yang terkandung dalam pertasol karena senyawa-senyawa ini bisa
mengakibatkan korosi pada pipa maupun tangki.
d. Proses Blending
Blending adalah suatu proses pencampuran dua atau lebih minyak bumi dari
suatu proses pengolahan yang berbeda spesifikasinya, untuk mendapatkan minyak
jenis baru yang memenuhi persyaratan atau proses pencampuran minyak bumi hasil
pengolahan dengan suatu zat kimia tertentu untuk memperbaiki salah satu
spesifikasi yang ada pada minyak bumi tersebut sehingga memenuhi ketentuan
yang ada sesuai dengan kebutuhannya.
e. Peralatan Utama Unit Distilasi
Unit kilang pada PPSDM Migas mempunyai beberapa alat utama yang
digunakan pada proses pengolahan minyak mentah (crude oil) menjadi produk
minyak bumi. Untuk dapat terlaksananya proses pengolahan, maka dibutuhkan
peralatan pokok antara lain :
1. Pompa
Fungsi pompa di kilang adalah untuk mengalirakan cairan dari suatu tempat
ketempat lain, atau dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Yang digunakan adalah pompa reciprocating ( torak ) dengan penggerak
steam, pompa centrifungal dengan penggerak listrik dan pompa screw dengan
penggerak motor listrik. Penggunaan pompa menurut fungsinya adalah :
a) Pompa Feed ( umpan )
Digunakan untuk memompa feed ( umpan ) dari tangki feed ke proses.
b) Pompa Reflux
Digunakan untuk memompa dari tangki naphta ke kolom C1 dan C2.
6. Kolom Stripper
Berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang terikut pada suatu
produk. Ada dua stripper yang dioperasikan yaitu : satu unit unuk stripper
solar, satu unit untuk stripper residu, dan satu unit untuk CC stripper.
7. Condensor
Berfungsi untuk mencairkan produk uap solvent ringan ( pertasol CA) dari
puncak kolom C-2. Ada 12 unit condenser yang dioperasikan, empat unit
condenser sebagai partial condesor dan delapan unit condesor sebagai total
condenser.
8. Cooler
Berfungsi untuk mendinginkan produk cair panas menjadi produk dingin
sesuai temperature yang dikehendaki. Ada 14 cooler type shell and tube dan
enam box cooler yang dioperasikan
9. Separator
Berfungsi untuk memisahkan air, minyak dan gas dalam produk. Ada
Sembilan separator yang dioperasikan
10. Tangki
Berfungsi untuk menampung atau menyimpan crude oil dan produk-
produknya. Ada 44 tangki yang dioperasikan.
II.2 Uraian Tugas Khusus
II.2.1 Evaporator
Evaporasi adalah suatu proses dimana molekul yang berada dalam fasa cair
berubah menjadi fasa gas secara spontan. Tujuan utama dari proses evaporasi
adalah meningkatkan konsentrasi suatu zat dalam larutan tertentu.
Proses evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
A. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan
Pada umumnya larutan yang masuk ke dalam evaporator berkonsentrasi
rendah, memiliki viskositas yang rendah (hampir sama dengan air). Dan memiliki
nilai koefisien pindah panas yang cukup tinggi. Setelah mengalami proses
evaporasi, konsentrasi dan viskositas larutan akan meningkat. Hal ini menyebabkan
nilai koefisien konsentrasi pindah panas turun drastis.
B. Kelarutan
Ketika larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut meningkat, batas nilai
kelarutan suatu zat akan tercapai sebelum terbentuk kristal atau padatan. Kondisi
ini adalah batas maksimum konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang bisa dicapai
melalui proses evaporasi. Jika larutan panas didinginkan kembali ke suhu ruang
maka akan terbentuk kristal.
C. Temperatur sensitif dari suatu zat
Banyak produk, terutama produk pangan dan produk biologi lainnya sangat
sensitif terhadap temperatur dan mudah terdegradasi pada suhu tinggi.
D. Foaming
Beberapa zat yang membentuk larutan kaustik, larutan pangan seperti susu
skim, dan beberapa larutan asam lemak akan membentuk busa atau foam selama
proses pemanasan. Busa akan mengikuti uap keluar dari evaporator sehingga
menyebabkan ada masa yang hilang.
E. Tekanan dan temperatur
Titik didih suatu larutan bergantung pada tekanan dari sistem. Semakin
tinggi tekanan dalam sistem, maka titik didih suatu larutan akan semakin tinggi.
Dalam proses evaporasi, semakin tinggi konsentrasi larutan maka temperatur akan
semakin tinggi pula. Oleh karena itu, agar suhu tidak terlalu tinggi digunakan
tekanan di bawah 1 ATM (keadaan vakum).
