Anda di halaman 1dari 28

PT SULFINDO ADIUSAHA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PRAKERIN

Di zaman sekarang ini dunia perindustrian terus berkembang dengan pesat


sebagai akibat dari kemajuan IPTEK yang semakin canggih dan modern. Oleh
karena itu, di zaman modern ini dunia industri sangat membutuhkan tenaga kerja
yang terampil dan handal untuk menanganinya.

Mengingat tuntutan dan tantangan masyarakat industri di tahun-tahun yang


akan datang, maka akan semakin meningkat dan bersifat padat pengetahuan dan
keterampilan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha dengan segala cara untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).

Dengan pengembangan dan peningkatan di sektor pendidikan yaitu dengan


memfokuskannya terhadap lulusan yang dihasilkan. Berkaitan dengan itu, maka
pola pengembangan yang dilakukan dalam pembinaan masih sangat penting.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut maka SMK Negeri 2 Cilegon mewajibkan


siswanya untuk mengikuti program pendidikan PRAKERIN yang dilaksanakan
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UN di SMK Negeri 2 Cilegon.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri


Adapun tujuan dari PRAKERIN yaitu sebagai berikut :
 Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan siswa sebagai
bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan program pembelajaran
kimia industri.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ilmu yang telah
didapat di sekolah dalam dunia kerja sebenarnya.
 Memantapkan dan mengembangkan sikap kerja yang profesional yang
dibutuhkan oleh siswa untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan
bidangnya.

SMK Negeri 2 Cilegon 1


PT SULFINDO ADIUSAHA

 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan alat


(instrument) yang lebih modern dan canggih serta pada aspek-aspek potensial
kerja dalam dunia kerja, seperti disiplin kerja, sistem kerja dan dalam
bersosialisasi antar pekerja.
 Memperoleh masukkan dan umpan balik untuk meningkatkan dan
mengembangkan pendidikan dan sistem pendidikan di sekolah.

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


Setelah siswa melaksanakan PRAKERIN, siswa diwajibkan untuk membuat
laporan hasil PRAKERIN yang selanjutnya akan diminta pertanggung
jawabannya kepada pihak sekolah dan pihak perusahaan. Adapun tujuan dari
penulisan PRAKERIN adalah sebagai berikut :
 Siswa mampu mempertanggung jawabkan kepada pihak sekolah dan pihak
perusahaan atas PRAKERIN yang telah dilaksanakan dalam bentuk tulisan
(laporan).
 Siswa mampu mengembangkan kemampuannya untuk mengumpulkan data-
data yang telah diperoleh dari hasil PRAKERIN.
 Siswa mampu memahami, mengevaluasi dan mampu mencari alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi dalam penulisan laporan.
 Menambah kemampuan berfikir siswa dalam menganalisis data dan kemudian
membahasnya.
 Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah dan menunjang peningkatan
pengetahuan bagi siswa SMK Negeri 2 Cilegon.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PRAKERIN


Waktu : 25 Juni 2018 s/d 27 Juli 2018
Tempat : Laboratorium QC & QA EDC/VCM Plant SULFINDO ADIUSAHA

SMK Negeri 2 Cilegon 2


PT SULFINDO ADIUSAHA

1.5 Kegiatan yang dilaksanakan


 Kegiatan di Laboratorium Chlorin Alkali (CA)
 Analisa rutin : -Analisa Silika
-Analisa PO4
-Analisa Cl2
-Cek Konduktometer
-Cek pH
 Kegiatan di bagian proses: - Mengecek sampel
1.6 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Sulfindo Adiusaha diresmikan pertama kali pada tanggal 14 maret 1991
oleh Bapak Soeharto, yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden RI. Dengan
diresmikannya EDC/VCM Plant milik PT Sulfindo Adiusaha maka secara resmi
PT Sulfindo Adiusaha tercatat ikut berpartisipasi dalam sejarah pembangunan
industri kimia dasar. Peresmian itu sendiri memberikan kebanggaan bagi PT
Sulfindo Adiusaha kerena merupakan wujud nyata, kerja keras dan kerja sama
dari seluruh jajaran PT Sulfindo Adiusaha.
PT Sulfindo Adiusaha juga memberikan kontribusi untuk daerah Serang
secara tidak langsung dengan membuka kesempatan bagi karyawan di wilayah
sekitarnya dan diharapkan dapat tercipta suatu hubungan kerja sama yang saling
menguntungkan, walupun secara tidak langsung dengan berpartisipasi dalam
pembangunan daerah sekitar lokasi pabrik.

