PENDAHULUAN
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
c. PT. Kievit Indonesia memiliki tujuan untuk bisa menghasilkan produk yang lebih
baik dari kompetitor dan mendukung pertumbuhan bisnis customernya berdasarkan
pada pengetahuan, efisien, teknologi dan kegunaan produk.
d. PT. Kievit Indonesia menerapkan standar dan persyaratan yang terbaik untuk
menghasilkan pangan yang berkualitas, sehat dan aman.
e. PT. Kievit Indonesia turut serta mempertahankan lingkungan dengan menerapkan
standar Internasional yang berlaku.
f. Scope bisnis PT. Kievit Indonesia berfokus kepada pelanggan disegmen Instans
Drinks, Food Service, Soups & Sauces and Bakery yang akan menjadi pangsa pasar
dari Micro-encapsulated spray-dried food ingredients produk dari Kievit.
g. PT. Kievit Indonesia menyadari bahwa tujuan diatas hanya dapat dicapai dengan staff
yang terbaik sehinggga sumber daya manusia di Kievit selalu dikembangkan agar
well informed, terlatih, berpengalaman dan loyal serta mempunyai identitas sebagai
staff PT. Kievit Indonesia.
2.
BAB 3
DASAR TEORI
1. LIMBAH CAIR
Limbah Cair adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri
serta tempat-tempat umum lainnya dan mengandung bahan atau zat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Hasil akhir dari proses industri susu dalam pengolahan susu menghasilkan limbah cair
yang kompleks, sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan bila tidak diolah
dengan benar. Sehingga sebelum dibuang ke badan air, limbah tersebut harus diproses
dengan berbagai treatment, sehingga siap dibuang ke badan air.
e. Temperatur
Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap
reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk
berbagai aktivitas sehari hari.
f. Bau
Bau berasal dari udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait
dengan masalah estetika.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup
untuk menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm
(part per milion) atau ml O2/ liter.
c. Dissolved Oxygen (DO)
DO merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO didalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas.
d. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor. Ammonia
terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.
tergantung pada pH larutan.
e. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses
pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S
bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero
intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat
menimbulkan kematian.
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air
adalah 68.
h. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan
pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan
adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah salah
satunya adalah Total Suspended Solid (TSS). TSS merupakan padatan yang tersuspensi di
dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke
dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
bagi organisme. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Kandungan total padatan tersuspensi mempengaruhi cahaya matahari menembus air.
Kandungan TSS yang rendah akan menyebabkan daya tembus cahaya akan besar dan
sebaliknya. Karena semakin tinggi nilai TSS maka kualitas air akan semakin
menurun.TSS bisa dijadikan uji pendahuluan bersama dengan COD untuk penentuan
kualitas air dan air limbah (Vindie, 2012).
BAB 4
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PT. KIEVIT INDONESIA
pH (AIT-204) dilengkapi dengan system alarm failure umum jika salah satu fungsi
dan/atau elektroda pH tidak berfungsi.
4.2.4 Flow Transmitter FIT-205
FIT-205 berfungsi sebagai indikator debit ke unit DAF.
4.2.5 Timer Pompa P-201 A/B
Pompa P-201 bekerja dengan timer berdasarkan siklus SBR (T-400).
gravitasi ke tangki aerasi (T-400). Tekanan pada discharge pompa P-301 diindikasikan pada
PI-301. Kapasitas pompa untuk P-301 dapat dikendalikan secara manual (yang dioperasikan
dengan menggunakan gear).
4.3.1 Loop control pH AIT-302; P-901
Loop control pH bertujuan untuk menjaga pH pada influent unit DAF agar
selalu berada dalam jangkauan yang dipersyaratkan. Sinyal dari transmitter ini akan
mengontrol pompa Caustic P-901.
Pengontrol pH (AIT-302) dilengkapi dengan system alarm failure umum jika
salah satu fungsi dan/atau elektroda pH tidak berfungsi.
4.3.2 Level switch LS-301; P-301 (melalui kontrol panel lokal DAF, output free contact)
Sebuah level switch LS-301 berfungsi untuk mencegah P-301 dari dry run dan
mengendalikan start/stop pompa.