(Christie J, Geankoplis, 1993)
1. Proses Pada Evaporator
Proses yang terjadi adalah secara fisis. Crude oil yang telah dipanaskan pada
furnace masuk ke dalam evaporator pada suhu sekitar 330C untuk dipisahkan antara
fase cair dan fase uapnya. Fase uap akan keluar lewar puncak menara evaporator
sedangkan fase cair akan keluar lewat dasar menara. Untuk membantu penguapan
fraksi ringan yan masih terbawa residu digunakan steam stripping. Steam
diinjeksikan dari bagian bawah evaporator dengan tekanan 1-1,5 atm. Dengan
injeksi steam maka tekanan parsial akan turun, sehingga titik didih akan turun dan
fraksi ringan yang masih terikut residu akan naik dan keluar dari puncak menara
evaporator.
2. Kondisi Operator Evaporator
Kondisi operasi suatu unit operasi ditentukan oleh :
1. Jumlah bahan baku yang diolah
2. Sifat-sifat bahan baku
3. Presentase masing-masing produk yang diinginkan
4. Spesifikasi produk yang diinginkan
3. Bagian-bagian Evaporator
1. Lengkapan Pengamanan (insturmentasi)
Instrumen merupakan alat bantu yang mengatur, mengendalikan dan
mengetahui jalannya suatu proses untuk mencapai suatu tingkat ketelitian
yang tinggi dalam pengoperasian unitnya. Untik menjaga keselamatan kerja
baik bagi peralatan, pekerja maupun produk itu sendiri maka pada
evaporator dipasang beberapa perlengkapan:
c. Isolasi
Isolasi pada evaporator terpasang dengan menggunakan material
pelengkat yaitu pengikat dan penguap, support atau penyangga dan
pelindung. Fungsi isolasi pada evaporator, antara lain:
a) Untuk mempertahankan suhu fluida dalam evaporator sesuai
dengan kondisi operasi.
b) Untuk mengurangi kehilangan panas.
c) Untuk menjaimin evaporator bekerja lebih nyaman pada kondisi
disebabkan oleh penyimpangan besaran tekanan dapat diatasi atau
ditekan sekecil mungkin.
d) Penghamatan bahan bakar.
d. Level indicator
Berfungsi untuk mengetahui tinggi rendahnya permukaan cairan yang
berada dalam bejan. Tujuannya agar cairan yang berada dalam bejana
tersebut bias terkontrol sehingga kerusakan peralatan maupun produksi
yang disebabkan oleh penyimpangan permukaan cairan tersebut bias
ditekan sekecil mungkin.
2. Bagian-bagian evaporator
a. Dinding (shell) terbuat dari karbon stell (baja yang terbuat dari campuran
dan karbon dimana kandungan karbonnya antara 0,1%, 1,7% atau kurang
dari 2%), gunanya menahan cairan dan untuk menahan tekanan serta
temperature yang ada didalamnya.
b. Tutup atas berbentuk elips, guna menahan tekanan dan suhu uap minyak
yang tinggi.
c. Fortex breaker, merupakan alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
pusaran pada cairan dan menghambat cairan terlalu cepat turun. Alat ini
terpasang pada outlet bottom
d. Nozzle (mulut pipa), merupakan tempat masuknya minyak mentah umpan
ke dalam bejana evaporator.
e. Lubang masuk uap air, berfungsi sebagai tempat masuknya uap air
(stripping steam), guna menurunkan tekanan parsial cairan didasar bejana.
f. Screener berfungsi untuk menahan partikel-partikel liquid agar tidak terikut
ke fase uap.
g. Drain, berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa minyak pasa stopproduksi.
h. Manhole, berfungsi untuk lubang masuk orang saat perbaikan atau
pembersihan scale atau endapan paraffin yang biasa terdapat pada inlet dan
outlet.
(Christie J, Geankoplis, 1993)
II. 2. 2 Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas Evaporator
II. 2. 2. 1 Data Evaporator
a. Spesifikasi Evaporator
b. Data Lapangan
Pertasol CA
Pertasol CB
Solar
Steam
V-1
Steam
Residu
200
150
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120
% Distilasi
Apabila digunakan persamaan regresi linear di atas, maka didapatkan data seperti
table berikut ini:
Tabel II.7 Data distilasi ASTM dan suhu koreksi crude oil
Crude Oil
%distilasi
°C °F
0 76 168,8
10 130 266
20 161 321,8
30 206 402,8
40 271 519,8
50 294 561,2
60 300 572
70 306 582,8
80 312 593,6
90 318 604,4
2. Membuat data suhu ASTM menjadi suhu EFV
Menghitung suhu pada 50% distilasi EFV untuk Crude Oil
EFV (Equilibrium Flash Vaporization) merupakan data pengamatan
operasi yang sering digunakan dalam industry minyak.
