MAKALAH
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Teknik Kimia
Disusun Oleh :
201725016
2017
1. Latar belakang
Kota Cirebon merupakan kota di bagian timur jawa barat yang memiliki banyak sumber
daya alam, salah satunya adalah batu kapur. Keberadaan gunung batu kapur dimanfaatkan oleh
warga sekitar sebagai bahan baku untuk pembuatan kerajinan dari batu kapur, dan juga
ditambang sebagai bahan bangunan. Di sekitar daerah tersebut juga terdapat pabrik semen
yang memanfaatkan gunung batu kapur sebagai salah satu bahan bakunya.
Batu kapur yang mengandung senyawa limestone (CaCO3) dapat juga diproses menjadi
produk Precipitated Calcium Carbonate (PCC). Dewasa ini serbuk PCC (Precipitated Calcium
Carbonate) sudah dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti: kesehatan, makanan, dan
industri. Pada bidang industri, serbuk CaCO3 dimanfaatkan dalam pembuatan kertas, plastik,
mantel, tinta, cat, dan pipa polimer. Serbuk CaCO3 dengan kualitas khusus dikembangkan
sebagai bahan campuran kosmetik, bahan bioaktif, hingga suplemen nutrisi. Kalsium karbonat
diolah dengan dua cara sehingga dikenal dengan nama GCC (Ground Calcium Carbonate) yang
dibuat secara mekanik atau hanya melalui tumbukan dan PCC (Precipitated Calcium Carbonate)
yang dibuat dengan cara pengendapan. Secara umum, kalsium karbonat presipitat mempunyai
kualitas yang lebih tinggi sehingga digunakan untuk industri-industri seperti makanan dan
farmasi
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai kajian teknologi terhadap pemanfaatan alternatif sumber daya alam berupa
batu kapur.
2. Untuk mengetahui teknologi proses pemanfaatan batu kapur menjadi precipitated
kalsium karbonat menggunakan metode karbonasi.
3. Untuk mengetahui alat- alat proses yang digunakan untuk mengolah batu kapur menjadi
precipitated calcium carbonate.
4. Untuk mengetahui analisa ekonomi dari perancangan pabrik precipitated calcium
carbonate menggunakan metode karbonasi dengan kapasitas produksi 5000 ton/tahun.
3. Pembahasan
1. Proses Pembuatan PCC dengan Metode Karbonasi
CaO kering kemudian dihidrasi (slaking) dengan air pada temperatur 30-50oC untuk
menghasilkan slurry Ca(OH)2.
Slurry terdiri dari kalsium hidroksida tak terlarut, ion kalsium (Ca2+) dan ion hidroksida
(OH-). Sebelum karbonasi, slurry disaring untuk memisahkan pengotor yang berasal dari batu
kapur. Slurry kemudian diumpankan pada reaktor tiga fasa tangki berpengaduk untuk
direaksikan dengan gas CO2. Reaktor ini dapat beroperasi secara atmosferis maupun
bertekanan.Temperatur yang digunakan pada proses karbonasi 70o C dengan konversi 95 %.
2. Uraian Proses
Proses pembuatan PCC dengan metode karbonasi terdiri dari tiga tahap, yaitu kalsinasi,
slaking, dan karbonasi.
a. Kalsinasi
Pada tahap kalsinasi, batu kapur yang telah dihancurkan dan diayak dibakar di dalam
lime kiln. Di dalam kiln terjadi dekomposisi (kalsinasi) batu kapur menjadi kalsium oksida dan
karbon dioksida. Kalsinasi dapat berlangsung pada temperatur 825-1500oC.
Kiln yang digunakan pada tahap kalsinasi ini adalah jenis rotary kiln. Rotary kiln
merupakan kiln yang paling umum, berbentuk silinder panjang, dimana di dalamnya limestone
dan gas pembakar bertemu secara counter current. Tahap kalsinasi ini berlangsung sekitar 1
jam. Selain untuk mendekomposisi batu kapur menjadi CaO dan CO2, kalsinasi juga berfungsi
untuk menghilangkan bahan organik yang terdapat dalam batu kapur.
