Anda di halaman 1dari 34

Praperancangan Pabrik Ethylene Dari Gas Alam Blok Masela

Kapasitas 400.00 ton/tahun

Desain Pabrik Kimia

Oleh:

Rizko Zainal Farianto 102316017


Fikry Krisdiyansyah 102316038
Asih Ayu Nitiwati Wulandari 102316046

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Petrokimia merupakan sektor penting dalam pengembangan industri di dunia, penggunaan hasil dari
petrokimia banyak digunakan untuk bahan baku seperti produksi plastik, sebagai bahan pelarut atau bahan
kimia lainnya. Chemical Market Associates menyatakan konsumsi bahan baku petrokimia terus meningkat
sebesar 45% dari nafta, 34% oleh gas alam dan sisanya oleh propan,butan dan minyak (Oil&Gas Journal,
2015). Petrokimia juga sebagai pemasok anggaran besar bagi negara, Indonesia sebagai negara dengan
sumber daya alam dan manusia yang tinggi dapat memaksimalkan industri petrokimia sebagai industri besar
yang dapat menghasilkan bahan baku untuk pasar domestik agar tidak melakukan impor dari negara luar
dan dapat meng-ekspor.

Hasil dari petrokimia yang banyak digunakan oleh industri kimia salah satunya adalah etilen.
Konsumsi etilen didunia mencapai 12 juta ton setiap tahunnya, dan akan terus meningkat. Untuk pemerintah
Indonesia menargetkan kebutuhan etilen dalam negeri sebesar 1 juta ton pertahun,(Kementrian
Perindustrian, 2018). Saat ini hanya ada dua pabrik petrokimia produsen etilen yaitu Chandra asri dan Titan
yang keduanya memproduksi 600.000 dan 200.000 ton per tahun etilen. Oleh karena itu kekurangan
200.000 ton per tahun etilen dalam negeri dapat ditutupi dengan dibangunnya pabrik penghasil etilen baru.
Dengan pembangunan pabrik etena berproduksi 400.000 ton/tahun dapat memberikan hasil 200.000 ton
etilen dalam negeri dan dapat dilakukan ekspor 200.000 ton seperti ke negara pilipina, karena negara
tersebut melakukan impor sampai 300.000 ton/tahun. (Industry Government Philippine)

Etilen merupan bahan kimia dengan rumus C2H4 yang memiliki sifat tidak berwarna, berbau dan
mudah terbakar, biasa digunakan untuk bahan baku dalam pembuatan etilen glikol atau polietilen dan biasa
digunakan dalam industri pertanian dengan persentase rendah. Berikut bagan penggunaan etilena dalam
industri kimia sebagai bahan baku. (Ethylene (ET) 2019 World Market Outlook,2019)

Etilen didapat dari berbagai sumber dalam pemprosesan seperti naptha yang didapat dari hasil refinery
pemisah minyak atau dari etana yang berasal dari gas alam. Dari segala sumber memiliki proses yang
berbeda-beda dan memiliki persentase hasil yang berbeda. Etilen dari etana yang di pisahkan dan
dimurnikan dari gas alam memiliki persentase mencapai 90%. Gas alam dapat ditemukan banyak di
Indonesia, diantaranya adalah sumber gas alam yang memiliki nama gas abadi yang berada di teluk Masela,
Maluku. Blok masela yang sebelumnya akan dilakukan eksplorasi oleh perusahaan Australia, sekarang
menjadi milik Indonesia sutuhnya, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk pembuatan etilena
yang akan diproduksi.

Pembangunan pabrik penghasil etilena yang didapat dari blok Masela dapat dibangun di pulau yang
tidak jauh dari blok Masela, pulau yang dijadikan lokasi pembanguan pabrik etilen adalah pulau Yamdena.
Lokasi pulau Yamdena dapat dilihat pada peta berikut.

Pulau Yamdena dengan penduduk 149.790 jiwa dengan luas wilayah 328.700 hektar dapat dijadikan
lokasi utama dalam pembangunan pabrik etilena. Pulau Yamdena berjarak 183 km dari blok Masela
sehingga penggunaan pipa untuk mendistribusikan hasil gas alam blok masela ke pabrik. Memiliki
infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan sehingga memudahkan akses untuk trasnportasi. Pulau
Yamdena salah satu pulau yang tidak berdampak dari angin muson timur dan barat sehingga pembangunan
pabrik dapat aman dari buruknya cuaca.
Gambar Estimasi Pembangunan Kilang Blok Masela (Sumber:Media Indonesia)

Pembangunan Kilang darat yang direncanakan oleh pihak inpeks yang bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia akan dibangun di pulau Selaru, berupa gugusan pulau Yamdena yang berada di
Maluku Tenggara Barat. Pembangunan kilang darat yang berdekatan menguntungkan bagi pabrik etilen
dengan adanya infrastruktur yang dibangun akan mudah dan dapat bekerja sama dalam pembangunan serta
berjalannya pabrik.
1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Etilen

 Pengertian Etilen
Etilen (H2C = CH2) merupakan senyawa organik paling sederhana yang dikenal
sebagai alkena, yang mengandung ikatan rangkap karbon-karbon. Etilen dapat diperoleh
dari gas alam atau minyak bumi, Etilen juga merupakan hormon tumbuhan alami penting
yang digunakan dalam pertanian untuk memaksa proses pematangan buah-buahan. Sifat
etilen yaitu, merupakan zat yang mudah menguap, tidak berwarna pada suhu kamar, tidak
korosif, tidak beracun, gas yang mudah terbakar, sedikit larut dalam air, dan larut dalam
sebagian besar pelarut organik.
 Kegunaan Etilen

Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar etilen adalah sebagai
berikut :.

1. Poliethylene, merupakan plastik yang banyak diproduksi, banyak digunakan sebagai


kantong plastik dan plastik pembungkus maupun sampul. Dalam industri plastik
poliethylene digunakan sebagai bahan dasar, tapi ditambahkan bahan tambahan
lainnya seperti bahan pengisi, plasticer dan pewarna.
2. PVC atau polivinil klorida, merupakan plastik yang digunakan untuk pembuatan pipa
paralon dan pelapis lantai.
3. Ethanol (alkohol), digunakan sebagai bahan bakar atau bahan setengah jadi untuk
pembuatan produk lain, misalnya pembuatan asam asetat.
4. Etilen glikol, digunakan sebagai bahan antibeku dalam radiator mobil di daerah
beriklim dingin. (Sulistyono, S., 2016).

