Anda di halaman 1dari 64

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di zaman yang serba cepat dan mengharuskan segala sistem


yang begitu cepat pula karena didukung oleh populasi
manusia yang sangat cepat pula hal itu berimbas pada dunia
pertanian. Sebagai yang utama dalam masalah hidup ini
menuntut sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan populasi manusia yang tidak terbendung secara cepat
dan bagus tidak hanya kuantitas tetapi kualitasnya juga.

Dari hal-hal seperti itulah bioteknologi di bidang pertanian


berusaha untuk menjawab tantangan itu. Selama kurang lebih
empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat
perkembangan bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya
perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat
kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami
mengingat bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada
hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang
pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan
2

pengobatan.

Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang


pertanian yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional.
Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode
konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan
secara ekonomi. Penggunaan metode konvensional dengan
teknologi tinggi memaksimumkan keberhasilan program
perbaikan pertanian. Bioteknologi harus diintegrasikan ke
dalam pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah
mapan.

Bioteknologi berkembang dengan cepat di berbagai sektor


dan meningkatkan keefektifan cara-cara menghasilkan
produk dan jasa. Untuk alih teknologi dan pengembangan
bioteknologi secara layak dan tidak merusak lingkungan,
diperlukan berbagai persyaratan selain peraturan
perundangan juga modal yang besar.
3

Bioteknologi memperlihatkan suatu rangkaian yang


mengagumkan dari berbagai disiplin ilmu seperti
mikrobiologi, anatomi tumbuhan dan hewan, biokimia,
imunologi, biologi sel, fisiologi tumbuhan dan hewan,
morfogenesis, aekologi, genetika dan banyak lagi
lainnya.Peranan biologi yang baru didapat ini telah
memberikan sumbangan teramat penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan umat manusia.

Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama


untuk memberikan karakter baru pada berbagai jenis tanaman.
Teknologi rekayasa genetika tanaman memungkinkan
pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain
untuk perbaikan sifat tanaman. Salah satu contoh aplikasi
bioteknologi di bidang pertanian adalah mengembangkan
tanaman transgenik yang memiliki sifat :
(1) Toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida)
(2) Tahan terhadap hama dan penyakit tertentu
(3) Mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya: tomat yang
matangnya lama, padi yang memproduksi beta- caroten dan
vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, strawberry
yang rasanya manis, kentang dan pisang yang berkhasiat
obat)
4

(4) Dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari


bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga
tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri)
(5) Dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk
(kekeringan, cuaca dingin, dan tanah bergaram tinggi).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui mikroreproduksi dan manipulasi
genetika pada sel tumbuhan.
2. Untuk mengetahui peran bioteknologi dalam
meningkatkan pengikatan nitrogen.
3. Untuk mengetahui peran bioteknologi sebagai kontrol
biologi pertanian.
4. Untuk mengetahui aplikasi bioteknologi dalam bidang
pertanian
5

II. PEMBAHASAN

2.1. Mikroreproduksi dan Manipulasi Genetika Pada


Sel Tumbuhan

Kebanyakan teknik rekayasa genetika memerlukan isolasi gen


pembawa sifat-sifat yang diinginkan terlebih dahulu dan
kemudian dikenalkan pada organisme yang sedang
direkayasa.
Rekombinan DNA memantapkan gen baru sehingga gen
menjadi suatu bagian tetap dari kepustakaan genetik
6

penerima (reseptor).
Rekayasa genetika modern dapat mengubah genotip
organisme dengan cara mengenalkan gen-gen yang tidak
pernah ada sebelumnya pada spesies-spesies tertentu. Dengan
sendirinya, gen-gen dan potongan-potongan DNA yang
pendek menjadi agak tidak stabil didalam sel dan terbongkar
dengan segera. Mereka dapat distabilkan dengan cara
menyambungnya menjadi untaian DNA yang lebih besar.
Teknologi menyambung gen telah menghasilkan tipe-tipe
mikroorganisme baru yang secara genetik stabil dan bertindak
sebagai pabrik-pabrik mikroskopik. Mikroba-mikroba yang
direkayasa secara genetik dimanfaatkan sebagai pembersih
saluran air, pembuatan bahan bakar, dan obat-obatan.

2.1.1. Teknologi Plasmid


Plasmid adalah suatu molekul yang bisa diturunkan secara
stabil tanpa dikaitkan dengan kromosom. Kunci untuk
melakukan teknologi plasmid ini adalah dengan
penyambungan gen, yaitu pengikatan suatu segmen DNA dari
satu organisme ke DNA dari organisme lain. Gen yang
diinginkan biasanya dihubungkan menjadi suatu lingkaran
DNA bakteri yang kecil (plasmid). Plasmid mempunyai
7

substansi yang berharga yang dapat diteruskan dari satu sel ke


sel lain, misalnya dengan transformasi. Transformasi yaitu
pemindahan sifat-sifat dari satu mikroba ke mikroba lainnya
melalui bagian-bagian DNA tertentu dari mikroba pertama.
Sifat-sifat lain yang dapat dipindahkan melalui ekstrak DNA
adalah sifat antigenik dan ketahanan terhadap
antibiotik.Menghubungkan gen-gen asing kedalam plasmid
memerlukan rekombinasi genetik, yaitu pemisahan dan
penyatuan kembali DNA.Plasmid dapat menjadi racun
(bersifat membangkitkan penyakit) dan protein lain yang bisa
meningkatkan virulensi patogen.

2.1.2. Rekayasa genetik pada organisme bersel banyak


Para ahli bioteknologi berusaha mengubah gen dari organisme
bersel banyak. Mereka berusaha memproduksi spesies
tumbuhan panen/pertanian yang lebih resistean terhadap
kekeringan, penyakit, kondisi tanah yang jelek, pestisida
kimia dan herbisida
Tumbuhan yang direkayasa secara genetik tesebut
mengandung gen-gen bakteri untuk fiksasi nitrogen dapat
tumbuh dengan baik walaupun tumbuh ditanah yang
mengandung sedikit nitrogen.
Dalam usaha lain, manfaat protein tumbuhan bagi diet
8

manusia sedang ditingkatkan dengan menciptakan tumbuhan


jagung atau kacang yang menghasilkan asam amino esensial.
Peneliti juga meneliti cara-cara untuk menyembuhkan
penyakit genetik dengan terapi genetik, yaitu mencangkokkan
suatu gen yang efektif untuk mengganti gen yang rusak atau
hilang. Contohnya penderita diabetes disuntikan dengan
cairan insulin.

