Disusun oleh:
Anisya Putri Sopyani
11917037
Kelompok 7
Asisten:
Asrilia Montimi
11916022
PENDAHULUAN
TEORI DASAR
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Solanum
Buahnya memiliki bentuk yang beragam tergantung varietas. Ada yang berbentuk
bulat, agak lonjong, dan oval. Ukuran tomat yang terkecil hingga yang terbesar adalah 8 –
180 gram. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau muda sedangkan yang masak
berwarna merah. Berikut merupakan indeks kematangan buah tomat.
Gambar 2.1 Tingkat Kematangan Buah Tomat
( Sumber : www.tomato.org/)
Buah tomat memiliki selaput kulit tipis yang dapat dikelupas bila matang. Buah
tomat mengandung biji lunak yang licin dan berwarna putih kekuningan, tersusun secara
kelompok dan dibatasi daging buah. Tomat biasa digunakan sebagai sayuran (Herlina,
2009).
KMnO4 adalah senyawa yang memiliki sifat sebagai oksidator kuat terhadap etilen
di dalam buah. Dengan sifat inilah, senyawa ini dapat mengoksidasi etilen yang ada pada
buah. Namun, kontak langsung antara kristal KMnO4 dan buah tidak dianjurkan karena
dapat menimbulkan kerusakan pada buah. KMnO4 dapat memotong ikatan rangkap dalam
etilen menjadi etilen glikol dan mangan dioksida (MnO2) . Etilen glikol dapat menciptakan
suhu yang rendah di lingkungan buah sehingga menghambat enzim respirasi. Kalium
permanganat harus dibentuk menjadi larutan supaya penggunaanya bisa lebih efektif dan
diserap oleh sebuah media penyerap kalium permanganat ke dalam bahan penyerap lebih
optimal. Beberapa media penyerap yang banyak digunakan yaitu selit, vermikulit, pellet
aluminia, karbon aktif, atau perlit. Biasanya bahan-bahan tersebut mengandung 4-6%
KMnO4. Bahan penyerap yang mengandung KMnO4 berubah warna dari ungu menjadi
coklat selama penggunaanya. (Mitrowiharjo dkk., 2004). Reaksi yang terjadi antara
KMnO4 dan Etilen dapat digambarkan sebagai berikut :
METODOLOGI
Dalam praktikum kali ini, peralatan yang digunakan adalah baki plastik; buret;
erlenmeyer volume 250 ml; gelas kimia; mortar; penetrometer; pengaduk; pipet tetes;
pisau; refraktometer; timbangan; dan statif. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
adalah asam L-askorbat; batu apug; CaOH2; fenolftalein; kain saring; kertas koran;
KMnO4 januh; tomat yang masih mentah (Solanum lycopernicum); dan wadah besek.
3.2 Metode
Dalam percobaan kali ini, dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif pada buah tomat.
Tomat dibersihkan kemudian dibagi menjadi 4 kelompok buah, dan ditimbang. Keempat
wadah tadi diberi nama A, B, C, dan D dan tiap nama secara berurut menandakan perlakuan
yang berbeda yakni kontrol; buah ditambah batu apung KMnO4; buah ditambah Ca(OH)2;
dan buah ditambah L-askorbat. Semua perlakuan tersebut disimpan selama 2 dan 5 hari.
Sementara itu, dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk tomat hari ke-0. Dalam uji
kualitatif dilakukan uji organoleptik yakni buah tomat diberi skor 1-5 berdasarkan warna,
tekstur, aroma dan rasa oleh panelis yang terdiri dari anggota kelompok. Setelah itu
disimpulkan perubahan buah tomat dan ditentukan indeks kematangannya. Untuk uji
kualitatif dilakukan tiga macam perhitungan, yang terdiri dari pengukuran kekerasan buah,
pengukuran TPT (Total Padatan Terlarut), pengukuran susut bobot (khusus hari ke-5) serta
Pengukuran Total Asam. Untuk pengukuran kekerasan digunakan penetrometer dengan
menempatkan alat tersebut pada masing-masing di tiga bagian tomat, setelah itu hasil
dirata-ratakan. Untuk pengukuran total padatan terlarut digunakan refraktometer.
Sebelumnya buah dihaluskan dengan mortar, disaring kemudian diteteskan pada sensor
refrakto sebanyak dua kali lalu hasil dirata-ratakan. Untuk percobaan terakhir yaitu
pengukuran total asam, sampel buah tomat dihancurkan terlebih dahulu kemudian disaring
dan ditambah akuades sebanyak 100 ml. Setelah itu slurry ditambah indikator fenolftalein
sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan NaOH 0,1 M hingga berwarna merah jambu, lalu
jumlah NaOH yang digunakan dihitung. Untuk penghitungan susut bobot, cukup mengukur
bobot tomat pada hari ke-0 serta hari ke-5 lalu kemudian dimasukkan hasilnya ke
persamaan penghitungan susut bobot.
