Oleh:
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrokimia merupakan sektor penting dalam pengembangan industri di dunia, penggunaan hasil dari
petrokimia banyak digunakan untuk bahan baku seperti produksi plastik, sebagai bahan pelarut atau bahan
kimia lainnya. Chemical Market Associates menyatakan konsumsi bahan baku petrokimia terus meningkat
sebesar 45% dari nafta, 34% oleh gas alam dan sisanya oleh propan,butan dan minyak (Oil&Gas Journal,
2015). Petrokimia juga sebagai pemasok anggaran besar bagi negara, Indonesia sebagai negara dengan
sumber daya alam dan manusia yang tinggi dapat memaksimalkan industri petrokimia sebagai industri besar
yang dapat menghasilkan bahan baku untuk pasar domestik agar tidak melakukan impor dari negara luar
dan dapat meng-ekspor.
Hasil dari petrokimia yang banyak digunakan oleh industri kimia salah satunya adalah etilen.
Konsumsi etilen didunia mencapai 12 juta ton setiap tahunnya, dan akan terus meningkat. Untuk pemerintah
Indonesia menargetkan kebutuhan etilen dalam negeri sebesar 1 juta ton pertahun,(Kementrian
Perindustrian, 2018). Saat ini hanya ada dua pabrik petrokimia produsen etilen yaitu Chandra asri dan Titan
yang keduanya memproduksi 600.000 dan 200.000 ton per tahun etilen. Oleh karena itu kekurangan
200.000 ton per tahun etilen dalam negeri dapat ditutupi dengan dibangunnya pabrik penghasil etilen baru.
Dengan pembangunan pabrik etena berproduksi 400.000 ton/tahun dapat memberikan hasil 200.000 ton
etilen dalam negeri dan dapat dilakukan ekspor 200.000 ton seperti ke negara pilipina, karena negara
tersebut melakukan impor sampai 300.000 ton/tahun. (Industry Government Philippine)
Etilen merupan bahan kimia dengan rumus C2H4 yang memiliki sifat tidak berwarna, berbau dan
mudah terbakar, biasa digunakan untuk bahan baku dalam pembuatan etilen glikol atau polietilen dan biasa
digunakan dalam industri pertanian dengan persentase rendah. Berikut bagan penggunaan etilena dalam
industri kimia sebagai bahan baku. (Ethylene (ET) 2019 World Market Outlook,2019)
Etilen didapat dari berbagai sumber dalam pemprosesan seperti naptha yang didapat dari hasil refinery
pemisah minyak atau dari etana yang berasal dari gas alam. Dari segala sumber memiliki proses yang
berbeda-beda dan memiliki persentase hasil yang berbeda. Etilen dari etana yang di pisahkan dan
dimurnikan dari gas alam memiliki persentase mencapai 90%. Gas alam dapat ditemukan banyak di
Indonesia, diantaranya adalah sumber gas alam yang memiliki nama gas abadi yang berada di teluk Masela,
Maluku. Blok masela yang sebelumnya akan dilakukan eksplorasi oleh perusahaan Australia, sekarang
menjadi milik Indonesia sutuhnya, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk pembuatan etilena
yang akan diproduksi.
Pembangunan pabrik penghasil etilena yang didapat dari blok Masela dapat dibangun di pulau yang
tidak jauh dari blok Masela, pulau yang dijadikan lokasi pembanguan pabrik etilen adalah pulau Yamdena.
Lokasi pulau Yamdena dapat dilihat pada peta berikut.
Pulau Yamdena dengan penduduk 149.790 jiwa dengan luas wilayah 328.700 hektar dapat dijadikan
lokasi utama dalam pembangunan pabrik etilena. Pulau Yamdena berjarak 183 km dari blok Masela
sehingga penggunaan pipa untuk mendistribusikan hasil gas alam blok masela ke pabrik. Memiliki
infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan sehingga memudahkan akses untuk trasnportasi. Pulau
Yamdena salah satu pulau yang tidak berdampak dari angin muson timur dan barat sehingga pembangunan
pabrik dapat aman dari buruknya cuaca.