1.2.2 Pembuatan Etilen dari Gas Alam

Di antara proses alternatif untuk produksi etilen, Oksidative Coupling of Methane (OCM)
dan Methanol to Olefin (MTO) memiliki kenaikan peminat (Sundaram et al., 2010). Oksidative
Coupling of Methane (OCM) adalah proses langsung di mana metana dikonversi menjadi
etilen menggunakan reaktor katalitik (Godini et al., 2013). Sedangkan, produksi etilen melalui
Methanol to Olefin (MTO) melibatkan beberapa langkah (Vora et al., 1997).

1. Oksidative Coupling of Methane (OCM)


Pada proses ini, metana secara langsung dikonversi menjadi etilen melalui reaktor
katalitik menggunakan oksigen murni yang disediakan oleh unit pemisahan udara. Reaksi
OCM utama untuk menghasilkan etilen dari metana diberikan sebagai berikut :
Reaksi ini sangat eksotermik dan secara katalitik terjadi pada suhu di atas 450 ° C.
Untuk meningkatkan hasil reaksi, etana secara opsional dapat dimasukkan ke hilir OCM
pada bagian konversi etana dan secara termal didehidrogenasi melalui reaksi berikut:

Reaksi ini adalah endotermik, yang memanfaatkan panas reaksi eksotermik terbaik
yang dihasilkan selama konversi metana. Menggabungkan dua reaksi ini dalam satu bejana
meningkatkan efisiensi termal sambil menyederhanakan proses. Reaktor OCM
menghasilkan sejumlah kecil produk samping CO dan CO2. Untuk meningkatkan efisiensi
karbon pabrik, reaktor metanasi digunakan untuk mengubah sebagian besar produk
samping menjadi metana melalui reaksi berikut:

Proses ini telah dipelajari dengan baik dan umum dalam penggunaan industri.
Penerapan reaktor metanasi bersama-sama dengan reaktor OCM untuk meningkatkan
efisiensi karbon adalah pendekatan baru. Etilena yang diproduksi dalam reaktor selanjutnya
dipisahkan dari produk ataupun produk samping yang tidak bereaksi menggunakan
serangkaian operasi unit konvensional. Produk yang dihasilkan adalah grade etilena
polimer sebagai produk utama.

2. Methanol to Olefin (MTO)


Produksi etilen melalui metanol melibatkan beberapa langkah. Langkah pertama
adalah proses reformasi gas alam, di mana gas alam diubah menjadi gas sintesis yang
terdiri dari CO dan H2. Untuk tahap reformasi, reformasi metana uap dipilih karena sifat
endotermik naturalnya (Godini et al., 2013). Tahap kedua dari proses ini adalah produksi
methanol, pada proses ini, gas sintesis dikirim ke reaktor katalitik untuk mendapatkan
metanol mentah. Karena metanol
digunakan sebagai bahan baku, tidak diperlukan proses pemurnian. Tahap akhir terdiri dari
proses Methanol to Olefin. Metanol mentah dikirim melalui reaktor katalitik, di mana
katalis diberikan untuk memberikan selektivitas tinggi untuk olefin linier kecil. Reaksinya
yang terjadi di reaktor adalah:

Produk reaktor dikirim ke quenching tower, kemudian CO2 dan air dihilangkan oleh
penyerap dan pengering, dan akhirnya produk yang berbeda dipisahkan dengan
serangkaian kolom distilasi (Chen et al., 2005).
Energi raw material consumption (kg/kg) etilen untuk Oxidative Coupling of Methane
(OCM) lebih rendah dibandingkan dengan Methanol to Olefin (MTO). Selain itu, emisi CO2
yang dihasilkan untuk proses dengan OCM juga lebih rendah dibandingkan dengan MTO (Ortiz-
E et al., 2015). Hal inilah yang menjadi pertimbangan kami dalam pemilihan proses produksi
etilen dari gas alam, yaitu menggunakan Oxidative Coupling of Methane (OCM)

1.2.3 Gas Alam

Gas alam adalah campuran gas yang mudah terbakar dari senyawa hidrokarbon sederhana.
Gas alam adalah bahan bakar fosil yang hampir seluruhnya terdiri dari metana, tetapi memang
mengandung sedikit jumlah gas lain, termasuk etana, propana, butana dan pentana. Terdapat
pula komponen pengotor gas alam seperti Air, Helium, Nitrogen, Karbon dioksida dan Hidrogen
sulfida. Hidrogen sulfida merupakansalah satu kontaminan (pengotor) utama dari gas alam yang
harus dipisahkan karena sulfur bersifat korosi yang bisa merusak pipa ataupun peralatan dalam
pengolahan gas alam.

Gas alam dengan kandungan pengotor Hidrogen sulfida dalam jumlah yang signifikan
dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas" yang berarti gas asam. Gas alam
yang telah diproses dan siap untuk dipasarkan disebut sweet gas yang berarti gas bersih yang
bebas dari gas asam, yang bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Gas alam, seperti bentuk energi panas lainnya, diukur dalam satuan thermal Inggris atau
Btu. Satu Btu setara dengan panas diperlukan untuk menaikkan suhu satu pon air sebesar satu
derajat Fahrenheit pada tekanan atmosfer. Satu kaki kubik gas alam memiliki sekitar 1.027 Btu.
Gas alam biasanya dijual dari sumur di bidang produksi ke pembeli dalam pengukuran volume
standar ribuan kaki kubik (Mcf).

