Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENGENDALIAN MUTU PRODUK AGROINDUSTRI

“Penerapan Aplikasi Seven Tools Pada Pengendalian Mutu Produk Susu


Kedelai Madu”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengendalian mutu produk agroindustri

KELAS TIP A
Kelompok 4
Oleh :
1. Deni Septian Ardana (151710301004)
2. Luluk Sinta Devi (151710301033)
3. Siti Saadatul H (151710301044)
4. Fatma Dewi (151710301067)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan
yang cepat di segala bidang. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi
tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk
maupun jasa, namun lebih pada kualitas produk atau jasa tersebut, kenyamanan,
kemudahan, serta ketepatan dan kecepatan waktu dalam pencapaiannya.
Persaingan ekonomi dunia tersebut menjadi semakin ketat sehingga menuntut
kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam
aktivitas ekonomi dunia.
Untuk menghadapi persaingan tersebut, dunia usaha dituntut untuk mampu
mengadakan perubahan. Selain itu, produsen maupun pelanggan secara umum,
sering dihadapkan pada hal-hal baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya,
teknologi baru, ilmu pengetahuan baru, produk dan jasa baru, gaya hidup baru,
harapan-harapan dan sebagainya.Oleh sebab itu, perusahaan perlu menjaga kualitas
dari produk maupun prosesnya. Sehingga, untuk menjaga konsistensi kualitas
produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar,
perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses yang
dijalani.
Terdapat alat atau teknik yang digunakan perusahaan untuk perbaikan
kualitas. Biasanya disebut 7 QC tools, yang berkembang penggunaannya dalam
proses kegiatan peningkatan mutu. The 7 QC tools terdiri dari check sheet,
flowchart, scatter diagram, pareto diagram, histogram, fishbone diagram dan
control chart. Dengan adanya alat bantu tersebut, dapat digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan seperti kesalahan, kemudian dianalisis
penyebab kesalahan dan memutuskan cara penyelesaiannya atau menghilangkan
kesalahan-kesalahan tersebut. Sehingga perusahaan dapat mengetahui apa yang
akan dilakukan untuk menjaga kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan ini yaitu untuk mengetahui cara penerapan 7 QC tools
pada produk Susu Kedelai Madu serta meminimalisir terjadinya kecacatan dalam
produksi pembuatan produk susu kedelai madu.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Masalah Pengendalian Mutu Produk Susu Kedelai Madu


(SKM)
Kualitas produk dapat diartikan sebagai kesesuaian atau kepuasan konsumen
atas suatu produk. Dalam suatu perusahaan, kualitas produk merupakan hal yang
sangat penting untuk dipertimbangkan karena berkaitan dengan konsumen dan
produktivitas. Proses produksi sering kali memiliki berbagai kecacatan sehingga
memperoleh complain dari pelanggan baik dari segi kualitas maupun harga. Oleh
karena itu setiap perusahaan dituntut agar mampu menciptakan produk dengan
spesifikasi yang terbaik agar kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. Hal tersebut
menuntut perusahaan - perusahaan untuk dapat merumuskan kembali strategi yang
ditempuh untuk meningkatkan kemampuan bersaing dalam melayani konsumen.
Untuk mengendalikan mutu produk tersebut, seven tools merupakan salah satu
aplikasi yang dapat digunakan untuk pengendalian mutu.
Usaha home industry SKM ini berlokasi di Jalan Mastrip Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember dengan luas tempat produksi yang tidak terlalu luas.
Usaha home industry SKM cocok bagi kalangan anak sekolah, mahasiswa dan
masyarakat sekitar Jember. Produk SKM ini sering di jumpai di kantin-kantin
kampus, sekolah, di tukang sayur maupun toko-toko tertentu dengan berbagai
varian rasa, yaitu coklat, stroberi, original, dan melon. Produk-produk yang
dihasilkan oleh home industry SKM ini diproduksi sesuai dengan pesanan dan
kebutuhan pasar. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian dari pabrik
tersebut. Akan tetapi, industri SKM ini sering mengalami kerugian yang
diakibatkan complain dari konsumen akibat kesalahan proses produksi, spesifikasi
produk dan sebagainya. Kesalahan proses produksi ini meliputi kecacatan produk
terbagi menjadi cacat penggumpalan, cacat berat tidak seragam dan cacat rasa.
Dengan demikian, analisis pengendalian mutu perlu dilakukan dengan
mengggunakan aplikasi seven tools untuk memperbaiki sistem yang sudah ada
sehingga produksi yang dihasilkan lebih efektif dan efisien.
2.2 Penerapan Aplikasi 7 QC Tools Pada Produksi Pembuatan Susu Kedelai
Madu (SKM)
2.2.1 Stratifikasi
Stratifikasi merupakan tools pertama yang digunakan untuk
mengidentifikasi jumlah komplain pelanggan terhadap produk SKM, dimana
nantinya didapatkan penyebab khusus yang paling banyak mengalami komplain.
Berikut adalah data jenis komplain konsumen dalam minggu terakhir yang
disajikan perhari.
Tabel 1. Jenis Komplain Pelanggan Terhadap Produk
Hari Jenis Komplain Konsumen Terhadap Produk Jumlah
Kualitas Harga Desain
1 22 11 4 39
2 21 8 6 32
3 20 12 3 35
4 24 11 3 44
5 15 14 9 35
6 15 14 6 49
7 22 16 20 89
Jumlah 139 86 51 323
Proporsi 43.03 26.63 15.79 100.00

