Anda di halaman 1dari 30

DRYING

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“LEACHING”

OLEH :

Nama / NPM : 1. Yahya Ardian Y.P / 17031010001


2. Salsabila Amanda P / 17031010025
Pararel / Grup :A/C
Tanggal Percobaan : 18 September 2019

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I1


LEACHING

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA II

“LEACHING”

Grup C :
1. Yahya Ardian Y.P. (17031010001)
2. Salsabila Amanda P. (17031010025)

Telah Diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia II Dosen Pembimbing

( Ir. Ketut Sumada, MS ) ( Dr. Ir. Srie Muljani, MT )


NIP 19620118 198803 1 001 NIP 19611112 198903 2 001

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 2


LEACHING

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi operasi teknik
kimia II ini dengan judul “Leaching”.
Laporan resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah operasi teknik
kimia II yang telah kami lakukan berdasarkan percobaan, dengan melakukan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dan literatur serta
petunjuk dari asistem pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 18 September
2019 di laboratorium operasi teknik kimia II.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik dari sarana, prasarana, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Ketut Sumada, MS selaku kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
2. Dr. Ir. Srie Muljani, MT selaku dosen pembimbing.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, maka kami selalu mengharapkan kritik dan saran seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam praktikum yang kami lakukan. Tentunya
kami sangat berharap laporan yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 23 September 2019

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 3


LEACHING

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
DAFTAR ISI……………...……………………………………………….…..…..4
DAFTAR TABEL ...................................................................................................5
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................6
INTISARI……………………….......…………………………………………......7
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 8
I.2 Tujuan Percobaan ..................................................................................... 8
I.3 Manfaat Percobaan ................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum...........................................................................................9
II.2 Sifat Bahan.............................................................................................14
II.3 Hipotesis ................................................................................................ 15
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan.................................................................................................... 16
III.2 Alat ....................................................................................................... 16
III.3 Gambar Alat ......................................................................................... 16
III.4 Rangkaian Alat ..................................................................................... 17
III.5 Prosedur................................................................................................ 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Perhitungan ................................................................................. 18
IV.2 Grafik .................................................................................................. 19

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


LEACHING

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Pengamatan………………………………………………(18)

Tabel 2 Perhitungan Kurva Underflow………………………………....(18)

Tabel 3 Perhitungan % Recovery………………………………………(19)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


LEACHING

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Hubungan Waktu Ekstraksi dengan Minyak yang Terekstrak…(19)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


LEACHING

INTISARI

Leaching atau biasa disebut sebagai ekstraksi padat-cair merupakan salah satu
dari banyak operasi pemisahan. Secara istilah ekstraksi padat-cair merupakan salah
satu peristiwa pemisahan suatu komponen yang berada didalam fase padat dengan
mempergunakan fase cair (pelarut). Tujuan dari percobaan leaching antara lain
yang pertama untuk member pemaha
man tentang proses ekstraksi. Untuk mengetahui faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap proses ekstraksi. Dan untuk menentukan jumlah stage
(tahapan) yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi.
Adapun prosedur dalam percobaan ini yang pertama menyiapkan bahan lalu
dihaluskan kemudian ditimbang dengan berat tertentu. Lalu masukkan ke dalam
beaker glass dan tambahkan pelarut. Tutup rapat – rapat agar pelarut tidak menguap.
Kemudian lakukan proses ekstraksi. Selanjutnya, lakukan pemisahan pelarut dan
minyak. Tentukan volume minyak. Dan yang terakhir, lakukan ekstraksi kembali
bahan yang telah diekstraksi dan tentukan volume minyaknya.
Hasil pada percobaan leaching didapatkan persen recovery sebesar
25.9369% pada menit 70 dan 55 % pada menit 80 serta 62% pada menit 90 dan
pada menit 100 sebesar 59.33%. Dari grafik, didapatkan dengan massa kemiri 62,5
gram dan pelarut n-hexane 250ml menghasilkan jumlah stage ideal sebanyak
6stage. Dan didapatkan kesimpulan yaitu semakin lama waktu ekstraksi, kadar
minyak dalam filtrate akan semakin tinggi pula