b. Slaking
Kalsium oksida kering yang diperoleh dari proses kalsinasi kemudian dihidrasi (slaking)
dengan air pada temperatur 30-50oC untuk menghasilkan slurry Ca(OH)2. Produksi slurry ini
diawali dengan mengangkut lime (CaO) menuju sebuah slaker tank yang dilengkapi dengan
high shear mixing agitator setelah ditambahkan air pada temperatur yang diinginkan sehingga
diperoleh kandungan Ca(OH)2 sebesar 5-70% berat. Reaksi yang terjadi:
Slurry yang terbentuk terdiri dari kalsium hidroksida tak larut, ion kalsium (Ca2+) dan ion
hidroksida (OH-). Konsentrasi ion kalsium dalam slurry bergantung pada batas kelarutan
pelarut, yaitu menurun seiring kenaikan temperatur. Sebelum memasuki tahap karbonasi,
slurry disaring untuk menghilangkan pengotor yang berasal dari batu kapur.
c. Karbonasi
Slurry dari tahap slaking yang telah disaring kemudian diumpankan pada reaktor tiga
fasa tangki berpengaduk. Reaktor ini dapat dioperasikan pada kondisi atmosferis maupun
bertekanan. Di dalam reaktor ini kalsium hidroksida direaksikan dengan gas karbon dioksida.
Ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan perubahan sifat
permukaan kalsium karbonat dapat diatur dengan mengendalikan temperatur reaksi, tekanan
parsial karbon dioksida, laju alir karbon dioksida, konsentrasi slurry dan kecepatan agitator.
Sumber gas CO2 untuk tahap karbonasi biasanya berasal dari pembangkit energi,
recovery kiln, atau lime kiln. Gas tersebut didinginkan dan di-scrub sebelum dikompres ke
dalam reaktor karbonasi. Selama penggelembunganmelewati slurry, gas CO2 terlarut dalam air.
Di dalam reaktor, mula-mula slurry memiliki pH 12 atau lebih, tetapi kemudian menurun selama
reaksi berlangsung, terus menurun sehingga berada pada kesetimbangan pH 8 ± 1. Dengan
menggunakan reaktor bertekanan, laju reaksi keseluruhan lebih besar bila dibandingkan
dengan reaktor atmosferis karena kelarutan karbon dioksida lebih tinggi bila tekanan dinaikkan.
Tekanan yang disarankan untuk reaktor karbonasi adalah 2-3 bar.
4. Analisa Ekonomi
Cy = Cy (Ix/Iy)
Keterangan:
2. Harga alat untuk jenis yang sama dengan kapasitas berbeda dapat
Cb = Ca (b/a) 0.6
Keterangan:
Untuk indeks harga Tahun 2001 adalah 394.3 dan pada tahun 2017 adalah 776.8.
Harga USD
No. Peralatan Kapasitas Jumlah
2001 2017
1 Raw Material Storage 500 m3 1 82,847.00 42,052.74
2 Product storage 500 m3 1 81,847.00 41,545.15
3 Belt Conveyer 6.1 m 2 1,600.00 812.15
4 Hopper A 2 m3 1 823.00 417.75
5 Hopper B 11 m3 1 2,288.85 1,161.81
6 Crusher 7931.8 kg/jam 1 1,700.00 862.91
7 Rotary Kiln 215 ton/day 1 317,052.00 160,934.09
8075
8 Blower A ft3/menit 1 4,638.00 2,354.23
3165
9 Blower B ft3/menit 1 2,644.05 1,342.11
10 Blower C 1264 1 1,524.38 773.77
ft3/menit
11 Screw conveyer 74 ft3/jam 1 4,500.00 2,284.18
12 Reaktor A 1663 Gal 1 21,000.00 10,659.50
13 Reaktor B 8690 Gal 1 56,636.42 28,748.38
14 Pompa A 0.745 kW 6 3,572.00 1,813.13
15 Pompa B 1.2 kW 6 4,754.74 2,413.48
16 Screen 24500 kg/jam 1 82,080.00 41,663.42
17 Cooler - 1 6,400.00 3,248.61
TOTAL USD 343,087
TOTAL IDR 4,460,136,380
No Utilitas Harga
1 Utilitas Air Rp750,450,000
2 Utilitas Boiler Rp390,287,300
3 Utilitas Pengolah Limbah Rp506,580,000
4 Tanki Rp809,708,000
Total Rp2,457,025,300
B. Capital Investment
FCI adalah biaya yang diperlukan untuk mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik secara fisik
(belum beroperasi). Fixed Capital Investment terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost).