Produk dari gas alam yang digunakan adalah LPG (Liquid Petroleum Gas), CNG
(Compressed Natural Gas) , LNG ( Liquid Natural Gas) dan Coal Bed Methane (CBM) yang
merupakan sumber non konvensional yang sedang dikembangkan di Indonesia.
Gambar 1.4 Lokasi Industri Pengolahan gas alam (sumber : ESDM)

Pada tahun 2015 Indonesia memiliKi 4 (empat) kilang pengolahan LNG, dengan kapasitas
terpasang 39 MTPA. Kilang LNG berlokasi di Arun (6,8 MTPA), Bontang Kalimantan Timur
(22,6 MTPA), Tangguh di Papua Barat (7,6 MTPA) dan Donggi Senoro Sulawesi Tengah (2
MTPA). Untuk Kilang LNG Arun dikarenakan pasokan gas bumi, dari Exxon Mobil telah jauh
mengalami penurunan, maka tahun 2014, maka fungsi sebagai terminal pengirim LNG
digantikan menjadi terminal penerima LNG. Untuk kilang LNG Tangguh akan dibangun 1 train
LNG plant lagi dengan kapasitas 3,8 MTPA. Sementara itu pemerintah membangun Floating
LNG Plant dengan kapasitas 4,5 juta ton per tahun untuk memanfaatkan gas bumi dari lapangan
Abadi Blok Masela (Hasan, M., 2015)

1.2.4 Blok Masela

Masela atau Marsela nama sebutan menurut masyarakat setempat adalah nama yang
digunakan untuk menamai blok gas yang terletak di bagianwilayah dasar laut lautan Arafuru, di
perairan daerah Kabupaten Maluku Barat Daya. Masela sendiri adalah nama pulau kecil yang
berada di bagian selatan, satu daripulau-pulau terselatan kepulauan Maluku, yang berbatasan
langsung denganwilayah negara Australia. Di selatan pulau Masela tahun 2000 telah
ditemukan(discovery) sumber energi gas bumi dalam kapasitas kandungan yang luarbiasa besar,
bisa mengalahkan sumber gas bumi negara Qatar dan diperkirakan dapat diproduksi selama
lebih dari 70 tahun ehingga dikatakan lapangan gas bumi Abadi, karena hampir tidak terkira dan
terbatasjumlah potensi dan masa waktu produksinya. Terbukti cadangan gas Blok Masela,
sebesar 10,73 triliun kaki kubik (Trillion Cubic Feet TCF ). Cadangan yang diteliti Lemigas
ini sekaligus membuktikan Blok Masela adalah salah satu blok dengan potensi gas alam cair
terbesar.

Inpex Corporation mendapat persetujuan kontrak kerjasama (KKS) -ProductionSharing


Contract(PSC), Pemerintah Indonesia pertama kali tahun 2008 untuk jangka waktu 30 tahun.
Sepuluh tahun ahun pertama merupakan tahap eksplorasidan 20 tahun selanjutnya adalah
pengembangan dan produksi atau eksploitasi.Sampai tahun ke-6 sejak tandatangan kontrak,
Inpex telah melakukan uji seismic dua dimensi dan tiga dimensi, serta pengeboran pada tiga
sumur. Sejak tahun 2003 sampai 2006, Inpex mengkaji tentang reservoir atau cadangan gas,tiga
sumur gas, dan rencana pengembangan ke depan. Hingga hampir berakhir masa eksplorasi yaitu
tahun 2008, Inpex telah mengebor 4 sumur, dengan biaya investasi mencapai 85 juta dollar AS
per sumur, belum termasuk biaya seismic dan operasional perusahaan.
1.3 Uraian proses

Pada proses produksi etilena biasa menggunakan thermal cracking sebagai proses utama, tetapi ada
satu proses yang menjanjikan yaitu OCM atau Oxidative Coupling of Methane. OCM itu sendiri dapat
merusak harga jual etilena karena konsentrasi produk etilena yang kecil dan OCM sangat efektif pada suhu
tinggi dan pemisahan hidrokarbon dilakukan pada suhu yang rendah oleh karena itu harus dilakukan
pemilihan katalis yang tepat. Katalis yang dapat menurunkan suhu operasi dan menaikan konsentrasi dari
etilena yaitu dengan bantuan dari katalis Li/MgO. Berikut adalah blok flow diagram dari proses pembuatan
etilena.
16

Steam Methane CO2

6 7 8 9 10 11
3 4 5
OCM Reaktor Heat Recovery PG Compressor CO2 Removal Drying Demethanezier Deethanezier Debutanezier
Oxygen Nat Gas + Nat Gas + Nat Gas + Nat Gas + Nat Gas + C3+ C3 Product
C2+
Ethylene Ethylene Ethylene Ethylene Ethylene Ethylene
H2O
2 12
Nat Gas 17 C4 Product
13 Ethylene
Tanpa H2S dan C2
15

Ethane
14
Disulfur Ethylenetower
Ethylene

1 Natural Gas

Pada proses peoduksi etilena dari gas alam kami memilih menggunakan OCM atau Oxidative
Coupling of Methane. OCM dapat didesain dengan lebih sederhana dibandingkan dengan Thermal
Cracking , penggunaan energi yang lebih rendah dan mendapatkan hasil etilena lebih besar. Pada OCM
digunakan oksigen yang akan masuk bersamaan dengan gas alam dan akan direaksikan dengan bantuan
katalis LiMgO di OCM reactor.

Prinsip reaksi OCM untuk memproduksi etilrn dsri metana sebagai berikut :

(1)

Reaksi ini berlangsung secara eksotermik tinggi. Untuk meningkatkan reaksi yield nya, maka bisa
secara optional dialirkan etana pada downstream dari OCM catalyst bed dan secara termal menjadi
dehidrogenasi seperti reaksi berikut :

(2)

Reaksi ini berlangsung secara endodermik, dimana menggabungkan dua reaksi di atas baik secara
dalam satu vessel akan meningkatkan efisiensi termalnya yang akan mempermudah proses.