Lokasi PT Sulfindo Adiusaha

Faktory : Kp. Pengoreng Desa. Mangun Reja Kec. Pulo Ampel


Kabupaten Serang – Banten
Telp. 0254-5750-035
Fax. 0254-5750-039

SMK Negeri 2 Cilegon 3


PT SULFINDO ADIUSAHA

1.7 Dasar Teori


a. Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut karena susunannya atau komposisinya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga
tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun
cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam
dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula
dalam air, dan lain-lain.
Larutan tersusun dari dua komponen, yaitu pelarut (solvent) dan zat-zat
lain yang dilarutkan dalam pelarut yaitu zat terlarut (solute). Berdasarkan sifat
daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan-larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik. Beberapa contoh larutan elektrolit diantaranya larutan garam
dapur, soda api, air kapur, asam cuka, asam klorida, asam sulfat,
ammonium hidroksida, dan lain-lain.
 Larutan Non Elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan-larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Contohnya adalah larutan gula, alcohol,
bensin, dan lain-lain.
b. Limbah Cair (waste water)
Limbah adalah sampah-sampah yang berbentuk air yang memiliki
kandungan senyawa yang bersifat organik maupun anorganik yang tersusun
atas partikel-partikel yang berbahaya jika digunakan oleh makhluk hidup
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Vesilind dalam bukunya “Introduction Environmental Enginering”
(2002: 241) mendefinisikan bahwa:

SMK Negeri 2 Cilegon 4


PT SULFINDO ADIUSAHA

“Limbah sebagai suatu sampah yang berbentuk cairan yang merupakan


output dari rumah tangga, aktivitas komersial dan aktivitas perindustrian yang
harus diolah terlebih dahulu sebelum disalurkan ke perairan, sehingga tidak
menimbulkan polusi pada sumber air seperti sungai yang menjadi tempat
pembuangan akhir”.
Air limbah berasal dari berbagai sumber, segala sesuatu yang berasal
dari toilet, air hujan yang telah bergabung bersama polutannya, serta yang
berasal dari aktivitas perindustrian. Oleh karena itu, kadar air sampah
(wastewater) sangat tinggi yaitu sekitar 99,9% atau lebih, dengan kandungan
bahan organik dan anorganik yang berbentuk padatan. Wastewater Treatment
Plant adalah metode pembenahan dan pengolahan limbah yang tergantung
pada peralatan mekanis atau pembenahan kimiawi yang terbagi atas beberapa
kelompok. Dimulai dari pengolahan secara mekanis yang terdiri dari
penyaringan, pengambilan buihnya, pengembangan, dan sedimentasi,
pengolahan kimiawi meliputi pengentalan, penghilang bau, dan sterilisasi,
hingga proses pembenahan secara biologis yang tergantung pada aktivitas
organisme baik yang dihubungkan dengan instalasi dan peralatan seperti
tangki-tangki Imhof, tangki septik, dan saringan-saringan halus yang
berususun.
c. Total Suspended Solid (TSS)
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti
garam, molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah
liat, kwarts. Perbedaan pokok antara dua zat ini ditentukan melalui
ukuran/diameter partikel-partikel tersebut. Perbedaan antara kedua kelompok
zat yang ada dalam air cukup jelas dan praktik namun kadang-kadang batasan
itu dapat dipastikan secara definitife. Dalam kenyataan suatu molekul organis
polimer tetap bersifat zat yang terlarut. Walaupun panjangnya lebih dari 10µm
sedangkan beberapa jenis zat kolodial mempunyai sifat dapat bereaksi seperti
sifat-sifat zat yang terlarut.

SMK Negeri 2 Cilegon 5


PT SULFINDO ADIUSAHA

Analisis zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-
komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan
proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air
buangan. Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut
ukurannya sebagai: partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel
tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Dalam metode analisis zat padat,
pengertian zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu
dalam suatu benzena, bila sampel air dalam benzena tersebut dikeringkan
pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi yang dapat bersifat organik dan inorganik.
Zat padat tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi
antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat yang
terendap yang dapat bersifat organis dan inorganik. Zat padat terendap adalah
zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap
setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat padat
terendap ini dapat melalui volumenya, disebut analisis volume lumpur (sludge
volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisis lumpur kasar atau
umumnya disebut zat padat terendap (settleable solids).
d. Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan
hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat
yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah
zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan
dari zat-zat lain. Analisis gravimetri sangat penting dalam bidang kimia
analisis, meskipun telah didengar bahwa teknik gravimetri telah digantikan
oleh metode Instrument. Masih banyak kasus dimana teknik gravimetri
merupakan pilihan terbaik untuk memecahkan suatu masalah analisis yang
khusus.

SMK Negeri 2 Cilegon 6


PT SULFINDO ADIUSAHA

Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi


transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri
memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat
diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan. Angka pengukuran
pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analis secara fisik dipisahkan dari
semua komponen lainnya maupun dengan solvennya. Persyaratan yang harus
dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses pemisahan
yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analis yang tidak mengendap
secara analis tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai
susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Untuk memperoleh
keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan tiga
hal berikut ;
1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna
2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus
molekulnya.
3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang dalam analisis
gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut :
a. Pelarutan sampel (untuk sampel padat)
b. Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendak
secara berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi.
Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang
merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan.

