PENDAHULUAN
1
2
Sejak tahun 1979, Pusri diberi tugas oleh pemerintah melaksanakan distribusi
dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai bentuk Pelaksanaan
Public Service obligation(PSO) untuk mendukung program pangan nasional
dengan memprioritaskan produksi dan pendistribusian pupuk bagi petani di
seluruh wilayah Indonesia.
Pada tahun 1985, operasi pabrik PUSRI-I dihentikan karena usia dan dinilai
tidak efisien lagi. Pada tahun 1990 pabrik PUSRI-I dirombak menjadi pabrik
PUSRI-IB oleh PT. Rekayasa Industri dengan menggunakan teknologi Advanced
Cost and Energy Savings (ACES). PUSRI-IB diresmikan pada tanggal 22
Desember 1994 oleh Presiden Soeharto. PUSRI-IB menggunakan sistem kendali
komputer Disributed Control System. Pabrik PUSRI-IB ini dibangun dengan
kapasitas terpasang 570,000 ton urea per tahun. Dalam rangka meningkatkan
efisiensi pabrik pada tahun 1992 dilakukan program Ammonia Optimization
Project (AOP) dan Urea Optimization Program (UOP) dalam upaya optimasi
produksi pada PUSRI-II, PUSRI-III dan PUSRI-IV.Dengan optimasi tersebut,
produksi amonia PUSRI-II, III, dan IV mengalami peningkatan sebesar 10%
sedangkan produksi urea meningkat sebesar 50% dengan penghematan gas alam
sebanyak 30%. Total kapasitas keempat pabrik yang dimilikiPT. Pupuk Sriwidjaja
Palembangadalah sebesar 1.449 juta ton amoniak/tahun atau 4542 MTPD
amoniak, dan 2.262 juta ton urea/tahun atau 1725 MTPD urea.
6. PT. Mega Eltra (berdiri 1970), yang berkedudukan di Jakarta dengan bidang
usaha utamanya adalah Perdagangan Umum dan bergerak dalam bidang
layanan ekspor-impor, pemasok bahan kimia, distributor pupuk, serta
konstruksi.
Namun, pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja disingkat PT. PUSRI (Persero) kepada
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan
4
Sejak tanggal 18 April 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan PT.
Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan
pupuk yang baru, menggantikan nama PT. PUSRI (persero). Hingga kini PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk dagang Pusri.
3. Tenaga Kerja
Lokasi Pabrik berdekatan dengan kota Palembang menjamin terdapatnya
jumlah tenaga kerja yang besar dan berkualitas, baik untuk tenaga kerja tingkat
menengah serta tenaga kerja tingkat ahli.
4. Sarana Transportasi
Fasilitas untuk pengiriman produk Pabrik PUSRI setelah melalui jalur
darat didukung juga dengan adanya suatu dermaga yang terdapat dipinggiran
Sungai Musi. Distribusi pupuk urea dilakukan lewat kapal baik itu pupuk bentuk
curah (bulk) maupun pupuk kantong (in bag).
Luas tanah yang dipergunakan untuk lokasi pabrik adalah 20,4732 hektar
sedangkan luas tanah untuk perumahan karyawan 26,5265 hektar. Di samping itu
sebagai lokasi cadangan disiapkan 41,7965 hektar yang dimaksudkan untuk
persediaan perluasan kompleks pabrik dan perumahan karyawan bila diperlukan
dikemudian hari.
Sumbe
r: PT. PUSRI, 2014
9
Keterangan:
1. Direktur produksi
2. Direktur keuangan dan pemasaran
3. Direktur Teknik dan Pengembangan
4. Direktur SDM dan umum
Bagan Struktur Organisasi PT. PUSRI yang ditentukan oleh dewan direksi,
yaitu:
1. Departemen Operasi I
2. Departemen Operasi II
11
a. Bagian Ammonia
b. Bagian Urea
c. Bagian Utilitas
d. Shift Supervisor
Setiap bagian dikepalai oleh Kepala Bagian yang dibantu langsung oleh
seorang wakil kepala bagian yang membawahi langsung:
Pada day shift, Kepala Bagian bertanggung jawab atas operasi pabrik yang
dipimpinnya sedangkan untuk swing shift dan night shift, seorang Supervisor yang
bertanggung jawab atas pabrik selama shift berlangsung. Bagan Struktur
Organisasi PT Pupuk Sriwidjaja dapat dilihat pada Gambar 4.
1.3.2 Sistem Manajemen Produksi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Sumber: PT. PUSRI, 2014
13
a. Dinas Proses
Dinas ini bertugas untuk mengevaluasi efisiensi dan performa pabrik serta
mengendalikan kualitas bahan baku pembantu untuk operasional pabrik. Dinas ini
mempunyai dua koordinator, yaitu:
b. Dinas laboratorium
Dinas ini bertugas dalam analisa kontrol serta menentukan dan mengawasi
kualitas produk dan bahan baku. Dinas laboratorium mempunyai 3 orang kepala
bagian, yaitu:
1. Bagian pengendalian
pencemaran
2. Bagian pengendalian lingkungan hidup
c. Dinas kebakaran dan keselamatan kerja
Terdiri atas:
1. Bagian penanggulangan
kebakaran dan kecelakaan kerja
2. Kelompok teknik keselamatan kerja
3. Bagian hygiene dan pemeriksaan kesehatan
d. Dinas administrasi umum dan keuangan produksi
Terdiri atas:
1. Bagian pengantongan
pupuk urea (PPU)
2. Bagian Ekspedisi dan
Dermaga Khusus (DerSus)
18
1.4 Pemasaran
21
22
1. Tidak berwarna
2. Tidak berbau
3. Mudah terbakar
4. Merupakan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 60-90% hidrokarbon
ringan dan hidrokarbon berat serta gas pengotor /inert.
2. Air
Pada pabrik amonia, air digunakan sebagai air umpan boiler (boiler feed
water) dan air pendingin (cooling water). Kebutuhan air umpan boiler dan air
pendingin tersebut masing-masing adalah 4,97 m3/jam dan 0,9 MT/MT NH3.
Kebutuhan kedua jenis air tersebut disediakan oleh unit utilitas. Bahan baku air ini
berasal dari Sungai Musi, yang lokasinya berdekatan dengan PT PUSRI. Jumlah
air Sungai Musi yang digunakan di unit utilitas sebanyak 2000 m3/jam.
Karakteristik dan komposisi air sungai Musi yang diproses di unit utilitas
disajikan pada Tabel 3.