Gambar Estimasi Pembangunan Kilang Blok Masela (Sumber:Media Indonesia)
Pembangunan Kilang darat yang direncanakan oleh pihak inpeks yang bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia akan dibangun di pulau Selaru, berupa gugusan pulau Yamdena yang berada di
Maluku Tenggara Barat. Pembangunan kilang darat yang berdekatan menguntungkan bagi pabrik etilen
dengan adanya infrastruktur yang dibangun akan mudah dan dapat bekerja sama dalam pembangunan serta
berjalannya pabrik.
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1 Etilen
Pengertian Etilen
Etilen (H2C = CH2) merupakan senyawa organik paling sederhana yang dikenal
sebagai alkena, yang mengandung ikatan rangkap karbon-karbon. Etilen dapat diperoleh
dari gas alam atau minyak bumi, Etilen juga merupakan hormon tumbuhan alami penting
yang digunakan dalam pertanian untuk memaksa proses pematangan buah-buahan. Sifat
etilen yaitu, merupakan zat yang mudah menguap, tidak berwarna pada suhu kamar, tidak
korosif, tidak beracun, gas yang mudah terbakar, sedikit larut dalam air, dan larut dalam
sebagian besar pelarut organik.
Kegunaan Etilen
Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar etilen adalah sebagai
berikut :.
Di antara proses alternatif untuk produksi etilen, Oksidative Coupling of Methane (OCM)
dan Methanol to Olefin (MTO) memiliki kenaikan peminat (Sundaram et al., 2010). Oksidative
Coupling of Methane (OCM) adalah proses langsung di mana metana dikonversi menjadi
etilen menggunakan reaktor katalitik (Godini et al., 2013). Sedangkan, produksi etilen melalui
Methanol to Olefin (MTO) melibatkan beberapa langkah (Vora et al., 1997).
Reaksi ini adalah endotermik, yang memanfaatkan panas reaksi eksotermik terbaik
yang dihasilkan selama konversi metana. Menggabungkan dua reaksi ini dalam satu bejana
meningkatkan efisiensi termal sambil menyederhanakan proses. Reaktor OCM
menghasilkan sejumlah kecil produk samping CO dan CO2. Untuk meningkatkan efisiensi
karbon pabrik, reaktor metanasi digunakan untuk mengubah sebagian besar produk
samping menjadi metana melalui reaksi berikut:
Proses ini telah dipelajari dengan baik dan umum dalam penggunaan industri.
Penerapan reaktor metanasi bersama-sama dengan reaktor OCM untuk meningkatkan
efisiensi karbon adalah pendekatan baru. Etilena yang diproduksi dalam reaktor selanjutnya
dipisahkan dari produk ataupun produk samping yang tidak bereaksi menggunakan
serangkaian operasi unit konvensional. Produk yang dihasilkan adalah grade etilena
polimer sebagai produk utama.
Produk reaktor dikirim ke quenching tower, kemudian CO2 dan air dihilangkan oleh
penyerap dan pengering, dan akhirnya produk yang berbeda dipisahkan dengan
serangkaian kolom distilasi (Chen et al., 2005).
Energi raw material consumption (kg/kg) etilen untuk Oxidative Coupling of Methane
(OCM) lebih rendah dibandingkan dengan Methanol to Olefin (MTO). Selain itu, emisi CO2
yang dihasilkan untuk proses dengan OCM juga lebih rendah dibandingkan dengan MTO (Ortiz-
E et al., 2015). Hal inilah yang menjadi pertimbangan kami dalam pemilihan proses produksi
etilen dari gas alam, yaitu menggunakan Oxidative Coupling of Methane (OCM)
Gas alam adalah campuran gas yang mudah terbakar dari senyawa hidrokarbon sederhana.