1.3.1 Pemilihan Alat


 Disulfurasi
 OCM Reaktor
 Heat Recovery
 Pressure Gas Compressor
Menggunakan gas kompresor untuk menaikkan tekanan sebelum masuk ke unit CO2 Removal.
 CO2 Removal
Menggunakan Gas-Liquid Absorbtion, dengan kolom absorbsi untuk mengabsorb CO2 dengan
solvent MDEA. Batas maksimum untuk CO2 sebesar 5%.
 Drying
Drying menggunakan absorpsi dengan kolom absorbs menggunakan absorbent ethylene glycol.
Batas maksimum H2O kurang dari 0.1 ppmv
 Separation (Demethanezier, Dheethanezier, Debutanezier, Ethylene Tower)
Menggunakan kolom distilasi dengan suhu yang sangat rendah.
1.4 Spesifikasi Bahan

Dapat dilihat Blok Masela memiliki cadangan gas alam melimpah dengan memiliki kandungan
kadar CO2 yang besar. Berikut merupakan komposisi gas alam yang terdapat pada Blok Masela.

Tabel. 1.4.1 Komposisi Gas alam di Blok Masela

Komposisi % Mol
N2 0.933
CO2 9.291
C1 81.49
C2 4.288
C3 1.512
i-C4 0.296
n-C4 0.143
i-C5 0.187
n-C5 0.157
C6 0.230
+
C7 1.474
H2S 0.001
sumber:(Wiratama, Yerido, & Hakim, 2015))

Dapat dilihat pada tabel 1.4.2 bahwa gas alam Blok Masela memiliki kandungan pengotor selain
CO2 yaitu H2S. Kandungan tersebut harus dilakukan pretreatment terlebih dahulu sebelum memasuki
proses utama sehingga dapat menghidari dari terjadinya karat pada pipa dan menjadinya gas beracun.

1.4.1 Katalis

Bahan dasar yang digunakan yaitu gas alam yang berasal dari blok masela dengan adanya bahan
tambahan yaitu air dan katalis. Katalis yang digunakan yaitu Li/MgO berbentuk pelet dengan berdiameter
55 mm dengan menggunakan fix-bed catalytic reactor (Fini, Patz, & Wentzel, t.t.). Pemilihan katalis
Li/MgO dikarenakan karena jika dilakukan penambahan oksige (O2) akan menyebabkan terjadinya reaksi
pembakaran dan hal tersebut menjadi sesuatu hal yang dihindari. Berikut merupakan tabel dari reaksi dari
metana dengan oksigen.

Tabel 1.4.2 energi gibss dan entalpi dari metana dengan oksigen
Reaksi ΔGo298 (KJ/mol) ΔHo298
1 1
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐶2 𝐻4 + 𝐻2 𝑂 -143.0 -140.4
2 2
1 1 1
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐶2 𝐻6 + 𝐻2 𝑂 -64.0 -87.8
4 2 2
3
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐶𝑂 + 𝐻2 𝑂 -543.0 -518.7
2
𝐶𝐻4 + 2𝑂2 → 𝐶𝑂2 + 2𝐻2 𝑂 -800.0 -801.3
Sumber: (Fini dkk., t.t.)

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa energi reaksi metana dengan oksigen dapat menghasilkan
CO2 dan H2O pada pembakaran sempurna dan pada pembakaran tak sempurna akan menghasilkan CO dan
H2O. Hasil tersebut menjadi hal yang harus dihindari pada pembuatan etilen.

1.4.2 Produk

Produk utama pada pabrik ini yaitu etilen dengan spesifikasi sebagai berikut.

Tabel 1.4.3 Spesifikasi Etilen

No Properties Unit Sales Spec


1 Ethylene Vol % < 99.95
2 Methane + Ethane Vol ppm < 500
3 Total C3 And Havier Vol ppm < 10
4 Acetylene Vol ppm < 5
5 Hydrogen Vol ppm < 5
6 Carbon Monoxide Vol ppm < 2
7 Carbon Dioxide Vol ppm < 5
8 Alcohol Vol ppm < 10
9 Water Vol ppm < 3
10 Total Sulphur Vol ppm < 2
11 Oxygen Vol ppm < 2
12 Total Combined Nitrogen Vol ppm < 1
Sumber (PT. Chandra Asri C2 Spec)

Etilen sendiri dapat digunakan sebagai bahan kimia dan petrokimia aplikasi, produksi polietilen,
sintesis kimia, dll. Etilen dijual dengan harga $8000 perton dalam bentuk gas yang sudah dikompres.
Senyawa ini juga beracun pada kehidupan air, cairan yang mudah terbakar, dan mudah meledak jika
dipanskan.

1.5 Seleksi Teknologi


1. Seleksi Teknologi Pemurnian Oksigen
Feed oksigen yang akan dimasukkan ke dalam Oxidative Coupling Methane reactor
didapatkan dari pemisahan oksigen di udara. Udara bebas mengandung 21% Oksigen
(konsentrasi volume), sehingga dianggap sebagai raw material yang murah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen. Pada proses Oxidative Coupling Methane ini perbandingan Oksigen dan
metana yang digunakan sekitar 1 : 3. Sehingga untuk mendapatkan oksigen kami memilih
proses separasi oksigen dari udara.
Terdapat tiga teknologi yang digunakan untuk proses pemisahan oksigen dari udara,
diantaranya sebagai berikut :
1. Pressure Swing Adsorption (PSA)
2. Membrane Separation
3. Cryogenic Distillation