23
Adapun sifat fisika dan kimia dari air dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel4. Sifat-Sifat Fisik Air
No Sifat Nilai
1. Titik didih 100°C
2. Titik beku 0°C
3. Temperatur Kritis 347°C
4. Tekanan kritis 218,4 atm
5. Densitas kritis 324 kg/m3
6. Viskositas pada 200°C 0,01002 Poise
7. Panas laten peleburan 80 kal/gr
Sumber : Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 1996
3. Udara
Udara pada pabrik Pusri digunakan sebagai udara instrumen dan udara
proses. Udara proses digunakan sebagai sumber gas nitrogen dalam pembuatan
amonia. Udara instrumen digunakan untuk keperluan seperti aerasi, udara
campuran dan lainnya. Udara diperoleh dari lingkungan sekitar pabrik. Komposisi
udara yang diambil dari alam disajikan pada Tabel 5.
Jumlah udara instrumen yang digunakan untuk unit amonia sebanyak 5,33
Nm3/jam. Udara instrumen yang diambil dari udara bebas dengan kompresor
memiliki spesifikasi seperti disajikan pada Tabel 6.
gas tersebut adalah 67 kg/cm2G dan 177oC. Jumlah gas hidrogen yang digunakan
adalah sebanyak 1301,44 Nm3/jam.
2. Katalis
Katalis pada pabrik PUSRI hanya digunakan pada pabrik ammonia karena
pada pabrik urea tidak memerlukan katalis dalam reaksinya. Jenis katalis yang
digunakan pada pabrik amonia dapat dilihat pada Tabel7.
1. Sifat Fisik
Adapun sifat fisik dari ammonia dapat dilihat pada Tabel 9.
No Sifat Nilai
o
1 Titik Didih -33,4 C
2 Titik Beku -77,70 oC
3 Temperatur Kritis 133,25 oC
4 Tekanan Kritis 1657 psi
5 Tekanan Uap Cairan 8,5 atm
6 Spesifik Volume pada 70oC 22,7 ft3/lb
7 Spesifik Gravity pada 0oC 0,77
8 Panas Pembekuan pada 1oC -9,37 kkal/mol
Panas Pembekuan pada 25oC -11,04 kkal/mol
9 Kelarutan dalam air pada 1 atm (% berat)
0 oC 42,80
20 oC 33,10
60 oC 14,10
10 Panas spesifik pada 1 atm
0 oC 0,5009
20 oC 0,5317
60 oC 0,5029
Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book. 1996
2. Sifat Kimia
a. Pada suhu kamar (25 oC, 1 atm), ammonia merupakan gas tidak
berwarna yang mempunyai bau tajam (Pringent).
b. Lebih ringan dari udara.
c. Sangat mudah larut dalam air (710 volume NH3 larut dalam 1 volume
air).
d. Apabila terhirup dapat menimbulkan air mata, dalam jumlah yang besar
dapat menyebabkan sesak nafas (Suffocation).
27
2. Gas CO2
Spesifikasi gas karbon dioksida (CO2) yang digunakan pada pabrik urea
disajikan pada Tabel 10.
2. Air Demin
Spesifikasi air demin yang digunakan disajikan pada Tabel 13.
3. Air Pendingin
Spesifikasi cooling water yang digunakan disajikan pada Tabel 14.
4. Udara Instrumen
Spesifikasi air pendingin yang digunakan disajikan pada Tabel 15.
6. Nitrogen
30
7. Listrik
a. Motor
di atas 1500 kW : 3,8 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
di atas 110 kW-1500 kW : 2,3 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
antara 0.5 kW-110 kW : 440 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
di bawah 0.5 kW : 115 atau 250 , 1 fasa dan frekuensi 50 Hz.
Atau 440 kv, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
b. Penerangan
spesifikasinya 220 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz
c. Sistem Pengontrol
spesifikasinya 110 V, tegangan AC.
d. Instrumentasi
spesifikasinya 110 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz.
ammonia converter. Kedua, sebagai bahan bakar (fuel) untuk arch burner,
auxilary boiler dan untuk keperluan produksi steam bertekanan tinggi. Blok
Diagram pada Feed Treating dapat dilihat pada Gambar 6.
...(1)
yaitu unit primary reformer dan unit secondary reformer yang dapat dilihat pada
Gambar 7.
Steam
Udara
a. PrimaryReformer
Sebelum masuk ke primary reformer, campuran gas dijenuhkan terlebih
dahulu dengan menyemprotkan hot condensat. Gas proses yang telah jenuh
bercampur dengan steam selanjutnya akan diumpankan ke unit primary reforming
radiant sectiondengan steam to carbonratio sekitar 3,2 untuk dihasilkan gas
sintesis. Primary reformer ini terdiri atas 4 buah baris dengan masing-masing
baris berisi 56 tabung berkatalis nickel oksida. Reaksi steam reforming ini terjadi
pada temperatur 780-820 oC dan secara keseluruhan bersifat endotermis, sehingga
diperlukan pasokan panas dari luar. Panas untuk reaksi tersebut diperoleh dari
hasil pembakaran gas alam dengan Arch Burner yang terletak di daerah radiant
section. Udara yang diperlukan untuk pembakaran dipasok dari Forced Draft (FD)
37
Fan. Sedangkan, flue gas hasil pembakaran dihisap dengan Induced Draft (ID)
Fan dan mengalir di terowongan yang menghubungkan antara radiant section
dengan convection section. Panas yang terbawa gas buang akan ditransfer ke coil
atau heater untuk:
b. SecondaryReformer
Untuk menyempurnakan reaksi steam reforming (pemecahan gas metana
menjadi CO, CO2 dan H2) diperlukan proses lanjutan di secondary reformer. Gas
yang telah mengalami reforming sebagian di primary reformer akan masuk ke
secondary reformer dengan melewati jacket transfer line. Temperatur masuk ke
secondary reformer sekitar 824 oC. Aliran gas ini akan bertemu dengan campuran
steam dan udara di ruang bakar. Sebelum masuk ke secondary reformer, tekanan
dan temperatur udara dinaikkan. Udara ditekan dalam 3 tingkat dan antar tingkat
terdapat pendinginan sehingga air yang terbawa udara akan mengembun dan dapat
dipisahkan. Setelah itu, udara akan dipanaskan di combustion air preheater dan
diumpankan ke secondary reformer.
Reaksi di secondary reformer berlangsung pada temperatur yang lebih
o
tinggi daripada di primary reformer, yaitu sekitar 900-1200 C. Secara
keseluruhan reaksi bersifat endotermis, sehingga memerlukan panas dan
kebutuhan panas untuk berlangsungnya reaksi reforming tersebut dipasok sendiri
dari panas hasil reaksi hidrogen (dari aliran gas) dengan oksigen (dari aliran
udara).Oksigen untuk keperluan reaksi tersebut berasal dari udara yang
diinjeksikan dari discharge compressor. Jumlah udara yang diinjeksikan ke dalam
secondary reformer diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh perbandingan
komposisi H2/N2 yang tertentu dalam gas yang akan dimasukkan ke dalam
ammonia converter (biasanya perbandingan komposisi H2/N2 sekitar 3,0).