50.00
43.03
40.00

30.00 26.63

Series1
20.00 15.79

10.00

0.00
Kualitas Harga Desain

Gambar 1. Diagram jenis Komplain Pelanggan Terhadap Produk


Setelah dilakukan pengamatan dan dianalisa, jumlah komplain pelanggan
terhadap produk terbanyak yaitu pada kualitas produk, sehingga diprioritaskan
untuk dikelola pada tahap selanjutnya. Berdasarkan tabel 2 jenis complain
pelanggan tertinggi terhadap kualitas produk yaitu pada berat produk, sehingga
diperlukan diagram pareto untuk mengetahui jenis cacat dan yang paling dominan
pada produksi SKM.
Tabel 2. Jenis Komplain Pelanggan Terhadap Produk
Jenis Kecacatan
Hari Penggumpalan Berat Produk Rasa Jumlah
1 9 21 12 36
2 7 18 6 40
3 20 26 15 66
4 24 26 20 67
5 15 16 17 40
6 5 14 9 39
7 12 22 20 133
Jumlah 92 143 99 421
Proporsi 21.85 33.97 23.52

40.00 33.97
30.00 23.52
21.85
Proporsi

20.00

10.00

0.00
Penggumpalan Berat Produk Rasa
Jenis Kecacatan

Gambar 2. Diagram complain Pelanggan Terhadap Kualitas Produk

2.2.2 Check Sheet


Check sheet adalah suatu formulir dimana item-item yang akan diperiksa
telah dicetak dalam formulir dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara
mudah dan ringkas (Montgpmery, 2009). Tujuan pembuatan check sheet adalah
menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat untuk dilakukan analisa
proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan tersebut nantinya
akan digunakan dan dianalisa secara cepat dan mudah.
Laporan Hasil Produksi Sari Kedelai Madu :

Laporan Hasil Produksi Susu Kedelai


Jenis : Susu Kedelai Madu
Pegawai : Saadah, Dewi, Luluk, Densep
Waktu : 7 Hari
No Jenis Cacat Jumlah Turus Keterangan
1 Penggumpalan 92 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII _
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
IIII IIII IIII IIII II
2 Berat Produk 143 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII _
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
III
3 Rasa 99 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII _
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
IIII IIII IIII IIII IIII IIII
TOTAL 334
Gambar 3. Check sheet untuk hasil kerusakan.

2.2.3 Histogram
Histrogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data
pengukuran dan variasi setiap proses. Digunakan untuk menganalisa mutu dari
sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai
standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok
data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin
melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi
pada kelompok tersebut kurang bermutu. Sebaliknya, semakin sempit sebaran data
pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih
bermutu, karena mendekati spect yang telah ditetapkan.
R = Data Maximum – Data Minimum
R = 250 – 233
R = 17
𝐾 = 1+(3,33 𝑥 𝑙𝑜𝑔 𝑁)
𝐾 = 1+(3,33 𝑥log 31)
𝐾 = 1+(3,33 𝑥 1,49)
𝐾 = 1+4,96
𝐾 = 5,96 = 6
Analisis permasalahan dengan menggunakan Histogram :
Sampel
Hari
1 2 3 4 5
1 235 235 248 245 245
2 244 241 238 236 247
3 248 233 236 237 242
4 234 238 239 242 244
5 249 250 250 246 237

Distribusi frekuensi bobot produk


BB BA (BB+BA)/2
Nomor Nilai Frekuensi
Kelas
Tengah
233-235 233 225 229 2
236-238 226 238 232 4
239-241 239 241 240 10
242-244 242 244 243 7
245-247 245 247 246 1
248-250 248 250 249 7
Jumlah 31
Rata-rata 241.56
Stdev 5.470222421

12
10
8
Frekuensi

6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Kelas

Berdasarkan histogram yang telah disajikan, dapat diketahui bahwa sebaran


data volume produk pada proses produksi selama satu minggu terakhir tidaklah
normal. Maka dari itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan peta kendali
proses. Hal ini bisa terjadi karena beberapa factor seperti mesin, manusia,
lingkungan atau manajemen perusahaan.
2.2.3 Pareto Diagram
Pareto merupakan diagram yang dikembangkan oleh Vildero Pareto.
Diagram pareto ini adalah suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari
kiri ke kanan menurut ukuran ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat
membantu permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (rangking
tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (rangking
terendah).
Diagram pareto juga dapat mengidentifikasi masalah paling penting yang
mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah. Selain
itu, diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses,
misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan
terhadap proses (Mitra,1993).
Analisis permasalahan dengan menggunakan Pareto Diagram :
Jenis Frekuensi %
Kecacatan Jumlah Komulatif Komulatif
Penggumpalan 92 92 27.54
Berat Produk 143 235 70.36
Rasa 99 334 100