2.1.3. Teknologi hibridoma


Merupakan suatu perkembangan dari kemampuan manusia
untuk mengambil dua sel dari jaringan-jaringan yang berbeda
dari organisme yang sama atau bahkan dari organisme yang
berbeda dan menyatukannya bersama menjadi satu sel
tunggal. Selanjutnya sel hibrid ini dapat dikembangkan
untuk membentuk bertriliun-triliun sel, yang masing-masing
mengandung satu gen yang lengkap dari dua sel asli.
Perkembangbiakan sel-sel hibridoma menghasilkan produk-
produk yang diinginkan dalam jumlah yang luar biasa.
Hibridoma sering digunakan untuk memperoleh antibodi yang
selanjutnya dihasilkan untuk tujuan-tujuan diagnistik atau tera
peutik (pemeriksaan dan pengobatan). Pembentukan
hibridoma juga memberikan suatu jalan untuk menyilang atau
9

memotong sawar spesies secara genetik dalam sel eukariotik


sesuatu yang tak dapat diselesaikan dengan cara peleburan
gamet secara seksual.
(Surya Almansyah,
2010)

2.1.4. Teknik bioteknologi tanaman

Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama


untuk memberikan karakter baru pada berbagai jenis tanaman.
Teknologi rekayasa genetika tanaman memungkinkan
pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain
untuk perbaikan sifat tanaman. Salah satu contoh aplikasi
bioteknologi di bidang pertanian adalah mengembangkan
tanaman transgenik yang memiliki sifat :
(1) Toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida)
(2) Tahan terhadap hama dan penyakit tertentu
(3) Mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya: tomat yang
matangnya lama, padi yang memproduksi beta- caroten dan
vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, strawberry
yang rasanya manis, kentang dan pisang yang berkhasiat
obat)
(4) Dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari
10

bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga


tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri)
(5) Dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk
(kekeringan, cuaca dingin, dan tanah bergaram tinggi).

Penekanan pemberian karakter tersebut dapat dibagi kedalam


beberapa tujuan utama yaitu peningkatan hasil, kandungan
nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai tambah tanaman-
tanaman tertentu.
Sebagai contoh, beberapa tanaman transgenik yang
dikembangkan adalah:

1.Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries,


stroberi, ubi jalar
2.Peningkatan rasa: tomat dengan pelunakan yang lebih lama,
cabe, buncis, kedelai
3.Peningkatan kualitas: pisang, cabe, stroberi dengan tingkat
kesegaran dan tekstur yang meningkat
4.Kandungan bahan berkhasiat obat: tomat dengan kandungan
lycopene yang tinggi (antioksidan untuk mengurangi kanker)
5.Tanaman untuk produksi vaksin dan obat-obatan untuk
mengobati penyakit manusia Perbedaaan pemuliaan tanaman
konvensional dengan pemuliaan tanaman secara transgenic.
11

a. Pemuliaan tanaman secara konvensional:


1. Gen yang dipindahkan berasal dari spesies yang sama
2.Pemindahan gen melalui perkawinan inter spesies
b. Pemuliaan tanaman secara transgenik:
1.Gen yang dipindahkan berasal darispesies yang berbeda
2.Pemindahan gen melalui rekayasa genetika tanaman

Teknik-teknik yang digunakan dalan menghasilkan tanaman


transgenik :

Pemilihan Proses Pembiakan dan Hibridisasi secara


Konvensional

Rekayasa genetika untuk tanaman bukanlah hal baru. Sejak


lahirnya bidang pertanian, petani memilih tanaman dengan
ciri-ciri yang diinginkan. Meskipun demikian persilangan
secara hati-hati terus dilanjutkan untuk mengembangkan
tanaman seiring perkembangan jaman, menghasilkan tongkol
jagung yang besar, apel yang banyak airnya, dan banyak lagi
hasil panen modern yang lainnya, cara pembiakan tanaman
yang lama, sangat lambat dan tidak tentu. Membuat tanaman
dengan sifat yang diinginkan membutuhkan persilangan
seksual antara dua macam tanaman dan diulangi dengan
12

persilangan balik antara keturunan hasil persilangan dengan


salah satu induk. Mengisolasi sebuah ciri yang dinginkan
pada metode ini memerlukan waktu yang lama. Sebagai
contoh, percobaan Luther Burbank terhadap blackberry putih
memakan 65.000 persilangan yang tidak sukses. Faktanya,
tanaman dari jenis yang berbeda-beda pada umumnya tidak
akan berkembang biak, akibatnya ciri genetik tidak akan bisa
diisolasi kecuali ciri tersebut tetap bisa bertahan pada
keturunan tumbuhan yang selanjutnya. Bioteknologi berjanji
untuk mengatasi keterbatasan ini. Ilmuwan saat ini bisa
mentransfer gen spesifik untuk ciri yang diinginkan ke dalam
tanaman, prosesnya cepat dan pasti karena tanaman
memberikan beberapa keuntungan untuk rekayasa genetika:

1. Sejarah persilangan tanaman memberikam ciri genetik


tanaman dengan banyak keturunan yang bisa diamati pada
tingkat molekular.
2. Tanaman menghasilkan banyak keturunan, jadi mutasi dan
rekombinasi gen dapat ditemukan dengan mudah.
3. Tanaman mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih
baik dibanding dengan hewan.
4. Tidak ada batasan jenis dan kecocokan seksual pada
tumbuhan
13

Kloning: Menumbuhkan Tanaman dari Sel Tunggal

Sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan dalam banyak hal,


tetapi satu karakteristik sel tumbuhan yang penting dalam
bidang bioteknologi yaitu bisa beregenerasi dari sel tunggal.
Hasil tanamannya yaitu replikan genetika atau cloning dari sel
induk (hewan juga bisa dikloning hanya saja prosesnya lebih
kompleks). Kemampuan sel tumbuhan ini membuat mereka
cocok untuk penelitian genetika. Setelah materi genetik yang
baru dikenalkan kepada suatu sel tumbuhan, sel tersebut
dengan cepat menghasilkan tanaman dewasa, dan peneliti
dapat melihat hasil modifikasi genetik dalam waktu yang
relatif pendek. Selanjutnya kita akan mengingat beberapa
metode yang digunakan untuk menyisipkan informasi genetik
ke dalam sel tumbuhan.

Peleburan Protoplas

Saat tanaman diinjeksi, isi sel yang disebut callus mungkin


tumbuh melebihi ukuran lukanya. Callus memiliki
kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan akar,
bahkan mungkin bunganya dapat dihasilkan dari bagian yang
14

terluka. Kita mungkin dapat mengambil keuntungan dari


kemampuan ini jika kita pernah mengkloning tanaman hias
favorit dengan memotongakarnya. Potensi alami sel tumbuha
tersebut membuat mereka menjadi kandidat ideal untuk
manipulasi genetika. Seperti semua sel tumbuhan,
bagaimanapun sel kalus dikelilingi dinding tipis yang
tersusun atas selulosa, selulosa ini menjadi penghalang dalam
proses pengambilan DNA. Untungnya dinding sel tersebut
dapat dilarutkan dengan enzim selulase, sehingga
meninggalkan sel yang sudah gundul yang disebut protoplas.
Protoplas suatu tanaman bisa melebur dengan protoplas
tanaman dari jenis yang berbeda, membentuk sel yang bisa
tumbuh menjadi tanaman bastar. Metode ini disebut peleburan
protoplas dan ditunjukkan pada gambar 6.2, yang telah
digunakanuntuk membuat Broccoflower, yaitu peleburan
brokoli dan kembang kol.