Gas alam adalah bahan bakar fosil yang hampir seluruhnya terdiri dari metana, tetapi memang
mengandung sedikit jumlah gas lain, termasuk etana, propana, butana dan pentana. Terdapat
pula komponen pengotor gas alam seperti Air, Helium, Nitrogen, Karbon dioksida dan Hidrogen
sulfida. Hidrogen sulfida merupakansalah satu kontaminan (pengotor) utama dari gas alam yang
harus dipisahkan karena sulfur bersifat korosi yang bisa merusak pipa ataupun peralatan dalam
pengolahan gas alam.
Gas alam dengan kandungan pengotor Hidrogen sulfida dalam jumlah yang signifikan
dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas" yang berarti gas asam. Gas alam
yang telah diproses dan siap untuk dipasarkan disebut sweet gas yang berarti gas bersih yang
bebas dari gas asam, yang bersifat tidak berasa dan tidak berbau.
Gas alam, seperti bentuk energi panas lainnya, diukur dalam satuan thermal Inggris atau
Btu. Satu Btu setara dengan panas diperlukan untuk menaikkan suhu satu pon air sebesar satu
derajat Fahrenheit pada tekanan atmosfer. Satu kaki kubik gas alam memiliki sekitar 1.027 Btu.
Gas alam biasanya dijual dari sumur di bidang produksi ke pembeli dalam pengukuran volume
standar ribuan kaki kubik (Mcf).
Produk dari gas alam yang digunakan adalah LPG (Liquid Petroleum Gas), CNG
(Compressed Natural Gas) , LNG ( Liquid Natural Gas) dan Coal Bed Methane (CBM) yang
merupakan sumber non konvensional yang sedang dikembangkan di Indonesia.
Gambar 1.4 Lokasi Industri Pengolahan gas alam (sumber : ESDM)
Pada tahun 2015 Indonesia memiliKi 4 (empat) kilang pengolahan LNG, dengan kapasitas
terpasang 39 MTPA. Kilang LNG berlokasi di Arun (6,8 MTPA), Bontang Kalimantan Timur
(22,6 MTPA), Tangguh di Papua Barat (7,6 MTPA) dan Donggi Senoro Sulawesi Tengah (2
MTPA). Untuk Kilang LNG Arun dikarenakan pasokan gas bumi, dari Exxon Mobil telah jauh
mengalami penurunan, maka tahun 2014, maka fungsi sebagai terminal pengirim LNG
digantikan menjadi terminal penerima LNG. Untuk kilang LNG Tangguh akan dibangun 1 train
LNG plant lagi dengan kapasitas 3,8 MTPA. Sementara itu pemerintah membangun Floating
LNG Plant dengan kapasitas 4,5 juta ton per tahun untuk memanfaatkan gas bumi dari lapangan
Abadi Blok Masela (Hasan, M., 2015)
Masela atau Marsela nama sebutan menurut masyarakat setempat adalah nama yang
digunakan untuk menamai blok gas yang terletak di bagianwilayah dasar laut lautan Arafuru, di
perairan daerah Kabupaten Maluku Barat Daya. Masela sendiri adalah nama pulau kecil yang
berada di bagian selatan, satu daripulau-pulau terselatan kepulauan Maluku, yang berbatasan
langsung denganwilayah negara Australia. Di selatan pulau Masela tahun 2000 telah
ditemukan(discovery) sumber energi gas bumi dalam kapasitas kandungan yang luarbiasa besar,
bisa mengalahkan sumber gas bumi negara Qatar dan diperkirakan dapat diproduksi selama
lebih dari 70 tahun ehingga dikatakan lapangan gas bumi Abadi, karena hampir tidak terkira dan
terbatasjumlah potensi dan masa waktu produksinya. Terbukti cadangan gas Blok Masela,
sebesar 10,73 triliun kaki kubik (Trillion Cubic Feet TCF ). Cadangan yang diteliti Lemigas
ini sekaligus membuktikan Blok Masela adalah salah satu blok dengan potensi gas alam cair
terbesar.