BAB IV
INDIKATOR AR NA AN SYI TD
Rasa 1 2 2 2 2
Aroma 3 3 4 3 3
Tekstur 2 2 3 3 3
Warna 3 3 3 3 3
Pengukuran Rata-rata
Perlakuan Bagian Buah Rata-rata
1 2 seluruh
Ujung 3.91 3.92 3.915
A Tengah 3.15 3.61 3.38 3.771667
Pangkal 3.96 4.08 4.02
Ujung 4.04 3.99 4.015
B Tengah 4.05 3.48 3.765 3.915
Pangkal 4.06 3.87 3.965
Ujung 4.11 3.96 4.035
C 3.975
Tengah 3.87 3.97 3.92
Pangkal 3.97 3.97 3.97
Ujung 3.91 3.97 3.94
D Tengah 3.95 3.3 3.625 3.89
Pangkal 4.11 4.1 4.105
SUSUT BOBOT
PERLAKUAN HARI KE-0 (gr) HARI KE-5 (gr)
(%)
Kontrol 133 139 -4,51%
KMnO4 145 140 3,45%
Ca(OH)2 131 126 3,82%
Asam L-askorbat 99 95 4,04%
Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Tomat Awal 5 10 1,8;1,8 1,8 3,6
Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 1,8;1,7 1,75 3,5
KMnO4 5 10 1,9;1,9 1,90 3,8
Ca(OH)2 5 10 1,9;2,0 1,95 3,9
Asam L-
5 10 1,8;1,8 1,80 3,6
askorbat
Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 2,6;2,8 2,70 5,4
KMnO4 5 10 2,0;2,1 2,05 4,1
Ca(OH)2 5 10 2,4;2,4 2,40 4,8
Asam L-
5 10 2,3;2,4 3,35 6,7
askorbat
Tabel 4.13 Besar % Total Asam pada Tomat
Perlakuan
Percobaan Rata-rata %Total
NO. Hari Ke- untuk ml NaOH
Ke- ml NaOH Asam
Wadah
1 1 0,9
H0 A; B; C; D. 0,95 0,192%
2 2 1,0
3 1 0,7
A 0,80 0,134%
4 2 0,9
5 1 1,0
B 1.05 0,176%
6 2 1,1
H2
7 1 1,1
C 1,05 0,176%
8 2 1,0
9 1 1,0
D 1,00 0,167%
10 2 1,0
11 1 0,7
A 0,65 0,200%
12 2 0,6
13 1 0,5
B 0,50 0,154%
14 H5 2 0,5
15 1 0,6
C 0,60 0,185%
16 2 0,6
17 D 1 0,4 0,45 0,139%
4.2 Pembahasan
Uji organoleptik merupakan adalah cara mengukur, menilai atau menguji mutu
komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indera manusia, yaitu mata, hidung, mulut,
dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subjektif didasarkan pada
respon subjektif manusia sebagai alat ukur. Selain itu dikenal pula uji hedonik. Uji hedonik
merupakan uji yang didasarkan pada tingkat kesukaan panelis. Uji ini biasanya dikonversi
menuju skala numerik, bergantung pada tingkat kesukaannya. Semakin besar nilai yang
diberikan panelis atau semakin besar nilai rata-rata yang diberikan maka semakin
disukailah sampel yang diuji (Wulandari & Handarsari, 2010). Uji organoleptik dan
hedonik pada percobaan kali ini mencakup empat aspek yakni aroma, rasa, tekstur dan
warna pada buah tomat yang masing-masing diberi perlakuan.
6
5
Paremeter Aroma
0
Kontrol KMnO4 Ca(OH)2 Asam Askorbat
Zat Penghambat
H0 H2 H5
Berdasarkan grafik diatas, saat hari kedua tomat yang diberi perlakuan KMnO4 memiliki
nilai aroma yang paling disukai panelis yaitu sebesar 4,4 sedangkan nilai aroma yang paling
rendah adalah buah tomat dengan Ca(OH)2 yakni sebesar 1,8. Namun hal ini segera
berbanding terbalik yakni pada saat hari ke-5, nilai tomat yang ditambah asam askorbat unggul
dengan nilai 5 sedangkan tomat yang diberi KMnO4 mendapat nilai terendah yaitu sebesar 2.