Direct cost atau biaya langsung adalah biaya yang diperlukan untuk pembangunan pabrik.
Biaya ini meliputi :
Adalah biaya pembelian peralatan pabrik dari tempat pembelian sampai ke lokasi pabrik.
Biaya ini terdiri dari :
o Biaya transportasi sampai di pelabuhan = 10 % EC
= 10 % × Rp 6,917,161,680
= Rp 691,716,168
= 0,7 % × 6,917,161,680
= Rp. 48,420,132
o Transportasi ke lokasi = 5 % EC
= 5 % × Rp 6,917,161,680
= Rp 345,858,084
Pemasangan = 55 % PEC
o = 55 % × Rp 8,003,156,064
= Rp 4,401,735,835
Biaya total instrumentasi tergantung pada jumlah kontrol yang diperlukan dan sekitar 6 –
30 % dari harga total peralatan, diambil sebesar 30 %.
Instrumentasi = 30 % PEC
= 30 % × Rp 8,003,156,064
= Rp 2,400,946,819
Biaya Perpipaan (Piping Cost)
Meliputi biaya pekerja pembungkus pipa, valve, fitting, pipa, penyangga, dan lainnya yang
termasuk dalam pemancangan lengkap semua pipa yang digunakan secara langsung dalam
proses. Besarnya biaya perpipaan sekitar 10 – 80 % dari biaya peralatan, diambil 60 %.
Perpipaan = 80 % PEC
= 80% x Rp 8,003,156,064
= Rp. 6,402,524,851
Biaya untuk intalasi listrik meliputi pekerja instalasi utama dan material untuk daya dan
lampu, dengan penerangan gedung termasuk biaya servis. Besarnya sekitar 10 – 40 % dari
total biaya peralatan, diambil sebesar 40 %.
Listrik = 40 % PEC
= 40 % × Rp 8,003,156,064
= Rp 3,201,262,426
Biaya untuk desain kontruksi dan teknik, gambar, akuntansi, kontruksi dan biaya teknik,
travel, reproduksi, komunikasi, dan biaya kantor pusat. Besarnya sekitar 5 – 35 % dari biaya
langsung, diambil sebesar 15 %.
= 10 % × Rp 16,406,469,931
= Rp 1,640,646,993
Biaya Konstruksi (Contruction Cost)
Biaya ini bervariasi pada situasi yang berbeda-beda, namun dapat diperkirakan sekitar 6 –
30 % dari biaya langsung, diambil sebesar 15 %.
Konstruksi = 15 % DC
= 15 % × 16,406,469,931
= Rp 2,460,970,490
Faktor biaya tak terduga biasanya dilibatkan dalam estimasi investasi modal untuk
menjamin kejadian yang tak terduga, seperti badai, banjir, perubahan harga, perubahan desain
yang kecil, kesalahan dalam estimasi, dan biaya tak terduga lainnya. Biaya ini berkisar 5 – 15 %
dari total FCI, diambil sebesar 10 %.
= Rp 4,101,617,483 + 10 % FCI
Harga
Bahan Baku Kebutuhan (kg/jam) Rp/Kg Biaya Per Tahun
Batu Kapur 430 472 1,777,929,600.00
Direct Supervisory
Sejumlah supervisor langsung dan pekerja pencatat selalu diperlukan untuk operasi
manufaktur. Jumlah kebutuhan pegawai ini berhubungan erat dengan jumlah pekerja operasi,
kompleksitas operasi, dan standar kualitas produk. Besarnya biaya direct supervisory adalah 10
– 25 % OL, diambil sebesar 15 %.
Direct supervisory = 15 % × OL
DS = 15 % × 0,1 TPC
DS = 1,5 % TPC
DS = 0,015 TPC
Utilitas (Utilities)
Biaya untuk utilitas terdiri dari : biaya pengolahan air, biaya pembangkit steam, biaya
pembangkit listrik dan bahan bakar.
Estimasi Biaya Utilitas : Rp. 567,980,100
Perawatan = 10 % FCI
MR = 10 % × 22,786,763,793.33
MR = Rp 2,278,676,379
Operating Supplies
Dalam beberapa operasi manufaktur, persediaan macam-macam dibutuhkan untuk menjaga
fungsi proses secara efisien. Misalnya grafik, pelumas tes bahan kimia, penjagaan persediaan
dan lainnya. Biaya tahunan untuk tipe tersebut sekitar 0,5 – 1 % dari fixed capital investment,
diambil sebesar 1 %.