Pada proses produksi etilena biasa menggunakan thermal cracking sebagai proses utama, tetapi ada
satu proses yang menjanjikan yaitu OCM atau Oxidative Coupling of Methane. OCM itu sendiri dapat
merusak harga jual etilena karena konsentrasi produk etilena yang kecil dan OCM sangat efektif pada suhu
tinggi dan pemisahan hidrokarbon dilakukan pada suhu yang rendah oleh karena itu harus dilakukan
pemilihan katalis yang tepat. Katalis yang dapat menurunkan suhu operasi dan menaikan konsentrasi dari
etilena yaitu dengan bantuan dari katalis Li/MgO. Berikut adalah blok flow diagram dari proses pembuatan
etilena.
16
6 7 8 9 10 11
3 4 5
OCM Reaktor Heat Recovery PG Compressor CO2 Removal Drying Demethanezier Deethanezier Debutanezier
Oxygen Nat Gas + Nat Gas + Nat Gas + Nat Gas + Nat Gas + C3+ C3 Product
C2+
Ethylene Ethylene Ethylene Ethylene Ethylene Ethylene
H2O
2 12
Nat Gas 17 C4 Product
13 Ethylene
Tanpa H2S dan C2
15
Ethane
14
Disulfur Ethylenetower
Ethylene
1 Natural Gas
Pada proses peoduksi etilena dari gas alam kami memilih menggunakan OCM atau Oxidative
Coupling of Methane. OCM dapat didesain dengan lebih sederhana dibandingkan dengan Thermal
Cracking , penggunaan energi yang lebih rendah dan mendapatkan hasil etilena lebih besar. Pada OCM
digunakan oksigen yang akan masuk bersamaan dengan gas alam dan akan direaksikan dengan bantuan
katalis LiMgO di OCM reactor.
Prinsip reaksi OCM untuk memproduksi etilrn dsri metana sebagai berikut :
(1)
Reaksi ini berlangsung secara eksotermik tinggi. Untuk meningkatkan reaksi yield nya, maka bisa
secara optional dialirkan etana pada downstream dari OCM catalyst bed dan secara termal menjadi
dehidrogenasi seperti reaksi berikut :
(2)
Reaksi ini berlangsung secara endodermik, dimana menggabungkan dua reaksi di atas baik secara
dalam satu vessel akan meningkatkan efisiensi termalnya yang akan mempermudah proses.
Dapat dilihat Blok Masela memiliki cadangan gas alam melimpah dengan memiliki kandungan
kadar CO2 yang besar. Berikut merupakan komposisi gas alam yang terdapat pada Blok Masela.
Komposisi % Mol
N2 0.933
CO2 9.291
C1 81.49
C2 4.288
C3 1.512
i-C4 0.296
n-C4 0.143
i-C5 0.187
n-C5 0.157
C6 0.230
+
C7 1.474
H2S 0.001
sumber:(Wiratama, Yerido, & Hakim, 2015))
Dapat dilihat pada tabel 1.4.2 bahwa gas alam Blok Masela memiliki kandungan pengotor selain
CO2 yaitu H2S. Kandungan tersebut harus dilakukan pretreatment terlebih dahulu sebelum memasuki
proses utama sehingga dapat menghidari dari terjadinya karat pada pipa dan menjadinya gas beracun.
1.4.1 Katalis
Bahan dasar yang digunakan yaitu gas alam yang berasal dari blok masela dengan adanya bahan
tambahan yaitu air dan katalis. Katalis yang digunakan yaitu Li/MgO berbentuk pelet dengan berdiameter
55 mm dengan menggunakan fix-bed catalytic reactor (Fini, Patz, & Wentzel, t.t.). Pemilihan katalis
Li/MgO dikarenakan karena jika dilakukan penambahan oksige (O2) akan menyebabkan terjadinya reaksi
pembakaran dan hal tersebut menjadi sesuatu hal yang dihindari. Berikut merupakan tabel dari reaksi dari
metana dengan oksigen.