Mencari EFV 50%
Dengan cara:
Suhu ASTM 50% : 561,2 oF
ASTM 30% - ASTM 10% : 402,8 oF – 266 oF = 136,8 oF
Suhu EFV 50% : 561,2 oF + ΔT
ΔT dicari dengan cara menggunakan grafik Edmister 12.8, sehingga
diketahui :
ΔT = -15 oF
Suhu EFV 50%` = 561,2 oF - 15 oF = 546,2 oF
Mencari suhu EFV untuk persen distilasi yang lainnya dengan
menggunakan grafik Edmister 12.9
ΔT (ASTM 50% - ASTM 30%) = 561,2 oF – 402,8 oF = 158,4 oF
ΔT (dari fig 12.9) = 118 oF
ASTM EFV
% Distilasi Interval
T (oF) ΔT (oF) T (oF) ΔT (oF)
IBP 316,4 405
57,6 0-10 26
10 374 431
63,6 10-30 40
30 437,6 471
68,4 30-50 44
50 506 515
63 50-70 34
70 569 549
111,6 70-90 62
90 680,6 611
Dari data diatas kemudian dibuat grafik hubungan antara % volume dengan T (oF)
untuk ASTM – EFV
Crude Oil
700
600
500
Suhu (F)
400
ASTM
300
EFV 1,233 atm
200 EFV 1 atm
100
0
0 20 40 60 80 100
% Distilasi
∑ Hasil ∑ Hasil
∑ Umpan 163209,631 119162,645 43312,62799
Atas Bawah
V-1
+ +
Masuk = 163209,63104 Kg/hari Keluar = 163209,63104 Kg/hari
Tabel II.14 Data Distilasi ASTM Pertasol – CA, 5-7 Oktober 2020
Suhu ( pertasol CA)
%Distilasi
5 Oktober 6 Oktober 7 Oktober Rata- Rata
°F
°C °C °C
IBP 59 60 56 58,333 137
10 71 78 75 74,667 166,4
20 76 84 80 80 176
30 80 90 85 85 185
40 85 95 90 90 194
50 93 101 94 96 204,8
60 103 107 100 103,333 218
70 114 112 106 110,667 231,2
80 121 118 114 117,667 243,8
90 132 136 132 133,333 272
max 146 150 148 148 298,4
Tabel II.15 Data Distilasi ASTM Pertasol – CB, 5-7 Oktober 2020
Suhu (Pertasol CB)
%Distilasi
5 Oktober °C 6 Oktober °C 7 Oktober °C Rata – Rata °F
IBP 116 114 115 115 239
10 126 131 125 127,333 261,2
20 131 136 131 132,667 270,8
30 136 141 137 138 280,4
40 141 145 142 142,667 288,8
50 146 149 149 148 298,4
60 151 154 165 156,667 314
70 162 160 178 166,667 332
80 171 166 188 175 347
90 192 186 202 193,333 380
max 220 198 215 211 411,8
Dimana :
K = factor karakteristik
Tb = Titik Didih rerata molal (°𝑅)
1. Menghitung Faktor Karakteristik Crude Oil
𝑇10% +𝑇30%+𝑇50%+𝑇70%+𝑇90%
Titik volumetric Crude Oil = 5
266+402,8+561,2+582,8+604,4
= 5
= 483,44 °F
𝑇90%−𝑇10%
Slope Distilasi ASTM (90%-10%) = 90−10
318−130
= 80
= 4,23
Dari grafik fig. 5.4 Nelson, didapat hubungan antara slope distilasi dengan
factor koreksi (K), sehingga didapatkan nilai :
Suhu koreksi = - 48
Tb rerata molal = Titik didih volumetric + suhu koreksi
= 483,44 °F + (-48°F) = 435,44°F
Masukkan harga Tb rerata molal yang didapat dan SG untuk Crude Oil
kedalam persamaan (1), sehingga didapat nilai K sebagai berikut :
(𝑇𝑏)1/3
K = 𝑆𝐺 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
(435,44+460)1/3
= 0,829
= 11,626
Tabel II.17 Hasil Perhitungan Tb Volumetrik, Slope, Suhu Koreksi, Tb, dan
Faktor Karakteristik
B. Menghitung °API
1. Crude Oil
°API = (141,5/ SG Crude Oil) – 131,5
= (141,5/0,829) – 131,5
= 39,1876°
2. Pertasol – CA
°API = (141,5/ SG Pertasol CA) – 131,5
= (141,5/0,717) – 131,5
= 65,85007°
3. Pertasol – CB
°API = (141,5/ SG Pertasol CB) – 131,5
= (141,5/0,762) – 131,5
= 54,1955°
4. Solar
°API = (141,5/ SG Solar) – 131,5
= (141,5/0,828) – 131,5
= 39,3937°
C. Menghitung entalphy uap