4.3.3 Flow Switch FS-303 (via DAF lokal panel kontrol, output free contact)
Debit effluent dari unit DAF akan dipantau oleh FS-303
AEROBIC TREATMENT
4.4 Tangki SBR T-400
Tangki SBR (T-400) menampung overflow DAF (T-300) dan effluent anaerobik dari
Thickener lumpur anaerobik (T-801). Dalam keadaan yang khusus, tangki ini akan
menampung air limbah melalui overflow darurat dari tangki buffer (T-200).
4.4.1 Modus Operasi SBR
SBR memiliki 2 modus operasi utama :
1. Modus operasi yang dikendalikan oleh timer otomatis
Dalam modus operasi ini, regimen siklus SBR diatur dengan menggunakan
setpoint timer yang mengatur banyaknya siklus feed (biasanya 2 siklus/hari, masingmasing 9 jam per tangki SBR, atau 3 siklus/hari, masing-masing 6 jam per tangki
SBR).
Setpoint untuk berbagai parameter yang berbeda seperti rasio antara debit
feed/bypass, lamanya aerasi, target konsentrasi oksigen, lamanya waktu pengendapan,
decanting dan ekstrasi lumpur, akan diatur dan dapat dirubah (dalam batasan yang
telah ditentukan sebelumnya).
11
Tahap Operasi
Total dari semua tahap/siklus/hari
Alternatif
Per cycle
Per day
Per cycle
Per day
12
24
24
Feed
18
18
18
18
Pengendapan
Decanting
1.3
1.3
12
PENGOLAHAN ANAEROBIK
4.8 Reaktor Biobulk CSTR T 800
Padatan dan lumpur dari unit DAF (float DAF) akan diuraikan dalam reaktor Biobulk
CSTR. Pengontrolan pH dilakukan untuk menjamin kondisi optimal dalam rangka
menguraikan seluruh padatan dan lemak,. Waktu tinggal didalam reaktor Biobulk CSTR
cukup lama ( 20 hari) untuk menguraikan seluruh padatan dan lemak. Effluent reaktor
Biobulk CSTR mengalir secara gravitasi ke Thickener Anaerobic (T 801), loop resirkulasi
lumpur diterapkan dalam sistem ini. Lumpur kental dari dasar Thickener akan dipompa
kembali oleh P 801 ke dalam reaktor Biobulk CSTR untuk menjaga agar konsentrasi
lumpur dalam sistem sebagaimana yang diinginkan.
13
14
(kapasitas
100L/jam)
dikendalikan
oleh
sistem
pengukuran
dan
pengendalian pH AIT-803.
Jaringan dosing dilindungi terhadap overpressure (> 3 barg) oleh pressure
safety valve. Ini merupakan instrument dengan pengendalian sendiri dari unit
paket pompa dosing dan tidak memiliki interaksi dengan sistem kontrol pusat.
4.11 Tangki Penyimpanan HNO3 T-1000
Sebuah tangki FRP yang berukuran 2 m3 dibutuhkan untuk suplai HNO3 bagi tangki
buffer (T-200).
4.11.1 Open Close Valve XV-201
pH harus diturunkan dengan dosing HNO3 saat pH dalam tangki buffer tidak
berada dalam jangkauan yang benar. Pengendalian valve XV-201 dilakukan oleh
AIT-204.
4.12 Tangki FeCl3 T-1100
Sebuah tangki FRP yang berukuran 2 m3 dibutuhkan untuk suplai FeCl3 bagi tangki
DAF (T-300).
4.12.1 Pompa Dosing P-1101
Supplai FeCl3 ke dalam unit DAF untuk proses flokulasi dan koagulasi.
15
didalam reaktor Biobulk CSTR- T-800.Sedangkan effluent akan masuk ke SBR (T500)
untuk ditampung sementara sebelum masuk ke sand filter (T600) sekaligus dimanfaatkan
sebagai cooling HE.
Pada T600, effluent akan disaring oleh sand filter sebelum dikeluarkan sebagai final
effluent (T700) ke perairan bebas. Sementara seluruh lemak yang masuk ke T802 akan
ditransfer ke reaktor Biobulk CSTR- T-800 untuk diolah secara anaerobik yang akan
menghasilkan ouput berupa gas-gas seperti methan, H2S, NH3. Sedangkan Sludge dari
SBR yang masuk ke thickener aerobic (T401) kemudian akan masuk ke decanter untuk di
press secara sentrifugal. Sludge yang sudah padat di sedot oleh instansi pembuangan
kotoran manusia. Gambaran dari penjelasan di atas dapat dilihat pada neraca yang ada
pada Gambar 2.
Keterangan :
Sludge/lumpur
Air limbah
Over flow
Dosing bahan kimia
Gas metan
BAB 5
METODOLOGI
Bahan
-
Sampel air limbah dari tank 600 inlet, 700 outlet, 400 mix, 200, 300 effluent (DAF
effluent), 300 float (DAF float), 800 (Anaerobik Biobulk) dan 801 (Anaerobik Biobulk
overflow)
Akuades
Piranti
-
pillius
Pipet volume 10 ml
Metode
-
Sampel air limbah untuk tank 400 mix, 300 float, 800 dan 801 diambil sebanyak 10 ml
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml (dilakukan pengenceran).
Nilai TSS langsung diukur dengan HACH DR/890 (laboratorium WWTP) dan
Spectroquant NOVA 60 Merck (laboratorium QC).
Sampel air limbah dari tank 300 effluent, 600 inlet, 700 outlet diambil secukupnya tanpa
diencerkan, lalu diukur seperti pada tank 400 mix, 300 float, 800 dan 801.
18
BAB 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelancaran proses pengolahan limbah diperngaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah faktor fisiko-kimiawi limbah itu sendiri. Pengujian beberapa parameter fisiko-kimiawi ini
diperlukan agar limbah yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang ditentukan. Salah satu
faktor fisikawi air limbah yaitu TSS yang tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisa TSS Januari Agustus 2012
Rata-rata Nilai TSS Tiap Tanki (mg/L)
Bulan
T100
T210
T200
T300 F
T300 E
T400
T600
T800
T801
T700
Januari
2231,46
1231,85
1223
16353,08
52,23
3298,06
25,06
12780
10990,77
15,22
Februari
2066,92
1277,69
1480
14196,15
63,85
3759,31
45,86
13047,69
13028,33
13,55
Maret
2985,62
1152,73
1361,97
20736,92
52,69
3435,48
36,35
12967,69
12226,92
16,06
April
1788,08
1324,62
1598,33
17122,31
77,31
3376
93,17
11522,31
11984
44,25
Mei
3727,14
1423,57
1566,13
9833,85
90,23
3709,68
61,06
11183,08
7567,27
19,06
Juni
2046,15
1100,77
1429
11180
75,08
3476
79,3
9818,33
9254
26,8
Juli
2216,15
1591,54
1334,84
12000,83
69,8
3556,13
51,9
9684,62
8488,57
21,06
Agustus
1890
995
1272,86
10213,33
78
3793,33
39,6
9440
9400
10,6
Keterangan :
T100 = Tangki influent pit
T400 = Tangki SBR
19
Tabel 3. Hasil Analisa TSS Final Effluent (T700) Perbulan dan Baku Mutu
Hasil Analisa TSS (mg/L)
15,22
13,55
16,06
44,25
50
19,06
26,8
21,06
10,6
T100
T210
T200
T300 F
T300 E
T400
T600
T800
T801
T700
(mg/L)
2439,44
1298,3
1430,43
14377,85
69,26
3533,62
56,48
11522,04
10699,35
21,24
Hasil pengukuran pada bulan Januari hingga Agustus memberikan nilai TSS yang
mengalami fluktuatif pada berbagai tanki. Hasil yang fluktuatif disebabkan oleh berbagai
perlakuan yang terjadi pada beberapa tanki. Pada T210 semua limbah akan dihomogenkan
dengan menggunakan mixer pada T200. Sehingga nilai TSS akan mengalami kenaikan. Pada
DAF (dissolved air flotation) air limbah akan mengalami pemisahan agar padatan yang masih
terlarut dapat berkurang. Sehingga nilai TSS mengalami penurunan yang signifikan. effluent dari
DAF akan masuk ke tanki SBR (Sequence Batch Reactor) T400, sedangkan float akan masuk
dan menglami penguraian secara anaerobik. Sehingga dapat dilihat bahwa nilai TSS sebelum
memasuki tangki T800 dengan nilai TSS setelah keluar dari T800 mengalami penurunan. pada
overflow T801 nilai TSS juga berkurang disebabkan adanya pengendapan menggunakan prinsip
gravitasi (tanki berbentuk kerucut). Pada T400 terjadi kenaikan yang sangat signifikan karena
disebabkan air limbah yang diproses secara aerobik bercampur dengan lumpur aktif. Pada T600
inlet (T500 effluent) nilai TSS berkurang disebabkan proses transfer effluent dari T400 ke T500
dilakukan setelah proses aerasi berhenti dan decanting selesai. Final effluent (T700) akan
disaring pada sand filter (T600) sebelum dikeluarkan di perairan bebas, sehingga nilai TSS
mengalami penurunan.