SMK Negeri 2 Cilegon 7


PT SULFINDO ADIUSAHA

BAB II

PROSES PRODUKSI

2.1 Produk
Untuk unit Chlor Alkali Plant (CAP) PT Sulfindo Adiusaha
memproduksi Caustic Soda Liquid (NaOH), Caustic Soda Flake (NaOH),
Hydrochlorid Acid (HCl), Sodium Hypochlorite (NaClO), Gas Chlorine (Cl2)
dan Gas Hydrogen (H2).
Untuk unit EDC – VCM Plant PT Sulfindo Adiusaha memproduksi
Ethylene Dichloride (EDC) dan Vynil Chloride Monomer (VCM).
Untuk unit Poly Vinyl Chloride (PVC) PT Sulfindo Adiusaha
memproduksi Poly Vinyl Chloride (PVC).
2.2 Bahan Baku
Setiap Perusahaan pasti mempunyai bahan baku tersendiri dan juga
berbeda-beda, begitu pula dengan PT Sulfindo Adiusaha. Adapun bahan
bakunya di unit EDC – VCM, yaitu: Chlorine (Cl₂) dan Ethylene (C₂H₄).
2.3 Proses Pembuatan
a. Proses Pembuatan Caustic Soda (NaOH)
Bahan baku proses pembuatan caustic soda adalah garam, air, dan
listrik. Proses pembuatan caustic soda melalui beberapa tahapan proses,
pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,
penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah proses utama
yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi
evaporasi dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan caustic
soda berupa gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair.
b. Proses Pembuatan Gas Hidrogen (H2)
Hidrogen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi persatuan berat
tertinggi, dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Hidrogen merupakan
unsur yang sangat aktif secara kimia, sehingga jarang sekali ditemukan dalam

SMK Negeri 2 Cilegon 8


PT SULFINDO ADIUSAHA

bentuk bebas. Hidrogen terdapat dalam bentuk senyawa dengan unsur lain,
seperti dengan oksigen dalam air atau dengan karbon dalam metana. Sehingga
untuk dapat memanfaatkanya, hidrogen harus dipisahkan terlebih dahulu dari
senyawanya agar dapat digunakan sebagai bahan bakar.
c. Proses Pembuatan Cl2
Klorin, bromin, dan iodine dapat dihasilkan dari oksidasi terhadap
senyawa halida dengan oksidator MnO2 atau KMnO2 dalam lingkungan asam.
Senyawa halida dicampurkan dengan MnO2 atau KMnO2 ditambahkan H2SO4
pekat, kemudian dipanaskan.
Senyawa klorin juga dapat dibuat dalam skala laboratorium dengan
cara proses memanaskan campuran MnO2, H2SO4, dan NaCl Na2SO4.
d. Proses Pembuatan Ethylene Dichloride (EDC)
Proses pembuatan EDC dapat dilakukan dengan dua cara yaitu DC
(Direct) dan OHC (Oxy-Hydro Chlorination).
 Proses DC
Dalam Chlorination langsung, EDC cair di reaktor dengan
menggunakan katalitas FeCl₃.
 Proses OHC
Pada proses OHC, EDC diproduksi dengan mereaksikan Ethylen,
oksigen, dan HCl dan reaksi berlangsung secara eksoterm. Katalis yang
digunakan pada reaksi ini adalah CuCl2 (Cuprhum Chloride) pada
temperatur 200o - 300 oC.
e .Proses Pembuatan Vynil Chloride Monomer (VCM).
Pembuatan produk Vinyl Chloride Monomer (VCM) menggunakan
bahan baku Ethylen Dichloride (EDC). Dimana EDC ini dibuat dengan bahan
baku Ethylene, HCl dan Oksigen. Mekanisme reaksi pembentukan Ethylen
Dichloride (EDC) adalah dengan menggunakan proses Oxy Chlorinasi di
dalam reaktor fixed bed non adiabatik dengan bantuan katalis padat CuCh,
reaksi berlangsung pada suhu 280 oC dan tekanan 11 atm, konversi yang
terjadi sebesar 99%, kemudian EDC hasil reaksi di craking didalam reaktor