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2H2 + O2 ⇌ 2H2O + Q ..................................... (8)
CH4 + H2O ⇌ 3H2 + CO -
Q
39
..................................... (9)
..................................... (10)
Reaksi ini menggunakan katalis nickel untuk mempercepat laju reaksi dan
meningkatkan perolehan produk.
Parameter proses dalam secondary reformer adalah hasil reaksi dari
secondary reformer diharapkan memilki kadar methane leak maksimal 0,34 %
mol. Gas proses keluaran secondary reformer memiliki temperatur yang tinggi
(sekitar 1000 oC) sehingga panas yang terbawa gas proses ini dimanfaatkan di dua
unit steam generator untuk menghasilkan superheated steam. Gas proses yang
temperaturnya telah menurun selanjutnya diumpankan ke High Temperature Shift
Converter.
a. Metanasi
Proses purifikasi yang terjadi pada tahap shift conversion dan CO2removal
tidak berlangsung sempurna sehingga masih terdapat gas CO maupun CO 2 sisa
dalam jumlah kecil. Walaupun demikian, kandungan CO dan CO 2 dalam jumlah
kecil ini dapat merusak katalis di Ammonia Converter. Untuk itu, CO dan CO2
44
Ruang anulus antara silinder catalyst basket dan high pressure shell
merupakan celah untuk gas pendingin shell. Sebagian besar gas umpan dialirkan
melalui HCV melewati anulus dan masuk ke tube side HE untuk dipanaskan
dengan gas panas yang keluar dari unggun pertama. Sedangkan sebagian gas
umpan lainnya dialirkan melalui HIC dengan mem-bypass HE. Aliran gas umpan
yang kedua ini berfungsi untuk mengendalikan temperatur gas proses yang masuk
ke unggun pertama. Gabungan gas sintesa mengalir ke bawah melalui katalis besi.
Gas yang telah sebagian bereaksi mengalir melalui grid supporting catalyst dan
masuk ke ruang antara unggun bawah dengan basket wall.
Reaksi yang berlangsung di dalam Ammonia converter ini hanya
menghasilkan perolehan produk amonia sebesar 17 % mol. Oleh karena itu, untuk
48
mendapatkan hasil yang banyak, gas yang belum bereaksi di-recycle secara terus-
menerus agar bisa bereaksi kembali. Produk NH3 yang diperoleh berwujud gas
dengan temperatur relatif tinggi (sekitar 450 oC), sehingga panas yang terbawa
produk dimanfaatkan untuk mengolah BFW dan memanaskan gas proses yang
akan masuk ke ammonia converter. Setelah itu, produk amonia akan diolah di
bagian refrigeration system untuk diolah menjadi produk amonia cair yang jauh
lebih murni. Sedangkan gas-gas yang tidak bereaksi/ inert (seperti CH4, Ar, dan
gas lainnya) dibuang secara kontinyu supaya tidak terjadi akumulasi yang dapat
mengganggu proses pada ammonia converter. Gas yang dibuang ini akan diolah
di bagian recovery unit untuk diambil gas-gas yang masih potensial untuk
dimanfaatkan.
(Purge Gas Recovery Unit - PGRU) dan Low Pressure Purge Gas dikirim ke
Primary Reformer sebagai bahan bakar. Produk Amonia (hot product) dikirim ke
Pabrik Urea sebagai bahan baku pembuatan urea dan sisanya (cold product)
dikirim Tangki Penyimpan Amonia (NH3 Storage).
1. Cryogenic proses, yang ada di PGRU P-IV; ARU dan HRU pada PUSRI I-
B
2. Membran proses, di PGRU P-III
Pada unit PGRU ini, purge gas yang memiliki komposisi design H2: 61,1 %
mol, N2: 20,2 % mol, Ar: 3,79 % mol, CH 4: 12,78 % mol dan NH3: 2,13 % mol
diolah dengan proses tersebut diatas menjadi produk sebagai berikut:
mengambil kembali NH3 yang ikut terbawa di dalam purge gas dari syn-loops dan
purge gas dari refrigeration system.
Akumulasi gas-gas inert yang terpisah dari amonia dibuang (purge) dalam
dua tahap, yaitu high pressure purge gas yang dikirim ke hydrogen recovery
unit(HRU) sebagai bahan baku dan low pressure purge gas yang sudah diambil
kandungan amonianya dikirim ke primary reformer sebagai tambahan bahan
bakar.
Produk amonia (hot product) dikirim ke Pabrik Urea sebagai bahan baku
pembuatan urea dan sisanya (cold product) dikirim ke tangki penyimpan amonia
(NH3 Storage) dan ke chiller.
4. Seksi recovery
5. Seksi pengolahan kondensat proses
Garis besar proses produksi urea pada PUSRI-IV dapat dilihat pada Gambar
10.
Dehidrasi
NH2COONH4 ⇌ NH2CONH2 + H2O H = +3,6 kkal/mol … (19)
Selama reaksi berlangsung, jika temperatur operasi telah mencapai
temperatur 190 oC dan tekanan 175 kg/cm2 maka digunakan perbandingan H2O
terhadap CO2 adalah sebesar 0.46, sedangkan perbandingan NH3 terhadap CO2
adalah 4, sehingga akan dicapai waktu tinggal selama 36 menit dan konversi
reaksi sebesar 70%. Setelah mencapai konversi CO2 sebesar 70 %, larutan urea
dari dalam reaktor akan mengalir melalui pipa bagian bawah reaktor dan masuk
ke stripper (2-DA-101) secara gravitasi, laju aliran urea ke stripper diatur untuk
menjaga level larutan dalam reaktor tetap konstan. Batasan level reaktor dijaga
pada angka satu meter diatas garis over flow reaktor untuk menghindari aliran
balik gas CO2 dari stripper ke reaktor.
Stripper berfungsi sebagai pemisah kelebihan NH 3 dan menguraikan
amonium karbamat yang tidak terkonversi di larutan sintesis urea melalui
pemanasan yang menggunakan kukus dan CO2stripping pada tekanan operasi
yang sama. Selama proses dekomposisi, hidrolisis urea menjadi faktor yang perlu
diperhatikan. Reaksi hidrolisis urea adalah sebagai berikut:
yang keluar dari bawah crystallizer mengandung 30-35% berat kristal urea. Jaket
air bertemperatur tinggi digunakan pada bejana crysrtallizer dan pipa untuk
menghindari terjadinya pembekuan kristal urea pada bejana atau pipa. Air panas
disirkulasikan melalui pompa dari tangki melalui absorber tekanan tinggi, dan
pemanas awal (preheater) amonia. Slurry disirkulasikan dari bagian bawah
crystallizer dengan menggunakan pompa sirkulasi.