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


LEACHING

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Leaching atau biasa disebut sebagai ekstraksi padat-cair merupakan salah
satu dari banyak operasi pemisahan. Secara istilah ekstraksi padat-cair merupakan
salah satu peristiwa pemisahan suatu komponen yang berada didalam fase padat
dengan mempergunakan fase cair (pelarut). Komponen yang ter ekstrak larut
kedalam pelarut selanjutnya dilakukan pemisahan antara pelarut dengan komponen
yang terekstrak sehingga diperoleh komponen yang lebih murni. Proses ekstraksi
padat-cair dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu dengan berbagai jenis
peralatan (teknologi) yang dipergunakan. Beberapa faktor yang berpengaruh pada
proses ekstraksi padat-cair antara lain yakni ukuran butiran fase padat, jenis pelarut
(solvent), waktu kontak, dan jenis teknologi yang digunakan. Percobaan ekstraksi
merupakan cara untuk mengetahui data-data yang dihasilkan yang nantinya
digunakan dalam dunia industry. Oleh karena itu percobaan ekstraksi penting untuk
dilakukan.

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui persen recovery proses ekstraksi padat cair secara teoritis
2. Untuk menetukan jumlah stage (tahapan) yang dibutuhkan dalam proses
ekstraksi
3. Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan zat terlarut terhadap jumlah
ekstrak yang didapat

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengaplikasikan teori leaching pada dunia industri
2. Agar praktikan dapat mengetahui proses perpindahan massa dalam
percobaan leaching
3. Agar praktikan dapat mengetahui prinsip dari proses leaching (ekstraksi
padat-cair

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


LEACHING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Leaching
Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari
suatu padatan maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi
padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solute) dari
suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan
menggunakan pelarut cair.
Proses yang terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan
difusi. Prinsip proses ekstraksi yaitu : pelarut ditransfer dari bulk menuju
kepermukaan. Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada
permuukaan padatan inert kedalam pori padatan. Zat terlarut (solute) yang ada
dalam padatan larut kedalam pelarut lalu karena adanya perbedaan konsentrasi.
Campuran solute dalam pelarut berdifusi keluar daripermukaan padatan inert.
Selanjutnya, zat terlarut (solute) keluar dari pori padatan inert dan bercampur
dengan pelarut yang ada pada luar padatan. (Prayudo, 2015)
II. 1. 1. Metode – Metode Leaching
Beberapa metode yang digunakan ekstraksi padat cair dibedakan menjadi :
a. Maserasi
Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang paling
sederhana, proses ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel pada
suhu kamar menggunakan pelarut yang sesuai sehingga dapat melarutkan
analit dalam sampel.
Kelebihan dari ekstraksi ini adalah alat dan cara yang digunakan sangat
sederhana, dapat digunakan untuk analit baik yang tahan pemanasan
maupun yang tidak. Sedangkan kelemahannya adalah menggunakan banyak
pelarut.
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang dilakukan
dengan jalan mengalirkan pelarut secara perlahan-lahan pada sampel dalam