Teknologi Deskripsi Proses Kelebihan Kekurangan


Pressure Swing Pressure swing  Low to moderate  Peralatan
Adsorption adsorption (PSA) capital cost perawatan tinggi
adalah teknologi yang  Efektivitas cost  Operasi berisik
digunakan untuk untuk produksi  Skalabilitas
memisahkan oksigen dengan terbatas
beberapa spesies gas kemurnian yang
dari campuran gas di relatif tinggi
bawah tekanan sesuai  Instalasi cepat dan
dengan karakteristik start-up
molekuler dan
afinitas spesies untuk
bahan adsorben.
Temperature yang
dibutuhkan mengikuti
ambient temperature
udara.
Membrane Campuran gas dapat  Biaya modal  Tidak ekonomis
Separation secara efektif rendah untuk kemurnian
dipisahkan oleh  Output produksi tinggi
membran sintetis sangat fleksibel  Tidak ekonomis
yang terbuat dari  Instalasi cepat dan untuk produksi
polimer seperti start-up dalam skala besar
poliamida atau  Membutuhkan
selulosa asetat, atau jumlah yang
dari bahan keramik. relatif besar
Kecepatan yang listrik per unit
berbeda dengan oksigen.
berbagai komponen
campuran gas yang
menembus zat
membran.
Tergantung pada
jenis membrannya.
Temperature yang
dibutukan bergantung
pada jenis membran
yang digunakan.
Cryogenic Gas murni dapat  Jumlah listrik  Membutuhkan
Distillation dipisahkan dari udara yang rendah per ruang dan utilitas
dengan terlebih unit Oksigen situs besar
dahulu  Menghasilkan  Capital cost
mendinginkannya oksigen dengan tinggi
hingga mencair, kemurnian sangat  Skala terbatas
kemudian secara tinggi dalam produksi
selektif mendistribusi  Start-up dan
komponen pada shutdown yang
berbagai temperatur lama
didihnya. Sehingga  Kondisi operasi
dibutuhkan cryogenic
temperature dibawah sehingga
o
0 C dikarenakan titik dibutuhkan
didih udara yang energi lebih saat
rendah. oksigen akan
masuk ke reactor

Berdasarkan uraian dari table, proses yang digunakan untuk memurnikan oksigen dari
udara adalah Pressure Swing Adsorption (PSA), karena meskipun kemurnian yang dihasilkan
tidak lebih tinggi dari Cryogenic Distillation, namun temperature yang dibutuhkan relative
lebih tinggi dibandingkan dengan Cryogenic Distillation. Temperature yang cukup rendah
membutuhkan pemanas yang digunakan untuk masuk ke proses selanjutnya, yaitu OCM
Reaktor karena temperature untuk OCM Reaktor sekitar 700 oC. Sedangkan proses separasi
dengan Membrane Separation tidak menjadi pilihan kami karena kemurniannya yang relative
lebih rendah. Untuk adsorbent yang digunakan dalam Pressure Swing Adsorption adalah LiX

Gambar 1. Adsorption equilibrium isotherms for nitrogen and oxygen onto zeolite LiX at 20 ◦C.

2. Seleksi Teknologi Disulfurisasi


Pada komposisi gas alam blok masela masih terdapat kandungan H2S sebesar 0.0001. Oleh
karena itu perlu adanya proses disulfurisasi atau penghilangan kadar H2S sebelum gas alam
masuk ke dalam reaktor. Hal ini dikarenakan H2S bersifat korosif yang dapat merusak
performa alat apabila masih terdapat dalam gas alam yang akan diproduksi menjadi etilen.
Berdasarkan perbandingan teknologi pada tabel 2, kami memilih teknologi penghilangan
kadar H2S dengan menggunakan metode adsorpsi dengan menggunakan zink oksida. Proses
ini dianggap paling sesuai karena sesuai untuk proses penghilangan H2S dengan kadar yang
rendah (0.0001). Proses penghilangan H2S dengan memanaskan natural gas untuk
menghilangkan semua senyawa sulfur dalam Fixed Bed Adsorption menggunakan ZnO. ZnO
dipilih karena stabil terhadap panas dan tekanan yang memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi senyawa polar menjadikannya kandidat yang baik untuk pemisahan gas.

Teknologi Kelebihan Kekurangan


Absorbsi kimia(MEA, DEA,  Digunakan untuk  Membutuhkan regenerasi
DGA, DIPA, MDEA, mixed menghilangan H2S dan panas yang tinggi
solvent, pottasium carbonate) CO2 dalam jumlah besar  Memungkinkan adanya
 Low cost dan fleksibilitas busa pada sistem amine
design dan operasi yang ketika larutan
baik mengandung solid yang
tersuspensi
 Sistem amine
memungkinkan adanya
masalah korosi dari
oksidasi larutan
Teknologi Membran  Membran dapat  Sulit untuk diaplikasikan
digunakan untuk dalam dunia industri
konsentrasi H2S dan  Plug dari membran dalam
CO2yang tinggi impurities dalam gas
 Sesuai untuk tekanan stream
yang tinggi
 Tidak ada proses
regenerasi
 Mudah untuk
dioperasikan dan ramah
lingkungan
Absorpsi Fisika (Solexol,  Tidak korosif  Kapasitas rendah
Recitisol, Purisol)  Membutuhkan konsumsi  Capital cost tinggi
energi yang lebih rendah  Kebutuhan steam dan
 Dapat menghilangkan listrik tinggi
CS2

Adsorpsi (Iron oxide sponge,  Menggunakan peralatan  Sulit dalam mengatasi


zinc oxide, molecular sieve) yang lebih sederhana solid
 Adsorben dapat  Selektivitas CO2 rendah
diregenerasi
 Metode ini sesuai untuk
menghilangkan H2S
dengan flow rate yang
rendah atau konsentasi
H2S rendah

3. Seleksi Pemilihan Reaktor


Reaktor yang digunakan : reactor dengan 2 stage
Pada reactor pertama terjadi proses OCM, sementara reaktor kedua terjadi dehidrogenasi
etana. Panas yang dihasilkan pada tahap pertama selanjutnya digunakan untuk memberikan
energi ke tahap kedua, karena reaksi dehidrogen adalah endotermik. Reaktor ini dipilih karena
kombinasi dari OCM dan proses dehidrogenasi memungkinkan integrasi manajemen panas
yang baik sehingga akan meningkatkan efisiensi thermal, dan dengan mengatur kedua reaksi
itu dimungkinkan untuk mengoperasikan reaktor secara adiabatik. Keuntungan lain yang
diperoleh dari tahap kedua adalah fakta bahwa produksi etilen meningkat dalam satu unit.
Gambar 2. Reaktor OCM untuk rekasi oksidasi metana dan pemanasan etana untuk
menghasilkan etilena

4. Seleksi Teknologi CO2 Removal

Menghilangkan CO2 dapat menggunakan beberapa teknologi, penggunaan pada umunya


denegan solvent absorbsi dikarenakan dapat menhilangkan CO2 95%. Selain itu penggunaan
pressure swing dapat digunakan dengan dua layer dengan alumina aktif dan zeolit 13X yang
dapat menyerap CO2 dan H2O sekaligus. Penyerapan H2O bertujuan untuk memastikan tidak
adanya uap air dalam gas untuk ke alat proses selanjutnya.