Vacuum concentrator dioperasikan pada tekanan 72,5 mmHg dan
temperatur 60 oC. Kondisi ini dipilih untuk menghindari pembentukan biuret yang
berlangsung pada temperatur tinggi (di atas 90oC). Air diuapkan dan larutan urea
yang super jenuh turun ke bawah. Kristal urea yang terbentuk tumbuh menjadi
besar karena adanya kontak dengan larutan urea yang super jenuh. Panas untuk
menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea yang baru masuk, panas
kristalisasi urea, dan panas yang diambil dari sirkulasi bubur urea ke absorber
bertekanan tinggi. Crystallizer dioperasikan pada tekanan atmosfer dan temperatur
60oC.
Kristal-kristal urea dengan kadar air sekitar 1,9 % dimasukkan ke pengering
terfluidakan. Pengering terfluidakan (fluidized dryer) berfungsi untuk
mengeringkan kristal urea hingga kandungannya kurang dari 0,2% dengan udara
panas lalu masuk ke menara pembutir. Udara untuk pengering terfluidakan
diambil dari forced fan for dryer yang dipanaskan dalam air heater for dryer.
Temperatur udara di aliran masuk tidak boleh lebih dari 120 °C karena dapat
melelehkan kristal urea. Larutan induk yang dipisahkan oleh prethickener dan
centrifuge mengalir ke bawah, masuk ke tangki mother liquor, dipanasi dengan
kukus pemanas melalui tube untuk menghindari kristalisasi, dan dikirim kembali
ke line discharge pompa sirkulasi crystallizer.
Kristal urea kering dikirim ke menara pembutir melalui pipa pneumatic.
Menara pembutir (prilling tower) berfungsi sebagai tempat pembentukan butiran
(prill) urea. Lebih dari 99,8 % kristal urea dikumpulkan di siklon. Tepung Urea
dari Centrifuge sebelum ke Melter di Prilling Tower terlebih dahulu di panasi
dengan udara panas yang ditiupkan dan diisap ke atas. Setiba di Melter, tepung
Urea yang 99,68 % dilelehkan memakai Steam Low pada temperatur 138 oC.
55
Sistem ini didesain dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga temperatur lelehan
urea sedikit diatas titik leleh urea (132,7 oC) dengan tujuan untuk menjaga
pembentukan biuret seminimal mungkin dan menjaga waktu tinggal sekecil
mungkin. Kukus tekanan rendah (5 kg/cm2G) dialirkan ke melter sebagai
pemanasnya.
Lelehan urea dari head tank didistribusikan secara merata ke distributor lalu
turun ke bawah berbentuk hujan dalam menara pembutir. Ketika lelehan urea
turun dari menara pembutir, dari bagian bawah ditiup dengan udara sehingga
hujan urea tersebut membeku (dalam bentuk butiran) selama perjalanan turun ke
bawah. Prill Urea yang terbentuk turun ke bawah melalui belt conveyor yang
berjalan ke PPU (Gudang Pupuk) sebagai produk Urea.
3. Seksi Recovery
Seksi recovery berfungsi untuk menyerap sisa gas CO2 dan NH3 yang keluar
dari unit dekomposisi dengan menggunakan air dan larutan urea di dalam
absorber. Selanjutnya, larutan ini di daur ulang ke reaktor urea. Peralatan utama
di seksi Recovery meliputi High Pressure Absorber (HPA) dan Low Pressure
Absorber (LPA). Sedangkan peralatan lain yang digunakan meliputi washing
column, pompa absorber tekanan tinggi, carbamate boost-up pump, tangki larutan
karbamat dan pompa larutan karbamat.
Proses yang terjadi adalah gas CO2 dan NH3 dari HPD masuk ke HPA B
(bawah), dimana sekitar 70 % gas tersebut akan terserap, sedangkan sisanya akan
terserap di HPA A (atas) dan Washing Column. Media penyerap di Washing
Column berasal dari LPA dan Mother Liquor, sedangkan Media pendingin
meliputi Urea dari Crystallizer; Cold Water dan Hot Water. Sementara itu, gas
CO2 dan NH3 yang berasal dari LPD masuk ke LPA, kemudian diserap dengan
larutan karbamat encer, urea dan air.
2.3 Produk
Pupuk urea dan amoniak merupakan produk utama yang dihasilkan PT.
PUSRI. Selain itu, dihasilkan pula produk samping berupa karbon dioksida cair,
dry ice, nitrogen cair, gas nitrogen, oksigen cair dan gas oksigen.
Tabel 21. Produksi Tahunan Amonia dan Urea PT. PUSRI (dalam MT/year)
Spesifikasi Urea yang dihasilkan oleh PT. PUSRI Palembang dapat dilihat
dari Tabel22.Sedangkan spesifikasi dari Amoniak yang dihasilkan di pabrik
amoniak PT. PUSRI Palembang dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini.
57
2.4 Utilitas
Dalam suatu pabrik kimia unit penunjang/utilitas merupakan unit pendukung
yang bertugas mempersiapkan kebutuhan operasional pabrik ammonia dan urea,
khusunya yang berkaitan dengan penyediaan dalam bahan baku dan bahan
pembantu. Selain itu juga menerima buangan dari pabrik ammonia dan urea untuk
diolah sehingga dapat dimanfaatkan lagi atau dibuang agar tidak mengganggu
lingkungan.
Unit utilitas di PT. Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) khususnya pada Dinas
Operasi P-IV terdiri dari:
1. Water Treatment Plant
2. Demineralized Water Treatment
3. Cooling Tower
4. Plant Air dan Instrument Air
5. Steam System
6. Electric Power Generation System (EPGS)
7. Pusri Effluent Treatment (PET)
8. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Sungai musi merupakan sumber utama air yang sering digunakan oleh PT.
PUSRI. Namun, sebelum digunakan air tersebut harus mengalami beberapa
perlakuan agar memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Water Treatment Plant
adalah pabrik yang mengolah air sungai menjadi bersih (filtered water). Proses
pengolahan pada Water Treatment meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan
filtrasi. Air bersih (filtered water) yang dihasilkan digunakan untuk make-up
cooling water, bahan baku demin water, air minum dan service water. Blok
diagram water treatment dapat dilihat pada Gambar 11.
Secara garis besar persyaratan air yang dipakai di pabrik utilitas untuk
Water Treatment adalah sebagai berikut:
1. Bahan Baku (Air Sungai)
Spesifikasi bahan baku air sungai Musi dapat dilihat pada Tabel 24.
2. Air Filter
Kualitas air filter yang diinginkan dari proses ini adalah:
1. pH antara 6,5-7,5
2. Turbidity lebih kecil dari 3 ppm
3. Total kation kurang dari 50 ppm equivalent CaCO3
4. Warna maksimum 20 ppm
5. Residual clhorine konsentrasinya harus positif an kurang dari 0,5 ppm.
61
penghilangan bau/warna. Dari CF, air mengalir ke cation exchanger yang diisi
resin cation yang akan mengikat cation dan melepaskan ion H+. Selanjutnya air
mengalir ke anion exchanger dimana anion dalam air bertukar dengan ion OH -dari
resin anion.
