Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN KERJA PRAKTEK


Perguruan Tinggi, sebagai salah satu tahapan akhir dalam sistem pendidikan tinggi untuk
menciptakan sumber daya yang berkualitas tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
hubungan dengan dunia industri itu sendiri. Untuk mencapai hal-hal tersebut, mahasiswa
juga perlu dipersiapkan dengan pendidikan diluar kampus (misal: dunia industri) guna
meningkatkan pemahaman dan kemampuan, serta ketrampilannya sebelum mereka benarbenar memasuki dunia industri.
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, sebagai salah satu
Perguruan Tinggi Swasta di Salatiga berusaha untuk menciptakan suatu relasi yang baik
antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Sehubungan dengan hal tersebut Fakultas
Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana mewajibkan setiap mahasiswanya
untuk mengambil matakuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Kerja praktek adalah suatu kerja nyata yang dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan
memperoleh pengalaman di lingkungan kerja secara nyata. Kerja praktek merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 di Progdi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana. Adapun kerja praktek ini bertujuan untuk :
1. Mempersiapkan dan memperkenalkan mahasiswa pada dunia kerja.
2. Mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah.
3. Membantu mahasiswa dalam pengembangan diri dalam hal seperti disiplin kerja,
semangat kerja, dan jiwa kepemimpinan.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Penulisan laporan kerja praktek ini bertujuan untuk menjadi dokumen bagi mahasiswa
yang hendak mengetahui tentang bagaimana sistem operasional unit Waste Water Treatment
Plan (WWTP) serta mengukur nilai TSS (Total Suspended Solid)) pada pengelolaan limbah
PT. Kievit Indonesia untuk dibandingkan dengan baku mutu air limbah.

1.3 TEMPAT, WAKTU, DAN RUANG LINGKUP TUGAS


Kerja praktek ini dilakukan di Unit Waste Water Treatment Plant (WWTP) dari PT.
Kievit Indonesia, Salatiga yang terletak di Jalan Merpati No.01 Kelurahan Magunsari
Salatiga 50721. Kerja praktek yang dilakukan di PT. Kievit ini berlangsung dari tanggal 7
Juli sampai dengan 6 Agustus 2012.
Ruang lingkup dari kerja praktek ini adalah mempelajari proses operasional unit
pengelolaan limbah industri yang dilakukan serta menganalisa TSS pada masing-masing
tangki pengelolaan limbah secara berkala. Kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek
antara lain :
1. Mempelajari proses operasional unit Waste Water Treatment Plant (WWTP).
2. Melakukan sampling dan menganalisa TSS pada sampel.

BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Status Instansi Perusahaan


PT. Kievit Indonesia merupakan perusahaan penanam modal asing (PMA).
Perusahaan ini merupakan cabang dari perusahaan Royal Friesland- Campina yang
berpusat di Belanda. Pada awal berdirinya, PT. Kievit Indonesia membeli aset dari PT.
TAA (Tirta Amerta Agung) pada bulan Desember tahun 2004. PT. Kievit Indonesia
yang beralamat di Jl. Merpati no. 1 kel. Mangunsari, Salatiga, Jawa Tengah
diresmikan pada tanggal 7 Desember 2005 oleh Gubernur Jawa Tengah dengan luas
lahan 5 hektar dan luas bangunan awal 7.722,66 m2. PT. Kievit Indonesia kemudian
melakukan perluasan bangunan dengan pabrik kedua yang diresmikan pada tanggal 21
Februari 2008 sehinggga total luas bangunannya menjadi 13.68318 m2.
PT. Kievit Indonesia adalah anak perusahaan Royal Frieslandfoods yang
beroperasi sebagai pemimpin perusahaan makanan dan minuman siap saji milik
Belanda bagian utara yang berada di Meppel yang telah berkecimpung di dunia bisnis
sejak tahun 1894. Nama Kievit diambil dari nama spesies burung yang hidup di
Belanda bagian selatan dan juga merupakan nama keluarga pendiri perusahaan. Nama
Kievit ini juga memiliki arti dalam peribahasa Belanda yang berbunyi To Run Like
Kievitartinya Mengerjakan Sesuatu dengan Cepat. Dalam konteks bisnis, Kievit
dapat diartikan sebagai kebiasaan yang berhubungan dengan pekerjaan yang
berdedikasi ke teman dan keluarga, serta kebanggaan akan diri kita sendiri dalam
hubungan yang kuat dengan klien.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan


a. PT. Kievit Indonesia berkeinginan untuk menjadi Supplier Encapslated SprayDrie Ingredients yang terbaik didunia dan khususnya di tingkat Regional Asia.
b. PT. Kievit Indonesia akan selalu berusaha menciptakan tantangan baru dan
mencapai keuntungan setinggi- tingginya dari per jam pengeringan.