PARETO
400
Frekuensi

300
200
100
0 Series1
Series2

Jenis Kecacatan

Berdasarkan dari tabel dan diagram pareto diatas maka diketahui bahwa
jenis cacat yang paling dominan terjadi berat produk dengan jumlah 143, Diikuti
dengan rasa yaitu 99 dan penggumpalan 92,
2.2.4 Fishbone Diagram
Fishbone Diagram adalah diagram yang menggambarkan hubunganantara
karakteristik kualitas/ akibat dengan faktor-faktor penyebabnyasehingga
didapatkan suatu hubungan sebab akibat untuk mencari akar darisuatu pokok
permasalahan ditinjau dari berbagai faktor yang ada. Diagram ini digunakan
sebagai grafik alat bantu manajemen mutu yangmemaparkan dan menggambarkan
sumber-sumber penyebab variasi suatu proses. Penyusunan diagram ini bertujuan
untuk mencari dan menemukan beberapa sumber masalah yang menjadi kunci
penyebab suatu masalah.
Analisis permasalahan dengan menggunakan Fishbone :
LINGK ALAT DAN
UNGAN MESIN
Kelembaban
Pengukura
udara tinggi
n tidak
sesuai
Terpapar Alat dan
standar
Sinar mesin rusak
Kekurangan
Matahari
Pemeliharaan
Produk
SKM Rusak
waktu dan Tidak
Sesuai
Lalai dalam Kualitas bahan Ukuran
bekerja baku
Kelel
ahan Banyak
Kurang
bahan
terampil
MAN MATE
USIA RIAL
2.2.5 Scatter Diagram
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan
(korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan
(tingkat) hubungan antara dua variabel tersebut (kuat atau lemah) yang diwujudkan
dengan koefisien korelasi. Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mengecek
apakah suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Dalam
pemanfaatannya, scatter diagram membutuhkan data pasangan sebagai bahan baku
analisisnya, yaitu sekumpulan nilai x sebagai faktor yang independen berpasangan
dengan sekumpulan nilai y sebagai faktor dependen. Diagram ini paling tidak
menghubungkan paling tidak dua variabel, X dan Y yang menunjukkan
keeratannya, sehingga dapat dilihat apakah kesalahan dapat disebut berhubungan
atau terkait dengan masalah atau kesalahan lain.
Analisis permasalahan dengan menggunakan Scatter Diagram :

Hari Jumlah Produksi Total Kecacatan


1 600 53
2 625 39
3 659 65
4 668 86
5 672 56
6 680 38
7 690 63

Diagram Tebar
100
Total Kecacatan

80
60
40 Series1
20 Linear (Series1)
0
580 600 620 640 660 680 700
Jumlah Produksi

2.2.7 Control Chart


Untuk menentukan batas pengendali atas dan batas pengendali bawah (UCL
dan LCL) dapat digunakan dua buah metode yaitu dengan menggunakan metode
sampel rata-rata atau menggunakan sampel harian.
Dalam kasus ini, menggunakan metode sampel rata-rata karena melihat
beberapa keuntungan yang diperoleh yaitu akan diperoleh garis UCL dan LCL
yang bernilai sama atau konstan sehingga dapat memutuskan apakah sampel
berada di dalam atau diluar batas pengendaliannya. Langkah-langkah sebelum
membuat pet kendali p-chart adalah sebagai berikut.
1. Menentukan terlebih dahulu garis pusat dari peta pengendali (Control Line)
dengan menggunakan rumus :

2. Tentukan batas pengendali atas (Upper Control Limit) dengan menggunakan


rumus :
3. Tentukan batas pengendali bawah (Lowe Control Limit) dengan menggunakan
rumus :

Jika sudah didapatkan nilai UCL dan LCL maka dapat dibuat peta pengendali
untuk proporsi kecacatan SKM.
Grafik Kendali X
250

245

240 X
x Rata-rata

235 G. Kendali X UCL


G. Kendali X LCL

230

225
1 2 3 4 5 6 7

Grafik Kendali R

30

25

20
R

15 R rata-rata
G. Kendali R UCL
10 G. Kendali R LCL

0
1 2 3 4 5 6 7
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
The 7 QC tools terdiri dari check sheet, Stratifikasi, scatter diagram, pareto
diagram, histogram, fishbone diagram dan control chart. Dari ketujuh alat tersebut
tidak semua harus dipakai dalam melakukan analisi. Namun dari kesemua itu,
seven tools mempunyai kelemahan dalam melakukan analisis yaitu tidak
mampumenggambarkan keterkaitan antar faktor yang mempengaruhi target. Alat
apa yang akan digunakan, disesuaikan dengan data-data yang ada serta tujuan yang
akan dicapai. Sehingga, perusahaan dapat menjaga kualitas produk maupun jasa
yang dihasilkan. Pada produksi pembuatan susu kedelai madu, kecacatan yang
terjadi dapat terkendali.

3.2 Saran
Dalam penerapan 7 QC tools pada sebuah produksi diperlukan ketelitian
dikarenakan data yang dibituhkan sangat banyak sehingga dapat terjadi kesalahan
dalam menganalisis.

Anda mungkin juga menyukai