Teknik Fragmentasi Daun

Pada tumbuhan transfer genetik terjadi secara alami saat


merespon organisme-organisme yang bersifat patogen.
Sebagai contoh , wound bisa terinfeksi oleh bakteri tanah
yang disebut Agrobacterium tumefaciens (Agrobacter),
15

bakteri ini mengandung banyak plasmid yang bertindak


mengatur pertumbuhan sel di dalam tumbuhan. Untuk alasan
ini, plasmid tersebut terkenal dengan nama plasmid Tumor-
Inducing (Ti). Penyakit yang disebabkannya disebut crown
gall. Jika anda pernah melihat bengkak pada pohon atau
semak-semak mawar maka itulah akibat dari agrobacter
(ditunjukkan dalam gambar 6.3).
Plasmid bakteri memberi bioteknologi sarana yang ideal
untuk memindahkan DNA. Agar sarana tersebut bisa dipakai,
peneliti berusaha mengembangkan teknik fragmentasi daun.
Pada metode ini diambil potongan kecil daun, ketika fragmen
mulai beregenerasi, mereka tumbuh dengan cepat pada
medium yang mengandung modifikasi genetika Agrobacter,
seperti yang ditunjukka pada gambar 6.4. Selama penelitian
ini, DNA dari plasmid Ti bergabung dengan DNA sel inang
dan materi genetik bisa terkirim. Potongan daun kemudaian
mendapat pengaruh hormon tumbuhan untuk mulai
membentuk tunas dan akar sebelum tumbuhan baru ditanam
ditanah. Kelemahan utama dalam proses ini adalah bahwa
Agrobacter tida bisa menginfeksi tumbuhan monokotil
(tumbuhan yang tumbuh dari kotiledon tunggal, seperti
jagung dan gandum). Tumbuhan dikotil (tumbuhan yang
16

tumbuh dari dua kotiledon), seperti tomat, kentang, apel, dan


kacang-kacangan semuanya adalah kandidat yang baik untuk
proses ini.

Pistol Gen

Ada pilihan lain untuk menyisipkan gen ke tanaman yang


tahan terhadap Agrobacter. Selain mengandalkan sarana
mikroba, peneliti juga bisa menggunakan pistol gen untuk
menembakkan logam kecil yang diselubungi DNA ke embrio
sel tumbuhan. Prosesnya agak keras tetapi terbukti beberapa
tumbuhan bisa menerima DNA baru. Pistol gen khusus
digunakan untuk menembakkan DNA ke dalam inti sel
tumbuhan, tetapi mereka juga bisa membidik kloroplas, yaitu
bagian sel yang mengandung klorofil. Tumbuhan memiliki
10-100 kloroplas pada tiap selnya dan setiap kloroplas
masing-masing mempunyai ikatan DNA. Apakah target
mereka inti sel ataukah kloroplas, peneliti harus
mengidentifikasi sel yang dimasuki DNA baru terlebih
dahulu. Pada salah satu pendekatan yang umum mereka
menggabungkan gen yang diinginkan dengan sel yang
mengandung antibiotik tertentu. Gen ini disebut marker
atau gen pelapor. Setelah menggunakan pistol gen, peneliti
17

mengumpulkan sel dan mecoba menumbuhkan meraka di


dalam medium yang mengandung antiobiotik. Hanya sel yang
mengalami transformasi saja yang akan bertahan. Gen yang
kebal terhadap antibiotik akan berpindah sebelum sel menjadi
tumbuhan dewasa, jika peneliti menginginkan.

Teknik Kloroplas

Sepeti yang telah dibahas pada bagian pistol gen, kloroplas


dapat menjadi target rekayasa genetika. Tidak seperti DNA
pada inti sel, DNA pada kloroplas dapat menerima beberapa
gen baru dalam satu waktu. Selain itu, kemungkinan besar
gen yang menyisip ke dalam kloroplas akan tetap aktif saat
tumbuhan menjadi dewasa. Keuntungan lainnya adalah
bahwa DNA dalam kloroplas terpisah dari DNA bebas pada
serbuk sari tumbuhan. Ketika kloroplas mengalami
modifikasi gen, gen tersebut tidak mengalami transformasi
yang tidak berbeda jauh dari hasil yang diperoleh.

Teknologi Antisense

Bayangkan Tomat, warnanya merah dan berair serta enak dan


sangat lunak. Saat sudah matang, tomat akan membusuk
dalam beberapa hari. Tetapi rasa tomatnya, diperkenalkan
18

pada tahun 1994 setelah diteliti bertahun-tahun, dapat


bertahan selama berminggu-minggu. Teknik genetika
mengembangkan beberapa hal yang menguntungkan. Tomat
yang sudah matang akan menghasilkan enzim
Poluglacturanase (PG), subtansi kimia yang mencerna pektin
pada dinding sel tumbuhan, pencernaan ini menyebabkan
kerusakan yang merupakan bagian dari siklus alami
tumbuhan. Peneliti dari Calgene (sekarang daerah bagian
Monsanto) mengidentifikasi gen yang mengikat PG,
memindah gen dari sel tumbuhan. Dan menghasilkan salinan
gen yang kompleks. Dengan menggunakan Agrobacter
sebagai organisme vektor, mereka memindahkan gen baru ke
dalam sel tomat. Di dalam sel, gen mengkode molekul RNAm
(molekul antisense) yang bersatu dan menonaktifkan molekul
RNAm normal sehingga tidak ada PG yang dihasilkan, tidak
ada pektin yang dicerna, dan pembusukan alami akan
melambat. Meskipun contoh yang pertama ini tidak sesukses
yang diharapkan, ini bisa digunakan untuk menemukan
varietas lain dipasaran saat ini. Kita dapat mengharapkan
untuk dapat menemukan lebih banyak perkembangan
antisense dimasa yang akan datang. Contohnya, teknologi
DNA bekerja pada kentang untuk mencegah kerusakan.
19

Mereka memindah gen yang responsible untuk menghasilkan


enzim yang menaikkan perubahan warna pada kulit kentang.
Mungkin ini terdengar seperti hanya sedikit perbaikan, akan
tetapi analisis pasar menunjukkan bahwa konsumen memilih
untuk membeli kentang yang tidak mudah rusak. Secara
sederhana ini menjadi perubahan kecil yang membawa
dampak keuntungan yang besar bagi petani kentang (dan
khususnya pengkonsumsi kentang). Pada penelitian lain, gen
dari ayam disambungkan ke dalam kentang untuk
meningkatkan kandungan protein.
Perkembangan nilai nutrisi pada makanan pokok bisa
membantu banyak orang diseluruh dunia untuk mendapatkan
protein yang mereka butuhkan pada pola makan mereka.
Pada tanaman monokotil, transfer gen sering menggunakan
Agrobacterium tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens
strain liar (galur alami) memiliki plasmid Ti. Pada plasmid Ti
terdapat T-DNA digunakan sebagai vektor untuk transformasi
tanaman yang telah dihilangkan virulensinya (disarmed),
sehingga sel tanaman yang ditransformasi mampu
beregenerasi menjadi tanaman sehat hasil rekayasa genetika.
Gen yang diinginkan dimasukkan ke dalam sel tanaman
dengan cara menitipkannya (menyisipkan) pada T-DNA.
20

KEUNTUNGAN TANAMAN TRANSGENIK


1. Peningkatan kualitas biji-bijian
2. Peningkatan kadar protein
3. Pembentukan tanaman resisten hama, penyakit, dan
herbisida
4.Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam,
suhu ektrem
5.Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi,
seperti vit C, E dan -karoten

KELEMAHAN TANAMAN TRANSGENIK


1. Bioetik
2. Keamanan dan kekhawatiran
3.Paten dari organisme hasil rekayasa genetik
4.Penggunaan untuk terapi gen dan jaringan pada manusia
5. Tanggung jawab sosial dari sain dalam bisnis.

(Ferdison,2011)

2.2. Peranan Bioteknologi Dalam Meningkatkan


Pengikatan Nitrogen

Nitrogen suatu gas inert yang sangat sulit diikat langsung oleh
mahkluk hidup tingkat tinggi , di udara Nitrogen sepertinya tak
21

terbatas jumlahnya karena jumlahnya 78 % paling besar diatara


gas gas lainnya seperti oksigen , sulfur , carbon dan lainnya .