c. PT. Kievit Indonesia memiliki tujuan untuk bisa menghasilkan produk yang lebih
baik dari kompetitor dan mendukung pertumbuhan bisnis customernya berdasarkan
pada pengetahuan, efisien, teknologi dan kegunaan produk.
d. PT. Kievit Indonesia menerapkan standar dan persyaratan yang terbaik untuk
menghasilkan pangan yang berkualitas, sehat dan aman.
e. PT. Kievit Indonesia turut serta mempertahankan lingkungan dengan menerapkan
standar Internasional yang berlaku.
f. Scope bisnis PT. Kievit Indonesia berfokus kepada pelanggan disegmen Instans
Drinks, Food Service, Soups & Sauces and Bakery yang akan menjadi pangsa pasar
dari Micro-encapsulated spray-dried food ingredients produk dari Kievit.
g. PT. Kievit Indonesia menyadari bahwa tujuan diatas hanya dapat dicapai dengan staff
yang terbaik sehinggga sumber daya manusia di Kievit selalu dikembangkan agar
well informed, terlatih, berpengalaman dan loyal serta mempunyai identitas sebagai
staff PT. Kievit Indonesia.

2.3 Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi


4

2.

BAB 3
DASAR TEORI

1. LIMBAH CAIR
Limbah Cair adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri
serta tempat-tempat umum lainnya dan mengandung bahan atau zat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Hasil akhir dari proses industri susu dalam pengolahan susu menghasilkan limbah cair
yang kompleks, sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan bila tidak diolah
dengan benar. Sehingga sebelum dibuang ke badan air, limbah tersebut harus diproses
dengan berbagai treatment, sehingga siap dibuang ke badan air.

2. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH (Junaidi dan Bima, 2006)


Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
TS merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun
anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
TSS merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah
setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
c. Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abuabu menjadi
kehitaman.
d. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun
anorganik.

e. Temperatur
Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap
reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk
berbagai aktivitas sehari hari.
f. Bau
Bau berasal dari udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait
dengan masalah estetika.

2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup
untuk menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm
(part per milion) atau ml O2/ liter.
c. Dissolved Oxygen (DO)
DO merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO didalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas.
d. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor. Ammonia
terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.
tergantung pada pH larutan.
e. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses
pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S
bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.

f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero
intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat
menimbulkan kematian.
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air
adalah 68.
h. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan
pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan
adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah salah
satunya adalah Total Suspended Solid (TSS). TSS merupakan padatan yang tersuspensi di
dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke
dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
bagi organisme. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Kandungan total padatan tersuspensi mempengaruhi cahaya matahari menembus air.
Kandungan TSS yang rendah akan menyebabkan daya tembus cahaya akan besar dan
sebaliknya. Karena semakin tinggi nilai TSS maka kualitas air akan semakin
menurun.TSS bisa dijadikan uji pendahuluan bersama dengan COD untuk penentuan
kualitas air dan air limbah (Vindie, 2012).

BAB 4
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PT. KIEVIT INDONESIA

PRE-TREATMENT (Biothane, 2005)


4.1 Influent Pit T-100
Air limbah masuk ke dalam influent Pit T-100 dimana akan disaring melalui S-101 dan
dipompa dengan Pompa influent P-101 A/B melalui fine screen (S-201) ke dalam tangki
buffer T-200
4.1.1 Level Transmitter LT-101;P-101 A/B
Level transmitter (LT-101) berfungsi untuk melindungi pompa dari dry run.
4.4.2 Level Transmitter Debit FIT-102
Sebagai indikator debit influent dari pabrik
4.4.3 Ventilator Ventgas V-101; CF-101
Ventgas dihisap oleh Ventilator V-101 dan diolah di Compost Filter CF-101.
Kondensat dari Compot Filter (CF-101) akan mengalir dengan gravitasi kedalam
influent pit (T-100) dan diatur dengan ball valve manual (dikuras sehari sekali).