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9


LEACHING

suatu petokator. Pada ekstraksi jenis ini, pelarut dalam akan ditambahkan
secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan
pelarut yang baru. Untuk memastikan bahwa semua analit telah terekstraksi
dengan sempurna dapat dilakukan uji dengan kromatgrafi lupis tipis (KLT)
atau spektrofotoometri UV.
c. Sokletasi
Sokletasi merupakan salah satu jenis ekstraksi menggunakan alat soklet.
Prinsipnya adalah ekstraksi dilakukan secara terus menerus menggunakan
pelarut yang relative sedikit. Bila ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat
diuapkan sehingga akan diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang digunakan
adalah pelarut-pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih
yang rendah. Peralatan yang digunakan dalam sokletasi terdiri dari
kondensor,soklet, labu destilat bulat dan pemanas.(Leba,2017)
II. 1.2. Pemilihan Jenis Pelarut
Pelarut yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dapat melarutkan zat minyak, lemak, asam lemak, dan lain-lain dengan
cepat dan sempurna.
2. Mempunyai titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan namun titik
didih pelarut tidak boleh terlalu rendah.
3. Pelarut tidak dapat larut dalam air kerena sifat pelarut yang non-polar.
4. Bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak.
5. Harga murah, tidak terbakar dengan mudah dan tidak beracun.
Waktu ekstraksi harus cukup agar pelarut dapat melarutkan solute sampai
mencapai kesetimbangan. Pada ekstraksi biji-bijian, efisiensi proses
leaching tergantung pada kontak cairan pelarut dan padatan yang
megandung solute yang digunakan untuk dipisahkan. Kecepatan leaching
menunjukan besarnya laju perpindahan solute dari satu fase ke fase lain.
(Estrada,2007)
II. 1. 3. Stage Ideal

Adapun dua jenis dari stage ideal :

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


LEACHING

a. Stage ideal untuk underflow bervarian


Ketika aliran underflow dan overflow bervariasi dari stage ke stage,
metode garis dapat digunakan untuk perhitungan. Titik terminal pada grafik
operasi ditentukan dengan menggunakan keseimbangan material (neraca
massa). Dengan asumsi jumlah underflow L diketahui sebagai fungsi
komposisi underflow, mulai perantara Vo dipilih untuk memperbaiki Ln
dan Vn+1 dihitung menggunakan persamaan. Jika ada perubahan L dan V
atau garis operasi sangat dekat dengan garis equiliburm maka hanya satu
titik yang perlu dihitung.
b. Stage ideal pada counter current leaching
Gambar dibawah ini menunjukan diagram neraca masaa untuk aliran
counter current yang kontinyu. Tahap-tahapannya diberi nomor menurut
arah aliran zat padat. Fase V adalah arah yang mengatur aliran dari satu
stage ke stage lainnya, dalam arah yang berlawanan dengan arah aliran zat
padat dan melarutkan zat terlarut saat berpindah dan stage N ke stage 1. Fase
L adalah zat padat yang mengalir dari stage 1 ke stage N. Zat padat
disiapkan meninggalkan stage N dari larutan pekat ke luar stage 1.

Gambar 1. Aliran Counter Current


Diumpamakan L adalah aliran zat cair yang terkandung dan V adalah
aliran larutan overflow, aliran V dan L dapat dinyatakan dalam massa
persatuan waktu atau didasarkan atas aliran tertentu, zat padat kering bebeas
zat terlarut. Selain itu sesuai dengan standart tecta, konsentrasi pada
terminal – terminal yaitu :
Larutan dalam zat padat masuk Xa
Larutan dalam zat padat keluar Xb
Pelarut segar masuk system Yb

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


LEACHING

Pelarut pekat keluar system Ya


Persamaan untuk garis operasi didapatkan dengan neraca massa yang
terdiri dari n untuk aliran pertama. Larutan total ialah :
Vn+1 + Lo = Vn + Ln …………..……………….(1)
Sedangkan untuk solute :
Vn + Yn+1 + Lo.Xo = Vo.Yo + Lo.Xn……………………. (2)
Penyelesaian untuk Yn+1 menghasilkan persamaan garis operasi, yang
tidak berbeda dari yang diturunkan :
𝐿𝑛 𝑉𝑛−𝑋𝑎−𝐿𝑜 𝑋𝑜
Yn+1 = (𝑉𝑛+1) Xn+1 …………………...…(3)
𝑉𝑛+1

Seperti biasanya, garis operasi melewati titik-titik yaitu (Xa,Ya) dan


𝐿
(Xo,Yo) dan jika laju alirnya konstan, slopenya (𝑉)