Adanya perubahan skala aroma pada buah disebabkan karena adanya pelepasan senyawa yang
mudah menguap (volatile) yang memberi kekhasan aroma saat produk berada pada fase
matang (ripe) (Napitupulu, 2013). Kemungkinan besar saat hari ke-2, buah yang diberi
KMnO4 sedang berada di fase matang sehingga penguraian gas volatile-nya berada pada
tingkat yang tertinggi, sedangkan pada perlakuan asam L-askorbat, fase matang terjadi pada
saat hari ke-5 sehingga aroma yang dihasilkan pun lebih disukai konsumen.
2.5
2
Parameter Rasa
1.5
0.5
0
A B C D
Zat Penghambat
H0 H2 H5
Hasil yang mengejutkan terjadi pada uji organoleptik rasa. Pada hari ke-2 buah yang diberi
KMnO4 dan asam L-askorbat (Wadah B dan D) unggul dengan nilai yang sama sebesar 2,2
sedangkan nilai paling rendah secara otomatis dipegang oleh wadah C, yaitu tomat yang diberi
Ca(OH)2 sebesar 2. Namun pada hari ke-5, KMnO4 unggul dengan nilai 2,8 disusul oleh
askorbat dan Ca(OH)2 yang memiliki nilai 2,6. Perubahan rasa pada buah tomat merupakan
hasil dari penguraian gula yaitu fruktosa yang ada pada buah, selain itu penyusutan kadar air
pada buah juga membuat rasa buah menjadi lebih manis dan disukai konsumen (Julianti, 2011).
3.5
2.5
Parameter Tekstur
1.5
0.5
0
Kontrol KMnO4 Ca(OH)2 Asam Askorbat
Zat Penghambat
H0 H2 H5
Tekstur buah tomat saat mengalami kematangan akan semakin lunak. Hal ini dikarenakan
adanya pemecahan protein menjadi pati serta hidrolisis pati, lemak dan lignin. Perubahan ini
juga disebabkan karena adanya penyusutan kadar air serta pemecahan pektin yang tidak larut
menjadi protopektin yang larut (Julianti, 2011). Berdasarkan gambar 4.3, pada hari ke-2,
tekstur buah yang diberi perlakuan asam askorbat dan KMnO4 unggul dengan nilai 2,4
sedangkan pada hari ke-5 KMnO4 unggul sebagai pemenang dengan nilai 3. Hal tersebut
menandakan bahwa buah dengan penambahan KMnO4 memiliki tekstur yang sesuai, tidak
terlalu keras ataupun lembek, yang sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini juga
menandakan bahwa KMnO4 berhasil menahan tingkat kematangan tomat pada tingkat
tertentu.
3.5
3
Parameter Warna
2.5
1.5
0.5
0
Kontrol KMnO4 Ca(OH)2 Asam Askorbat
Zat Penghambat
H0 H2 H5
Tingkat kematangan juga mempengaruhi warna buah tomat. Semakin merah buah tomat maka
semakin tinggi tingkat kematangannya (Julianti, 2011) Pada hari ke-2 buah dengan asam L-
askorbat muncul sebagai pemenang dengan nilai 2,4 sedangkan hari ke-5 disusul oleh perlakuan
C yang ditambah Ca(OH)2. Hal ini menunjukkan keduanya gagal untuk mempertahankan
kematangan tomat pada tingkat kematangan tertentu. Karena, semakin efektif zat penghambat
bekerja, tentu akan semakin hijau warna buah tomat yang dihasilkan.
4.6
4.2
3.8
3.6
3.4
A B C D
Perlakuan
H0 H2 H5
0
A B C D
H0 H2 H5
Berdasarkan gambar 4.6, pada hari-2 nilai terkecil menuju terbesar didapat oleh askorbat;
KMnO4; dan Ca(OH)2 dengan nilai 3,6; 3,8; dan 3,9. Sedangkan pada hari ke-5, nilai terkecil
menuju terbesar didapat oleh KMnO4; Ca(OH)2; dan askorbat dengan nilai 4,1; dan 4,8; dan
6,7. Dengan mengetahui nilai padatan terlarut, dapat ditentukan %sukrosa yang terlarut pada
buah. Semakin besar nilai %brix maka semakin besar sukrosa yang terlarut, sehingga semakin
matang buah yang terlarut (Antara dkk., 2011). Keefektifan zat penghambat pada hari ke-2
dimenangkan oleh askorbat sedangkan hari ke-5 dimenangkan oleh KMnO4 karena nilai %brix
yang didapat kecil.