4.2 Tangki Buffer T-200


Dalam tangki buffer (T-200) air limbah akan dicampur untuk menghomogenkan air
limbah dan menyamakan semua variasi dalam COD, SS, dll.
4.2.1 Mixer Tangki Buffer M-201
Untuk menghomogenkan isi tangki buffer, digunakan sebuah ventury jet mixer M201. Mixer ini harus selalu dalam kondisi menyala.
4.2.2 Level Transmitter LT-203; P-201 A/B
Untuk melindungi pompa dari dry run, sebuah level transmitter (LT-203)
dipasang pada tangki.
4.2.3 Loop control pH AIT-204; P-202; XV-201; XV-202
Loop control pH bertujuan untuk menjaga agar pH di dalam tangki buffer berada
dalam jangkauan yang dipersyaratkan. Sinyal dari transmitter ini akan mengontrol
open close valve HNO3 X-201 dan open close valve Caustic XV-202. Pengontrol

pH (AIT-204) dilengkapi dengan system alarm failure umum jika salah satu fungsi
dan/atau elektroda pH tidak berfungsi.
4.2.4 Flow Transmitter FIT-205
FIT-205 berfungsi sebagai indikator debit ke unit DAF.
4.2.5 Timer Pompa P-201 A/B
Pompa P-201 bekerja dengan timer berdasarkan siklus SBR (T-400).

4.3 Unit DAF(Dissolve Air Flotation) T-300


Unit DAF berfungsi untuk memisahkan padatan (solids) dan lemak dari air limbah.
Untuk memisahkan lemak yang teremulsi dari air limbah, dilakukan proses koagulasi dan
flokulasi kimia sebelum air limbah masuk kedalam tangki DAF. Penambahan FeCl3 dengan
pompa P-1101 dan PE dengan pompa P-1301 dan juga pemantauan pH (AIT 302) yang
berhubungan dengan dosing NaOH (P-901) akan dipasang dalam flokulator pipa.
Padatan dan lemak yang telah terpisah akan dipompa dengan menggunakan P-301
didalam reaktor

Biobulk CSTR (T-800), sementara cairannya akan mengalir secara

gravitasi ke tangki aerasi (T-400). Tekanan pada discharge pompa P-301 diindikasikan pada
PI-301. Kapasitas pompa untuk P-301 dapat dikendalikan secara manual (yang dioperasikan
dengan menggunakan gear).
4.3.1 Loop control pH AIT-302; P-901
Loop control pH bertujuan untuk menjaga pH pada influent unit DAF agar
selalu berada dalam jangkauan yang dipersyaratkan. Sinyal dari transmitter ini akan
mengontrol pompa Caustic P-901.
Pengontrol pH (AIT-302) dilengkapi dengan system alarm failure umum jika
salah satu fungsi dan/atau elektroda pH tidak berfungsi.
4.3.2 Level switch LS-301; P-301 (melalui kontrol panel lokal DAF, output free contact)
Sebuah level switch LS-301 berfungsi untuk mencegah P-301 dari dry run dan
mengendalikan start/stop pompa.
4.3.3 Flow Switch FS-303 (via DAF lokal panel kontrol, output free contact)
Debit effluent dari unit DAF akan dipantau oleh FS-303

AEROBIC TREATMENT
4.4 Tangki SBR T-400
Tangki SBR (T-400) menampung overflow DAF (T-300) dan effluent anaerobik dari
Thickener lumpur anaerobik (T-801). Dalam keadaan yang khusus, tangki ini akan
menampung air limbah melalui overflow darurat dari tangki buffer (T-200).
4.4.1 Modus Operasi SBR
SBR memiliki 2 modus operasi utama :
1. Modus operasi yang dikendalikan oleh timer otomatis
Dalam modus operasi ini, regimen siklus SBR diatur dengan menggunakan
setpoint timer yang mengatur banyaknya siklus feed (biasanya 2 siklus/hari, masingmasing 9 jam per tangki SBR, atau 3 siklus/hari, masing-masing 6 jam per tangki
SBR).
Setpoint untuk berbagai parameter yang berbeda seperti rasio antara debit
feed/bypass, lamanya aerasi, target konsentrasi oksigen, lamanya waktu pengendapan,
decanting dan ekstrasi lumpur, akan diatur dan dapat dirubah (dalam batasan yang
telah ditentukan sebelumnya).