Air demin kemudian disimpan ditangki penyimpanan (demin water storage).
Setiap periode tertentu, resin yang dioperasikan untuk pelayanan (service) akan
mengalami kejenuhan dan tidak mampu mengikat cation/anion secara optimal,
pengaktifan kembali dengan cara regenerasi. Regenerasi resin dilakukan dengan
proses kebalikan dari operasi service. Resin cation diregenerasi menggunakan
larutan H2SO4, sedangkan resin anion menggunakan larutan NaOH.
Water Demineralizer Unit dapat dilihat pada Gambar 12.
a. Cooling Tower
b. Basin
c. ID Fan
d. Pompa sirkulasi air pendingin
e. Sistem injeksi bahan kimia
Pada pabrik utilitas PUSRI-1B tipe cooling toweryang digunakan adalah
aliran lawan arah jujut mekanis (counter flow – mechanical draft) sedangkan pada
PUSRI II, PUSRI III, dan PUSRI IV tipe cooling tower yang digunakan adalah
aliran silang jujut mekanis (crossflow – mechanical draft).
Proses pendinginan di cooling tower yang telah menyerap panas proses
pabrik dialirkan kembali ke cooling tower untuk didinginkan. Air dialirkan
kebagian atas cooling tower kemudian dijatuhkan ke bawah dan akan kontak
langsung dengan aliran udara yang dihisap oleh Induced Draft (ID) Fan. Akibat
kontak dengan aliran udara terjadi proses pengambilan panas dari air oleh udara
64
dan juga terjadi proses penguapan sebagian air dengan melepas panas laten yang
akan mendingikan air yang jatuh ke bawah.
Air yang telah menjadi dingin tersebut dapat ditampung di Basin dan dapat
dipergunakan kembali sebagai cooling tower. Pada proses pendinginan di cooling
tower sebagian air akan menguap dengan mengambil panas laten. Oleh karena itu
harus ditambahkan air make-up dari Water Treatment Plant. Fasilitas pada cooling
water Departement Operasi Pusri IV dapat dilihat pada Gambar 13.
di heater atau reboiler, media stripping. Alat pembangkit steam disebut boiler.
Bahan baku pembuatan steam adalah air bebas mineral (air demin).
Steam yang dihasilkan di pabrik utilitas terdiri dari dua jenis sebagai
berikut:
1. Tekanan : 42 kg/cm2
2. Temperatur : 3900C
3. Dihasilkan dari boiler (WHB dan P, Boiler)
b. Steam tekanan rendah (low steam) dengan spesifikasi:
1. Tekanan : 3,5 kg/cm2
2. Temperatur : 1500C
Peralatan penghasil steam adalah boiler. Boiler pada PT. PUSRI khsuusnya
di pabrik utilitas PUSRI-1V terdiri dari dua macam, yaitu:
Waste Heat Boiler (WHB) dan Packed Boiler (PB). Diagram proses waste heat
boiler dan Packed Boiler (PB) dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16.
sungai, penanganan limbah yang kurang baik akan mencemari air Sungai Musi
yang merupakan sumber air bagi masyarakat Palembang dan sekitarnya. Diagram
Pengolahan Limbah PT Pusri dapat dilihat pada Gambar 18.
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik yang ada di PT. PUSRI dapat
digolongkan menjadi 3 jenis menurut fasanya yakni limbah cair, gas dan padat.
Limbah padat meliputi katalis bekas yang sudah tidak terpakai lagi dan sampah
70
PT. PUSRI memiliki 2 train sistem pengolahan limbah cair tertutup. Proses
pengolahan limbah cair dengan PET diawali dengan masuknya limbah dari
collecting pit ke separator minyak untuk dipisahkan kandungan minyaknya.
Limbah yang relatif bersih dari minyak (kandungan minyaknya < 5 ppm)
kemudian keluar dari separator menuju ke buffer tank untuk disimpan sementara.
Selanjutnya, limbah akan dikirm ke hydrolizer-stripper dengan terlebih dahulu
melewati preheater.
Unit hydrolizer berupa sebuah kolom yang terbagi menjadi 2 bagian secara
vertikal dimana satu sisi terdapat sieve tray sedangkan sisi yang lainnya kosong.
Pada kedua sisi tersebut, diinjeksikan kukus. Limbah pada buffer tank kemudian
dialirkan ke bagian bawah hydrolizer sisi sieve tray sambil diinjeksikan kukus (42
72
kg/cm2). Larutan akan menguap dan kandungan urea yang ada pada larutan akan
terhidrolisis menjadi menjadi CO2 dan NH3 pada temperatur 210 oC dan tekanan
24 kg/cm2G. Selanjutnya, gas NH3 dan CO2 keluar dari bagian atas kolom
hydrolizer, sedangkan uap larutan akan mengembun pada bagian atas kolom dan
jatuh ke bawah. Cairan ini akan melewati sieve tray dimana merupakan tempat
terjadinya kontak antara cairan dengan uap larutan yang naik ke atas atau dengan
kukus yang naik ke atas pada sisi kolom lainnya.
Larutan dengan kadar urea dan amonia yang rendah akan terkumpul pada
bagian bawah sisi kolom yang kosong untuk kemudian dipompakan ke kolom
stripper. Larutan dari hydrolizer dimasukkan ke unit stripper pada bagian atas
bersama dengan larutan reflux dan dari bagian bawah diinjeksikan kukus
bertekanan rendah (7 kg/cm2, 170 oC) yang naik keatas bersama-sama dengan gas
keluaran hydrolizer yang masuk ke stripper pada ¼ bagian atas. Tekanan dan
temperatur dijaga pada 6 kg/cm2G dan 140 oC. Kolom stripper ini berisi tray-tray
untuk memperluas bidang kontak. Sisa karbamat dan amonia diharapkan sudah
terhidrolisis dan teruapkan seluruhnya ketika larutan mencapai bagian bawah
stripper. Larutan ini kemudian didinginkan dan ditampung pada tangki treated
effluent water. Kandungan urea, amonia dan minyak pada treated water masing-
masing 0 ppm, < 5 ppm, dan 0 ppm. Selanjutnya, treated water didinginkan
dengan air pendingin sehingga temperaturnya turun menjadi 40 oC dan siap diolah
kembali di unit pengolahan limbah secara biologis. Gas-gas yang keluar dari
bagian atas stripper kemudian didinginkan dan ditampung dalam sebuah tangki.
Fasa cair hasil pendinginan tersebut dimasukkan kembali ke dalam stripper
sebagai larutan reflux. Sedangkan fasa gasnya (off gas) tidak terkondensasi dan
mengandung NH3 dan CO2 yang dikirim ke absorberpada tekanan rendah di
pabrik urea. Air hasil olahan dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan
domestik maupun dijual keluar. Unit hydrolizer-stripper dapat mengolah limbah
dengan beban 100 m3/ jam.