0.2
0.18
0.16
0.14
Total Asam (%)
0.12
Hari ke -0
0.1
Hari ke - 2
0.08 Hari ke - 5
0.06
0.04
0.02
0
A B C D
Titrasi asam pada buah tomat digunakan untuk menghitung kandungan asam yang
terkandung dalam buah tomat. Semakin banyak NaOH yang diperlukan berarti semakin
banyak pula kandungan asam yang ada pada buah tomat yang menandakan tingkat kematangan
yang rendah (Golding & Wills, 2016). Pada hari-2 nilai terkecil menuju terbesar didapat oleh
askorbat; KMnO4; dan Ca(OH)2 dengan nilai 0,167%; 0,176% (kedua nilai terakhir sama).
Sedangkan pada hari ke-5, nilai terkecil menuju terbesar didapat oleh askorbat; KMnO4;
Ca(OH)2; dan dengan nilai 0,139%; 0,154%; dan 0,185%. Maka dari itu, hasil yang diharapkan
pada hari ke-2 dicapai oleh KMnO4; dan Ca(OH)2 sedangkan hari ke-5 hanya dicapai oleh
Ca(OH)2 karena nilainya yang tinggi.
160
140
120
100
80
60
40
20
0
A B C D
H0 H5
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya disediakan papan tulis sehingga praktikum berjalan lebih lancar. Selain
itu timbangan seharusnya dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga
keakurasiannya tetap terjaga. Selain itu, ketersediaan penetrometer sera refraktometer lebih
diperbanyak lagi sehingga praktikum berjalan lebih efektif dan efisien. Terakhir,
penyediaan larutan jangan hanya terkonsentrasi di bagian depan laboratorium karena
membuat mobilisasi yang cukup lama bagi kelompok yang berada di bagian belakang.
Sebaiknya, penyediaan larutan terbagi di tiap spot laboratorium secara merata.
DAFTAR PUSTAKA
Antara , N., Puja, I., & Utama, I. (2012). Kajian atmosfir terkendali untuk memperlambat
penurunan mutu buah mangga. Jurnal Holtikultura Indonesia, 2(1), 27-33.
Antara, N. S., Puja, I. R., & Utama, I. M. (2011). Kajian atmosfir terkendali untuk memperlambat
penurunan mutu buah mangga arumanis selama penyimpanan. Jurnal Holtikultura
Indonesia, 2(1), 27-33.
Fauzia , K., Hawa, L. C., & Luthfi, M. (2013). Penentuan tingkat kerusakan buah alpukat pda
posisi pengangkutan dengan stimulasi getaran yang berbeda. Jurnal Keteknikan Pertanian,
1(1), 50-54.
Golding, J. B., & Wills, R. B. (2016). Postharvest: An Introduction to the Physiology and Handling
of Fruit and Vegetables 6th edition. Sydney: UNSW Press.
Hidayat, L., & Efendi, Z. (2017). Perubahan sifat fisikokimia pisang ambon curup (Musa
sapientum cv.) selama penyimpanan manggunakan Ca(OH)2-siliga gel sebagai bahan
penunda kematangan. Jurnal Teknologi Pertnian, 23(2), 89-96.
Julianti, E. (2011). Pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap mutu buah
terong Belanda. Jurnal Holtikultura Indonesia, 2(1), 45-60.
Mitrowiharjo, S., Sari, F. E., & Trisnowati, S. (2004). Pengaruh kadar CaCl2 dan lama perendaman
terhadap umur simpan dan pematangan buah mangga arumanis. Ilmu Pertanian, 11(1), 42-
50.
Napitupulu, B. (2013). Kajian beberapa bahan penunda kematangan terhadap mutu buah pisang
hubungan selama penyimpanan. Jurnal Holtikultura Indonesia, 23(2), 263-275.
Siddiq, M. (2012). Tropical and Subtropical Fruit Post Harvest Physiology, Processing, and
Packaging. New Delhi: Wiley-Blackwell.
Sutrisno, S., Budiastra, I. W., Ahmad, U., & Novita, D. D. (2011). Penentuan pola peningkatan
kekerasan kulit buah manggis selama penyimpanan dingin dengan metode NIR
Spektroscopy. Jurnal Keteknikan Pertanian, 1(2), 1-15.
Wulandari, M., & Handarsari, E. (2010). Pengaruh penambahan bekatul terhadap kadar protein
dan sifat organoleptik biskuit. Jurnal Pangan dan Gizi, 1(2), 89-92.
LAMPIRAN
Lampiran A
Data Pengamatan
INDIKATOR AR NA AN SYI TD
Rasa 1 2 2 2 2
Aroma 3 3 4 3 3
Tekstur 2 2 3 3 3
Warna 3 3 3 3 3
Pengukuran Rata-rata
Perlakuan Bagian Buah Rata-rata
1 2 seluruh
Ujung 3.91 3.92 3.915
A Tengah 3.15 3.61 3.38 3.771667
Pangkal 3.96 4.08 4.02
Ujung 4.04 3.99 4.015
B Tengah 4.05 3.48 3.765 3.915
Pangkal 4.06 3.87 3.965
Ujung 4.11 3.96 4.035
C Tengah 3.87 3.97 3.92 3.975
Pangkal 3.97 3.97 3.97
Ujung 3.91 3.97 3.94
D Tengah 3.95 3.3 3.625 3.89
Pangkal 4.11 4.1 4.105
SUSUT BOBOT
PERLAKUAN HARI KE-0 (gr) HARI KE-5 (gr)
(%)
Kontrol 133 139 -4,51%
KMnO4 145 140 3,45%
Ca(OH)2 131 126 3,82%
Asam L-askorbat 99 95 4,04%
Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Tomat Awal 5 10 1,8;1,8 1,8 3,6
Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 1,8;1,7 1,75 3,5
KMnO4 5 10 1,9;1,9 1,90 3,8
Ca(OH)2 5 10 1,9;2,0 1,95 3,9
Asam L-
5 10 1,8;1,8 1,80 3,6
askorbat
Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 2,6;2,8 2,70 5,4
KMnO4 5 10 2,0;2,1 2,05 4,1
Ca(OH)2 5 10 2,4;2,4 2,40 4,8
Asam L-
5 10 2,3;2,4 3,35 6,7
askorbat
Tabel 16. Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-5
Perlakuan
Percobaan Rata-rata %Total
NO. Hari Ke- untuk ml NaOH
Ke- ml NaOH Asam
Wadah
1 1 0,9
H0 A; B; C; D. 0,95 0,192%
2 2 1,0
3 1 0,7
A 0,80 0,134%
4 2 0,9
5 1 1,0
B 1.05 0,176%
6 2 1,1
H2
7 1 1,1
C 1,05 0,176%
8 2 1,0
9 1 1,0
D 1,00 0,167%
10 2 1,0
11 1 0,7
A 0,65 0,200%
12 2 0,6
13 1 0,5
B 0,50 0,154%
14 2 0,5
15 1 0,6
C 0,60 0,185%
16 2 0,6
17 D 1 0,4 0,45 0,139%
Lampiran B
Pengolahan Data
a. Perhitungan untuk H0
4.67 + 4.67
= 4.67
2
4.5 + 4.3
= 4.4
2
4.68 + 4.25
= 4.465
2
b. Perhitungan H2
3.91 + 3.92
= 3.915
2
3.15 + 3.61
= 3.38
2
3.96 + 4.08
= 4.02
2
4.04 + 3.39
= 4.015
2
4.06 + 3.48
= 3.765
2
4.06 + 3.87
= 3.965
2
4.11 + 3.96
= 4.053
2
3.87 + 3.97
= 3.92
2
3.97 + 3.97
= 3.97
2
3.91 + 3.97
= 3.94
2
3.95 + 3.3
= 3.625
2
4.11 + 4.1
= 4.105
2
c. Perhitungan H5
a. KONTROL
133 − 139
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = −4,51%
133
b. KMnO4
145 − 140
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = 3,45%
145
c. Ca(OH)2
131 − 126
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = 3,82%
131
d. Asam L-askorbat
99 − 95
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = 4,04%
99
a. Data H0
3+3
%𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,8 = 3,6%
3
b. Data H2
10
Kontrol: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,75 = 3,5%
5
10
KMnO4: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,90 = 3,8%
5
10
Ca(OH)2: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,95 = 3,9%
5
10
Asam L-askorbat: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,80 = 3,6%
5
c. Data H5
10
Kontrol: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 2,70 = 5,4%
5
10
KMnO4: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 2,05 =4,1%
5
10
Ca(OH)2: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 2,40 = 4,8%
5
10
Asam L-askorbat: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = 5
× 3,35 = 6,7%
a. Hari ke-0
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝
%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,95 𝑥 0,023 𝑥 176 𝑥 5
= 𝑥 100%
10000
= 0,192%
b. Hari ke-2
a) Perlakuan A
= 0,134%
b) Perlakuan B
= 0,176%
c) Perlakuan C
= 0,176%
d) Perlakuan D
= 0,167%
c. Hari ke-5
a) Perlakuan A
= 0,200%
b) Perlakuan B
= 0,154%
c) Perlakuan C
= 0,185%
d) Perlakuan D
= 0,139%
Lampiran C
Dokumentasi
H2
H5
B H0
H2
H5
C H0
H2
H5
D H0
H2
H5