Jumlahnya nitrogen yang 78 % itu dalam bentuk unsur


bukan dalam senyawa.

padahal mahkluk hidup memerlukan niterogen dalam


suatu persenyawaan misalnya nitrat , asam amino , protein
dan lainnya .

Jadi Nitrogen udara itu harus di proses sehingga bisa


membentuk senyawa yang penting untuk dapat memenuhi
kebutuhan mahkluk hidup.

Proses itulah yang dipelajari dalam Daur Biogeokimia


khususnya daur Nitrogen .

Nitrogen dalam bentuk senyawa terdapat pada Nitrat , Protein ,


Asam amino , Lipoprotein dll yang semua itu penting dala
metabolisme , pembentukan membran sel , pembentukan
enzim , pertumbuhan , antibody dll.

Dengan melihat kepentingannya itu , berarti tidak ada


satupun mahkluk hidup yang tubuhnya tanpa kandungan
unsur Nitrogen ini
22

Terbukti selalu mahkluk hidup setelah di lakukan analisa


Abu oleh Sachs , selalu ditemukan Nitrogen dalam skala
besar ( sebagai unsur Makro)

Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk asam amino


merupakan persenyawaan pembentuk molekul protein.

Selanjutnya protein sebagai faktor penting dalam


pertumbuhan .

Nitrogen di udara sekitar 78 % itu bagaimana bisa berada di


daratan , perairan sehingga bisa digunakan mahkluk hidup ?
Secara mudah kami berikan terlebih dahulu uraian bagaimana
saja Senyawa nitrogen itu bisa berada di daratan / tanah
sehingga bisa digunakan oleh mahklluk hidup

Ketika petir terbentuk diatmosfer menyebabkan nitrogen


bersenyawa jadi nitrat.

Nitrat itu disentuhkan ke bumi , sehingga semakin daerah


itu banyak petir tentu banyak nitrat terbentuk disana

Nitrat yang terbentuk di atmosfer tentu akan terbawa


hujan sehingga terjadi perpindahan nitrat dari udara ke
23

daratan yang menjadikan nitrogen dalam bentuk nitrat itu


menjadi berguna

Tumbuhan menyerap nitrat dari tanah untuk dijadikan


protein lalu tumbuhan dimakan oleh kosumer senyawa
nitrogen pindah ke tubuh hewan.

Urin dan faeces sebagai ekresta , bangkai hewan, dan


tumbuhan mati , sisa kehidupan (ranting , daun tua) akan
diuraikan oleh pengurai jadi ammonium dan ammoniak.

Amoniak hasil pembusukan itu oleh bakteri Nitrifikans


akan dirombak jadi Nitrat melalui Nitrifikasi

Nitrifikasi adala proses biokimia yang tergolong


anabolisme mengubah senyawa sederhana anorganik
berupa amoniak menjadi senyawa organik nitrat dengan
energi berasal dari energi hasil reaksi kimia /
khemosintesis

Nitrifikasi diperlukan bakteri ( NS,NC d an NB) Bakteri


Nitrosomonas dan Nitrococcus Nitrobacter mengubah
amoniak jadi nitrat yang berjalan aerob

Proses berjalan dua kali yaitu nitritasi dan nitratasi


24

Amoniak dirubah menjadi nitrit oleh NS dan NC disebut


nitritasi lalu Nitrit diubah lagi Nitrat oleh bakteri
Nitrobacter . Kemudian nitrat diserap oleh tumbuhan.

Selain melalui petir juga melalui Fikasasi , Fikasasi itu


berbeda dengan Nitrifikasi

Fikasasi itu pengikatan langsung Nitrogen di udara oleh


mikroorganisme Fiksasi ( Rhizobium, Azotobacter ,
Clostridium pasteurianum , Nostoc , Anabaena )

Rhizobium bersimbiosis dengan kacang kacangan


membentuk bintik akar.

Anabaena bersimbiosis dengan Paku air Azolla dan Pakis


haji Cycas rumpii.

azotobacter, Clostridium dan Nostoc soliter hidupnya

Nitrogen juga bisa dari Air hujan , hujan asam ( Acid


rain) , dari pupuk buatan Urea yang dilepaskan ke tanah

2.2.1. Nitrogen Tanah

Nitrogen adalah unsur hara yang paling dinamis di alam.


Keberadaannya di tanah sangat dipengaruhi oleh keseimbangan
25

antara input dan outputnya dalam sistem tanah.

Jika kita kaitkan dengan kondisi musim penghujan , maka


sebenarnya masih tersedia cukup Nitrogen bagi perkembangan
tanaman karena Nitrogen yang telah terlepas atau mengalami
volatilisasi (hilang di udara bebas) kembali terikat oleh adanya
petir / kilat dan akan kembali ke tanah melalui pertolongan air
hujan yang turun. Meskipun Nitrogen seringkali mengalami
perubahan bentuk, tetapi sangatlah mudah bagi tanaman untuk
menyerap unsur ini akibat adanya keseimbangan siklus
Nitrogen tadi. Tanaman menyerap unsur Nitrogen dalam bentuk
Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+ ini
sangat relatif bagi tanaman karena mudah mengalami perubahan
bentuk menjadi Nitrat Nitrogen (NO3-) akibat proses nitrifikasi
(perubahan Ammonium Nitrat) menjadi Nitrat Nitrogen oleh
organisme tanah). Bentuk inilah yang mudah hilang akibat
pencucian dalam tanah karena terikat oleh mineral-mineral liat
tanah yang bisa berpindah saat adanya perkolasi dalam tanah.
Alternatif pemecahan masalah hilangnya unsur hara akibat
pencucian ini adalah dengan memberikan pupuk yang
berimbang, baik unsur hara makro maupun mikro, dan bersifat
slow release (penguraiannya dalam tanah lambat) agar
26

ketersediaan nutrisi tanaman tetap terjaga. Selain itu juga perlu


diperhatikan keseimbangan siklus unsur hara di alam agar tetap
terjaga kestabilannya sehingga mampu meningkatkan produksi
tanaman.

Sekali lagi saya ingatkan bahwa bakteri fiksasi nitrogen ini


berbeda sekali dengan bakteri Nitrifikasi , kalau bakteri fiksasi
ini punya keahlian memfiksasi / mengikat nitrogen dari udara
bebas, yang tidak bisa dilakukan oleh mahkluk hidup tingkat
tiinggi jenis apapun.

Bakteri Nitrifikasi ini keahliannya mengubah bahan anorganik


amoniak hasil penguraian sisa organisme yang ada dilingkungan
disulap menjadi bahan organik nitrat yang akar tanaman mampu
menyerapnya sehingga jadi subur sehingga ia bersifat autotrop
yaitu Khemoautotrop karena kemampuan khemosintesisnya.

Nitrat yang dihasilkan oleh proses biologis digunakan oleh


produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai
merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam
ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut
dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas/Nitrocoocus
27

mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat


oleh Nitrobacter Kedua proses yang berturutan itu disebut
dengan Nitrifikasi Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat
dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau
oksida nitrogen oleh proses yang disebut Denitrifikasi.