2. Modus operasi yang dikendalikan secara manual


Dalam modus operasi ini, setiap pompa aerator, decanter dapat dioperasikan
secara manual, yang berarti bahwa dalam modus operasi ini, operator dapat
menggantikan operasi dari panel kontrol dan setpoint-setpoint dari modus operasi dari
modus operasi otomatis.
4.4.2 Tahap-tahap Operasi SBR
4.4.2.1 Tahap Aerasi
Surface aerator M-401, M-402, M-403, M-404 beroperasi dikendalikan oleh
setpoint dari sistem kontrol pengukuran oksigen (DO)(AIT-401)
4.4.2.2 Tahap Feed dan Aerasi
- Feeding dari overflow DAF (melalui P-201 A/B) dan effluent anaerobik (dari T801)
- Surface aerator M-401, M-402, M-403, M-404 beroperasi dikendalikan oleh
setpoint dari sistem kontrol pengukuran oksigen (DO)(AIT-401) dan LT-402
10

4.4.2.3 Tahap Pengendapan


- Surface aerator M-401, M-402, M-403, M-404 mati
- Pompa lumpur surplus P-401 A/B mati
4.4.2.4 Tahap Decanting dan Ekstrasi Lumpur
- Decanting effluent SBR T-500 dengan menggunakan D-401
- Penggelontoran pertama dari waktu decanting akan mengalir ke tangki buffer
melalui open close valve XV-404. Setelah penggelontoran selam 5 menit, open
close valve XV-405 dan XV-404 akan tertutup sehinggan aliran effluent
kembali ke tangki effluent SBR.
- Open close valve XV-404, XV-405 dikendalikan oleh timer.
- Ekstrasi lumpur surplus (dikendalikan oleh timer) dari tangki SBR dengan
menggunakan pompa P-401 A/B.

4.4.3 Modus Operasi SBR yang dikendalikan oleh Timer


Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa operasi SBR akan dilakukan
dengan siklus yang dikendalikan oleh timer. Untuk pengoperasian secara otomatis
SBR, terdapat dua modus timer yang mungkin :
Standar : 2 siklus per SBR per hari
2 siklus per hari membutuhkan waktu pengendapan yang lebih lama karena
decanting dilakukan untuk ketinggian tangki 0,6 m.
Alternatif : 3 siklus per SBR per hari
Keuntungan dari tiga siklus perhari dan perbedaan dengan 2 siklus perhari
adalah bahwa decanting hanya dilakukan terhadap ketinggian tangki 0,3 m. Jika
karakteristik pengendapan lumpur buruk, modus operasi ini biasanya merupakan
pilihan
Setting modus timer untuk standar operasi (2 siklus/hari) dan alternatif operasi
(3 siklus/hari) dapat dilihat pada Tabel 1.

11

Tabel 1. Setting Modus Timer SBR


Standart

Tahap Operasi
Total dari semua tahap/siklus/hari

Alternatif

Per cycle

Per day

Per cycle

Per day

12

24

24

Feed

18

18

Mixing dan aerasi

18

18

Pengendapan

Decanting

1.3

Ekstrasi lumpur surplus

1.3

4.4.4 Decanter SBR D-401


Decanter SBR D-401 bertujuan untuk mengatur supernatant. Decanter ini
dioperasikan pada tahap decanting.
4.4.5Timer pompa P-401 A/B
Pompa hanya dioperasikan ketika lumpur surplus perlu dikeluarkan ke
Thickener Aerobic T-401.
4.4.6 Loop kontrol DO
Loop kontrol DO (Dissolve Oxygen) bertujuan untuk menjamin oksigen terlarut
di dalam tangki SBR agar selalu dalam jangkauan nilai setpoint yang telah
ditentukan selama tahap-tahap dimana oksigen dibutuhkan. Sinyal dari AIT-401
mengendalikan operasi dari surface aerator.
4.4.7 Level Transmitter LT-402
Sebuah Level Transmitter LT-402 dipasang untuk mencegah P-401 A/B
mengalami dry run dan untuk mengendalikan start/stop pompa.

4.5 Thickener Aerobic T-401


Lumpur surplus dari tangki SBR T-400 dipompa ke thickener aerobic T-401. Jika
terjadi keadaan beban terlalu rendah (underloading) pada T-800, Lumpur dapat dipompa
oleh P-402 dan diolah didalam reaktor Biobulk CSTR- T-800.

12

4.5.1 Level Switch LS-403


Level Switch LS-403 digunakan sebagai pelindung dry run untuk pompa P-402.

4.6 Tangki effluent SBR T-500


Supernatan yang mengalir melalui decanter D-401 kedalam tangki effluent SBR T-500
melalui open close valve XV-405. Dari T-500 air yang telah terolah akan dipompa dengan
pompa effluent SBR P-501 A/B kedalam sand filter T-600
4.6.1 Level Transmitter LT-501; P-501 A/B
Sebuah Level Transmitter LT-501 dipasang untuk mencegah P-501 A/B
mengalami dry run.