Tabel 1.4.2 energi gibss dan entalpi dari metana dengan oksigen
Reaksi ΔGo298 (KJ/mol) ΔHo298
1 1
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐶2 𝐻4 + 𝐻2 𝑂 -143.0 -140.4
2 2
1 1 1
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐶2 𝐻6 + 𝐻2 𝑂 -64.0 -87.8
4 2 2
3
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐶𝑂 + 𝐻2 𝑂 -543.0 -518.7
2
𝐶𝐻4 + 2𝑂2 → 𝐶𝑂2 + 2𝐻2 𝑂 -800.0 -801.3
Sumber: (Fini dkk., t.t.)
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa energi reaksi metana dengan oksigen dapat menghasilkan
CO2 dan H2O pada pembakaran sempurna dan pada pembakaran tak sempurna akan menghasilkan CO dan
H2O. Hasil tersebut menjadi hal yang harus dihindari pada pembuatan etilen.
1.4.2 Produk
Produk utama pada pabrik ini yaitu etilen dengan spesifikasi sebagai berikut.
Etilen sendiri dapat digunakan sebagai bahan kimia dan petrokimia aplikasi, produksi polietilen,
sintesis kimia, dll. Etilen dijual dengan harga $8000 perton dalam bentuk gas yang sudah dikompres.
Senyawa ini juga beracun pada kehidupan air, cairan yang mudah terbakar, dan mudah meledak jika
dipanskan.
Berdasarkan uraian dari table, proses yang digunakan untuk memurnikan oksigen dari
udara adalah Pressure Swing Adsorption (PSA), karena meskipun kemurnian yang dihasilkan
tidak lebih tinggi dari Cryogenic Distillation, namun temperature yang dibutuhkan relative
lebih tinggi dibandingkan dengan Cryogenic Distillation. Temperature yang cukup rendah
membutuhkan pemanas yang digunakan untuk masuk ke proses selanjutnya, yaitu OCM
Reaktor karena temperature untuk OCM Reaktor sekitar 700 oC. Sedangkan proses separasi
dengan Membrane Separation tidak menjadi pilihan kami karena kemurniannya yang relative
lebih rendah. Untuk adsorbent yang digunakan dalam Pressure Swing Adsorption adalah LiX
Gambar 1. Adsorption equilibrium isotherms for nitrogen and oxygen onto zeolite LiX at 20 ◦C.
Gambar 3. Perbandingan CO2 dan H2O yang teradsorb menggunakan adsorbent alumina
aktif dan zeolite 13X
Setelah melewati pressure swing adsorbtion, maka akan dilakukan pemisahan bahan
hidrokarbon dengan menara distilasi. Distilasi akan dibuat dalam tiga tahap:
{(Energi masuk) – (Energi keluar) + (Generasi energi) – (Konsumsi energi)} = {Akumulasi energi}
Proses Perpindahan energi dalam suatu sistem dapat dilihat pada gamabar sebagai berikut :
Gambar 2.2 Proses Secara Umum Perpindahan Energi Pada Suatu Sistem
Proses perpindahan energi secara pada suatu sistem adalah sebagai berikut :
Pada keadaan 1, suatu materi atau bahan memiliki empat buah energi yaitu energi kinetik
(K1), energi potensial (P1), energi dalam (U1), dan energi berupa kerja p1v1 (W1) serta
memiliki laju alir massa m1. Materi atau bahan tersebut kemudian melewati sebuah sistem
tertentu, dimana materi atau bahan tersebut membutuhkan energi dari luar berupa panas
(-Q) dan kerja (-W) ataupun dapat menghasilkan energi berupa panas (Q) dan kerja (W).
Setelah melewati sistem, bahan atau materi tersebut berada pada keadaan 2, dimana materi
tersebut memiliki energi berupa energi kinetik (K2), energi potensial (P2), energi dalam
(U2), dan energi berupa kerja p2v2 (w2) serta memiliki laju alir massa m2.
Jika pada sistem perubahan energi kinetik dan energi potensial sangat kecil dibandingkan
energi yang timbul akibat adanya reaksi maka nilai ∆Ek dan ∆P dapat diabaikan (bernilai nol)
dan jika tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan
neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H Q = ∆H = H produk – H reaktan. Jika tidak ada panas
yang timbul akibat perubahan fasa materi pada suatu sistem maka, Q = ∆H = (Σ n CP dT) keluar
– (Σ n CP dT) masuk.