Teknologi Kelebihan Kekurangan


Solvent Absorption  Dapat menyerap  Dibutuhkan
CO2 sangat besar peralatan
 Waktu untuk tambahan yang
diregenerasi banyak
solvent lama  Harga solvent
yang mahal
Membrane  Biaya murah  Tidak ekonomis
Separation  Output produksi untuk kemurnian
sangat fleksibel tinggi
 Instalasi cepat dan  Tidak ekonomis
start-up untuk produksi
dalam skala besar
 Membutuhkan
jumlah yang
relatif besar
listrik per unit
oksigen.
Pressure Swing  Low to moderate  Peralatan
Adsorption capital cost perawatan tinggi
 Efektivitas cost  Skalabilitas
untuk produksi terbatas
oksigen dengan
kemurnian yang
relatif tinggi
 Instalasi cepat dan
start-up

Gambar 3. Perbandingan CO2 dan H2O yang teradsorb menggunakan adsorbent alumina
aktif dan zeolite 13X

5. Seleksi Teknologi Pemisahan Hidrokarbon

Setelah melewati pressure swing adsorbtion, maka akan dilakukan pemisahan bahan
hidrokarbon dengan menara distilasi. Distilasi akan dibuat dalam tiga tahap:

1. Dimethanizer: Digunakan untuk menghilangkan metana yang memisahkan sesuai dengan


titik didih antara methana dengan hidrokarbon lainnya. Hasil dari dimethanizer dapat
memisahkan metana >90%
2. Diethanize: Digunakan untuk memisahkan antara ethan dan etilena sebagai produk
dengan senyawa hidrokarbon berat C3 keatas sehingga produk etilena nantinya memiliki
kandungan lebih jernih. Fasa berat C3 dan lainnya dapat dijadikan byproduct untuk bahan
LPG
3. Ethilene Tower: Digunakan untuk memisahkan etilena dan etilene agar produk utama
berupa etilena yang digunakan untuk bahan utama dalam industri petrokimia. Penggunaan
ethylene tower dengan cryogenik distilasi dimana suhu masuk feed bernilai minus.

2.2 Neraca Energi

Dari perhitungan neraca massa, selanjutnya dilakukan perhitungan neraca energi.


Perhitungan neraca energi didasarkan pada:

 Basis waktu : Jam


 Satuan panas : Kilo Joule (kJ)
 Temperatur referensi : 25 °C (298,15 K)

Persamaan Neraca Energi :

{(Energi masuk) – (Energi keluar) + (Generasi energi) – (Konsumsi energi)} = {Akumulasi energi}

Proses Perpindahan energi dalam suatu sistem dapat dilihat pada gamabar sebagai berikut :
Gambar 2.2 Proses Secara Umum Perpindahan Energi Pada Suatu Sistem

Proses perpindahan energi secara pada suatu sistem adalah sebagai berikut :

 Pada keadaan 1, suatu materi atau bahan memiliki empat buah energi yaitu energi kinetik
(K1), energi potensial (P1), energi dalam (U1), dan energi berupa kerja p1v1 (W1) serta
memiliki laju alir massa m1. Materi atau bahan tersebut kemudian melewati sebuah sistem
tertentu, dimana materi atau bahan tersebut membutuhkan energi dari luar berupa panas
(-Q) dan kerja (-W) ataupun dapat menghasilkan energi berupa panas (Q) dan kerja (W).
 Setelah melewati sistem, bahan atau materi tersebut berada pada keadaan 2, dimana materi
tersebut memiliki energi berupa energi kinetik (K2), energi potensial (P2), energi dalam
(U2), dan energi berupa kerja p2v2 (w2) serta memiliki laju alir massa m2.

Sehingga persamaan neraca energi secara umum menjadi :


(U1 + K1 + P1)m1 - (U2 + K2 + P2)m2 + Q + W + w1 – w2 = ∆E
(U1 + K1 + P1)m1 - (U2 + K2 + P2)m2 + Q + W + (p1v1)m1 - (p2v2)m2 = ∆E
Jika tidak ada perubahan laju alir massa sebesar m1=m2=m dan tidak akumulasi energi
pada sistem, maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi,
{(U2-U1) + (K2-K1) + (P2-P1) + (p2v2) - (p1v1)} m = Q + W
{∆U + ∆Ek + ∆P + ∆pv } m = Q + W
Sistem berada pada tekanan tetap sehingga terdapat hubungan ∆H = ∆U + ∆pv, sehingga
rumusnya menjadi :
{∆H + ∆Ek + ∆P}m = Q + W

Jika pada sistem perubahan energi kinetik dan energi potensial sangat kecil dibandingkan
energi yang timbul akibat adanya reaksi maka nilai ∆Ek dan ∆P dapat diabaikan (bernilai nol)
dan jika tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan
neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H Q = ∆H = H produk – H reaktan. Jika tidak ada panas
yang timbul akibat perubahan fasa materi pada suatu sistem maka, Q = ∆H = (Σ n CP dT) keluar
– (Σ n CP dT) masuk.
Jika sistem yang ditinjau berada pada keadaan adiabatis maka,
0 = ∆H = (Σ n CP dT) keluar – (Σ n CP dT) masuk
(Σ n CP dT) keluar = (Σ n CP dT) masuk
Keterangan :
∆H = Perubahan Panas (kJ)
n = Kuantitas Materi (kmol)
CP = Kapasitas panas (kJ/kmol.K)
dT = Perbedaan temperatur (K)
Perhitungan kapasitas panas sebagai berikut :

Keterangan :
Cp : Kapasitas panas ( kJ/kmol K)
A,B,C,D,E : Konstanta
Tref : Temperatur referensi = 298,15 K
T : Temperatur operasi (K)