73
Air limbah yang masih mengandung ammonia akan masuk ke bak MPAL.
Bak ini berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan air bukan limbah seperti
air hujan dan air dari water treatment. Air limbah ini dialirkan dari sumbernya
secara gravitasi dengan sistem tertutup (melalui pipa) menuju bak MPAL. Uap
ammonia dari emergency pond akan diserap oleh air di unit scrubber, dan air
hasil penyerapan diolah di hydrolizer stripper.
Sistem penanganan limbah terbuka merupakan sistem penanganan limbah
cair yang menggunakan saluran-saluran terbuka/ elokan yang terdapat di areal
pabrik. Limbah cair jenis ini dihasilkan dari air buangan pencucian alat, blow
74
down, kondensat keluaran steam trap dan limbah rumah tangga pabrik. Selain itu,
tidak tertutup kemungkinan pula adanya limbah-limbah dengan kandungan urea,
minyak, dan amonia tinggi yang seharusnya diolah secara tertutup. amun karena
suatu hal, limbah ini mengalir ke pengolahan limbah sistem terbuka. Sistem ini
juga mengolah treated water hasil olahan PET.
Sistem terbuka memanfaatkan parit-parit yang telah disediakan yang
bermuara pada 2 jalur utama (main sewer). Dua jalur utama tersebut kemudian
mengalir ke kolam limbah (biological pond). Dalam pengolahan sistem terbuka,
kandungan minyak yang ada sebisa mungkin dikurangi sejak awal karena bila
masuk ke kolam limbah sehingga dapat mengurangi keefektifan pengolahan
dengan kolam limbah itu sendiri. Untuk itu, pada beberapa saluran dalam pabrik
dipasang oil skimmer atau alat penangkap minyak. Minyak yang telah berhasil
ditangkap oleh unit ini kemudian ditampung dalam tong untuk selanjutnya
disimpan di bangsal B3. Minyak-minyak ini secara rutin dibeli oleh produsen oli
untuk diregenerasi kembali.
c. Kolam Limbah
Sistem kolam limbah menerapkan proses pengolahan limbah secara
biologis. Proses yang terjadi adalah:
Perubahan/konversi subtansi halus yang tidak mengendap atau larut menjadi
flok biologi.
Penghilangan kebutuhan oksigen biokimia (Biological Oxygen Demand/
BOD) dari limbah oleh bakteri pereduksi BOD.
Konversi amonia dan senyawa lainnya yang mengandung nitrogen menjadi
nitrat oleh bakteri nitrifikasi (seperti nitrosomonas).
Kolam limbah dibagi menjadi enam kolam kecil (6 biological pond). Dari
enam kolam kecil tersebut 2 buah dicadangkan untuk menampung flow limbah
bila tiba-tiba melonjak sedangkan 4 buah lainnya dalam keadaan beroperasi.
Empat kolam tersebut terdiri dari tangki pre-sedimentasi, tangki sedimentasi,
tangki aerasi dan kolam darurat (emergency pond).
75
Proses yang terjadi dalam kolam limbah adalah kontak antara air limbah
yang masuk dengan lumpur biologi yang sudah terbentuk di tangki aerasi yang
mengandung oksigen yang cukup. Kemudian, terjadi pemisahan cairan dan
padatan dimana padatan akan mengendap dan cairan akan dikeluarkan. Lumpur
yang terakumulasi di bak akan digunakan untuk proses biologi berikutnya.
d. Thickener
Lumpur dari kolam limbah dialirkan dengan pompa lumpur menuju ke
thickener dimana konsentrasi dan kepekatan lumpur akan bertambah melalui
proses penghilangan air. Pemekatan lumpur berlangsung dalam sludge blanket
melalui tekanan gravitasi dan pelepasan kandungan air akibat pengadukan lumpur
secara kontinyu. Lumpur dikentalkan dari 0,75 %-berat padatan menjadi 4 %-
berat padatan pada lapisan bawah. Lumpur pekat kemudian di tampung di
penampungan lumpur (sludge reservoir).
e. Filter Press
Lumpur pekat (thickener)di penampungan lumpur dikirim ke filter preas
untuk dipekatkan lagi dan dihilangkan kadar airnya hingga menjadi ampas
padatan (cake). Larutan polimer dari tangki polimer diinjeksikan ke aliran lumpur
umpan filter press. Penambahan polimer bertujuan untuk memperbaiki spesifikasi
ampas filter dengan kandungan padatan 40 %-berat.
daerah green barrier milik PT. PUSRI. Adapun untuk sampah domestik, PT.
PUSRI menyerahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga.
C. Penanganan Limbah Gas
Limbah gas dari PT. PUSRI berasal dari popping uap amonia dari tangki
amonia, sistem perpipaan dan bejana bertekanan, debu urea yang lepas dari
menara pembutir dan kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik.
Amoniak memang merupakan unsur pencemar gas yang paling dominan di
PT. PUSRI karena fasanya yang berupa gas pada tekanan atmosfer dan baunya
yang sangat menyengat dan mengganggu, serta berbahaya (mudah terbakar).
Untuk mengatasi hal ini PT. PUSRI telah melakukan pembangunan Purge Gas
Recovery Unit (PGRU), memasang scrubber pada vent dan membuat green
barrier.
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Mengukur nilai pH dan menghitung kadar Ammonia pada Unit Equalisasi,
Stripper dan Heat Exchanger di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang
77
78
PT. Pupuk Sriwidjaja dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan kerja praktek
karena PT. Pupuk Sriwidjaja merupakan salah satu perusahaan industri tempat
penerapan ilmu biologi dalam bidang teknologi.
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di Provinsi Sumatera
Selatan, Indonesia dengan panjang sungai sekitar 750 km dan merupakan sungai
yang terpanjang di Pulau Sumatera. Hingga kini pun Sungai Musi masih menjadi
alternatif jalur transportasi ke daerah tertentu dan untuk kepentingan tertentu.
Beberapa industri yang ada di sepanjang aliran sungai Musi juga memanfaatkan
keberadaan Sungai Musi ini. Perairan umum di Sumatera Selatan memiliki luas
sekitar 2,5 juta hektar, meliputi sungai, danau/waduk, rawa, dan perairan
tergenang lainnya (Anonim 2007:1).
Penurunan kualitas air Sungai Musi dan anak-anak Sungai Musi ini juga
diakibatkan aktivitas industri di sepanjang DAS Musi yang mengeluarkan limbah
cair maupun limbah padat. Di DAS Musi kawasan kota Palembang sendiri
memiliki 386 industri yang berpotensi mencemari Sungai Musi, untuk itu harus
adanya pemantauan maupun bioindikator terhadap pencemaran suatu perairan
(Pahlevi 2008:3).