4.7 Sand Filter T-600


Effluent akhir disaring dalam sand filter T-600 sebelum dibuang ke sungai. Sand filter
akan menerapkan proses backwash dan pembilasan. Debit untuk proses backwash adalah 50
m3/jam dengan durasi 20 menit. Durasi proses pembilasan adalah 10 menit dengan debit 25
m3/jam.
4.7.1 Flow Transmitter FIT 606
FIT 606 berfungsi untuk mengindikasikan dan mencatat debit effluent akhir.

PENGOLAHAN ANAEROBIK
4.8 Reaktor Biobulk CSTR T 800
Padatan dan lumpur dari unit DAF (float DAF) akan diuraikan dalam reaktor Biobulk
CSTR. Pengontrolan pH dilakukan untuk menjamin kondisi optimal dalam rangka
menguraikan seluruh padatan dan lemak,. Waktu tinggal didalam reaktor Biobulk CSTR
cukup lama ( 20 hari) untuk menguraikan seluruh padatan dan lemak. Effluent reaktor
Biobulk CSTR mengalir secara gravitasi ke Thickener Anaerobic (T 801), loop resirkulasi
lumpur diterapkan dalam sistem ini. Lumpur kental dari dasar Thickener akan dipompa
kembali oleh P 801 ke dalam reaktor Biobulk CSTR untuk menjaga agar konsentrasi
lumpur dalam sistem sebagaimana yang diinginkan.

13

4.8.1 Mixer M 801


Mixer dengan 2 impeller M 801 berfungsi untuk menghomogenkan isi reaktor
dan memberikan pengadukan yang cukup. Mixer ini selalu dalam kondisi operasi.
4.8.2 Level Switch Foam LS-801
Level Switch Foam digunakan sebagai deteksi foam pada reaktor Biobulk CSTR.
4.8.3 Loop Kontrol pH AIT-803;P-902
Loop kontrol pH bertujuan untuk menjaga agar pH di dalam reaktor Biobulk
CSTR tetap dalam nilai set point yang telah ditentukan. Jika nilai ini berada diluar
jangkauan yang dipersyaratkan, maka interlock akan diaktifkan. Sinyal dari
transmitter akan mengendalikan pompa dosing caustic P-902. Pengontrol pH
(AIT-803) dilengkapi dengan alarm failure umum jika salah satu fungsi dan/atau
elektroda tidak bekerja dengan baik.
4.8.4 Loop Kontrol suhu TT-802
Loop Kontrol suhu adalah alat transmitter suhu (TT-802) dipasang pada pipa
influent dari thickener anaerobik (T-801) untuk memantau suhu.

4.9 Flare Biogas F-802


Flare ini merupakan unit yang terdiri sendiri dengan panel kontrolnya sendiri dan
tidak dioperasikan dari panel kontrol pusat. Unit flare ini dioperasikan melalui sebuah panel
kontrol lokal.

DOSING BAHAN KIMIA


4.10 Tangki penyimpanan caustic T-900
T-900 adalah tangki FRP berukuran 2 m3 dibutuhkan untuk suplai caustic bagi tangki
buffer (T-200), unit DAF (T-300), dan Reaktor Biobulk CSTR (T-800).
4.10.1 Open Close Valve XV-202
pH dalam tangki buffer harus dinaikkan dengan dosing caustic saat tidak berada
dalam jangkauan yang benar. Pengendalian valve XV-202 dilakukan oleh AIT-204.

14

4.10.2 Pompa Caustic P-901


pH harus dinaikkan dengan dosing caustic saat pH air limbah dalam unit DAF
(T-300) tidak berada dalam jangkauan yang benar. Pompa P-901 (kapasitas
100L/jam) dikendalikan oleh sistem pengukuran dan pengendalian pH AIT-302
di unit DAF.
Jaringan dosing dilindungi terhadap overpressure (> 3 barg) oleh pressure
safety valve. Ini merupakan instrument dengan pengendalian sendiri dari unit
paket pompa dosing dan tidak memiliki interaksi dengan sistem kontrol pusat.
4.10.3 Pompa Caustic P-902
pH harus dinaikkan dengan dosing caustic saat pH dalam isi Reaktor
Biobulk CSTR (T-800) tidak berada dalam jangkauan yang benar. Pompa P902