SMK Negeri 2 Cilegon 9


PT SULFINDO ADIUSAHA

Furnace menghasilkan VCM, reaksi berlangsung pada suhu 508 oC dan pada
tekanan 13,8 atm, konversi yang dicapai sebesar 60 %. Produk didapat setelah
dipisahkan didalam Menara Distilasi lalu diembunkan dan disimpan dalam
bentuk cair.
f. Proses Pembuatan Poly Vinyl Chloride (PVC).
Poly Vinyl Chloride (PVC) dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama
yaitu minyak bumi dan garam dapur (NaCl). Minyak bumi diolah melalui
proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam
zat, termasuk etilena (C2H4), sementara garam dapur diolah melalui proses
elektrolisa menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan gas khlor (Cl2). Etilena
kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida
(CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan
gas vinyl klorida (C2H3Cl) dan asam klorida (HCl). Akhirnya melalui proses
polimerisasi (penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam hal ini
vinyl klorida) dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang (polimer).
Poly Vinyl Chlorida (PVC), yang berupa bubuk halus berwarna putih. Masih
diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi berbagai
produk akhir yang bermanfaat.
Penampakan resin PVC sangat mirip dengan tepung terigu. Dan resin
PVC memang dapat dianalogikan seperti tepung terigu, keduanya tidak dapat
digunakan dalam bentuk aslinya. Seperti halnya tepung terigu yang harus
diolah dengan mencampurkan berbagai kandungan lain hingga menjadi kue
tart dan berbagai jenis roti yang menarik, resin PVC juga harus diolah dengan
mencampurkan berbagai jenis zat adiktif hingga dapat menjadi berbagai jenis
produk yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
2.4 Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah industri, PT Sulfindo Adiusaha tidak langsung
dibuang begitu saja. Limbah diolah dan diproses terlebih dahulu oleh PT
Sulfindo Adiusaha melalu Chemical Pit (sistem pengolahan limbah).

SMK Negeri 2 Cilegon 10


PT SULFINDO ADIUSAHA

2.5 Penjualan
PT Sulfindo Adiusaha dalam penjualan hasil produknya, ada dua
penjualan yaitu penjualan Domestik dan penjualan Ekspor. Ethylen
Dichloride (EDC) dan Vynil Chloride Monomer (VCM) untuk penjualan
ekspor, sedangkan unit CAP seperti HydroChloric Acid (HCl) 32%, Caustic
Soda Liquid (CSL) 48% termasuk penjualan Domestik.

SMK Negeri 2 Cilegon 11


PT SULFINDO ADIUSAHA

2.6 Blok Diagram Proses

H2 Cl2

NaCl NaOH
CAP HCl
Unit
NaClO

C2H4
EDC EDC

Unit Expor

C2H4 + Cl2 C2H4Cl2

EDC

C2H4Cl2
C2H4
VCM C2H3Cl+ HCl

HCl
Unit

PVC Exspor
PVC
Unit

C2H3Cl (C2H3Cl)n

Gambar 1. Blok Diagram Proses

SMK Negeri 2 Cilegon 12


PT SULFINDO ADIUSAHA

2.7 Peralatan Yang Digunakan Dalam Analisis


a. pH Meter
pH meter yang digunakan di PT SULFINDO ADIUSAHA adalah sebagai
berikut :
1. pH Meter SAU-1
pH Meter SAU-1 yaitu alat yang digunakan untuk mengukur pH
sampel cair yang bersifat basa.
2. pH Meter SAU-2
pH Meter SAU-2 yaitu alat yang digunakan untuk mengukur pH
sampel cair yang bersifat asam.
b. Spectrophotometer
Spectrophotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa atau yang disebut kuvet.
Spectrophotometer menghasilkan sinar spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan photometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
diresmikan atau diabsorbasikan.
c. Neraca
1. Neraca Analitis SAU-1
Neraca Analitis SAU-1 adalah alat yang digunakan untuk menimbang
sample baik berupa padat ataupun cairan sesuai dengan berat yang kita
inginkan. Ketelitian lima angka di belakang koma. Dengan berat nilai
maksimum 42 gram d=0,01 mg.
2. Neraca Analitis SAU-3
Neraca Analitis SAU-3 adalah alat yang digunakan untuk menimbang
sampel dengan ketelitian tiga angka dibelakang koma dengan nilai berat
maksimum mencapai 1200 gram.

SMK Negeri 2 Cilegon 13


PT SULFINDO ADIUSAHA

3. Neraca Analitis SAU-4


Neraca Analitis SAU-4 sama halnya Neraca Analitis SAU-3, yakni
dengan ketelitian tiga angka dibelakang koma, Hanya saja Neraca Analitis
SAU-4 memiliki berat maksimum 610 gram.
d. Moisturemeter
Moisturemeter merupakan suatu instrument atau peralatan yang dipakai
untuk mengukur jumlah kandungan air yang terdapat pada suatu zat. Dari
hasil pengukuran yang dilakukan, diharapkan akan diketahui apakah suatu
bahan sudah siap atau belum.
e. Gas Chromatography
Gas Chromatography adalah proses pemisahan campuran komponen-
komponennya dengan meggunakan gas dari fase bergerak yang melewati
suatu lapisan sarapan (sorben) yang diam. Seluruh bentuk Chromatography
terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Sebagaimana dalam fase gas – cair,
Chromatography gas fase gerak dan fase diam diantaranya :
 Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan
tercapai dengan partisi sample antara fase gas gerak.
 Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap)
yang terikat pada zat padat panjangnya.

