Oleh :
Dosen Pembimbing :
Hamid Abdillah, M.T (NIDN.608057402)
BAB I
PENDAHULUAN
6000
5000
Impor (ton/tahun)
4000
3000
2000
1000
0
0 2 4 6 8 10 12
Tahun
Berdasarkan data pada Tabel 1.2, kapasitas terkecil pabrik maleic anhydride
yang telah berdiri adalah 2.700 ton/tahun sedangkan kapasitas terbesar adalah
80.000 ton/tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas pabrik yang layak
berdiri yaitu, sebesar 2.700-80.000 ton/tahun, sehingga kapasitas pabrik yang
akan didirikan yaitu, sebesar 40.000 ton/tahun layak berdiri.
5
B. Udara
Wujud : Gas
Kenampakan : Tidak berwarna
Komposisi (%mol) N2 : 79%
O2 : 21%
1.3.2 Spesifikasi Bahan Pendukung (+Dibutil)
Katalis Vanadium Phosphorus Oxide
Rumus kimia : VPO
Wujud : Padat
Bentuk : Kristal
Warna : Kuning
6
EP = Produk - Reaktan
8
EP = ( Harga produk
Kemurnian
xJumlah Kebutuhan )-
Harga reaktan
( Kemurnian
xJumlah kebutuhan )
6 1 0
EP =(
0,9995 (
x 98 )− (
0,996
x 58 )+ (
0,21
x 32 )
)
EP = 530,06
Berdasarkan hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa pabrik maleic
anhydride memperoleh keuntungan sebesar US $ 530,06.
C. Maleic Anhydride
Sifat fisika maleic anhydride adalah sebagai berikut (Kirk Othmer,
1978):
Nama lain : Asam maleat anhidrid, 1,2-
Maleic anhydride (C4H2O3) pertama kali disintesa oleh Pelauze pada tahun
1834 dengan cara memanaskan asam maleat, yaitu suatu komponen yang
ditemukan dalam buah apel dan beberapa buah lain. Maleic anhydride
dikomersialkan pada tahun 1930 oleh National Aniline and Chemical dengan
bahan baku benzena melalui oksidasi katalitik menggunakan udara. Pada tahun
1974 mulai dikembangkan pembuatan maleic anhydride dengan bahan baku n-
butana.
Maleic anhydride banyak digunakan dalam pembuatan unsaturated
polyester resin. Produk akhir maleic anhydride berbentuk molten dan umumnya
dijual dalam bentuk butiran.
A. Oksidasi Benzena
Proses oksidasi benzena untuk memperoleh maleic anhydride
merupakan cara paling lama yang telah digunakan. Reaksinya sangat
eksotermis, sehingga memerlukan proses pendinginan pada saat reaksi
berlangsung. Reaktor yang umum digunakan pada reaksi pembentukan
maleic anhydride adalah reaktor fixed bed multitube. Produk keluaran
reaktor berupa gas panas yang mengandung maleic anhydride, untuk
selanjutnya melalui tahap pemurnian. Reaksi yang terjadi pada proses
pembuatan maleic anhydride dari benzena adalah sebagai berikut:
Reaksi utama:
C6H6(g) + 4,5 O2(g) C4H2O3(g) + 2H2O(g) +2CO2(g)
Reaksi samping :
C6H6(g) +7,5O2 (g) 6CO2(g) + 3H2O(g)
C4H2O3(g) + 3O2(g) 4CO2(g) + H2O(g)
Sumber: www.che.cemr.wvu.edu
B. Oksidasi n-Butana
Maleic anhydride dalam perkembangan selanjutnya diproduksi
dengan bahan baku n-butana.
Reaksi utama:
C4H10 + 3,5O2 C4H2O3+4H2O
Reaksi samping :
C4H10 + 4,5O2 4,5O2 4CO +5H2O
C4H10 +6,5O2 4CO2 + 5H2O
Sumber : Kirk Othmer, edisi 3 vol.14
Katalis yang digunakan adalah Vanadium Phosphorus Oxide (VPO).
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Adsorpsi
Oksigen juga teradsorbsi pada active sites katalis. Mekanisme
adsorpsi oksigen:
O2 + S ↔ O2S ............................................................................ (6)
Rsorp = ks.θl.po2 – k’s.θO2 ............................................................ (7)
dengan Ksorpt = θO2 / θl.po2
setelah oksigen teradsorbsi maka n-butana dapat bereaksi dengan
molekul oksigen θO- dan oksigen teradsorbsi θO2. θO- menghasilkan
poduk yang diinginkan yaitu maleic anhydride, sedangkan θO2
menghasilkan gas hasil pembakaran yaitu CO, CO2, dan H2O.
Reaksi Permukaan
Reaktan-reaktan yang telah teraktivasi akan bereaksi membentuk
produk di permukaan aktif katalis.
C4H10 + 7 O-S (C4H2O3)S + 4 H2O + 5S ............................... (8) C4H10
+ 4,5 O2.S 4 CO + 5 H2O + 4,5S ............................... (9) C4H10 + 6,5
O2.S 4 CO2 + 5 H2O + 6,5S .................................... (10)
Dengan kecepatan reaksi:
r1 = k1 (θO-) pbut ................................................................................. (11)
r2 = k2 (θO2) pbut ................................................................................ (12)
r3 = k3 (θO2) pbut ................................................................................ (13)
Kecepatan reaksi permukaan ditentukan oleh suhu reaksi sesuai
dengan hukum Arhenius. Kenaikan suhu yang tinggi akan
mengakibatkan tumbukan semakin besar sehingga kecepatan reaksi
permukaan akan bertambah besar, sehingga reaksi akan bergeser ke
arah produk dan akan memperbesar produk.
Desorpsi
= -1252,77 kJ/mol
Reaksi terjadi pada suhu 390oC = 663,15 K
∆ Ho 1 1
InK / K298 = ( −
R T 298 )
… … … … … … … … … … … … . … … … .(20)
−5445,4 kJ /mol 1 1
=
8,314.
10 kJ
−3
K
(
663,15
−
298 )
mol
K / K298 = 3,54. 1052
K = 32,28. 1073
Harga konstanta kesetimbangan reaksi (K) sangat besar, hal ini berarti
reaksi berjalan kearah kanan dan berlangsung satu arah (irreversible).