Beberapa cara dilakukan untuk menurunkan kadar ammonia yang tinggi
yang dihasilkan dari limbah cair di PT. Pupuk Sriwidjaja salah satunya adalah
diolah di instalasi pengolahan air limbah yang dikenal Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). IPAL terdiri dari Unit Kolam Equalisasi, Emergency Pond, 3
(tiga) Unit Stripper, Heat Exchanger (HE), Wetland, dan Kolam Aerasi.
Standar kadar ammonia yang boleh dibuang ke Sungai Musi adalah
sebesar 1 ppm. Pada penelitian ini akan dianalisa kadar ammonia yang terkandung
di dalam limbah cair PT. Pupuk Sriwidjaja yang berlokasi di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) pada Unit Kolam Equalisasi, Unit Stripper dan Unit Heat
Exchanger (HE) . Dengan dilakukannya penelitian ini dapat diketahui besarnya
kadar ammonia dalam limbah cair tersebut yang dilakukan dengan metode
spectrophotometer dan upaya penanggulangan penurunan kadar ammonia dan
guna mengurangi tingkat toksisitas.
3.3 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah :
79
3.4 Manfaat
1. Dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang dapat
meningkatan kadar ammonia dalam limbah cair di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL).
2. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang industri kimia serta
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dibangku perkuliahan untuk
pengamatan lapangan.
3. Memberikan informasi mengenai bahaya dari kadar ammonia yang terlalu
tinggi terhadap lingkungan terutama di Sungai Musi.
3.6.1 Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industry maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
80
1. Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah
padat bersifat kering ,tidak dapat berpindah kecuali ada yang
memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran,
potongan kayu, sobekan kertas, sampah plastic, dan logam.
2. Limbah cair, limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair
terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair
adalah air bekas mencuci pakaian,air bekas pencelupan warna pakaian, dan
sebagainya.
3. Limbah gas, limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas.
Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak
sehingga penyebarannya sangat luas.contoh limbah gas adalah buangan yang
berbahaya bagi lingkungan.
1) Sifat Fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya
sifat fisik yang mudah terlihat. Adanya sifat fisik yang penting adalah kandungan
zat padat sebagai estetika, kejernihan, bau, warna, dan temperatur (Hammer
1975 :89).
2) Sifat Biologi
81
3) Sifat Kimia
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam limbah cair dapat merugikan
lingkungan melalui beberapa cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan
oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap
pada penyediaan air bersih. Selain itu dapat berbahaya apabila bahan tersebut
merupakan bahan yang beracun (Parker 1975:342).
Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang menjadi parameter yang perlu
diperhatikan dalam limbah cair. Dalam limbah cair itu senyawa nitrogen dapat
terurai menjadi ammonia bebas, NH4, NH3, nitrit, dan urea.
3.6.4 Ammonia
3.6.3.1 Deskripsi
mikrobiologi melalui proses nitrifikasi hingga nitrit NO-2 dan nitrat NO-3 sesuai
dengan reaksi dibawah ini
Sifat ammonia sendiri salah satunya akan terbentuk gas pada pH 11-11,5
kemudian dilepas ke atmosfer pada kondisi tepat :
NH4 NH3 + H+
Ammonia merupakan salah satu bahan pencemar pada limbah urea, hal ini
ditandai dengan timbulnya bau busuk yang menyengat setelah beberapa hari
pembuangan limbah. Ammonia akan menghasilkan bau yang kurang sedap.
Ammonia juga dapat meningkatkan pertumbuhan alga dan tumbuhan air lainnya.
Konsentrasi ammonia dapat ditentukan dengan mengukur absorbansi limbah cair
yang ditambah reagen Nessler menggunakan spektrofotometer UV-Vis
3. Sifat Fisik
Adapun sifat fisik dari ammonia dapat dilihat pada tabel berikut:
No Sifat Nilai
o
1. Titik Didih -33,4 C
2. Titik Beku -77,70 oC
84
4. Sifat Kimia
a) Pada suhu kamar (25 oC, 1 atm), ammonia merupakan gas tidak berwarna
yang mempunyai bau tajam (Pringent).
b) Lebih ringan dari udara.
c) Sangat mudah larut dalam air (710 volume NH3 larut dalam 1 volume air).
d) Apabila terhirup dapat menimbulkan air mata, dalam jumlah yang besar
dapat menyebabkan sesak nafas (Suffocation).
3.6.4 Sistem Pengolahan Limbah Cair pada Unit Kolam Equalisasi, Unit
Stripper dan Unit Heat Exchanger
Unit Equalisasi, Unit Stripper dan Unit Heat Exchanger (HE) merupakan
salah satu bagian dari sistem pengolahan limbah cair di PT Pupuk Sriwidjaja yaitu
Instalasi Pengolaham Air Limbah (IPAL). Objek dari proyek IPAL ini adalah
untuk menyempurnakan kualitas limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan.
Latar belakang pelaksanaan Proyek IPAL adalah untuk melaksanakan peraturan
Pemerintah mengenai ketentuan Baku Mutu Limbah Cair sesuai dengan ketentuan
Menteri Negara Lingkungan Hidup serta kesepakatan program kali bersih
(PROKASIH) Sungai Musi yang telah ditanda tangani oleh Direksi PT Pupuk
85
Bak MPAL terdapat pada pabrik urea yang berfungsi memisahkan air limbah
dengan air bukan limbah seperti air hujan dan air dari water treatment. Air limbah
dari sumbernya dialirkan secara gravitasi dengan sistem tertutup melalui pipa
menuju Bak MPAL yang selanjutnya dipompakan ke Bak Equalisasi dan unit
IPAL.
3.6.5.4 Scrubber
ini maka diperlukan pompa sebagai alat penghubung untuk mengalirkan limbah
cair ke unit selanjutnya dengan tekanan tertentu.
a. EQ
Merupakan titik pengambilan sampel limbah cair yang berasal dari
Unit kolam equalisasi. Serta merupakan hasil pengumpulan limbah
cair dari MPAL Pusri II, III, dan IV yang ditampung terlebih dahulu.
b. STP
Merupakan titik pengambilan sampel limbah cair dan merupakan
outlet stripper yang telah mengalami pengolahan di unit stripper.
c. Heat Exchanger
Sampel ini berasal dari oulet Stripper dimana akan keluar pada outlet
Heat Exchanger (HE).
88
3. Labu ukuran 50 ml
4. Pipet ukur 1 ml
5. Alat Spectrophotometer
6. Bulb karet
2. Air demin
3. Nessler
Cara kerja:
89
3. Siapkan 6 buah labu ukur 50 ml yang sebelumnya telah diisi sedikit air
demin.