Jika sistem yang ditinjau berada pada keadaan adiabatis maka,
0 = ∆H = (Σ n CP dT) keluar – (Σ n CP dT) masuk
(Σ n CP dT) keluar = (Σ n CP dT) masuk
Keterangan :
∆H = Perubahan Panas (kJ)
n = Kuantitas Materi (kmol)
CP = Kapasitas panas (kJ/kmol.K)
dT = Perbedaan temperatur (K)
Perhitungan kapasitas panas sebagai berikut :
Keterangan :
Cp : Kapasitas panas ( kJ/kmol K)
A,B,C,D,E : Konstanta
Tref : Temperatur referensi = 298,15 K
T : Temperatur operasi (K)
Komponen MW A B C D E
-4.31E-
N2 28.0134 29.342 -3.54E-03 1.01E-05 09 2.59E-13
CO2 44.01 27.437 4.23E-02 -1.96E-05 4.00E-09 -2.99E-13
-1.53E-
C1 16.04 34.942 -4.00E-02 1.92E-04 07 3.93E-11
-1.91E-
C2 30.07 28.146 4.34E-02 1.89E-04 07 5.33E-11
-2.38E-
C2H4 28.05 32.083 -1.48E-02 2.48E-04 07 6.83E-11
-2.33E-
C3 44.1 28.277 1.16E-01 1.96E-04 07 6.67E-11
-3.68E-
i-C4 58.12 6.772 3.41E-01 -1.03E-04 08 2.04E-11
-9.46E-
n-C4 58.12 20.058 2.81E-01 -1.31E-05 08 3.41E-11
i-C5 72.15 -0.881 4.75E-01 -2.48E-04 6.75E-08 -8.53E-12
-1.66E-
n-C5 72.15 26.671 3.23E-01 4.28E-05 07 5.60E-11
-1.59E-
C6 86.18 25.924 4.19E-01 -1.25E-05 07 5.88E-11
-1.68E-
C7+ 100.21 26.984 5.04E-01 -4.47E-05 07 6.52E-11
-3.84E-
H2S 34.1 33.878 -1.12E-02 5.26E-05 08 9.03E-12
-3.26E-
O2 32 29.526 -8.90E-03 3.81E-05 08 8.86E-12
-1.78E-
H2O 18 33.933 -8.42E-03 2.99E-05 08 3.69E-12
Sumber : C. L. Yaws, 1999
Stream 3
H2S Removal
Stream 2
Stream 1
Pada H2S Removal ∆Ek dan ∆P diabaikan, serta tidak ada kerja yang diberikan atau
dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H
Komponen H in H out
Stream 1 Stream 2 Stream 3
N2 54363.77 102781.7 0
CO2 506302.7 957373.1 0
C1 5653866 10688375 0
C2 239484.5 452844.1 0
C2H4 0 0 0
C3 84939.31 160649.7 0
i-C4 4000.914 7598.466 0
n-C4 5704.027 10797.89 0
i-C5 -309.34 -554.853 0
n-C5 8325.571 15757.88 0
C6 11859.94 22455.56 0
C7+ 79134.52 149866.5 0
H2S 67.27393 0 127.1887
O2 0 0 0
H2O 0 0
Total 6647739 12567945 127.1887
-
Q 5920333
2. PSA Oksigen
Fungsi : memisahkan oksigen dari udara sesuai dengan jenis karakteristik molecular dan
afinitas dari bahan absorben yang digunakan.