SMK Negeri 2 Cilegon 14


PT SULFINDO ADIUSAHA

BAB III
METODE ANALISIS

3.1 Penentuan HCl Dalam EDC


1. Tujuan
Intruksi kerja ini menjelaskan tentang cara menentukan kandungan HCl.
2. Ruang Lingkup
Intruksi kerja ini dipakai untuk menentukan kandungan HCl dalam EDC.
3. Metode Penentuan
Acidity sebagai HCl dalam solvent yang merupakan fase organic
didistribusikan ke dalam fase air pada pH 4. Fase air dititrasi kembali dengan
NaOH 0.01 N hingga kembali ke pH 4. Perlakuan pada pH 4 dimaksudkan
untuk menghindari interferensi Fe terlarut (< 20 ppm). Metode ini berlaku
untuk konsentrasi HCl antara 0.2 sampai 100 mg/L.
4. Peralatan yang Diperlukan
 Labolatory glassware.
 Balance dengan akurasi 0.01 gr.
 614 Impulsomat Metrohm.
 665 Dosimat Metrohm dengan Keyboard.
 691 pH-meter Metrohm.
 pH electrode Metrohm 6.0238.00
 649 Metrohm Magnetic stirrer
5. Aspek Safety
Dalam melaksanakan tugas, pelaksanaan wajib menggunakan peralatan Safety,
minimal spectacle. Bila diperlukan dapat juga menggunakan peralatan Safety
lainnya sesuai kebutuhan.
6. Reagent
 NaOH 0,01 N
 HCl 0,1 N

SMK Negeri 2 Cilegon 15


PT SULFINDO ADIUSAHA

 Destilled water
 Gas Nitrogen
7. Langkah Kerja
1. Masukkan 40 mL Destilled Water ke dalam Cell Autotitrator.
2. Tambahkan HCl hingga pH nya turun sedikit di bawah 4.
3. Titrasi fase air hingga pH nya kembali 4 dengan automatic titrator.
4. Masukkan 10 sampai 50 g sample. Stirrer selama 2 – 3 menit .
5. Diamkan hingga terbentuk 2 lapisan, buang fase organic (EDC) melalui
drain cock nya. Titrasi kembali fase air nya hingga pH nya kembali 4.
Pehitungan :
HCl (mg/L) = 36,5 × V1 × N × 1000
W
Dimana :
V1 : Volume Titran NaOH (ml)
W : Berat Sample
F : Faktor Normalitas
Keterangan :
1. pH 4 pada akhir titrasi dimaksudkan untuk menghindari interferensi besi
terlarut.
2. Metode ini berlaku untuk konsentrasi HCl antara 0,2-100 mg/L.

SMK Negeri 2 Cilegon 16


PT SULFINDO ADIUSAHA

3.2 Penentuan Moisture Dalam EDC


1. Tujuan
Intruksi kerja ini menjelaskan tentang cara untuk menentukan kandungan
moisture.
2. Ruang Lingkup
Intruksi kerja ini dipakai untuk menentukan kandungan moisture dalam EDC.
3. Metode Penentuan
Konsentrasi moisture dalam EDC ditentukan dengan titrasi Coloumetry model
Karl Fisher. Model titrasi ini berdasarkan pada reaksi kuantitatif antara air
dengan iodine dalam reagent Karl Fisher seperti reaksi berikut :
I2 + SO2 + ROH + H2O → 2 HI + SO3 (1)
Metode titrasi Karl Fisher, sample ditambahkan dalam anolyte yang
mengandung Ion Iodide, Sulfur Dioxide, Basa dan Solvent seperti Alkohol.
Ketika sample ditanbahkan ke dalamnya akan terjadi oksidasi iodide
membebaskan iodine :
2I → I2 + 2e (2)
Jumlah iodine yang dihasilkan akan ekuivalen dengan jumlah listrik yang
dihasilkan sesuai dengan hukum faraday. Satu mol iodine bereaksi secara
kuantitatif dengan satu mol air, sehingga 1 mg air ekuivalen dengan 10 : 71
coulombs. Berdasarkan prinsip ini maka air dalam sample dapat ditentukan
dari jumlah listrik yang diperlukan untuk elektrolisis membebaskan iodine.
4. Peralatan yang Diperlukan
 CA - 31 Moisture Meter
 Syringe polyethylene 3 ml.
 Balance dengan akurasi 0,001 gr.
 Titration cell.
5. Aspek Safety
Dalam melaksanakan injeksikan tugas, pelaksana wajib menggunakan
peralatan Safety, minimal spectecles (kacamata). Bila perlu dapat juga
menggunakan peralatan Safety lainnya sesuai kebutuhan.