20
Pada hasil analisa diperoleh nilai TSS yang memenuhi baku mutu air limbah berdasarkan
Perda Jateng No 10 tahun 2004 yang disajikan pada Tabel.5
Tabel 5. Baku Mutu Air Limbah Industri Susu dan Produk Susu
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM kg/ton
KADAR
NO
PARAMETER
Produk
MAKSIMUM
(mg/L)
(kg/ton)
(kg/ton)
BOD5
40
0,08
0,06
COD
100
0,20
0,15
TSS
50
0,10
0,075
pH
6,0 9,0
6,0 9,0
Debit Maksimum
Sumber :Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada proses aerobik di SBR (Sequence Batch
Reactor) T400 telah berjalan dengan baik. SBR merupakan proses pengolahan limbah dengan
proses lumpur aktif. Sistem lumpur aktif pada SBR yaitu proses pemerataan pada saat aerasi dan
sedimentasi terjadi dalam urutan waktu (Norcross, 1992). Beberapa keunggulan dari SBR ini
adalah menggunakan suspended reactor yang bersifat fleksibel, dapat berfungsi sebagai bak
aerasi ekualisasi dan sedimentasi, pengendapan yang tidak sempurna dapat segera dikenali, dapat
memperluas sirkulasi (jika sludge treatment memerlukan waktu yang lama), serta biomassa
tidak perlu dicuci (Joni, 2010). Proses dari hasil analisa tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
21
Keterangan :
Sludge/lumpur
Over Flow
Air Limbah
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama kerja praktek di PT. Kievit Indonesia,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. WWTP (Waste Water Treatment Plan) PT. Kievit Indonesia menggunakan sistem biologi
yaitu dengan metode lumpur aktif.
2. Pengukuran nilai TSS dari outlet di WWTP PT. Kievit Indonesia telah sesuai dengan
baku mutu air limbah industri susu dan produk susu.
7.2 Saran
Saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk menjadi masukan bagi PT. Kievit Indonesia :
1. Perbaikan sistem lumpur aktif perlu dilakukan dengan cara aktivasi agen siap biologis
secara berkala, supaya proses pengendapan dapat berjalan dengan baik dan effluent akhir
lebih jernih.
2. Pengukuran TSS dengan metode gravimetri perlu dilakukan untuk bisa dibandingkan
dengan metode yang digunakan yaitu spektrofotometri, sehingga hasil yang diperoleh
benar-benar akurat.
3. Kalibrasi alat untuk mengukur TSS secara rutin perlu dilakukan, sehingga diperoleh hasil
yang akurat.
23
BAB 8
DAFTAR PUSTAKA
Lingkungan ITS.
Junaidi, Bima, P. H, 2006, Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil, Jurnal
PRESIPITASI Vol 1 No. 1 ISSN 1907-187X.
Norcross, K.L. "Sequencing Batch Reactors-An Overview". Water Science and Technology. vol.
26, no. 9-11. 1992.
Vindie, 2012, Total Suspended Solid,
http://ml.scribd.com/doc/96342708/total-suspended-solid-TSS.
Agustus 2012.
24
Diakses
tanggal
20
LAMPIRAN
25