Masukkan suhu masuk evaporator (Tin) = 556,178 ℉ dan harga SG crude
oil pada umpan masuk evaporator kedalam persamaan (1), sehingga didapat
SG Crude Oil = 0,829
K = 11,627
°API = 39,1876°
Dari fig 5.3 Nelson, sehingga terbaca :
1. Factor koreksi entalphy vapor = 5,6 Btu/lb
2. Factor koreksi entalphy liquid = 0,98 Btu/lb
3. Entalphy vapor = 420 Btu/lb
4. Entalphy liquid = 335 Btu/lb
Didapatkan :
1. Entalphy vapor sesungguhnya = (420 – 5,6) = 425,6 Btu/lb
2. Entalphy liquid sesungguhnya = (335 x 0,98) = 328,3 Btu/lb
3. Entalphy total sesungguhnya = 753,9 Btu/lb
Dari steam table didapatkan entalphy dengan cara interpolasi pada suhu s
team sebesar 556,178 ℉ :
Entalphy = 1187.8452 Btu/lb
Panas steam masuk = 17005,29641 lb/day x 1187.8452 Btu/lb
= 20199659,72 Btu/day
4. Panas masuk = (panas fraksi cair crude oil + panas fraksi uap crude oil +
panas steam masuk)
= (32637393,9 + 103587311,2 + 20199659,72) Btu/day
= 156424364,8 Btu/day
E. Perhitungan Panas Keluar
Panas keluar = Panas fraksi uap produk + panas fraksi cair produk + panas
keluar steam
1. Panas fraksi uap produk
1𝑙𝑏
= flow rate fraksi uap produk atas x (0,4536 kg) x entalphy uap
1𝑙𝑏
= 111449,1631 Kg/day x (0,4536 kg) x 460,35 Btu/lb
= 113107632,8 Btu/day
2. Panas fraksi cair produk
1𝑙𝑏
= flow rate fraksi cair produk bawah x (0,4536 kg) x entalphy cair
1𝑙𝑏
= 43312,62799 Kg/day x (0,4536 kg) x 182,4 Btu/lb
= 17416718,13 Btu/day
3. Panas steam keluar
Dari steam table didapatkan entalphy dengan cara interpolasi pada suhu
steam sebesar 591,578℉ :
Entalphy = 1170,7024 Btu/lb
Panas steam keluar = 17005,29641 lb/day x 1170,7024 Btu/lb
= 19908141,32 Btu/day
Panas Keluar = Panas fraksi uap produk + panas fraksi cair produk +
panas keluar steam
= (113107632,8 + 17416718,13 + 19908141,32) Btu/day
= 150432492,3 Btu/day
II. 2. 3. Pembahasan
Evaporator merupakan salah satu unit yang berada pada kilang PPSDM Migas
Cepu yang memiliki fungsi untuk memisahkan fraksi ringan dengan fraksi berat
yang tercampur dalam crude oil. Pada evaporator pemanasannya dibantu oleh steam
yang masuk melalu celah samping kanan maupun kiri.
Melalui perhitungan dari hasil Evaluasi Evaporator (V-1) di unit kilang
Pusat Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM MIGAS). Diperoleh perhitungan neraca massa evaporator , dimana massa
yang masuk melalui evaporator terdapat dua fase, yaitu crude oil cair dan uap. Hal
ini dapat diketahui dengan menghitung suhu ASTM Crude Oil lalu di bandingkan
hasilnya dengan data persen destilasi yang ada. Maka di peroleh sebesar 71% Uap
Crude Oil. Sehingga didapatkan hasil, massa umpan yang masuk sebesar
163209,631 Kg/hari dan massa yang keluar sebesar 162475,273 Kg/hari dan massa
yang hilang sebesar 734,3580388 Kg/hari. Dimana hasil antara massa yang masuk
dengan massa yang keluar sudah seimbang.
Selain analisa diatas, diperoleh perhitungan neraca panas pada evaporator
yaitu panas yang masuk sebesar 156424364,8 Btu/hari dan panas yang keluar
sebesar 150432492,3 Btu/hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa panas yang
hilang di evaporator sangat sedikit yaitu sebesar 5991872,557 Btu/hari.
