PERCOBAAN III
Kelompok 3
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghilangkan bau pada CPO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Analisis FFA
1. Disiapkan 5 gram minyak yang telah dideodorasi, dipanaskan sampai
mencair
2. Ditambahkan 50ml N-hexan
3. Ditambahkan 2ml Indikator PP
4. Dititrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi
5. Diamati perubahan warna sampai warna merah jambu dan tidak hilang
selama 30 detik
6. Dihitung FFA yang didapat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum deodorasi pada sampel minyak CPO ini dapat
dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Deodorasi pada minyak CPO
Sebelum Setelah FFA
No. Parameter yang diamati
Deodorasi Deodorasi (%)
Berbau Berbau
1 Bau / Aroma menyengat minyak pada
umumnya
Merah Cerah Orange
2 Warna dan orange Bening 4,15 %
menggumpal
Menggumpal Cair seperti
3 Tekstur dan kental minyak
goreng
4.2. Pembahasan
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak dan lemak yang
bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavour) yang tidak disukai
konsumen menggunakan cara destilasi dengan suatu aliran uap pada tekanan
vakum serta suhu yang semakin tinggi (150ºC -250ºC). Tekanan uap zat-zat yang
berbau adalah sangat rendah hingga dengan suhu yang sangat tinggi baru dapat
diuapkan dengan tekanan atmosfer. Tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat merusak
minyak dan lemak. Deodorisasi didasarkan pada perbedaan volalitas (kemudahan
menguap) antara minyak (trigliserida) dengan komponen pengotor yang tidak
diinginkan ini mempengaruhi aroma, rasa, warna, dan stabilitas minyak.
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan sampel minyak
kelapa sawit atau CPO yang telah melewati proses deguming dan bleaching.
Deodorisasi sebagai tahap terakhir dalam pemurnian minyak, merupakan proses
pelucutan oleh uap air (steam). Uap panas yang digunakan merupakan uap
kualitas baik (1-3% dari minyak), yang dibangkitkan dari air umpan yang telah
dideaerasi dan mengalami perlakuan tertentu, yang kemudian diinjeksikan ke
dalam minyak pada suhu tinggi (252-266oC) dan kevakuman tinggi (<6 mmHg).
(Gunstone 2002).
Praktikum yang telah dilaksanakan tersebut didapatkan hasil yang seperti
pada tabel 1.1 diatas dimana dari hasil tersebut dapat diketahui perbedaan hasil
setelah maupun sebelum minyak CPO melewati proses deodorasi. Hal ini
mungkin saja dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pada
proses deodorasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses deodorisasi adalah:
1. Suhu dan tekanan vacum
Suhu berhubungan dengan tekanan vacum. Hasil yang dikehendaki dapat
diperoleh apabila suhu dijaga antara 230 oC–240 oC.
2. Lama waktu deodorisasi
Dengan menggunakan suatu standar bau dan flavor pada produk akhir proses
deodorisasi, maka deodorisasi pada suhu 204 oC memerlukan waktu 3 kali lebih
lama dari pada suhu 230 oC.
3. Banyaknya uap yang dibutuhkan
Berkaitan dengan tekanan vacum, suhu dan tinggi minyak atau sejumlah
minyak dalam deodorisasi. Ditemukan bahwa konsumsi total uap sebanyak 660
lb/Ton minyak yang diperlukan adalah cukup untuk membuat vacum dan untuk
memastikan dekstruksi peroksida (Wardhanu, 2009).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori yang telah dijelaskan tersebut
besarnya suhu yang digunakan pada proses deodorasi ini sendiri berbeda-beda
dan pada praktek yang telah dilakanakan pun suhu yang digunakan adalah sebesar
235oC mungkin saja ini merupakan salah satu penyebab dari faktor yang
berpengaruh terhadap hasil proses deodorasi yang diperoleh.
Parameter deodorisasi optimal (suhu, tekanan operasi, dan jumlah gas
pelucut) ditentukan oleh jenis minyak dan proses pemurnian yang dipilih (secara
kimia atau secara fisik), tetapi juga oleh rancangan deodorizer. Pemurnian secara
fisik memerlukan kondisi yang lebih ketat dibandingkan pemurnian secara kimia.
Hal ini karena penghilangan asam lemak bebas dilakukan dengan distilasi, dan
dalam pemurnian secara fisik kadar asam lemak bebas awal cukup tinggi.
Kondisi proses deodorisasi bergantung pada jenis minyak, kualitas minyak,
dan sistem pemurnian (refining) yang digunakan. Pergeseran teknologi pemurnian
kini lebih kearah pemurnian secara fisik dimana asam lemak bebas secara
eksklusif dihilangkan melalui distilasi uap dan membutuhkan kondisi yang lebih
terkontrol dibandingkan minyak yang dimurnikan secara kimiawi. Dengan
pemurnian secara kimiawi, sebagian besar kadar asam lemak bebas telah
dinetralkan sebelum deodorisasi. Minyak yang mengalami pemurnian secara fisik
memiliki kadar asam lemak bebas berkisar 1 sampai 5% dibandingkan dengan
minyak yang dimurnikan secara kimiawi yaitu 0.05 – 0.1%. Kebutuhan distilasi
uap baik untuk minyak yang telah dimurnikan secara fisik maupun secara kimia
dapat dicapai dengan mengubah satu atau lebih variabel operasi. Empat variabel
operasi yang saling terkait yang mempengaruhi kualitas minyak yang
dideodorisasi adalah derajat vakum, suhu, laju alir gas pelucut, dan waktu tinggal
pada suhu deodorisasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum deodorasi yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa Deodorasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak dan
lemak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavour) yang tidak
disukai. Pada hasil yang telah didapat pada praktikum, bau pada CPO tidak berbau
menyengat sebelum dilakukan proses Deodorasi.
5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sebaiknya para praktikan lebih
teliti dalam melihat perubahan yang terjadi dan berhati hati dalam menggunakan
alat laboratorium serta menjaga kebersihan.
.
DAFTAR PUSTAKA
O’Brien RD. 2004. Fats and Oils: Formulating and Processing for Applications.
Ed ke-2. Florida: CRC Press. hlm 76-86.
Perhitungan :