 Tabel 2.2.1 Konstanta Kapasitas Panas

Komponen MW A B C D E
-4.31E-
N2 28.0134 29.342 -3.54E-03 1.01E-05 09 2.59E-13
CO2 44.01 27.437 4.23E-02 -1.96E-05 4.00E-09 -2.99E-13
-1.53E-
C1 16.04 34.942 -4.00E-02 1.92E-04 07 3.93E-11
-1.91E-
C2 30.07 28.146 4.34E-02 1.89E-04 07 5.33E-11
-2.38E-
C2H4 28.05 32.083 -1.48E-02 2.48E-04 07 6.83E-11
-2.33E-
C3 44.1 28.277 1.16E-01 1.96E-04 07 6.67E-11
-3.68E-
i-C4 58.12 6.772 3.41E-01 -1.03E-04 08 2.04E-11
-9.46E-
n-C4 58.12 20.058 2.81E-01 -1.31E-05 08 3.41E-11
i-C5 72.15 -0.881 4.75E-01 -2.48E-04 6.75E-08 -8.53E-12
-1.66E-
n-C5 72.15 26.671 3.23E-01 4.28E-05 07 5.60E-11
-1.59E-
C6 86.18 25.924 4.19E-01 -1.25E-05 07 5.88E-11
-1.68E-
C7+ 100.21 26.984 5.04E-01 -4.47E-05 07 6.52E-11
-3.84E-
H2S 34.1 33.878 -1.12E-02 5.26E-05 08 9.03E-12
-3.26E-
O2 32 29.526 -8.90E-03 3.81E-05 08 8.86E-12
-1.78E-
H2O 18 33.933 -8.42E-03 2.99E-05 08 3.69E-12
Sumber : C. L. Yaws, 1999

Berikut adalah perhitungan masing – masing alat :


1. H2S Removal
Fungsi : Untuk mengurangi kandungan H2S dalam gas alam. Gas H2S sangat beracun, mudah
terbakar dan korosif, gas ini larut dalam hidrokarbon dan air termasuk dalam fasa uap.
Kehadiran H2S akan mengurangi efisiensi sistem secara keseluruhan dan kehandalan
operasional karena sifat korosifitas nya dan dapat menyebabkan fouling besi sulfida. Oleh
karena itu tindakan pencegahan harus dilakukan mulai dari proses ekstraksi, penyimpanan,
pengangkutan dan pengolahan gas.

Stream 3

H2S Removal

Stream 2

Stream 1

{∆H + ∆Ek + ∆P}m = Q + W

Pada H2S Removal ∆Ek dan ∆P diabaikan, serta tidak ada kerja yang diberikan atau
dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H

Komponen H in H out
Stream 1 Stream 2 Stream 3
N2 54363.77 102781.7 0
CO2 506302.7 957373.1 0
C1 5653866 10688375 0
C2 239484.5 452844.1 0
C2H4 0 0 0
C3 84939.31 160649.7 0
i-C4 4000.914 7598.466 0
n-C4 5704.027 10797.89 0
i-C5 -309.34 -554.853 0
n-C5 8325.571 15757.88 0
C6 11859.94 22455.56 0
C7+ 79134.52 149866.5 0
H2S 67.27393 0 127.1887
O2 0 0 0
H2O 0 0
Total 6647739 12567945 127.1887
-
Q 5920333

Jadi, Q = ∆H = -5920333.491 kJ/hr

2. PSA Oksigen
Fungsi : memisahkan oksigen dari udara sesuai dengan jenis karakteristik molecular dan
afinitas dari bahan absorben yang digunakan.

Stream 5

PSA Oksigen

Stream 6

Stream 4

{∆H + ∆Ek + ∆P}m = Q + W

Pada PSA Oksigen ∆Ek dan ∆P diabaikan, serta tidak ada kerja yang diberikan atau
dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H

Komponen H in H out
Stream 4 Stream 5 Stream 6
N2 15.94153 15.94153 0
CO2 0 0 0
C1 0 0 0
C2 0 0 0
C2H4 0 0 0
C3 0 0 0
i-C4 0 0 0
n-C4 0 0 0
i-C5 0 0 0
n-C5 0 0 0
C6 0 0 0
C7+ 0 0 0
H2S 0 0 0
O2 4.261782 0.213089 2.263006
H2O 0 0 0
Total 20.20331 16.15462 2.263006
Q 1.785687

Jadi, Q = ∆H = 1.785687 kJ/hr

3. Reaktor
Fungsi : Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung,
dalam hal ini mereaksikan metana dengan oksigen sehingga menjadi etilen. Lalu pada reactor
ini juga terjadi proses cracking etana menjadi etilen

OCM Reaktor

Stream 6 Stream 7

Stream 2

{∆H + ∆Ek + ∆P}m = Q + W

Pada Reaktor, ∆Ek dan ∆P diabaikan, serta tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan
ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H

Perhitungan panas reaksi dalam reactor sebagai berikut :

Komponen ∆Hf
O2 0
H2 0
-
CO 1.11E+02
-
CO2 3.94E+02
-
CH4 7.48E+01
-
C2H6 8.47E+01
C2H4 5.23E+01
-
H2O 2.42E+02

 Reaksi 1

∆Hf
= ∆Hf produk - reaktan
= 5.58E+02 - 1.50E+02
∆H
reaksi = 4.09E+02

 Reaksi 2

∆Hf
= ∆Hf produk - reaktan
= 5.23E+01 - 8.47E+01
∆H reaksi = 1.37E+02
 Reaksi 3

∆Hf ∆Hf
= produk - reaktan
- -
= 1.90E+02 - 1.11E+02
-
∆H reaksi = 7.90E+01

 Reaksi 4

∆Hf ∆Hf
= produk - reaktan
-
= 4.31E+02 - -3.94E+02
-
∆H reaksi = 3.78E+01

∆H reaksi total = -3.89E+02

Komponen H in
Stream 2 Stream 6 Stream 7
N2 102781.7 0 178472.2
CO2 957373.1 0 1662520
C1 10688375 0 18548825
C2 452844.1 0 519465.8
C2H4 0 0 303504.4
C3 160649.7 0 278950.8
i-C4 7598.466 0 13203.81
n-C4 10797.89 0 18653.49
i-C5 -554.853 0 -859.182
n-C5 15757.88 0 26558.36
C6 22455.56 0 39635.77
C7+ 149866.5 0 260311.5
H2S 0 0 0
O2 0 2.263006 0
H2O 0 0 320798.9
Total 12567945 2.263006 22170041
∆H -9602094