Dari perhitungan keduanya didapatkan hasil effisiensi evaporator sebesar
96,1%. Hal tersebut sudah tergolong baik untuk pengoprasian evaporator (V-1) di
unit kilang PPSDM Migas. Maka dapat diketahui kinerja evaporator di PPSDM
Migas tersebut masih layak digunakan.
BAB III
PROSES PRODUKSI
dan senyawa belerang seperti H2S. Bahan yang dapat digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi kotoran – kotoran tersebut antara lain:
a. Amonia (NH3)
Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi produk, karena dapat
mengikat gas H2S dalam minyak dan menetralkan senyawa-senyawa asam
yang dapat menyebabkan korosi klorida. Spesifikasinya adalah sebagai
berikut:
1) Wujud : Gas
2) Spesific Gravity : 0,690
3) Min. Ammonia content, %wt : 99,95
4) Boiling Point : -33,4 oC
5) Freezing Point : -77,7 oC
6) Critical Temperature : 133 oC
7) Critical Pressure : 1657 psi
8) Max. Water content, ppm by wt : 5000
9) Max. Oil content, ppm by wt :5
b. Soda Kaustik (NaOH)
Pemberian NaOH bertujuan untuk menetralisir dari senyawa - senyawa
belerang dan menghasilkan Merchaptan (RSH) yang dapat mengakibatkan
korosi terhadap alat dengan cara mencuci hasil pemisahan crude oil dan dapat
juga digunakan untuk proses treating yang bertujuan untuk memisahkan
hydrogen dan sulfur dalam fraksi gasoline. Spesifikasiya adalah sebagai
berikut:
1) Wujud : Cair
2) Densitas (20 oC) : 1,2541
a. Pertasol CA
Pertasol ini merupakan campuran hidrokarbon cair yang merupakan trayek
didih 30 – 200 oC. Kegunaan pertasol CA antara lain:
1) Industri cat, lacquers dan varnish
2) Untuk tinta cetak sebagai pelarut dan diluen
3) Industri cleaning dan degreasing
4) Sebagai komponen dalam pembuatan bahan karet pada pabrik ban,
vulkanisir, dan bahan adhesive (lem).
Spesifikasi pertasol CA yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat
pada tanggal 6 Februari 2012 dapat dilihat pada table 3.1.
b. Pertasol CB
Spesifikasi Pertasol CB yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat
pada tanggal 6 Ferbruari 2012 dapat dilihat pada table 3.2.
c. Pertasol CC
Produk pertasol CC diproduksi di unit Kilang PPSDM Migas dalam waktu
– waktu tertentu (hanya memproduksi secara on demand). Pertasol CC
memiliki spesifikasi yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat pada
tanggal 6 Februari 2012 yang dapat dilihat pada table 3.3.
d. Residu
Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik
didih paling tinggi yaitu 350oC dan merupakan hasil bawah dari residu
stripper. Residu biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam pabrik karena
mempunyai heating value yang tinggi.
Produk residu di Kilang PPSDM Migas dikenal dengan nama Minyak
Bakar Cepu (MBC). MBC memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jendral Minyak dan Bumi pada tanggal 15 Agustus 2011 dapat dilihat
di table 3.4.
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
sehingga hidrokarbon yang mempunyai titik didih rendah (fraksi ringan) akan
menguap dan terpisah dari fraksi berat.
Pada bagian kolom berdapat plate-plate yang dilengkapi dengan bubble cup
tray. Dibagian bawah bubble cup terdapat riser dan pada bagian cup terdapat
slot yaitu lubang-lubang kecil untuk mengalirkan uap. Setiap plate terdapat weir
hambatan yang berfungsi untuk menahan cairan pada ketinggian tertentu dan
down corner yang berfungsi untuk mengalirkan limpahan cairan ke tray
dibawahnya.
3. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengubah fase uap menjadi fase cairyang masih
panas dengan menggunakan air sebagai media pendingin.
4. Cooler
Cooler digunakan untuk mendinginkan produk-produk minyak yang keluar
dari stripper, fraksinator, heat exchanger maupun kondensor dengan air
pendingin pada suhu tertentu sebelum masuk ke tangki. penampungan. Cooler
yang digunakan pada kilang minyak cepu ada dua jenis yaitu :
a. Shell and tube
Cooler jenis ini terdiri dari shell dan tube, air pendingin berada pada
bagian shell dan fraksi minyak panas berada dalam tube dengan arah aliran
lawan arah.
b. Box cooler
Tube-tube yang dilalui fluida panas dimasukan dalam tempat box yang
berisi air pendingin, air dalam box selalu disirkulasi.