Denitrifikasi menyebabkan tanah jadi tidak subur karena nitrat


yang diperlukan oleh tumbuhan terurai kembali . Bakteri yang
melakukannya disebut bakteri Denitrifikans contoh : Bakteri
Pseudomonas denitrifikans

Berikut reaksi Jelasnya proses khemosintesa - Nitrifikasi oleh


bakteri NS,NC dan NB bekerja

Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu


menyusun senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara
aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:

Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses


ini dinamakan nitritasi.

Reaksi nitritasi

Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat.


Prosesnya dinamakan nitratasi.
28

Reaksi nitratasi

Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan


karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman
yaitu nitrat. Tetapi sebaliknya di dalam air yang disediakan
untuk sumber air minum, nitrat yang berlebihan tidak baik
karena akan menyebabkan pertumbuhan ganggang di
permukaan air menjadi berlimpah.

2.2.3. Siklus Nitrogen (N2)

Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara.


Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh
tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan
beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi
dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.

Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa


amonia (NH3), ion nitrit

(N02- ), dan ion nitrat (N03- ).

Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada


akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella
crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat
29

mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang


bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc
sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat
nitrogen.

Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia


diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri.
Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu
Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat
yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri
denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia
diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara
ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.Lihat
Gambar
30

(Isharmanto, 2011)

Nitrogen kunci menuju produktivitas tanaman. Pertumbuhan


tanaman sering sekali dibatasi oleh ketersediaan nitrogen
didalam tanah. Nitrogen diperlukan untuk membangun hampir
semua senyawa vital di dalam sel, termasuk protein, DNA, dan
RNA. Hewan memperoleh nitrogen yang diperlukan dengan
mengkonsumsi tanaman atau hewan lain, sedangkan tanaman
harus mengekstraknya dari tanah.

Pupuk nitrogen memakan biaya cukup besar , juga masalah


pemerataan dalam distribusi. Jadi mendesak sekali alternatif lain
untuk pengganti pupuk nitrogen ini. Ternyata rekayasa
genenetika dalam bidang bioteknologi dapat menyediakan
jawabannya.

Siklus nitrogen adalah proses global terus mengalirnya nitrogen


diantara tanaman, hewan, mikroba, tanah dan atmosfir 80 %
udara yang mengelilingi kita terdiri dari nitrogen ( N2 ) tetapi
sama sekali tidak dapat digunakan. Tanaman dan hampir semua
mikroba memperoleh nitrogen dari amonia (NH3 ) dan nitrat
(NO3).
31

Sejak dulu orang sudah memperhatikan tanaman leguminosa;


kacang tanah, kedelai, dan buncis. Bila ditanam pada bekas
budidayanya dengan gandum, jagung dan padi ternyata dapat
mengembalikan kesuburan tanah. Diketahui bahwa, jutaan
bakteri kecil yang hidup diakar leguminosa akan mengikat
nitrogen atmosfir, sehingga membantu menggantikan nitrogen
yang diambil dari tanah oleh tanaman sebelumnya.

Pakar bioteknologi dapat menawarkan tiga kemungkinan cara


membantu tanaman untuk dapat memanfaatkan produk pabrik
pupuk mikroba ini:
1. Melakukan modifikasi mikroba maupun gandum , atau
keduanya, sehingga masing-masing dapat memanfaatkan
kerjasama antara satu sama lain.
2. Mungkin dapat dilakukan modifikasi jenis bakteri lain
yang telah hidup baik pada gandum , sehingga jenis ini
pun dapat melakukan pengikatan fiksasi nitrogen.
3. Melakukan teknik rekayasa genetika untuk membuat
jenis gandum baru yang dapat mengikat nitrogennya
sendiri dari udara, dengan memindahkan gen dari jenis
mikroba pengikat nitrogen yang telah ada.
32

Mikroba pengikat nitrogen yang ditemukan pada akar


leguminosa termasuk dalam berbagai spesies bakteri rhizobium.
, organisme berbentuk batang ini menembus bulu akar dan
hidup disana , membentuk nodula ( gelembung ) , yang
mencirikan tanaman liguminosa.

Terakhir ini banyak dipelajari mesin molekular yang digunakan


oleh bakteri untuk mengikat nitrogen. Pokok utama adalah
enzim yang disebut nitrogenase. Enzim nitrogenase mengambil
gas nitrogen dan, dengan menggunakan energi yang sebahagian
besar diperoleh dari aktivitas fotosintesa tanaman inang,
mengubah gas itu menjadi anonia
gen nif terlibat dalam perakitan alat-alat fiksasi nitrogen. Seperti
yang umum terjadi pada kasus gen yang terlibat dalam
melakukan fungsi tunggal didalam sel.

Gen-gen nif ini terpaut, yaitu tidak sebesar diantara sejumlah


besar d n a yang menyusun kromosom bakteri, tetapi
berkelompok bersama-sama disatu daerah. Yang mempermudah
pemotongan DNA yang diinginkan pada kromosom rhizobium
dan menyisipkan seluruh bagian DNA tersebut kedalam
33

organisme lain.

Pakar rekayasa genetika telah berhasil memindahkan gen nif


dari bakteri pengikat nitrogen ke dalam e. coli dan e. coli ini
kemudian ternyata mampu melakukan fiksasi nitrogen.
Percobaan ini tidak menggunakan gen rhizobium, tetapi gen nif
yang diambil dari klepsiella peumoniqe, suatu bakteri tanah
yang hidup tanpa menggantungkan diri kepada tanaman inang
mana pun. Bakteri ini memiliki tidak kurang dari 17 gen nif dan
kenyataan bahwa kita dapat memindahkan semua gen ini
kedalam rumah barunya, meramalkan harapan baik untuk kerja
selanjutnya dalam menggunakan bakteri yang sekarang
membuat koloni diakar gandum dan serealia lain yang tidak
mampu melakukan fiksasi nitrogen.

Di Amerika Serikat penyelidikan mengenai rhizobiun ternyata


ia mengandung gen pengikat hidrogen (gen hup). Gen ini
agaknya memberikan kemampuan untuk melangsungkan siklus
ulang hidrogen kedalam sistim nitrogenase yang mengikat
nitrogen, jadi dapat memanen energi pada hidrogen yang kalau
tidak akan terlepas ke tanaman. Terdapat banyak hal yang harus
dipikirkan dalam menuju serealia yang mampu membuat pupuk
nya sendiri, tetapi agaknya kita perlu bersifat optimis jika kita
34

mempertimbangkan kemajuan belakangan ini didalam rekayasa


genetika. Tahun sembilan puluhan sekayasa genetika tanaman
menawarkan kemungkinan yang hampir-hampir tidak terbatas
dalam bidang pertanian.

Gen o s m , berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk


menahan tekanan tertentu seperti; kekurangan air, panas , dingin
dan tanah bergaram. target masa depan adalah memasukkan gen
o s m kedalam tanaman produksi dengan tujuan membuka
sejumlah.
(Andrew Putra Rabulis Syam, 2010)

2.3. Peran bioteknologi sebagai kontrol biologi pertanian

Di zaman yang serba cepat dan mengharuskan segala sistem


yang begitu cepat pula karena didukung oleh populasi manusia
yang sangat cepat pula hal itu berimbas pada dunia pertanian.
Sebagai yang utama dalam masalah hidup ini menuntut sektor
pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan populasi manusia
35

yang tidak terbendung secara cepat dan bagus tidak hanya


kuantitas tetapi kualitasnya juga. Dari hal-hal seperti itulah
bioteknologi di bidang pertanian berusaha untuk menjawab
tantangan itu. Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir,
kita melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di
berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini
sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini
dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu
revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai
dari bidang pertanian, peternakan dan perikanan hingga
kesehatan dan pengobatan.
Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian
yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan cara konvensional. Penggunaan
bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional
tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Penggunaan metode konvensional dengan teknologi tinggi
memaksimumkan keberhasilan program perbaikan pertanian.
Bioteknologi harus diintegrasikan ke dalam pendekatan-
pendekatan konvensional yang sudah mapan.