(kapasitas

100L/jam)

dikendalikan

oleh

sistem

pengukuran

dan

pengendalian pH AIT-803.
Jaringan dosing dilindungi terhadap overpressure (> 3 barg) oleh pressure
safety valve. Ini merupakan instrument dengan pengendalian sendiri dari unit
paket pompa dosing dan tidak memiliki interaksi dengan sistem kontrol pusat.
4.11 Tangki Penyimpanan HNO3 T-1000
Sebuah tangki FRP yang berukuran 2 m3 dibutuhkan untuk suplai HNO3 bagi tangki
buffer (T-200).
4.11.1 Open Close Valve XV-201
pH harus diturunkan dengan dosing HNO3 saat pH dalam tangki buffer tidak
berada dalam jangkauan yang benar. Pengendalian valve XV-201 dilakukan oleh
AIT-204.
4.12 Tangki FeCl3 T-1100
Sebuah tangki FRP yang berukuran 2 m3 dibutuhkan untuk suplai FeCl3 bagi tangki
DAF (T-300).
4.12.1 Pompa Dosing P-1101
Supplai FeCl3 ke dalam unit DAF untuk proses flokulasi dan koagulasi.

15

4.13 Tangki PE T-1200


Sebuah tangki FRP yang berukuran 2 m3 dibutuhkan untuk suplai HNO3 bagi tangki
buffer (T-200).
4.13.1 Pompa Dosing P-1201
Supplai PE ke dalam unit DAF untuk proses flokulasi dan koagulasi.
4.13.2 Mixer PE M-1201
Sebuah mixer dengan 2 impeller M 801 berfungsi untuk menghomogenkan isi
reaktor dan memberikan pengadukan yang cukup. Mixer ini selalu dalm kondisi
operasi.

4.14 Gambaran Umum Proses Operasional


Secara umum urutan proses pengelolaan limbah cair di PT. Kievit dimulai dari influent
pit (T100), semua limbah dari semua aktifitas produksi yang terjadi ditampung ke dalam
tangki tersebut. Kemudian limbah dari T100 dibawa ke diversion tank (T210) untuk
dipompa dan diblower dengan tujuan agar lemak dan air dapat terpisah. Effluent dari T210
ditampung ke dalam T202 dilewatkan pada HE (Heat Exchanger)/cooler untuk
menurunkan suhu sehingga dapat diproses secara kimiawi (ditambahkan flokulan
koagulan berupa PE dan FeCl3) sebelum masuk ke DAF (Dissolve Air Flotation) 310. Di
dalam DAF 310, effluent akan diproses secara kimiawi dengan penambahan flokulan PE
100% dengan pompa P-1301dan koagulan berupa FeCl3 71% dengan pompa P-1101 dan
juga pemantauan pH (AIT 302) yang berhubungan dengan dosing NaOH (P-901) dipasang
dalam pipa flokulator.
Flok-flok yang terpisah dalam DAF ditampung dalam tangki penampung sementara
(T802) sedangkan air dialirkan menuju buffer tank (T200) untuk dihomogenkan
menggunakan mixer. Setelah homogen air limbah akan dialirkan menuju DAF 300 untuk
dipisahkan lagi antara air dan lemak. Kemudian Padatan dan lemak yang telah terpisah
dipompa dengan menggunakan P-301 di dalam reaktor Biobulk CSTR (T-800),
sementara cairannya akan mengalir secara gravitasi ke tangki SBR (Sequence Batch
Reactor) T400. Cairan tersebut akan diproses secara aerobik menggunakan lumpur aktif.
Lalu ekstrak lumpur dari T400 dipompa ke thickener aerobic (T401).Jika terjadi keadaan
beban terlalu rendah (underloading) pada T-800, lumpur dipompa oleh P-402 dan diolah
16

didalam reaktor Biobulk CSTR- T-800.Sedangkan effluent akan masuk ke SBR (T500)
untuk ditampung sementara sebelum masuk ke sand filter (T600) sekaligus dimanfaatkan
sebagai cooling HE.
Pada T600, effluent akan disaring oleh sand filter sebelum dikeluarkan sebagai final
effluent (T700) ke perairan bebas. Sementara seluruh lemak yang masuk ke T802 akan
ditransfer ke reaktor Biobulk CSTR- T-800 untuk diolah secara anaerobik yang akan
menghasilkan ouput berupa gas-gas seperti methan, H2S, NH3. Sedangkan Sludge dari
SBR yang masuk ke thickener aerobic (T401) kemudian akan masuk ke decanter untuk di
press secara sentrifugal. Sludge yang sudah padat di sedot oleh instansi pembuangan
kotoran manusia. Gambaran dari penjelasan di atas dapat dilihat pada neraca yang ada
pada Gambar 2.
Keterangan :
Sludge/lumpur
Air limbah
Over flow
Dosing bahan kimia
Gas metan