5. Separator
Separator berfungsi memisahkan air dan gas yang terikut kedalam produk
berdasarkan perbedaan densitas, dimana air dikeluarkan dari bagian bawah
melalui drain. Produk yang dihasilkan dikeluarkan dari bagian samping diatas
drain. Sedangkan gas dikeluarkan melalui bagian atas, selanjutnya produk-
produk tersebut dialirkan melalui penampung.
1. Heat Exchanger
Tabel IV.2 Spesifikasi Heat Exchanger (HE)
Uraian Notasi Satuan HE-1 HE-2 HE-3 HE-4 HE-5
Shell :
Diameter luar Ods inch 31,614 31,614 31,614 51,181 37,402
Diameter dalam ID inch 30,748 30,748 30,748 50,196 36,457
Jumlah Baffle N inch 4 4 4 4 4
Jarak antar Baffle B inch 23,623 23,623 23,623 25,566 25,566
Jumlah passes N 1 1 1 1 1
Jenis fluida Naptha Solar Solar Residu Residu
Tube :
Diameter luar Odt Inch 1 1 1 1,5 1
Panjang Tube L Feet 10 10 10 10,236 11,482
Jumlah tube Nt buah 400 400 400 336 400
BWG 14 14 14 12 12
Pitch Inch 1,25 1,25 1,25 1,875 1,25
Jarak antar tube Pt Inch 0,25 0,25 0,25 0,375 0,25
Jumlah passes n 1 1 1 1 1
Jenis fluida Crude oil Crude oil Crude oil Crude oil Crude oil
2. Furnace
Tabel IV.3 Spesifikasi alat Furnace
Uraian Satuan Furnace-1 Furnace-2 Furnace-3 Furnace-4 Furnace-5 Furnace-6
Service Crued oil Crued oil Crued oil Crued oil Crued oil Crued oil
Type Box furnace Box furnace Box furnace Box furnace Cylinder Cylinder
Kapasitas m3/hari 200 200 200 200 3500 Brl 2500 Brl
Tinggi mm 7405 7405 7405 7405
Panjang mm 6000 6000 6000 6000
Lebar mm 3880 3880 3880 3880
Tube :
Diameter inch 4 4 4 4 2 2
Panjang mm 6000 6000 6000 6000
Jarak antar Tube mm 250/330 250/330 250/330 250/330
Tata letak horizontal Horizontal horizontal horizontal vertikal Vertikal
Bahan/material Low Cr, Mo Low Cr, Mo Low Cr, Mo Low Cr, Mo Low Cr, Mo Low Cr, Mo
Bahan bakar Fuel oil & gas Fuel oil & gas Fuel oil & gas Fuel oil & gas Fuel oil & gas Fuel oil & gas
Tahun pembuatan 1913 1913 1913 1913 1913 1913
5. Separator
Tabel IV.6 Spesifikasi alat Separator
No Jenis alat Notasi Service Diameter (ID) cm Tinggi (cm)
1 Separator-1 S-1 Pertasol CA 154 465
2 Separator-2 S-2 Naphta 150 465
3 Separator-3 S-3 Pertasol CA 110 480
4 Separator-4 S-4 Pertasol CB 60 498
5 Separator-5 S-5 Kerosene 33 440
6 Separator-6 S-6 Solar 33 440
7 Separator-7 S-7 PH Solar 33 440
8 Separator-8 S-8 Pertasol CC 44 495
9 Separator-9 S-9 Naphta 85 535
6. Pompa
Tabel IV.7 Spesifikasi Pompa
Motor
No. Q
Listrik No. Head
No Pomp Jenis Power Merk Seri Model KL/ja Rpm Tahun Service
Am Bearing (m)
a Volt m
p
P100/ 380/ 28,1/ 11039 CNH-B Reflux
1 Centrif 15 kw Allweiler 20 60 60 2915 2011
01 660 16,2 628 40-200 C-1
P100/ 21,9/ P.207 CLT 32- Reflux
2 Centrif 380 11 kw Allweiler - 20 60 2900 2004
02 25,5 10005 250 C-1
P100/ 380/ 59,0/ 11026 CNH-B
3 Centrif 30 kw Allweiler - 25 130 2900 2011 Feed
03 660 34,5 735 40-315
P100/ 400/ 54,0/ 12036 CNH-B
4 Centrif 30 kw Allweiler - 25 130 2900 2012 Feed
04 690 31,0 836 40-315
P100/ 70180 A50 5-
5 Centrif 380 53 30 kw KSB - 25 200 2900 2015 Feed
05 898 4.130.73
P100/ 380/ 28,1/ 11039 CNH-B Reflux
6 Centrif 15 kw Allweiler - 20 60 2915 2011
06 660 16,2 627 40-200 C-2
P100/ 70180 50 X 40 Reflux
7 Centrif 380 10,4 5,5 kw Ebara 6308 15 45 2925 2007
07 829 IFWM C-2
P100/ RE 50 X 40 Reflux
8 Centrif - - - Ebara 6306 15 37,9 2910 1984
08 10003 IFWM C-2
P100/ 380/ 22,5/ 11053 DS41C-
9 Screw 11 kw Allweiler 6 55 1450 2011 Fuel oil
09 660 13,0 756 W322
P100/ 380/ 22,5/ 11053 DS41C-
10 Screw 11 kw Allweiler 6,3 55 1450 2011 Fuel oil
10 660 13,0 757 W322
P100/ 40093 50 X 40 Emerg.
11 Centrif 380 3,1 1,5 kw Ebara 6307 20 13,6 2860 1984
11 950 UCWM Furnace
P100/ 70180 50 X 40 Pompa
12 Centrif 380 29 15 kw Ebara 631003 25 87 2930 2007
12 898 UCWM Boster
P100/ Worthin 10 X 6 X Emerg.
13 Recipr - - - D 41 J - - - - 1913
13 gton 10 HP Furnace
P100/ Worthin 9 X 5,25
14 Recipr - - - D 38 J - - - - 1913 Pertasol
14 gton X 10 HP
V
P100/ 50-32-
15 Centrif 380 28 15 kw Allweiler 68727 - 20 100 2910 1989 Pertasol
15 300
/001
V
P100/ 380/ 29,0/ NT 2/40-
16 Centrif 15 kw Allweiler 68727 - 20 97 2900 1989 Pertasol
16 660 16,6 250/197
/002
V
P100/ 380/ 23,0/ NT 2/40-
17 Centrif 12,5 kw Allweiler 68727 - 30 61 2900 1989 kerosene
17 660 13,4 200/205
/004
P100/ 400/ 47,5/
18 Centrif 28 kw Allweiler - - - - - 2970 1989 Kerosene
18 690 27,5
P100/ 400/ 80/4 12036 CNH-B
19 Centrif 45 kw - - 40 130 2950 2012 solar
19 690 6,6 841 65-315
P100/ PDD0 CBSA
20 Centrif 380 82 45 kw Halberg - 20 37 2953 1988 Solar
20 57371 050815
P100/ 380/ 80,3/ 11039 CNH-B
21 Centrif 45 kw - - 50 110 2900 2011 Residu
21 660 46,2 629 50-315
P100/ Insival MFR
22 Centrif 380 68,3 45 kw - - 50 120 2900 2007 Residu
22 moret 8050315
P100/ Dawson 7,5 X 6
23 Recipr - - - - - PH solar
23 &D X 10 HP
P100/ Dawson 7,5 X 6
24 Recipr - - - 74500 - - - - 1913 Solar
24 &D X 10 HP
P100/ Dawson 7,5 X 6
25 Recipr - - - - - - - - 1913 Residu
25 &D X 10 HP
P100/ Dawson 7,5 X 6
26 Recipr - - - - - - - - 1913 Stop API
26 &D X 10 HP
P100/ 220/
37 Centrif 6/2,9 0,9 kw - - CD 7017 - 1,2 35,2 2900 1994 DPI
37 380
BAB V
LABORATORIUM DAN PENGENDALIAN MUTU
BAB VI
UTILITAS
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
VIII.1 Pengertian
Limbah merupakan suatu masalah yang timbul akibat dari proses produksi
yang memerlukan suatu penanganan khusus agar tidak terjadi pencemaran di
lingkungan sekitarnya. Limbah yang ada di PPSDM Migas berupa limbah cair,
limbah padat, dan limbah gas.
Pengolahan limbah di PPSDM Migas bertujuan untuk :
1. Mengurangi kadar polutan dalam air buangan sehingga tidak menimbulkan
pencemaran.
2. Melindungi ekosistem air dari dampak kekurangan oksigen akibattertutupnya
permukaan air oleh minyak .
3. Menghindari timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan.
4. Menghindari timbulnya rasa dan bau yang tidak enak jika digunakansebagai air
minum.
5. Menjaga keindahan lingkungan
cair tersebut berada di bawah baku mutu. Baku mutu yang digunakan sebagai
standar adalah baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor Kep.09/MENLH/4/1997 Tentang Perubahan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.42/MENLH/10/1996 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi.