SMK Negeri 2 Cilegon 17


PT SULFINDO ADIUSAHA

6. Reagent
Hydranal Coulumat AG (Rdh 34836)
7. Langkah Kerja
1. Persiapan Alat
a. Masukkan dalam titration cell
 Magnetic Stirrer
 80 – 90 ml hydranal coulomat AG
b. Sebelum mengoprasikan alat, terlebih dahulu check kondisi alat
tersebut.
 Conditioning alat hingga Cond menyala secara konstan
 Magnetic Stirrer dalam kondisi berputar aktif dengan kecepatan
diset pada posisi 4 – 5.
 Sedikit iodine mungkin terbebaskan secara spontan sehingga
background titrasi (berupa Drift) bernilai negatif. Jika terjadi
demikian injeksikan sedikit moisture ke dalam cell sehingga
background titrasi bernilai positif.
2. Pengukuran sample
 Bilas Syringe yang sudah dikeringkan dengan sample yang akan
dianalisa.
 Ambil sejumlah sample tertentu, segera tutup needle syringe
dengan silicone ruber untuk menghindari kontak dengan udara
ruangan. Timbang sebagai W1.
 Tekan START, akan muncul SAMPLE … MG pada display.
Injeksikan sample. Timbang kembali syringe. Masukan data
sample (mg) diikuti ENTER. Pada display akan muncul
CONFIRM START, tekan kembali START. Tunggu hingga titrasi
selesai. Secara automatic konsentrasi yang diperoleh berupa ppm
atau % tergantung besarnya konsentrasi.

SMK Negeri 2 Cilegon 18


PT SULFINDO ADIUSAHA

Perhitungan :
H₂O (ppm wt) = μg H₂O – μg Blank × F
(W1 – W2) mg
Dimana :
F : Faktor Pengenceran (10³ jika konsentrasi dalam ppm, 10‫־‬¹ jika konsentrasi
dalam %).
3.3 Penentuan Fe Terlarut Dalam EDC
1. Tujuan
Intruksi kerja ini menjelaskan tentang cara menentukan kandungan besi (Fe).
2. Ruang Lingkup
Intruksi kerja ini dipakai untuk menentukan kandungan besi (Fe) terlarut
dalam EDC.
3. Metode Penentuan
Besi terlarut diekstrak dengan HCl 1 N yang selanjutnya dianalisis sebagai
senyawa kompleks berwarna dari besi total. Pembentuk senyawa kompleks Fe
dengan Thio Glicolic Acid dalam suasana Amonakal- yang berwarna ungu
pada gelombang 525 nm. Fe terlarut dianalisis sebagai Fe2+ setelah direduksi
oleh TGA.
4. Peralatan yang Diperlukan
 Spectophtometer UV-Vis 8453 / 8452.
 Balance dengan akurasi 0,01 gr.
 Dispenset
 Laboratory glassware
5. Aspek Safety
Dalam melaksanakan tugas, pelaksana wajib menggunakan peralatan Safety,
minimal Spectecle (kaca mata). Bila perlu juga menggunakan peralatan Safety
lainnya sesuai kebutuhan.
6. Reagent
 Ammonia Concentrated.
 TGA 10%.

SMK Negeri 2 Cilegon 19


PT SULFINDO ADIUSAHA

 Citric Acid 10%.


 Destiled water.
 HCl 1 N.
 Standart Fe 1000 mg / L
7. Langkah Kerja
1. Prosedur Analisis
 Masukkan sample EDC ke dalam 250 corong pisah dengan kualifikasi
sebagai berikut :
a. EDC produk dan EDC yang mengandung light komponen : ± 100
gr sample.
b. EDC yang mengandung heavy komponen : ± 1 – 5 g sample.
 Ekstrak dengan 50 – 70 mL HCl 1 N selama 30 menit, kemudian
ambil fase airnya dan masukan ke dalam 100 mL volumetric flash.
 Tambahkan destilled water hingga volume total 100 mL (larutan A).
 Siapkan 2 buah volumetric flask

BAHAN UNIT FLASK 1 FLASK 2


HCl 1 N mL 10 -
Citric Acid 10 % mL 5 5
TGA 10% mL 5 5
Ammonia Conc. mL 6 6
Larutan A mL - 10
Demin Water mL Hingga volume total 100 mL
 Kocok sebentar kemudian diamkan ± 20 menit.
 Baca absorbansinya dengan Spectrophotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 525 nm.
2. Persiapan Standard
 Siapkan 6 buah flask 100 mL
 Masukkan reagent ke dalam masing-masing flask berikut :

SMK Negeri 2 Cilegon 20


PT SULFINDO ADIUSAHA

BAHAN UNIT 1 2 3 4 5 6
Ref. Sol. Fe 10 ppm mL 0 1 3 5 7 9

Citrit Acid 10% mL 5


TGA 10% mL 5
Ammonia Conc. mL 6
Demin Water mL Sampai dengan tanda batas
volume
Avaible Fe ug 0 10 30 50 70 90

 Kocok sebentar diamkan ± 20 menit.