Gambar 2. Neraca Proses Sistem Operasional


17

BAB 5
METODOLOGI

Bahan
-

Sampel air limbah dari tank 600 inlet, 700 outlet, 400 mix, 200, 300 effluent (DAF
effluent), 300 float (DAF float), 800 (Anaerobik Biobulk) dan 801 (Anaerobik Biobulk
overflow)

Akuades

Piranti
-

HACH DR/890 colorimeter

Spectroquant NOVA 60 Merck

pillius

Labu ukur 100 ml

Pipet volume 10 ml

Metode
-

Sampel air limbah untuk tank 400 mix, 300 float, 800 dan 801 diambil sebanyak 10 ml
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml (dilakukan pengenceran).

Tambahkan akuades hingga garis tera.

Nilai TSS langsung diukur dengan HACH DR/890 (laboratorium WWTP) dan
Spectroquant NOVA 60 Merck (laboratorium QC).

Sampel air limbah dari tank 300 effluent, 600 inlet, 700 outlet diambil secukupnya tanpa
diencerkan, lalu diukur seperti pada tank 400 mix, 300 float, 800 dan 801.

18

BAB 6
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelancaran proses pengolahan limbah diperngaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah faktor fisiko-kimiawi limbah itu sendiri. Pengujian beberapa parameter fisiko-kimiawi ini
diperlukan agar limbah yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang ditentukan. Salah satu
faktor fisikawi air limbah yaitu TSS yang tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisa TSS Januari Agustus 2012
Rata-rata Nilai TSS Tiap Tanki (mg/L)

Bulan

T100

T210

T200

T300 F

T300 E

T400

T600

T800

T801

T700

Januari

2231,46

1231,85

1223

16353,08

52,23

3298,06

25,06

12780

10990,77

15,22

Februari

2066,92

1277,69

1480

14196,15

63,85

3759,31

45,86

13047,69

13028,33

13,55

Maret

2985,62

1152,73

1361,97

20736,92

52,69

3435,48

36,35

12967,69

12226,92

16,06

April

1788,08

1324,62

1598,33

17122,31

77,31

3376

93,17

11522,31

11984

44,25

Mei

3727,14

1423,57

1566,13

9833,85

90,23

3709,68

61,06

11183,08

7567,27

19,06

Juni

2046,15

1100,77

1429

11180

75,08

3476

79,3

9818,33

9254

26,8

Juli

2216,15

1591,54

1334,84

12000,83

69,8

3556,13

51,9

9684,62

8488,57

21,06

Agustus

1890

995

1272,86

10213,33

78

3793,33

39,6

9440

9400

10,6

Keterangan :
T100 = Tangki influent pit
T400 = Tangki SBR

T210 = Tangki diversion


T600 = Tangki sand filter

T200 = Tangki buffer

T300 F = Tangki DAF float

T800 = Tangki reaktor Biobulk CSTR

T700 = Tangki final effluent

Catatan : Keterangan ini berlaku juga untuk Tabel 4

19

T300E = Tangki DAF effluent

T801= Tangki thickener anaerobic

Tabel 3. Hasil Analisa TSS Final Effluent (T700) Perbulan dan Baku Mutu
Hasil Analisa TSS (mg/L)

Baku Mutu Air Limbah (mg/L)

15,22
13,55
16,06
44,25

50

19,06
26,8
21,06
10,6

Tabel 4. Hasil Analisa TSS Januari Agustus 2012


TSS

T100

T210

T200

T300 F

T300 E

T400

T600

T800

T801

T700

(mg/L)