3.7.2.2 Pengukuran pH
1. Diambil 100 ml contoh air, dimasukkan ke dalam beaker gelas 100 ml.
2. Dibilas Elektroda dengan air demin.
3. Diukur nilai pH dengan pH meter.
4. Dicatat nilai pH dalam log book.
5. Diulangi untuk sampel yang lainnya.
90
1.8 Pembahasan
3.8.1 Uraian Proses Pengolahan Limbah Cair di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
Steam yang digunakan pada alat stripper 1, 2, dan 3 adalah jenis Low
Steam dengan suhu ±200oC dan tekanan 3,5 kg/cm2, sehingga ammonia dapat
terlepas dari kandungan air limbah dalam bentuk gas yang keluar dari bagian top
stripper, sedangkan bagian cairnya keluar dari bagian bottom stripper dan
terakumulasi didalam KO Drum. KO Drum (Knock Out Drum) berfungsi untuk
menstabilkan tinggi permukaan air limbah pada stripper sehingga tidak
mengalami guncangan pada saat proses pengolahan berlangsung. Apabila terjadi
guncangan maka kerja pompa tidak efektif.
MPAL
Kolam
Equalisasi
92
Wet Land
0.12
0.1
f(x) = 2.04x - 0
R² = 1
0.08
Absorbansi
0.06
kurva kalibrasi amonia
Linear (kurva kalibrasi
0.04 amonia)
0.02
0
0.010.010.020.020.030.030.040.040.050.050.06
Konsentrasi
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat diketahui nilai pH dan
kadar Ammonia pada Tabel 3.1, 3.2, dan 3.3.
- Unit Stripper
Kadar ammonia yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah tertinggi
pada unit stripper 1 yaitu pada tanggal 07 Agustus 2015 sebesar 607,83 mg/l
dengan pH 8,7 dan yang terendah yaitu pada tanggal 03 Agustus 2015 sebesar
382,34 mg/l dengan pH 8,4.
mg/l dengan pH 9,7 dan yang terendah yaitu pada tanggal 06 Agustus 2015
sebesar 6960,70 mg/l dengan pH 9,5.
- Unit Stripper
Kadar ammonia yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah
tertinggi pada unit stripper 1 yaitu pada tanggal 05 Agustus 2015 sebesar 598,03
mg/l dengan pH 8,5 dan yang terendah yaitu pada tanggal 03 Agustus 2015
sebesar 392,15 mg/l dengan pH 8,4.
15666,47−382,34
Efektifitas Kerja = x 100
15666,47
= 97,55 %
Tabel 3.5 Efektifitas kerja pengolahan limbah cair pada pengurangan kadar
ammonia di Unit Equalisasi dan Unit Stripper 1 (%) pada sampel pagi.
Dari Tabel 3.5 didapatkan grafik efektifitas kerja pengolahan limbah cair
pada pengurangan kadar ammonia di Unit Equalisasi dan Unit Stripper pada
sampel pagi, dapat dilihat pada Gambar 21.
97
Efektiftas Kerja (%)
96
95
Efektifitas
94 Ammonia (pagi)
93
92
91
03-Aug-15 04-Aug-15 05-Aug-15 06-Aug-15 07-Aug-15
16774,30−392,15
Efektifitas Kerja = x 100
16774,30
= 97,66 %
98
Tabel 3.6 Efektifitas kerja pengolahan limbah cair pada pengurangan kadar
ammonia di Unit Equalisasi dan Unit Stripper 1 (%) pada sampel siang.
Dari Tabel 3.7 didapatkan grafik efektifitas kerja pengolahan limbah cair
pada pengurangan kadar ammonia di Unit Equalisasi dan Unit Stripper 1 pada
sampel siang, dapat dilihat pada Gambar 22.
97
Efektiftas Kerja (%)
96
Efektifitas Ammonia (siang)
95
94
93
92
03-Aug-1504-Aug-1505-Aug-1506-Aug-1507-Aug-15
Besar kecilnya kadar Ammonia hasil pengolahan limbah pada titik sample
di unit kolam equalisasi dan unit stripper tergantung pada limbah yang dihasilkan
dari pabrik Pusri II, Pusri III, Pusri IV yang dialir kan melalui masing-masing
Minimisasi Pemisahan Air Limbah (MPAL) yang kemudian ditampung di unit
kolam equalisasi yang berada di IPAL. Semakin besar limbah yang dihasilkan
maka semakin besar pula kadar Ammonia yang dihasilkan.
Kadar ammonia mengalami penurunan sangat jauh terlihat dari kadar yang
didapat pada tabel. Hal ini di karenakan ammonia telah mengalami pelepasan
setelah dilakukan proses pengolahan stripping di unit stripper. Penurunan juga
terjadi pada pH setelah melewati proses stripping tersebut, pH pada unit equalisasi
tinggi (basa) dikarenakan kadar ammonia masih tinggi sehingga OH- juga tinggi.
Pada saat setelah dilakukan proses stripping di unit stripper kadar ammonia turun
dan menyebabkan OH- juga turun. Hal tersebut merupakan keberhasilan kerja dari
unit stripper dalam mengurangi kadar ammonia didalam limbah cair, terlihat
dalam persentase efektifitas kerja alat yang hampir mendekati 99,99 %.
3.9.1 Kesimpulan
1. Kandungan utama dari limbah cair industri pupuk urea adalah senyawa
nitrogen, yang apabila dibuang langsung ke badan air tentu akan menimbulkan
gangguan, kerusakan dan bahaya serta mempengaruhi ekosistem, oleh sebab
itu, PT.Pupuk Srwidjaja Palembang berupaya untuk melakukan treatment
terhadap limbah yang dihasilkannya.
100
4. Unit Kolam Equalisasi dan Unit Stripper merupakan suatu rangkaian peralatan
untuk memproses limbah cair terutama NH3 dan urea sehingga pencemaran
yang mungkin ditimbulkan limbah cair tersebut dapat meminimalkan sekecil
mungkin, agar tidak mencemari lingkungan pada saat dibuang ke lingkungan
perairan.
5. Besar kecilnya kadar Ammonia dan Urea hasil pengolahan limbah pada titik
sample di unit kolam equalisasi dan unit stripper tergantung pada limbah yang
dihasilkan dari pabrik Pusri II, Pusri III, Pusri IV. Semakin besar limbah yang
dihasilkan maka semakin besar pula kadar Ammonia yang dihasilkan.
Saran yang dapat diberikan penulis untuk proses pengelolaan limbah cair
pada Unit Kolam Equalisasi, Unit Stripper dan Unit Heat Exchanger (HE)
khususnya, serta pengelolaan limbah cair secara umum yang dilaksanakan oleh
PT.Pupuk Sriwidjaja sebagai berikut:
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Aryandika, Noviani, dkk. 2010. Evaluasi Hasil Analisa Kadar Ammonia dan
Urea dalam Limbah Cair Pabrik Pusri IV dan IB. Palembang: PT.Pupuk
Sriwidjaja.
HTTP://pengelolaanlimbah.wordpress.com/category/a-pengertian-limbah/.
Diakses 14 Agustus 2014
LAMPIRAN