Keterangan notasi :
Yn+1 : fraksi zat terlarut dalam pelarut
Ln : laju alir zat yang tidak terrecovery (lbmol/jam)
Vn+1 : laju alir pelarut yang masuk (lbmol/jam)
Xn : fraksi zat yang tidak terrecovery
Vo : laju alir pelarut yang keluar (lbmol/jam)
Lo : laju alir zat pelarut yang masuk (lbmol/jam)
Ya : fraksi zat terlarut dalam pelarut yang keluar
Xa : fraksi zat yang terlarut masuk.
(Mc cabe, 1993)
II. 2. Faktor yang Mempengaruhi Leaching
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi adalah antara
lain sebagai berikut :
1. Temperature operasi
Semakin tinggi temperature, laju pelarutan zat terlarut oleh pelarut
semakin tinggi dan laju difusi pelarut kedalam serta keluar padatan semakin
tinggi pula.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


LEACHING

2. Waktu ekstraksi
Semakin lama waktu ekstraksi, semakin lama juga waktu konstan antara
pelarut dengan bahan padatan sehingga semakin banyak zat terlarut yang
terkandung didalam padatan yang terlarut didalam pelarut.
3. Ukuran, bentuk dan kondisi partikel padatan
Semakin kecil ukuran partikel berarti luas permukaan kontak antara
partikel dan pelarut semakin besar, sehingga waktu ekstraksi akan semakin
cepat.
4. Jenis pelarut
Pada proses ekstraksi banyak pilihan pelarut yang digunakan. Beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalammemilih pelarut adalah selektivitas,
kelarutan, kerapatan, titik didih, dan lain-lain. (Nasir, 2009)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


LEACHING

II.3 Sifat Bahan


A. Wijen
1. Angka Iod : 90,174
2. FFA (%) : 1,453
3. Angka penyabunan : 188,905
4. Kadar Air (%) : 0,206
5. Warna : Normal
6. Kandungan Minyak : 30-70 (%)
7. Viskositas : 390,250 cps
8. Fungsi : sebagai bahann yang diekstrak dalam
percobaan leaching
(Estrada, 2007)
B. n - hexane
a. Sifat Fisika
1. Fase : liquid
2. Densitas : 0,6548 gr/ml
3. Titik didih : 69°C
4. Titik leleh : -94°C
5. Warna : tidak berwarna
b. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : C6H14
2. Berat molekul : 86,18 gr/mol
3. Kelarutan : tidak larut dalam air
4. Viskositas : 0,294 cp pada 25°C
c. Fungsi : sebagai pelarut dalam percobaan leaching
(Perry, 1999)
1. Fungsi : sebagai bahann yang diekstrak dalam
percobaan leaching
(Sulistiowati, 2014)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


LEACHING

II.4 Hipotesa
Diharapkan pada percobaan ekstraksi semakin lama waktu yang diperlukan
maka komponen minyak yang terekstrak juga semakin banyak. Begitu pula dengan
luas permukaan partikel, semakin besar luas permukaan partikel, maka hasil
ekstraksi yang dihasilkan juga semakin besar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


LEACHING

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. Wijen
2. n – hexane

III.2 Alat
1. Beaker glass
2. Neraca analitik
3. Piknometer
4. Thermometer
5. Kertas saring
6. Magnetic stirrer

III.3 Gambar Alat

Kertas Beaker
saring Neraca Magnetic
analitik glass stirrer

Piknometer Thermometer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


LEACHING

III.3. 1 Rangkaian Alat

Keterangan :
1. Beaker glass
2. Magnetic Stirrer

III.5. Prosedur

Menyiapkan bahan

Dihaluskan kemudian di timbang dengan berat


tertentu

Masukkan kedalam beaker glass dan


tambahkan pelarut

Tutup rapat – rapat agar pelarut tidak menguap

Lakukan proses ekstraksi

Lakukan pemisahan pelarut dan minyak

Tentukan volume minyak

Lakukan ekstraksi kembali bahan yang telah


diekstraksi dan tentukan volume minyak

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


LEACHING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Perhitungan
Tabel 1. Perhitungan Kurva Underflow