2439,44

1298,3

1430,43

14377,85

69,26

3533,62

56,48

11522,04

10699,35

21,24

Keterangan : = rata rata

Hasil pengukuran pada bulan Januari hingga Agustus memberikan nilai TSS yang
mengalami fluktuatif pada berbagai tanki. Hasil yang fluktuatif disebabkan oleh berbagai
perlakuan yang terjadi pada beberapa tanki. Pada T210 semua limbah akan dihomogenkan
dengan menggunakan mixer pada T200. Sehingga nilai TSS akan mengalami kenaikan. Pada
DAF (dissolved air flotation) air limbah akan mengalami pemisahan agar padatan yang masih
terlarut dapat berkurang. Sehingga nilai TSS mengalami penurunan yang signifikan. effluent dari
DAF akan masuk ke tanki SBR (Sequence Batch Reactor) T400, sedangkan float akan masuk
dan menglami penguraian secara anaerobik. Sehingga dapat dilihat bahwa nilai TSS sebelum
memasuki tangki T800 dengan nilai TSS setelah keluar dari T800 mengalami penurunan. pada
overflow T801 nilai TSS juga berkurang disebabkan adanya pengendapan menggunakan prinsip
gravitasi (tanki berbentuk kerucut). Pada T400 terjadi kenaikan yang sangat signifikan karena
disebabkan air limbah yang diproses secara aerobik bercampur dengan lumpur aktif. Pada T600
inlet (T500 effluent) nilai TSS berkurang disebabkan proses transfer effluent dari T400 ke T500
dilakukan setelah proses aerasi berhenti dan decanting selesai. Final effluent (T700) akan
disaring pada sand filter (T600) sebelum dikeluarkan di perairan bebas, sehingga nilai TSS
mengalami penurunan.
20

Pada hasil analisa diperoleh nilai TSS yang memenuhi baku mutu air limbah berdasarkan
Perda Jateng No 10 tahun 2004 yang disajikan pada Tabel.5

Tabel 5. Baku Mutu Air Limbah Industri Susu dan Produk Susu
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM kg/ton

KADAR
NO

PARAMETER

Produk

MAKSIMUM
(mg/L)

Pabrik Susu Dasar

Pabrik Susu Terpadu

(kg/ton)

(kg/ton)

BOD5

40

0,08

0,06

COD

100

0,20

0,15

TSS

50

0,10

0,075

pH

6,0 9,0

6,0 9,0

Debit Maksimum

2,0 L/kg total padatan

1,5 L/kg total padatan

Sumber :Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada proses aerobik di SBR (Sequence Batch
Reactor) T400 telah berjalan dengan baik. SBR merupakan proses pengolahan limbah dengan
proses lumpur aktif. Sistem lumpur aktif pada SBR yaitu proses pemerataan pada saat aerasi dan
sedimentasi terjadi dalam urutan waktu (Norcross, 1992). Beberapa keunggulan dari SBR ini
adalah menggunakan suspended reactor yang bersifat fleksibel, dapat berfungsi sebagai bak
aerasi ekualisasi dan sedimentasi, pengendapan yang tidak sempurna dapat segera dikenali, dapat
memperluas sirkulasi (jika sludge treatment memerlukan waktu yang lama), serta biomassa
tidak perlu dicuci (Joni, 2010). Proses dari hasil analisa tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

21

Keterangan :
Sludge/lumpur
Over Flow
Air Limbah

Gambar 3. Neraca Hasil Analisa TSS


22

BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama kerja praktek di PT. Kievit Indonesia,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. WWTP (Waste Water Treatment Plan) PT. Kievit Indonesia menggunakan sistem biologi
yaitu dengan metode lumpur aktif.
2. Pengukuran nilai TSS dari outlet di WWTP PT. Kievit Indonesia telah sesuai dengan
baku mutu air limbah industri susu dan produk susu.

7.2 Saran
Saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk menjadi masukan bagi PT. Kievit Indonesia :
1. Perbaikan sistem lumpur aktif perlu dilakukan dengan cara aktivasi agen siap biologis
secara berkala, supaya proses pengendapan dapat berjalan dengan baik dan effluent akhir
lebih jernih.
2. Pengukuran TSS dengan metode gravimetri perlu dilakukan untuk bisa dibandingkan
dengan metode yang digunakan yaitu spektrofotometri, sehingga hasil yang diperoleh
benar-benar akurat.
3. Kalibrasi alat untuk mengukur TSS secara rutin perlu dilakukan, sehingga diperoleh hasil
yang akurat.

23

BAB 8
DAFTAR PUSTAKA

Biothane, 2005, Operation Process Manual. Asia Pacific B.V.NL.


Joni, H., 2010,

Pengolahan Biologis Aerobik Sistem Tersuspensi dan Terlekat, Teknik

Lingkungan ITS.
Junaidi, Bima, P. H, 2006, Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil, Jurnal
PRESIPITASI Vol 1 No. 1 ISSN 1907-187X.
Norcross, K.L. "Sequencing Batch Reactors-An Overview". Water Science and Technology. vol.
26, no. 9-11. 1992.
Vindie, 2012, Total Suspended Solid,
http://ml.scribd.com/doc/96342708/total-suspended-solid-TSS.
Agustus 2012.

24

Diakses

tanggal

20

LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai