Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MATA KULIAH FISIOLOGI PASCAPANEN (PP2202)

PENGARUH ZAT PENGHAMBAT PADA PROSES PEMASAKAN BUAH TOMAT


(Solanum Lycopernicum)
Tanggal Praktikum : 20 Maret 2019
Tanggal Pengumpulan : 29 Maret 2019

Disusun oleh:
Anisya Putri Sopyani
11917037
Kelompok 7

Asisten:
Asrilia Montimi
11916022

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tomat (Solanum lycopernicum) merupakan salah satu komoditas pangan yang
memiliki potensi tinggi untuk diekspor. Namun pada tahun 2011-2015 terdapat
penurunan ekspor tomat sebesar 9,65%. Hal ini menyebabkan harga tomat mengalami
kenaikan. Pada tahun 2011 harga tomat menjadi Rp. 582,925/ku dan pada tahun 2015
menjadi Rp. 620,912 ku (Herlina, 2009).
Penurunan ekspor buah tomat terjadi karena beberapa factor. Salah satu faktornya
adalah tomat yang sudah busuk ketika sampai di negara tujuan. Pembusukan yang cepat
pada buah tomat terjadi karena buah-buahan termasuk dalam perishable foal (mudah
mengalami pembusukan. Pembusukan pada buah tomat bias diperlambat dengan
penambahan zat penghambat pada proses pematangan buah. Zat penghambat tersebut
adalah KMnO4, asam askorbat, dan Ca(OH)2. Ketiga senyawa tersebut menghambat
pemasakan buah dengan cara berbeda. KMnO4 mengikat gas etilen (Antara dkk.,
2011). Asam askorbat dapat menyerap oksigen (Siddiq, 2012). Ca(OH)2 dapat
menyerap CO2 (Napitupulu, 2013).
Perubahan fisik dan kimia buah saat diberi zat penghambat proses pemasakan buah
dapat dilihat dari perubahan warna, tekstur, rasa, aroma, kadar gula, dan total asam
serta susut bobot pada buah. Perubahan warna, tekstur, rasa dan aroma dapat dilakukan
dengan uji organoleptik. Pengukuran kadar gula oleh refraktometer (Mitrowiharjo dkk.,
2004). Pengukuran total asam melalui titrasi, pengukuran buah melalui penetrometer
(Antara dkk., 2011).
Oleh karena itu, praktikum ini sangat penting dilakukan. Dengan mengetahui
pengaruh penambahan zat penghambat pada proses pemasakan buah tomat dapat
menentukan proses pascapanen yang tepat untuk ekspor tomat.
1.2 Tujuan
Dalam percobaan kali ini dapat ditentukan pengaruh zat penghambat KMnO4;
Asam L-Askorbat; serta Ca(OH)2 pada proses pemasakan buah terutama segi aspek
kekerasan buah, susut bobot buah, total asam buah, total padatan terlarut dan nilai
organoleptik buah tomat.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tomat (Solanum lycopernicum)

Tomat (Solanum lycopernicum) merupakan tanaman perdu yang termasuk buah


semusim (berumur pendek). Klasifikasi buah tomat ialah :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Trachebionta (Tumbuhan Berpembuluh)

Superdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping Dua Dikotil)

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum lycopernicum

Buahnya memiliki bentuk yang beragam tergantung varietas. Ada yang berbentuk
bulat, agak lonjong, dan oval. Ukuran tomat yang terkecil hingga yang terbesar adalah 8 –
180 gram. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau muda sedangkan yang masak
berwarna merah. Berikut merupakan indeks kematangan buah tomat.
Gambar 2.1 Tingkat Kematangan Buah Tomat

( Sumber : www.tomato.org/)

Buah tomat memiliki selaput kulit tipis yang dapat dikelupas bila matang. Buah
tomat mengandung biji lunak yang licin dan berwarna putih kekuningan, tersusun secara
kelompok dan dibatasi daging buah. Tomat biasa digunakan sebagai sayuran (Herlina,
2009).