Bioteknologi berkembang dengan cepat di berbagai sektor dan


meningkatkan keefektifan cara-cara menghasilkan produk dan
36

jasa. Untuk alih teknologi dan pengembangan bioteknologi


secara layak dan tidak merusak lingkungan, diperlukan berbagai
persyaratan selain peraturan perundangan juga modal yang
besar.
Bioteknologi memperlihatkan suatu rangkaian yang
mengagumkan dari berbagai disiplin ilmu seperti mikrobiologi,
anatomi tumbuhan dan hewan, biokimia, imunologi, biologi sel,
fisiologi tumbuhan dan hewan, morfogenesis, aekologi,
genetika dan banyak lagi lainnya.peranan biologi yang baru
didapat ini telah memberikan sumbangan teramat penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.

Rifai (2001) mengatakan, penggunaan bioteknologi untuk


menciptakan kultivar unggul seperti tanaman padi dan tanaman
semusim sangat berguna untuk pemenuhan kebutuhan pangan
rakyat Indonesia. Karenanya, pengembangan bioteknologi di
berbagai bidang perlu mendapat perhatian serius. Satu fakta
yang tidak dapat dipungkiri akibat ketertinggalan negara kita
mengembangkan bioteknologi adalah dimanfaatkannya plasma
nutfah negara kita oleh negara lain. Durian bangkok dan
mangga berwarna keunguan dari Australia adalah sebagian kecil
contohnya.
37

Bioteknologi seperti transgenik dalam bidang pertanian pada


dasarnya telah mulai dikembangkan, namun penolakan-
penolakan dari berbagai pihak menyebabkan teknologi ini tidak
pesat perkembangannya. Tanaman-tanaman pertanian yang telah
berhasil meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenik
antara lain kapas, jagung, dan lain-lain.

Pro dan kontra penggunaan tanaman transgenik ramai


dibicarakan diberbagai media massa. Salah satu contohnya
adalah kapas transgenik. Pihak yang pro, terutama para petinggi
dan wakil petani yang tahu betul hasil uji coba di lapangan
memandang kapas transgenik sebagai mimpi yang dapat
membuat kenyataan, sedangkan Pihak yang kontra, sangat
ekstrim mengungkapkan berbagai bahaya hipotetik tanaman
transgenik (Tajudin, 2001).

Selain kapas, Setyarini (2000) memaparkan tentang kontroversi


penggunaan tanaman jagung yang telah direkayasa secara
genetik untuk pakan unggas. Kekhawatiran yang muncul adalah
produk akhir unggas Indonesia akan mengandung genetically
modified organism ( GMO ). Masalah lain yang menjadi
kekhawatiran berbagai pihak adalah potensinya dalam
mengganggu keseimbangan lingkungan antara lain serbuk sari
38

jagung dialam bebas dapat mengawini gulma-gulma liar,


sehingga menghasilkan gulma unggul yang sulit dibasmi.
Sebaliknya, kelompok masyarakat yang pro mengatakan bahwa
dengan jagung transgenik selain akan mempercepat
swasembada jagung, manfaat lain adalah jagung yang
dihasilkan mempunyai kualitas yang hebat, kebal terhadap
serangan hama sehingga petani tidak perlu menyemprot
pestisida .

2.3.1. Pendekatan Biologi Molekuler untuk mengatasi Krisis


Pangan

Penggunaan marka molekuler (penanda molekuler) untuk


menyeleksi sifat yang diinginkan dari keturunan hasil
persilangan dengan pelacakan sifat-sifat tanaman berdasarkan
DNA yang dimiliki tanaman akan mempercepat proses tersebut.
Salah satu kelebihan dari metode ini adalah mempersingkat
pengujian tanaman. Jika dengan cara konvensional diperlukan
waktu sedikitnya lima tahun, dengan cara ini hanya diperlukan
waktu paling lama tiga tahun. Dengan marka molekuler, pada
generasi ketiga tanaman hasil persilangan sudah stabil.
Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk
mengetahui jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung.
39

Dengan begitu, para pemulia menjadi lebih mudah dalam


melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya
adalah perlindungan terhadap sumber genetik pertanian
Indonesia dari ancaman kepunahan. Oleh karena itu, kegiatan
konservasi dengan mendirikan laboratorium Bank Genetik
sangat diperlukan. Dan tentu saja, hal itu akan lebih baik jika
dilakukan tidak hanya oleh Balitbiogen saja.
Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan
mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Hasil rekayasa
genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik.
Sudah diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran
terhadap salinitas, kekeringan dan hama penyakit.

a. Tanaman Transgenik Toleran salin


Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat
dikembangkan tanaman transgenik toleran salin. Rekayasa
genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran
terhadap salin ke padi yang biasa digunakan sebagai bahan
pangan melalui fusi protoplasma. Dapat juga ditransfer
dari sejenis jamur yang tahan salin kepada tanaman yang
akan dijadikan tanaman transgenik. Beberapa tomat,
melon, dan barley transgenik yang toleran dengan salin
(New Scientist, 1997 dalam Sitepoe,2001)
40

b. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan


Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup
menembus tanah kering, kutikula yang tebal mengurangi
kehilangan air, dan kesanggupan menyesuaikan diri
dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap
kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarkan
enzim trehalose. Tembakau salah satutanaman transgenik
yang dapat toleran dengan suasana kekeringan (Guardian
Online, 1997 dalam Sitepoe, 2001).

c. Tanaman Transgenik Resisten Hama


Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin
sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri membentuk
spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat
badan spora. Apabila larva insek memakan spora maka di
dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah
dan keluarlah toksin. Toksin masuk ke dalam membran sel
alat pencernaan larva, mengakibatkan alat pencernaan
mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga
larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis
kemudian diektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh
insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal.
Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun
41

untung ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh


karena itu, pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari
Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin
(Feitelson et al, 1992).
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan
tanaman transgenic pertama yang menggunakan gen Bt
toksin, disusul famili tembakau, yaitu tomat dan kentang.
Dengan sinar ultraviolet gen penghasil insektisida pada
tanaman dapat diinaktifkan (Lal and Lal, 1990). Jagung
juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin,
tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella
parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan
ampicillin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi
herhisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman
transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama
tanaman. Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas
bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika pada
tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan
tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar
matahari, khususnya sinar ultraviolet (Sumber:
Nottingham S, 1998).
Sejumlah tanaman transgenik toksin Bt telah berhasil
42

diproduksi, antara lain kapas (Bt toksin terhadap cutton


boll worm, produksi Monsanto, St. Louis, Missouri,
Amerika Serikat; kini diuji coba secara terbatas di
Sulawesi Selatan), kentang (Bt toksin terhadap Colorado
bettle, produksi Mycogen, San Diego, California, Amerika
Serikat), jagung (Bt toksin terhadap pengerek batang
European, produksi Ciba Seed, Greensboro, California
Utara, Amerika Serikat (Nasir, 2002).

d. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit


Dalam percobaan kloning Bintje yang mengandung gen
thionin dari daun barli (DB4) yang memakai promoter 35S
cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan
mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka
terhadap serangan Phytophthora infestans sebagai kontrol,
menunjukkan bahwa klon Bintje dapat mengekspresikan
gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang
disebabkan oleh P. infestans mengalami penurunan lebih
dari 55% jika dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan
ini sangat bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan
P. infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat
direduksi.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada
43

usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas


dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi
protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic
potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan
tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh
virus yang bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV,
misalnya dari protein selubung dan protein nuclear
inclusion body (Nib) dengan kontrol promotor 35S CaMV,
mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan
diharapkan akan dihasilkan jagung transgenik yang bebas
dari serangan virus.
Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa
genetika pada tanaman padi-padian untuk mendapatkan
varietas yang resisten terhadap virus padi. Di samping itu,
usaha untuk meningkatkan kualitas beras seperti yang
diinginkan oleh manusia juga sedang diusahakan. Jepang
memberikan investasi yang cukup besaruntuk penelitian
dan pengembangan di bidang biologi molekul padi.
e. Kultur jaringan
Teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan
besar dalam bidang pertanian. Kultur jaringan adalah
pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan
44

permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala


sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb
jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial
dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun organ
itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui
hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini
adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi
modern.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam
gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak
tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang
mempunyai titik tumbuhnya. Contoh sederhana pada
pisang, bila diambil kambium atau ujung-ujung akarnya,
lalu diperlakukan dalam gelas dalam laboratorium,
kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap
belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya
asalkan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang
disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bisa
diperbanyak. Bayangkan kalau ini sudah menyeluruh skala
nasional perbanyak tanaman secara cepat mungkin saja
dilakukan.
45

(Anonim,200
9)

Pemanfaatan jamur Beauveria bassiana sebagai agen


pengendali penggerek batang jagung telah banyak digunakan
(Soehardjan dan Sudarmadji, 1993) di China digunakan untuk
mengendalikan Ostrinia nubinalis (Yang, 1988; Steinhause,
1967). Jamur B.bassiana menginfeksi serangga melalui
kutikula, mulut, sistem pencernaan dan pernafasan. Jamur ini
mempunyai enzim lipase yang digunakan untuk merusak
lapisan epidermis kulit dan enzim protease yang dapat
mempengaruhi terbukanya kulit serangga. Pada penelitian
Surtikanti et al. (1997) menunjukkan bahwa penyemprotan

B.bassiana dengan konsentrasi 5 x 107, 5 x 106, 5 x 105


konidia/ml efektif menekan kerusakan daun dan bunga jantan,
jumlah lubang gerekan dan panjang gerekan serangga Ostrinia

furnacalis. Penyemprotan dengan konsentrasi 5 x 107


konidia/ml setiap minggu dapat meningkatkan hasil 80,7%,
sedangkan pada penelitian Yasin et al. (1997) efektivitas
cendawan mulai nampak pada 3 HSI. Inokulasi cendawan

B.bassiana dengan konsentrasi 5 x 105, 5 x 106, 5 x 107


konidia/ml efektif mengendalikan larva Ostrinia furnacalis.
46

Pada penelitian Soenartiningsih et al. (1999) bahwa cendawan


B.bassiana yang telah disimpan pada suhu kamar selama 2

bulan dengan penyemprotan 3 kali dengan konsentrasi 5 x 107


masih cukup efektif mengendalikan penggerek batang jagung.
Penyimpanan inokulum selama 3 bulan ternyata terjadi
penurunan yang sebaliknya disebabkan karena terjadi
penurunan daya kecambah. Dari hasil analisis ragam
menujukkan bahwa ada perbedaan nyata diantara perlakuan
tetapi jika dibandingkan dengan kontrol atau tanpa aplikasi
cendawan B.bassiana, maka terlihat perbedaan sangat nyata
(Tabel 3).

Demikian pula mengenai kerusakan bunga jantan pada tanaman


yang tanpa diaplikasi dengan cendawan B.bassiana, maka
kerusakan dapat mencapai 5,81 6,74% tetapi yang aplikasi
dengan cendawan B.bassiana dengan satu kali diaplikasi, maka
kerusakan bunga jantan mencapai 1,30% pada media yang tanpa
penyimpanan dan yang disimpan 1-3 bulan, maka persentase
kerusakan bunga jantan antara 2,342 2,91%. Pemberian
cendawan B.bassiana pada dua kali aplikasi dengan tanpa
penyimpanan maka kerusakan bunga jantan 1,05% dan yang
disimpan 1 3 bulan kerusakan bunga jantan mencapai 1,34
2,49%. Pemberian cendawan B.bassiana pada tiga kali aplikasi
47

dengan tanpa penyimpanan dan satu bulan penyimpanan, maka


kerusakan bunga jantan dari 0,52 0,81%. Sedangkan pada
inokulum yang disimpan 2 3 bulan kerusakan bunga jantan
hanya mencapai 1,07 1,88%. Dari hasil analisis ragam dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan nyata diantara perlakuan dan
jika dibandingkan dengan kontrol sangat berbeda nyata.
Perlakuan yang terbaik adalah pemberian cendawan B.bassiana
yang diaplikasi tiga kali dengan penyimpanan inokulum dari 0
1 bulan. Menurunnya kerusakan bunga jantan disebabkan
karena meningkatnya mortalitas penggerek batang, menurut
Robert (1981) (Cit.Suntoro, 1991) meningkatnya mortalitas
suatu serangga karena di dalam cendawan tersebut mengandung
suatu racun dan telah dapat dibuktikan dengan mengadakan
analisis kimia dari tubuh cendawan B.bassiana dan dapat
ditemukan antara lain beauvericine, beauverilide, bassianolide,
istolide serta asam oskalat. Dari beberapa hasil penelitian
diungkapkan adanya kandungan racun tersebut mengakibatkan
terjadinya patolisis secara agresif pada larva maupun imago
baik pada serangga Coleoptera maupun serangga Lepidoptera.

(Masmawati,
2007)
48

2.3.2. Peran Biologi Molekuler & Genetika dalam sistem


pengendalian hayati
Interaksi antar organisme dapat dimodifikasi oleh faktor
internal organisme agen hayati ataupun target:
1. Perbaikan sistem imun
Organisme yang sehat tidak mudah terkena serangan
organisme pengganggu. Imunisasi dapat dibangun dari :
a. internal individu organisme melalui perbaikan sifat
secara :
- rekayasa genetik
- fusi sel
- fisiologis-morfologis (agronomik)
b. imunisasi buatan (misal: vaksinasi)
2. Biosida hayati
Komponen senyawa aktif tertentu (metabolit sekunder)
baik atraktan, repelent, alelopati maupun racun dari
suatu organisme dapat diekstrak dan diaplikasikan
sebagai biosida
3. Sistem jantan mandul
Strerilisasi pejantan organisme pengganggu bersifat
mobil (hama) akan meningkatkan populasi organisme
steril dan dalam jangka panjang menurunkan populasi
49

organisme secara menyeluruh bahkan kemungkinan


terjadi kepunahan (eradikasi)
4. Sistem transgenik
Gen penyandi pembentukan senyawa racun dari
organisme agen hayati (pathogen) dapat ditransfer ke
organisme inang (misal tanaman budidaya) dari
organisme target (misal hama) sehingga mampu
mempertahankan diri dari serangan organisme
pengganggu.
(Sugiya
rto)