Stream 5
PSA Oksigen
Stream 6
Stream 4
Pada PSA Oksigen ∆Ek dan ∆P diabaikan, serta tidak ada kerja yang diberikan atau
dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H
Komponen H in H out
Stream 4 Stream 5 Stream 6
N2 15.94153 15.94153 0
CO2 0 0 0
C1 0 0 0
C2 0 0 0
C2H4 0 0 0
C3 0 0 0
i-C4 0 0 0
n-C4 0 0 0
i-C5 0 0 0
n-C5 0 0 0
C6 0 0 0
C7+ 0 0 0
H2S 0 0 0
O2 4.261782 0.213089 2.263006
H2O 0 0 0
Total 20.20331 16.15462 2.263006
Q 1.785687
3. Reaktor
Fungsi : Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung,
dalam hal ini mereaksikan metana dengan oksigen sehingga menjadi etilen. Lalu pada reactor
ini juga terjadi proses cracking etana menjadi etilen
OCM Reaktor
Stream 6 Stream 7
Stream 2
Pada Reaktor, ∆Ek dan ∆P diabaikan, serta tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan
ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi, Q = ∆H
Komponen ∆Hf
O2 0
H2 0
-
CO 1.11E+02
-
CO2 3.94E+02
-
CH4 7.48E+01
-
C2H6 8.47E+01
C2H4 5.23E+01
-
H2O 2.42E+02
Reaksi 1
∆Hf
= ∆Hf produk - reaktan
= 5.58E+02 - 1.50E+02
∆H
reaksi = 4.09E+02
Reaksi 2
∆Hf
= ∆Hf produk - reaktan
= 5.23E+01 - 8.47E+01
∆H reaksi = 1.37E+02
Reaksi 3
∆Hf ∆Hf
= produk - reaktan
- -
= 1.90E+02 - 1.11E+02
-
∆H reaksi = 7.90E+01
Reaksi 4
∆Hf ∆Hf
= produk - reaktan
-
= 4.31E+02 - -3.94E+02
-
∆H reaksi = 3.78E+01
Komponen H in
Stream 2 Stream 6 Stream 7
N2 102781.7 0 178472.2
CO2 957373.1 0 1662520
C1 10688375 0 18548825
C2 452844.1 0 519465.8
C2H4 0 0 303504.4
C3 160649.7 0 278950.8
i-C4 7598.466 0 13203.81
n-C4 10797.89 0 18653.49
i-C5 -554.853 0 -859.182
n-C5 15757.88 0 26558.36
C6 22455.56 0 39635.77
C7+ 149866.5 0 260311.5
H2S 0 0 0
O2 0 2.263006 0
H2O 0 0 320798.9
Total 12567945 2.263006 22170041
∆H -9602094
Q = ∆H + ∆H reaksi = -9.60E+06
4. Heat Recovery
Fungsi : Untuk menurunkan suhu keluaran dari OCM reactor masuk ke PSA
Heat Recovery
Stream 7 Stream 9
Stream 8
Komponen H in H out
Stream 7 Stream 5
N2 15.94153 15.94153
CO2 0 0
C1 0 0
C2 0 0
C2H4 0 0
C3 0 0
i-C4 0 0
n-C4 0 0
i-C5 0 0
n-C5 0 0
C6 0 0
C7+ 0 0
H2S 0 0
O2 4.261782 0.213089
H2O 0 0
Total 20.20331 16.15462
Q 4.048693
Stream 11
Stream 9 Stream 12
Stream 10
Komponen H in H out
Stream Stream Stream
Stream 9 10 11 12
N2 101769 0 0 101741.2
CO2 223676.3 0 724021.7 223650.7
C1 10578518 0 0 10574594
C2 296140.1 0 0 296106.2
C2H4 173073.5 0 0 173020.6
C3 158967.4 0 0 158988
i-C4 7475.254 0 0 7508.923
n-C4 10615.11 0 0 10626.49
i-C5 -536.294 0 0 -505.395
n-C5 15117.61 0 0 15131.09
C6 22548.5 0 0 22577.29
C7+ 148036.5 0 0 148260.6
H2S 0 0 0 0
O2 0 0 0 0