DEP = Rp 2,278,676,379
LT = Rp 911,470,551.73
Asuransi (Insurance)
Tingkat asuransi tergantung pada tipe proses yang terjadi/berlangsung pada operasi
manufaktur dan tingkat ketersediaan fasilitas kemanan atau perlindungan. Nilainya sekitar 0,4 –
1 % dari fixed capital investment.
Asuransi = 1 % FCI
ASURANSI = 1 % × Rp 22,786,763,793.33
ASURANSI = Rp 227,867,637.93
c. Plant Overhead
Merupakan biaya untuk keperluan seperti rumah sakit dan pelayanan kesehatan, perawatan
umum pabrik, pelayanan keselamatan, fasilitas rekreasi, pensiun, kontrol laboratorium,
pengepakan, perlindungan pabrik, fasilitas pengiriman dan penerimaan barang dan sebagainya.
Nilai plant overhead sekitar 50 – 70 % dari biaya total untuk tenaga operasi, supervise dan
perawatan.
2. General Expenses
Merupakan biaya umum yang termasuk dalam operasi perusahaan. Terdiri dari biaya
administrasi, biaya distribusi dan pemasaran, biaya riset dan pengembangan, serta biaya bunga.
d. Finance (Interest)
Bunga dipertimbangkan sebagai kompensasi yang dibayarkan untuk penggunaan modal yang
dipinjam. Tingkat bunga tahunan sebesar 0 – 10 % dari modal investasi total (total capital
investment).
Finance = 5 % × TCI
= 5 % × Rp 26,807,957,403.92
= Rp 1,340,397,870.20
General Expenses = administrative cost + distribution and selling cost + research and
development cost + financing (interest)
GE = (AC + DSC + RD + F)
GE = (5,094,000,000 + 0.1TPC + 0.05TPC + 1,340,397,870.20)
= Rp 11,832,328,361.12
𝑃𝑏
ROI before taxes = ROIb =𝑇𝐶𝐼 𝑥 100 %
= (14,790,410,451.40/ 26,807,957,403.92) x 100 %
= 55 %
𝑃𝑎
ROI After Taxes = ROIa = =𝑇𝐶𝐼 𝑥 100 %
= (11,832,328,361.12/26,807,957,403.92) x 100%
= 26,807,957,403.92/(14,790,410,451.40 + 2,278,676,379.00)
= 1.57 Tahun
= 26,807,957,403.92/(11,832,328,361.12+ 2,278,676,379.00)
Keterangan:
Fa = Biaya tetap per tahun (annual fixed expenses)
Ra = Biaya regulasi per tahun (annual regulated expenses)
Va = Biaya variabel per tahun (annual variable expenses)
Sa = Penjualan per tahun (annual sales expenses)
Diketahui :
Fa = Rp 3,418,014,569
Utilitas = Rp . 567,980,100
Va = Rp 2,345,909,700.00
BEP = 38 %
SDP = 23 %
SDP BEP
5. Kesimpulan
1. Sumber daya batu kapur di daerah Cirebon dapat dimanfaatkan menjadi produk berupa
PCC (Precipitated Calcium Carbonate) dan Ca(OH)2 Slurry dengan kapasitas 5000 ton per
tahun.
2. Perancangan pabrik PCC dari batu kapur dapat dikatakan layak untuk di laksanakan
dengan alas an perhitungan analisa ekonomi dengan hasil sebagai berikut :
a. Hasil penjualan produk mencapai Rp 38,688,154,560.00 per tahun
b. Total Production Cost (TPC) mencapai Rp. 23,897,744,108.60 per tahun
c. Laba Kotor sebelum pajak mencapai Rp 14,790,410,451.40 per tahun
d. Laba setelah pajak mencapai Rp 11,832,328,361.12 per tahun
e. ROI (Return of Investment) Sebelum pajak mencapai 55 %
f. ROI (Reurn of Investment) Setelah pajak mencapai 44%
g. POT (Pay Out Time) Sebelum pajak mencapai 1.57 tahun
h. POT (Pay Out Time) Setelah pajak mencapai 1.9 tahun
i. Hasil BEP (Break Event Point) mencapai 38%
j. Hasil SDP (Shut Down Point) mencapai 23%