UNDERFLOW

A/A+S A+S/B A/B S/B (A+B+S)/B S/(A+B+S)


A/(A+B+S)

0,1814 2,2369 0,4058 1,8311 3,2369 0,5657


0,1254

0,1470 2,4657 0,3624 2,1033 3,4657 0,6069


0,1046

0,1607 2,2862 0,3674 1,9188 3,2862 0,5839


0,1118

0,1382 2,2429 0,3100 1,9329 3,2429 0,5960


0,0956

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


LEACHING

Tabel 2. Perhitungan % Recovery


% RECOVERY
Massa Minyak Massa Minyak
t %
Mula - Mula Wijen yang
(menit) Recovery
(gr) Terekstrak (gr)
30 20 13,434 67,170
60 20 15 75
90 20 17,203 86,015
120 20 16,784 83,919

IV.3 Grafik

Hubungan Waktu (t) vs Minyak


20
Minyak yang Terkestrak (gr)

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (Menit)

Grafik 1. Hubungan Waktu Ekstraksi dengan Minyak yang Terekstrak


Berdasarkan grafik di atas pada suhu 30 menit didapatkan minyak wijen
yang terekstrak sebesar 13,434 gram, pada suhu 60 menit minyak wijen yang
terekstrak sebesar 15 gr, pada suhu 90 menit minyak yang terekstrak sebesar 17,203
gr, dan pada suhu 120 menit minyak yang terekstrak sebesar 16,784 gr. Hal ini telah
sesuai teori dimana semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak pula
minyak wijen yang ter ekstrak. Namun pada menit ke 120 mengalami penurunan
hasil minyak yang terekstrak, hal ini dikarenakan kesalah teknis pada percobaan
yaitu tumpahnya filtrat saat proses penyaringan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


LEACHING

Grafik 2. Jumlah stage ideal


Setelah percobaan dilakukan didapatkan data – data untuk menghitung
jumlah stage ideal untuk ekstraksi minyak wijen. Pembuatan stage dilakukan
dengan cara mengeplotkan titik-titik komponen, menarik garis y1 – x0 dan yn+1 –
xn sehingga berpotongan dan mendapatkan titik Δ, dari y1 ditarik garis ke titik 0
sehingga memotong garis underflow, dan menentukan stage berpusat dari titik Δ.
Didapatkan stage ideal dari grafik adalah 14 stage.

IV.4 Pembahasan
Pada percobaan leaching dilakukan untuk menentukan jumlah stage ideal
pada suatu kolom atau plate. Adapun bahan yang digunakan adalah wijen sebagai
solute dan n-hexane murni sebagai solven. Percobaan leaching kali ini dilakukan
dengan variasi waktu sebesar 30, 60, 90, dan 120 menit dengan massa awal wijen
sebesar 50 gram berukuran 30 mesh dan volume n-hexane yang digunakan sebesar
200 ml.
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data pengamatan berupa
waktu ekstrak (t) dan massa minyak yang terekstrak. Untuk ekstraksi selama 30
menit didapatkan minyak wijen yang terekstrak sebesar 13,434 gram dengan %

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


LEACHING

recovery 67,17%. Untuk ekstraksi selama 60 menit didapatkan minyak wijen yang
terekstrak sebesar 15 gram dengan % recovery 75%. Untuk ekstraksi selama 90
menit didapatkan minyak wijen yang terekstrak sebesar 17,203 gram dengan %
recovery 86,015%. Untuk ekstraksi selama 120 menit didapatkan minyak wijen
yang terekstrak sebesar 16,784 gram dengan % recovery 83,919%. Berdasarkan
teori yang ada bahwasannya semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak
ekstrak yang didapat karena pelarut dan ekstrak mengalami kontak yang lama.
Namun pada menit ke 90 dan 120 tidak sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan
adanya faktor teknis pada percobaan yaitu tumpahnya hasil ekstraksi saat akan
melakukan filtrasi, sehingga mengurangi berat ekstrak yang didapat. Perolehan
minyak yag diekstrak dapat digunakan dalam penentuan jumlah stage