Q = ∆H + ∆H reaksi = -9.60E+06

4. Heat Recovery
Fungsi : Untuk menurunkan suhu keluaran dari OCM reactor masuk ke PSA

Heat Recovery

Stream 7 Stream 9

Stream 8

Komponen H in H out
Stream 7 Stream 5
N2 15.94153 15.94153
CO2 0 0
C1 0 0
C2 0 0
C2H4 0 0
C3 0 0
i-C4 0 0
n-C4 0 0
i-C5 0 0
n-C5 0 0
C6 0 0
C7+ 0 0
H2S 0 0
O2 4.261782 0.213089
H2O 0 0
Total 20.20331 16.15462
Q 4.048693

5. PSA CO2 dan H2O

Fungsi : Untuk menghilangkan kadar CO2 dan H2O

Stream 11

PSA CO2 dan H2O

Stream 9 Stream 12

Stream 10

Komponen H in H out
Stream Stream Stream
Stream 9 10 11 12
N2 101769 0 0 101741.2
CO2 223676.3 0 724021.7 223650.7
C1 10578518 0 0 10574594
C2 296140.1 0 0 296106.2
C2H4 173073.5 0 0 173020.6
C3 158967.4 0 0 158988
i-C4 7475.254 0 0 7508.923
n-C4 10615.11 0 0 10626.49
i-C5 -536.294 0 0 -505.395
n-C5 15117.61 0 0 15131.09
C6 22548.5 0 0 22577.29
C7+ 148036.5 0 0 148260.6
H2S 0 0 0 0
O2 0 0 0 0
H2O 0 182878.1 0 0
Total 11735401 182878.1 724021.7 11731700
Q -903199
6. De-Methanizer
Fungsi : Menghilangkan kandungan metana dan hasil metana bisa dijadikan byproduct

Stream 15

De-Methanizer

Stream 13 Stream 14

Komponen H in H out
Stream Stream Stream
13 14 15
N2 52913.4 0 19958.28
CO2 116289.3 16700.39 87705.91
C1 5500390 5115.99 1741289
C2 153963.2 154874.7 2905.208
C2H4 89988.43 64824.8 10419.28
C3 82638.23 85677.89 0
i-C4 3878.479 4030.765 0
n-C4 5515.912 5560.132 0
i-C5 -285.877 -298.473 0
n-C5 7856.156 8391.11 0
C6 11715.78 12009.16 0
C7+ 76908.95 80093.56 0
H2S 0 0 0
O2 0 0 0
H2O 0 0 0
Total 6101772 436980 1862278
Q 3802514

7. De- Ethanizer
Fungsi : Memisahkan kandungan etana dan etilen dari hidrokarbon berat (C3+) dan hasil
metana bisa dijadikan byproduct
Stream 17

De-Ethanizer

Stream 16

Stream 18

Komponen H in H out
Stream Stream Stream
16 17 18
N2 0 0 0
CO2 15721 14918.11 13086.66
C1 4816.079 4581.602 4006.005
C2 145792 136474.5 0
C2H4 61024.25 57883.2 50720.13
C3 80651.45 20.72795 0
i-C4 3792.725 0 0
n-C4 5233.473 0 0
i-C5 -282.459 0 0
n-C5 7898.263 0 0
C6 11303.4 0 0
C7+ 75384.89 0 0
H2S 0 0 0
O2 0 0 0
H2O 0 0
Total 411335.1 213878.1 67812.8
Q 129644.2

8. Ethylene Tower
Fungsi :Memisahkan etana dan etilen
Stream 21

Ethylene Tower

Stream 20

Stream 19

Komponen H in H out
Stream Stream Stream
19 20 21
N2 0 0 0
CO2 640731 -0.00945 0
C1 68467.15 0.052612 0
C2 0 0.96174 0.60916
C2H4 1521408 0.502779 7.97E-05
C3 0 0 0.000126
i-C4 0 0 0
n-C4 0 0 0
i-C5 0 0 0
n-C5 0 0 0
C6 0 0 0
C7+ 0 0 0
H2S 0 0 0
O2 0 0 0
H2O 0 0 0
Total 2230606 1.507681 0.609366
Q 2230604

9. Cooler

Komponen H in H out
Stream Stream
12 13
N2 101741.2 52913.4
CO2 223650.7 116289.3
C1 10574594 5500390
C2 296106.2 153963.2
C2H4 173020.6 89988.43
C3 158988 82638.23
i-C4 7508.923 3878.479
n-C4 10626.49 5515.912
i-C5 -505.395 -285.877
n-C5 15131.09 7856.156
C6 22577.29 11715.78
C7+ 148260.6 76908.95
H2S 0 0
O2 0 0
H2O 0 0
Total 11731700 6101772
Q 5629928

Komponen H in H out
Stream Stream
14 16
N2 0 0
CO2 16700.39 15721
C1 5115.99 4816.079
C2 154874.7 145792
C2H4 64824.8 61024.25
C3 85677.89 80651.45
i-C4 4030.765 3792.725
n-C4 5560.132 5233.473
i-C5 -298.473 -282.459
n-C5 8391.11 7898.263
C6 12009.16 11303.4
C7+ 80093.56 75384.89
H2S 0 0
O2 0 0
H2O 0 0
Total 436980 411335.1
Q 25644.89

Komponen H in H out
Stream Stream
17 19
N2 0 0
CO2 14918.11 640731
C1 4581.602 68467.15
C2 136474.5 0
C2H4 57883.2 1521408
C3 20.72795 0
i-C4 0 0
n-C4 0 0
i-C5 0 0
n-C5 0 0
C6 0 0
C7+ 0 0
H2S 0 0
O2 0 0
H2O 0
Total 213878.1 2230606
-
Q 2016728

Anda mungkin juga menyukai