 Baca absorbansinya dengan Spectrophotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 525 nm.
 Buat kurva kalibrasi A vs C (ug)

Perhitungan :

Fe (mg/L) = W1 (μg) × 10
10 W2

Dimana :

W1 : Pembacaan pada Spectro (ug)

W2 : Berat sample

3.4 Penentuan Cl₂ Dalam EDC


1. Tujuan
Intruksi kerja ini menjelaskan tentang cara untuk menentukan kandungan Cl₂.
2. Ruang Lingkup
Intruksi kerja ini dipakai untuk menentukan kandungan Cl₂ dalam EDC.

SMK Negeri 2 Cilegon 21


PT SULFINDO ADIUSAHA

3. Metode Penentuan
Analisis Free chlorine atau residual chlorine dalam EDC ini berdasarkan pada
analisis Iodometry. Chlorine (Cl₂) akan mengoksidasi ion Iod / I‫ ־‬dari KI yang
selanjutnya akan bereaksi dengan Natrium thiosulfat. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :

2I + Cl₂ → I₂ + 2Cl‫־‬ (1)

I₂ + 2S₂O₃ → 2I‫ ־‬+ S₄O6= (2)

Untuk menandai akhir titrasi digunakan indicator amylum. Akhir titrasi


ditandai dengan perubahan warna yang pertama dari biru menjadi jernih (tidak
berwarna). Kontak antara amylum dengan I₂ tidak boleh terlalu lama karena
memungkinkan terbentuknya senyawa kompleks amylum yang akan
mengganggu identifikasi akhir reaksi. Interferensi Fe dihilangkan dengan
penambahan acetid acid.

4. Peralatan yang Dibutuhkan


 Erlenmeyer bertutup.
 Zero automatic buret.
 Dispenset.
 Balance.
5. Aspek Safety
Dalam melaksanakan tugas, pelaksana wajib menggunakan peralatan Safety,
minimal Spectecle (kaca mata). Bila perlu juga menggunakan peralatan Safety
lainnya sesuai kebutuhan.
6. Reagent
 Destilated water.
 Acetid acid (1 : 3).
 KI 20%.
 Na₂S₂O₃ 0,1 N.
 Amylum 5 gr/L.

SMK Negeri 2 Cilegon 22


PT SULFINDO ADIUSAHA

7. Langkah Kerja
1. Masukkan 10 mL KI 20% + 200 mL demineralized dan 10 mL acetic acid
1 : 3 ke dalam Erlenmeyer.
2. Timbang Erlenmeyer tersebut dan catat (W1).
3. Ambil sample langsung dilapangan dengan Erlenmeyer tersebut sebanyak
5 – 10 g.
4. Jika warna demin waternya tidak berubah berarti tidak ada Cl₂ dalam
sample, lanjutkan analisis.
5. Timbang Erlenmeyer yang telah berisi sample tersebut dan catat (W₂).
6. Jika warna sample coklat, sebelum ditambahkan amylum terisi sample
terlebih dahulu sampai warnanya kuning tipis, kemudian ditambahkan
amylum 2 tetes, titrasi dilanjutkan hingga warna birunya hilang untuk
pertama kali.

Perhitungan :

Cl₂ (g/L) = Volume Na₂S₂O₃ mL × N × 35,5

Dimana :
N : Nomalitas Titran
V : Volume Sample

3.5 Penentuan Colour Dalam EDC


1. Tujuan
Intruksi kerja ini menjelaskan tentang cara untuk menentukan Colour
2. Ruang Lingkup
Intruksi kerja ini dipakai untuk menentukan tingkat warna (Colour) dan
kenampakan EDC.

SMK Negeri 2 Cilegon 23


PT SULFINDO ADIUSAHA

3. Metode Penentuan
Kemampuan EDC ditentukan secara otomatis untuk melihat ada tidaknya
materi tersuspensi dalam EDC.
4. Peralatan Yang Digunakan
 Colour Meter.
 Kertas putih/Tissu.
5. Aspek Safety
Dalam melaksanakan tugas, pelaksana wajib menggunakan peralatan Safety,
minimal Spectacle (kaca mata). Bila perlu dapat juga menggunakan peralatan
Safety lainnya sesuai kebutuhan.
6. Langkah Kerja
 Ambil sample dalam kondisi tertutup.
 Appereance Masukkan sample ke dalam Colour Meter dengan
menggunakan wadah yang telah disediakan, biarkan alat Colour Meter
dalam beberapa detik dan akan muncul angka di layar alat tersebut.