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


LEACHING

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Percobaan leaching sudah dilakukan dengan baik. Ada beberapa kesimpulan
yang didapat dari percobaan ini yaitu dengan massa kemiri 50 gram dan pelarut n-
hexane 200 ml menghasilkan jumlah stage ideal sebanyak 14 stage . Hasil ekstrak
terbanyak adalah 17,203 gram dengan % Recovery sebesar 86,015 %. Semakin
lama waktu ekstraksi maka semakin banyak minyak yang terekstrak.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan menutup beaker glass yang berisi hexane dan minyak
yang sedang dipanaskan dengan rapat agar hexane tidak menguap.
2. Sebaiknya praktikan melakukan pengovenan terhadap residu wijen sampai
mencapai berat konstan.
3. Sebaiknya praktikan berhati – hati dalam menuang hasil ekstraksi saat akan
melakukan penyaringan karena sangat berpengaruh pada berat ekstrak yang
didapat.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


LEACHING

DAFTAR PUSTAKA

Estrada, dkk. 2007.”Pengambilan Minyak Kemiri Dengan Cara Pengepresan dan


Dilanjutkan Ekstraksi CakeOil”. Jurnal Widya Teknik Vol 6 No 2. 122 - 124
Leba, M. 2017.”Ekstraksi dan Real Kromatografi”. Sleman : Deepublish
McCabe,W. 1993. “Unit Operation of Chemical Engineering Seventh Edition”.
United Stated of America: Mc Graw Hill.
Nasir, S. 2009.”Ekstraksi Dedek Padi Menjadi Minyak Mentah”. Jurnal Teknik
Kimia Vol 16 No 2 hal 3-4.
Perry,R. 1999.”Perry’s Chemical Engineers Handbook Sevent Edition”. New
York : Mc Graw Hill
Prayudo, O. 2015.”Koefisien Transfer Massa Kurkumin Dari Temulawak”. Jurnal
Ilmiah Widya Teknik Vol 14 No 1. 26
Sulistiowati. 2014. ”Penentuan Kondisi Keseimbangan Leaching” . Jurnal Teknik
Kimia Vol 1 No 1. 10 - 11
Sri, H. 2010.”Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan
Sensoris”. Jurnal Agritech Vol 30 No 2. 116.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


LEACHING

LAMPIRAN 1
Tabel Hasil Pengamatan
Massa wijen awal (gr) = 50 gr
Volume pelarut (ml) = 200 ml
Ukuran partikel (mesh) = 30 mesh
Massa minyak wijen mula – mula (gr) = 20 gr
Massa
Massa minyak Volume Densitas Massa Viskositas
t
Wijen yang Filtrat Filtrat Filtrat Filtrat (gr
(menit)
(gr) terekstrak (ml) (gr/ml) (gr) s/ml)
(gr)
30 36,566 13,434 90 0,744 66,924 0,0069
60 35 15 86 0,757 65,102 0,0065
90 32,797 17,203 100 0,7498 74,980 0,007
120 33,216 16,784 100 0,745 74,500 0,0062

1. Perhitungan densitas
a. Densitas air
𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
42,622 𝑔𝑟 − 16,6691 𝑔𝑟
𝜌 𝑎𝑖𝑟 =
25 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1,03
𝑚𝑙
b. Densitas campuran (minyak dan heksan) pada 30 menit

𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
35,260 𝑔𝑟 − 16,6691 𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
25 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,7435
𝑚𝑙

c. Densitas campuran (minyak dan heksan) pada 60 menit

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


LEACHING

𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
35,5942 𝑔𝑟 − 16,6691 𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
25 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,757
𝑚𝑙
d. Densitas campuran (minyak dan heksan) pada 90 menit

𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
35,4155 𝑔𝑟 − 16,6691 𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
25 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,750
𝑚𝑙
e. Densitas campuran (minyak dan heksan) pada 120 menit

𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑊 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
35,305 𝑔𝑟 − 16,6691 𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
25 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,745
𝑚𝑙
2. Perhitungan viskositas
a. Viskositas campuran (minyak dan heksana) pada 30 menit

𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛


=
𝜇 𝑎𝑖𝑟 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑎𝑖𝑟
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 0,7436 𝑚𝑙 𝑥 1,23 𝑠
= 𝑔𝑟
0,899 𝑐𝑝𝑠 1,0381 𝑚𝑙 𝑥 1,15 𝑠
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,6941 𝑐𝑝𝑠 = 0,00694
𝑐𝑚. 𝑠
b. Viskositas campuran (minyak dan heksana) pada 60 menit

𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛


=
𝜇 𝑎𝑖𝑟 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑎𝑖𝑟
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 0,757 𝑚𝑙 𝑥 1,15 𝑠
= 𝑔𝑟
0,899 𝑐𝑝𝑠 1,0381 𝑥 1,15 𝑠
𝑚𝑙

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25


LEACHING

𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,655 𝑐𝑝𝑠 = 0,00655
𝑐𝑚. 𝑠
c. Viskositas campuran (minyak dan heksana) pada 90 menit

𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛


=
𝜇 𝑎𝑖𝑟 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑎𝑖𝑟
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 0,7436 𝑚𝑙 𝑥 1,23 𝑠
= 𝑔𝑟
0,899 𝑐𝑝𝑠 1,0381 𝑚𝑙 𝑥 1,15 𝑠
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,6941 𝑐𝑝𝑠 = 0,00694
𝑐𝑚. 𝑠
d. Viskositas campuran (minyak dan heksana) pada 120 menit

𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛


=
𝜇 𝑎𝑖𝑟 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑎𝑖𝑟
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 0,7498 𝑚𝑙 𝑥 1,11 𝑠
= 𝑔𝑟
0,899 𝑐𝑝𝑠 1,0381 𝑚𝑙 𝑥 1,15 𝑠
𝑔𝑟
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,7026 𝑐𝑝𝑠 = 0,0070
𝑐𝑚. 𝑠
3. Perhitungan massa filtrat
a. Perhitungan massa filtrat 30 menit

𝑚= 𝜌𝑥𝑉
𝑔𝑟
𝑚 = 0,7436 𝑥 120 𝑚𝑙 = 89,22 𝑔𝑟
𝑚𝑙
b. Perhitungan massa filtrat 60 menit

𝑚= 𝜌𝑥𝑉
𝑔𝑟
𝑚 = 0,757 𝑥 86 𝑚𝑙 = 65,102 𝑔𝑟
𝑚𝑙

c. Perhitungan massa filtrat 90 menit

𝑚= 𝜌𝑥𝑉
𝑔𝑟
𝑚 = 0,7498 𝑥 100 𝑚𝑙 = 74,98 𝑔𝑟
𝑚𝑙

d. Perhitungan massa filtrat 120 menit

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 26


LEACHING

𝑚= 𝜌𝑥𝑉
𝑔𝑟
𝑚 = 0,745 𝑥 100 𝑚𝑙 = 74,5 𝑔𝑟
𝑚𝑙

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 27


LEACHING

LAMPIRAN 2

Gambar 1. Biji wijen yang Gambar 2. Proses ekstraksi


sudah dihaluskan. biji wijen.

Gambar 3. Proses filtrasi biji Gambar 4. Hasil filtrat yang

wijen dengan heksan dan dikukur volumenya

minyak wijen

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 28


LEACHING

Gambar 5. Hasil residu yang Gambar 6 . Hasil filtrat yang


telah dikeringkan diukur beratnya

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 29


LEACHING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 30

Anda mungkin juga menyukai