H2O 0 182878.1 0 0
Total 11735401 182878.1 724021.7 11731700
Q -903199
6. De-Methanizer
Fungsi : Menghilangkan kandungan metana dan hasil metana bisa dijadikan byproduct
Stream 15
De-Methanizer
Stream 13 Stream 14
Komponen H in H out
Stream Stream Stream
13 14 15
N2 52913.4 0 19958.28
CO2 116289.3 16700.39 87705.91
C1 5500390 5115.99 1741289
C2 153963.2 154874.7 2905.208
C2H4 89988.43 64824.8 10419.28
C3 82638.23 85677.89 0
i-C4 3878.479 4030.765 0
n-C4 5515.912 5560.132 0
i-C5 -285.877 -298.473 0
n-C5 7856.156 8391.11 0
C6 11715.78 12009.16 0
C7+ 76908.95 80093.56 0
H2S 0 0 0
O2 0 0 0
H2O 0 0 0
Total 6101772 436980 1862278
Q 3802514
7. De- Ethanizer
Fungsi : Memisahkan kandungan etana dan etilen dari hidrokarbon berat (C3+) dan hasil
metana bisa dijadikan byproduct
Stream 17
De-Ethanizer
Stream 16
Stream 18
Komponen H in H out
Stream Stream Stream
16 17 18
N2 0 0 0
CO2 15721 14918.11 13086.66
C1 4816.079 4581.602 4006.005
C2 145792 136474.5 0
C2H4 61024.25 57883.2 50720.13
C3 80651.45 20.72795 0
i-C4 3792.725 0 0
n-C4 5233.473 0 0
i-C5 -282.459 0 0
n-C5 7898.263 0 0
C6 11303.4 0 0
C7+ 75384.89 0 0
H2S 0 0 0
O2 0 0 0
H2O 0 0
Total 411335.1 213878.1 67812.8
Q 129644.2
8. Ethylene Tower
Fungsi :Memisahkan etana dan etilen
Stream 21
Ethylene Tower
Stream 20
Stream 19
Komponen H in H out
Stream Stream Stream
19 20 21
N2 0 0 0
CO2 640731 -0.00945 0
C1 68467.15 0.052612 0
C2 0 0.96174 0.60916
C2H4 1521408 0.502779 7.97E-05
C3 0 0 0.000126
i-C4 0 0 0
n-C4 0 0 0
i-C5 0 0 0
n-C5 0 0 0
C6 0 0 0
C7+ 0 0 0
H2S 0 0 0
O2 0 0 0
H2O 0 0 0
Total 2230606 1.507681 0.609366
Q 2230604
9. Cooler
Komponen H in H out
Stream Stream
12 13
N2 101741.2 52913.4
CO2 223650.7 116289.3
C1 10574594 5500390
C2 296106.2 153963.2
C2H4 173020.6 89988.43
C3 158988 82638.23
i-C4 7508.923 3878.479
n-C4 10626.49 5515.912
i-C5 -505.395 -285.877
n-C5 15131.09 7856.156
C6 22577.29 11715.78
C7+ 148260.6 76908.95
H2S 0 0
O2 0 0
H2O 0 0
Total 11731700 6101772
Q 5629928
Komponen H in H out
Stream Stream
14 16
N2 0 0
CO2 16700.39 15721
C1 5115.99 4816.079
C2 154874.7 145792
C2H4 64824.8 61024.25
C3 85677.89 80651.45
i-C4 4030.765 3792.725
n-C4 5560.132 5233.473
i-C5 -298.473 -282.459
n-C5 8391.11 7898.263
C6 12009.16 11303.4
C7+ 80093.56 75384.89
H2S 0 0
O2 0 0
H2O 0 0
Total 436980 411335.1
Q 25644.89
Komponen H in H out
Stream Stream
17 19
N2 0 0
CO2 14918.11 640731
C1 4581.602 68467.15
C2 136474.5 0
C2H4 57883.2 1521408
C3 20.72795 0
i-C4 0 0
n-C4 0 0
i-C5 0 0
n-C5 0 0
C6 0 0
C7+ 0 0
H2S 0 0
O2 0 0
H2O 0
Total 213878.1 2230606
-
Q 2016728