SMK Negeri 2 Cilegon 24


PT SULFINDO ADIUSAHA

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4. Hasil Analisis

4.1 Tabel Hasil Analisis Penentuan Cl2 Dalam EDC

No. SAMPLE V SAMPLE (g) V TITRASI Cl2 (g/lt) SPECIFICATION


(mL)
1 A 10 5.4 1.0 0.7 - 1.7
2 B 50 1.5 0.1 0

4.2 Tabel Hasil Analisis Penentuan Moisture Dalam EDC

No. SAMPLE MOISTURE (ppm) SPECIFICATION


1 A 13 ≤ 40
2 B 29 ≤ 40
3 C 28 ≤ 100
4 D 14 ≤ 50
5 E 24 ≤ 50
6 F 22 ≤ 50
7 G 11 ≤ 40
8 H 19 ≤ 40
9 I 28 ≤ 40
10 J 21 ≤ 40
11 K 15 ≤ 50
12 L 11 ≤ 50
13 M 14 ≤ 50
14 N 22 ≤ 50
15 O 23 ≤ 100

SMK Negeri 2 Cilegon 25


PT SULFINDO ADIUSAHA

4.3 Tabel Hasil Analisis Penentuan HCl Dalam EDC

No. SAMPLE W SAMPLE (g) V TITRASI HCl SPECIFICATION


(mL) (ppm)
1 A 2.31 1.662 284.67 ≤ 400
2 B 2.89 0.638 86.70 ≤ 120
3 C 2.93 0.810 109.38 ≤ 150
4 D 58.7 0.376 2.53 ≤ 4.0
5 E 1.34 4.270 1251.49 ≤ 6000
6 F 2.33 1.728 293.43 ≤ 600
7 G 52.5 0.440 3.32 ≤ 4.0
8 H 53.6 0.412 3.04 ≤ 4.0

4.4 Tabel Hasil Ananlisis Penentuan Colour Dalam EDC

No. SAMPLE COLOUR SPECIFICATION


1 A 4 ≤ 20
2 B 5 ≤ 20
3 C 3 ≤ 20
4 D 4 ≤ 20
5 E 6 ≤ 20

SMK Negeri 2 Cilegon 26


PT SULFINDO ADIUSAHA

4.5 Pembahasan

a. Analisis Penentuan Cl2


Hasil analisis pada Penentuan Cl2. Semuanya memasuki standar
kualitas pabrik atau Specification yang sudah ditetapkan. Contohnya pada saat
analisis Cl2 pada Sample A masih berada di bawah dinilai standar Spesifikasi
1.5 gr/L hasil analisis 1.1 g/L.
b. Analisis Penentuan Moisture
Hasil analisis pada Penentuan Moisture.Semuanya memasuki standar
kualitas pabrik atau Specification yang sudah ditetapkan. Contohnya pada saat
analisis Moisture pada Sample A masih berada di bawah dinilai standar
Spesifikasi 40 ppm hasil analisis 13 ppm.
c. Analisis Penentuan HCl
Hasil analisis kami pada Penentuan HCl. Semuanya memasuki standar
kualitas pabrik atau Specification yang sudah ditetapkan. Contohnya pada saat
analisis HCl pada Sample C masih berada di bawah dinilai standar Spesifikasi
4.0 ppm hasil analisis 2.53 ppm.
d. Analisis Penentuan Colour
Hasil analisis pada Penentuan Colour.Semuanya memasuki standar
kualitas pabrik atau Specification yang sudah ditetapkan. Contohnya pada saat
analisis D masih berada di bawah dinilai standar Spesifikasi 20 hasil analisis 4

SMK Negeri 2 Cilegon 27


PT SULFINDO ADIUSAHA

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil kami melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Industri di PT
SULFINDO ADIUSAHA, kami dapat mengambil sebagai berikut :
 PT SULFINDO ADIUSAHA adalah perusahaan kimia yang bekerja secara
terintegrasi dan berkesinambungan dalam produk-produk berkualitas.
 PT SULFINDO ADIUSAHA menghasilkan produk-produk yang berupa
PVC, VCM, EDC, C/A produk seperti caustic soda, asam Chlorida, dan asam
sulfat.
 Sistem management perusahaan menggunakan penerapan ISO – 9002.
 PT SULFINDO ADIUSAHA yang sangat menggunakan sistem keselamatan
kerja.
 Berdasarkan analisis yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua sample
yang dianalisis memenuhi syarat mutu yang ditetapkan oleh PT Sulfindo
Adiusaha.

5.2 Saran
Setelah kami melaksanakan Praktik Kerja Industri di PT Sulfindo Adiusaha
terdapat beberapa hal yang perlu kami tingkatkan antara lain :
 Lebih meningkatkan ketelitian setiap analisis untuk menunjang hasil yang
lebih baik demi kepentingan kualitas produk.
 Lebih meningkatkan kesadaran dalam keselamatan kerja untuk meningkatkan
rasa aman dan nyaman baik dilaboratorium maupun di lapangan kerja.

SMK Negeri 2 Cilegon 28

Anda mungkin juga menyukai