Selain itu, dapat pula ditambahkan dengan metode pengolahan limbah yang
lain yang dikenal dengan sebutan 6R ini terdiri dari Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery, Revalue, dan Retrieve. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-
masing istilah tersebut:
a. Reduce : pengurangan sampah yang dimulai dari sumber sampah.
b. Reuse : penggunaan ulang barang-barang yang akan dibuang sehingga
akan mengurangi sampah yang dibuang.
c. Recycle : Pendaur-ulangan sampah menjadi suatu barang yang berguna
dengan kegunaan yang tidak berbeda dari semula.
d. Recovery : Penggunaan ulang barang-barang yang akan dibuang dengan
melakukan perbaikan yang diperlukan.
e. Revalue : Penaksiran nilai sampah dengan nominal uang atau menjual
sampah kembali.
f. Retrieve : Pengubahan sampah menjadi suatu bentuk sumber energi yang
dapat digunakan (misalnya biogas).
Salah satu dari metode di atas telah digunakan PPSDM Migas yaitu Revalue
limbah padat yang dijual oleh PPSDM Migas adalah berupa logam- logam.
Proses asimilasi yang terjadi di dalam jaringan daun akan menyerap gas
CO2, NOx, SO2, dan menghasilkan gas oksigen.
c. Peneduh
Pohon akan menyerap sinar atau panas matahari langsung ke tanah,
Sehingga udara di bawah pohon terasa dingin dan sejuk. Pada daun yang
terkena sinar akan terjadi transpirasi air melalui pori-pori permukaan daun.
d. Sumber pangan
Banyak Jenis tanaman yang dapat dipakai untuk penghijauan selain itu juga
menghasilkan buah atau bagian tanaman lainnya yang biasa dimakan,
misalnya pohon mangga. Debu tidak dapat dieliminasi dengan penghijauan
karena debu akan menempel pada daun-daun yang lama kelamaan menutupi
seluruh daun yang akibatnya daun menjadi kuning dan mati karena tercemar
dan tidak berfotosintesis dengan baik. Debu juga perlu dikelola karerna akan
berdampak pada kesahatan pekerja dan masyarakat di sekitar Pusdiklat Migas
apabila terakumulasi secara terus menerus di lalam tubuh. Pengendalian debu
sebaiknya menggunakan cyclone, di dalam cyclone udara yang mengandung
partikulat debu dimasukan dari Dagian atas dan berputar di dalam silinder.
Cyclone konvensional akan menghilangkan 50-80% partikulat yang
kebanyakan berukuran 10 mikro atau lebih. Cyclone dapat dipilih untuk
pengendalian partikulat di Pusdiklat Migas Karena hanya menggunakan
energi yang kecil.
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
IX.1 Kesimpulan
1. PPSDM MIGAS merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia di
bidang minyak dan gas bumi yang ditunjang dengan sarana-sarana seperti unit
kilang, unit utilitas, laboratorium, dll.
2. Evaporator di PPSDM Migas Cepu berfungsi sebagai alat pemisah antara
fraksi ringan dan fraksi berat yang tercanpur dalam Crude Oil.
3. PPSDM Migas Cepu mempunyai 1 unit evaporator jenis silinder tegak
dengan kapasitas 347 liter/hari.
4. Dari hasil perhitungan evaluasi evaporator didapatkan effisiensi evaporator
sebesar 96,1% dengan jumlah panas yang hilang sebesar 3,83%
IX.2 Saran
1. Pencatatan data sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi agar lebih
efisien dalam persiapan data.
2. Karena peralatan yang digunakan termasuk sudah tua usianya, maka masalah
keselamatan kerja dan masalah perawatan harus lebih diperhatikan, termasuk
alarm steam yang sering mengalami kebocoran karena dapat berdampak pada
Kesehatan pekerjanya.
3. Sebaiknya untuk kondisi operasi yang memerlukan pertukaran panas dengan
massflow yang besar menggunakan jumlah pass yang besar agar kontak yang
timbul antara fluida lebih banyak dan perpindahan panas menjadi lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Brownell, Young, EH 1959. Process Equipment Design, John Wiley & Sons Inc,
New York.
Edmister, W 1950, Applied Hydrocarbon Thermodynamic, Gulf Publishing
Company, Texas.
Edmister, W 1949, Hydrocarbon Absorption and Fractionation Process Design
Methode. Petroleum Engineer Publishing Company, Dallas.
Geankoplis, CJ 1993,Transport Process and Unit Operation Third Edition. Allyn
and Bacon Inc, Boston.
Kern, D 1950, Process Heat Transfer, Mc.Graw Hill Book Company, New York.
Nelson, W 1964, Petroleum Refinery Engineering Four Edition, Mc.Graw Hill
Book Company Inc, New York.
PPSDM Migas 2020, Profil Perusahaan PPSDM Migas, dilihat 10 Oktober 2020,
< https://ppsdmmigas.esdm.go.id>.