2.3.3. Keuntungan kontrol biologi pada pertanian :


Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik
modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa
genetika. Aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian melalui
teknologi perbaikan sifat tanaman dengan teknik rekayasa
genetika.
Keuntungan bioteknologi pertanian antara lain:
a. Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan
menciptakan kultivar unggul seperti tanaman padi tahan
50

wereng, kapas tahan hama sehingga dapat meningkatkan


hasil panen.
Ternak yang dapat memproduksi asam amino tertentu.
b. Pengolahan makanan; tempe, tape, oncom, kecap.
c. Pengolahan minuman; anggur, bir, yoghurt, tuak, brem,
dsb.
d. Meningkatkan produksi peternakan
e. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti
manipulasi mikroba rumen
f. Menciptakan jenis ternak unggul
g. Menyediakan benih dan induk ikan berkualitas unggul.
h. Meningkatkan system kekebalan ikan dengan
menggunakan vaksin,
imunostimulan, dan bioremediasi.
i. Aplikasi probiotik pada pakan atau dalam lingkungan
perairan budidaya
sebagai penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan
lingkungan perairan.
j. Potensi hasil panen yang lebih tinggi,
k. Mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida,
l. Toleran terhadap cekaman lingkungan,
m. Pemanfaatan lahan marjinal,
51

n. Identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan


ternak,
o. Kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan
defisiensi
mikronutrien.
Sehingga akan:
- Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan
menciptakan kultivar
unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim sehingga
dapat memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat.
- Meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenic
antara lain kapas,
jagung, dll.
- Mempercepat swasembada jagung dengan jagung yang
dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik dan kebal
terhadap hama.
(Nurcahyo,
2011)

2.4. Studi Kasus


2.4.1. Bioteknologi mikroba untuk pertanian organik
52

Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan


pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern.
Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan
menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida,
maupun pestisida sintetik. Namun, petani sering mengeluhkan
hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah
dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah
ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan bioteknologi
berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan
hayati.

Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme,


seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus.
Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta
mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah
tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar
mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi
pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah
organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen,
pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen
dan membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis
mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran
penting mikroba tersebut.
53

Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya


menggunakan bahan-bahan alami. Produk ini dapat memenuhi
kebutuhan petani organik. Kebutuhan bahan organik dan hara
tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator
pengomposan. Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik
dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini
dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit
tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol.

Petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik


umumnya hanya mengandalkan kompos dan cenderung
membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan
tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak
perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik,
unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman. Produk-
produk bioteknologi mikroba diantaranya :

1. Teknologi Kompos Bioaktif

Salah satu masalah yang sering ditemui ketika


menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan
organik dan status hara tanah yang rendah. Petani organik
54

mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk


hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah
limbah organik yang telah mengalami penghacuran
sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah organik
seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak
bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik
harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh
mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh
tanaman. Proses pengkomposan alami memakan waktu
yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga
setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar
tersedia bagi tanaman.

Proses pengomposan dapat dipercepat dengan


menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang
berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat
mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan
menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak
tersedia produk-produk biodekomposer untuk
mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec,
OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba,
Stardec, dan lain-lain.
55

Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan


bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap
bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia
hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan
OrgaDec, biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI),
dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut. Mikroba
biodekomposer unggul yang digunakan adalah
Trichoderma pseudokoningii , Cytopaga sp, dan fungi
pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat
proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba
akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika
kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan
berperan untuk mengendalikan organisme patogen
penyebab penyakit tanaman.

2. Biofertilizer
Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk
kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani
organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama
nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos
56

rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang


lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata
lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg
SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi
yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha
dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton
kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini
memerlukan banyak tenaga kerja dan berimplikasi pada
naiknya biaya produksi.

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam


penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman.
Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N),
fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas
mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang
lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara
tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi
tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang
bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba
penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang
hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan
( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik
57

misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba


penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk
tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N
non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis
tanaman.

Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan


unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium
(K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P
cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak
tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat
tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini
akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba
yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp,
Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi
melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam
melarutkan K.

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam


penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis
pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza
58

yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza


dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P
dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu
tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan
terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering
dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.

Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon


tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.
Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh
tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau
lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu
menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas
sp dan Azotobacter sp.

Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan


dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai
biofertilizer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI
mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat
mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman.
Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas,
Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza.
59

3. Agen Biokontrol
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius
dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman
yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia, umumnya
sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika
dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya
telah menyediakan

mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba


yang dapat mengendalikan organisme patogen tersebut.
Organisme patogen akan merugikan tanaman ketika terjadi
ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen
dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah
organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba
pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan
populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan
penyakit tanaman dapat dihindari.

Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara


lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana ,
Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae .
Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai
serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan
60

penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu


mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp.
Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain:
Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.

III. KESIMPULAN
61

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Kebanyakan teknik rekayasa genetika memerlukan


isolasi gen pembawa sifat-sifat yang diinginkan
terlebih dahulu dan kemudian dikenalkan pada
organisme yang sedang direkayasa.Rekombinan
DNA memantapkan gen baru sehingga gen menjadi
suatu bagian tetap dari kepustakaan genetik
penerima (reseptor).

2. Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan


terutama untuk memberikan karakter baru pada
berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika
tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen
yang berasal dari organisme lain untuk perbaikan
sifat tanaman.

3. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba,


petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah
ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan
serangan hama dan penyakit tanaman.

4. Nitrogen kunci menuju produktivitas tanaman.


Pertumbuhan tanaman sering sekali dibatasi oleh
ketersediaan nitrogen didalam tanah. Nitrogen
62

diperlukan untuk membangun hampir semua


senyawa vital di dalam sel, termasuk protein, DNA,
dan RNA.

5. Produk-produk bioteknologi mikroba hampir


seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami.
Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani
organik. Kebutuhan bahan organik dan hara tanaman
dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator
pengomposan.

6. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan


teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi
melalui rekayasa genetika
63

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.
http://kutankrobek.wordpress.com/2009/10/20/per
anan-bioteknologi-dalam-bidang-pertanian.html 06
Oktober 2011 12.01
Almansyah, Surya. 2010. Bioteknologi Part 2.
http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/bioteknologi-
part2.html. 06 Oktober 2011. 11.06

Ferdison,Deni.2011.
http://denydendhi.blogspot.com/2011_03_01_archive.html 04
Oktober 2011)
Isharnanto. 2011. Daur Nitrogen.
http://ruangilmu.com/index.php?
sid=76026&lang=id&action=show&cat=61.html.
06 Oktober 2011. 11.09

Syam, Andrew PR. 2010. Pengantar Bioteknologi.


http://andrewopunk.blogspot.com/2010/06/pengantar-
bioteknologi.html. 06 Oktober 2011. 15.30

http://infogue.tanaman-transgenik-minggu,13maret2011
64

Masmawati.2007.Pemanfaatan teknologi pertanian ramah


lingkungan.
Balai penelitian tanaman serelia : Maros.

Nurcahyo,Heru.2011.Diktat Bioteknologi.Universitas Negeri


Yogyakarta :Yogyakarta

Sugiyarto.Prinsip Ekologi dalam Pengendalian Hayati.


Puslitbang Bioteknologi & Biodiversitas
LPPM UNS : Surakarta

Anda mungkin juga menyukai