2.2 Mekanisme KmnO4 dalam Menghambat Pematangan Buah

KMnO4 adalah senyawa yang memiliki sifat sebagai oksidator kuat terhadap etilen
di dalam buah. Dengan sifat inilah, senyawa ini dapat mengoksidasi etilen yang ada pada
buah. Namun, kontak langsung antara kristal KMnO4 dan buah tidak dianjurkan karena
dapat menimbulkan kerusakan pada buah. KMnO4 dapat memotong ikatan rangkap dalam
etilen menjadi etilen glikol dan mangan dioksida (MnO2) . Etilen glikol dapat menciptakan
suhu yang rendah di lingkungan buah sehingga menghambat enzim respirasi. Kalium
permanganat harus dibentuk menjadi larutan supaya penggunaanya bisa lebih efektif dan
diserap oleh sebuah media penyerap kalium permanganat ke dalam bahan penyerap lebih
optimal. Beberapa media penyerap yang banyak digunakan yaitu selit, vermikulit, pellet
aluminia, karbon aktif, atau perlit. Biasanya bahan-bahan tersebut mengandung 4-6%
KMnO4. Bahan penyerap yang mengandung KMnO4 berubah warna dari ungu menjadi
coklat selama penggunaanya. (Mitrowiharjo dkk., 2004). Reaksi yang terjadi antara
KMnO4 dan Etilen dapat digambarkan sebagai berikut :

C2H4+ KMnO4+ H2O → C2H4(OH)2+ MnO2+ KOH

2.3 Mekanisme Asam Askorbat dalam Menghambat Pematangan Buah


Asam askorbat adalah senyawa oxygen scavanger yang mampu menyerap O2 di
dalam kemasan dan dianggap paling aman digunakan. Prinsipnya, reaksi yang terjadi
ialah asam-L-askorbat dioksidasi menjadi asam dehidro L-askorbat dengan bantuan
enzim oksidase/peroksidase. Reaksi menunjukkan bahwa keberadaan L-askorbat aktif
dan O2 di dalam kemasan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi pada buah
berjalan lambat, sehingga memperpanjang masa simpan buah. Dalam penelitiannya,
Sutrisno (2011) menjelaskan bahwa peranan penyerap oksigen dan bahan pelapis
tehadap komoditi paprika sebagai upaya memperkecil susut bobot cukup efektif karena
jumlah oksigen di udara yang sedikit dapat menghambat proses metabolisme atau
respirasi sehingga kehilangan zat-zat relatif kecil. Sedangkan bahan pelapis berperan
untuk memperkecil transpirasi sehingga kehilangan air dalam paprika dapat diperkecil
dan penurunan susut bobot pun dapat diperkecil. Buah segar yang diberi edible coating
dan penyerap oksigen dapat memperkecil kontak oksigen dengan zat-zat nutrisi dan
enzim yang terdapat di dalam buah sehingga proses respirasi dapat dihambat dan laju
perubahan buah dari segar ke senesen terkendali. Nampaknya terjadi interaksi antara
penyerap oksigen dan bahan lapis terhadap kadar gas oksigen yang selanjutnya
dipengaruhi oleh suhu penyimpanan. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai
berikut.
Asam L-askorbat ↔ Asam dehidro L-askorbat + H2O

2.4 Mekanisme Ca(OH)2 dalam Menghambat Pematangan Buah


Peningkatan CO2 dapat terjadi diakibatkan oleh penurunan O2 oleh Asam L-
Askorbat sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi. Maka dari itu dibutuhkan
suatu senyawa sebagai carbon dioxyde scavanger untuk mengikat CO2 tersebut.
Senyawa yang dikenal efektif untuk mengikat karbon dioksida adalah Ca(OH)2.
Aplikasi senyawa ini dikenal efektif untuk menurunkan konsentrasi karbon dioksida
berlebih dalam buah dan kemasan (Hidayat, 2017). Reaksi yang terjadi dalam
pengikatan karbon dioksida tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O

2.5 Bahan Lain yang Dapat Menghambat Pematangan Buah


Bahan lain yang dapat menghambat pemantangan buah banyak jenisnya. Semuanya
dikategorikan berdasarkan fungsinya, yaitu pengikat etilen, pengikat karbon dioksida
dan pengikat oksigen. Salah satu contoh senyawa yang dapat mengikat etilen adalah
KMnO5; KMnO6; BioKleen: Titanium dioxide catalyst dan Activated carbon atau
karbon aktif. Senyawa lain untuk mengikat oksigen adalah oksidasi asam askorbat
(C6H8O6), oksidasi serbuk besi, oksidasi pewarna peka cahaya, oksidasi enzimatis,
asam lemak tak jenuh dan ragi (Sutrisno, 2011). Sedangkan senyawa lain yang dapat
mengikat karbondioksida adalah CaCl2 dan silika gel dalam kemasan plastik poilietilen
(Hidayat, 2017).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Dalam praktikum kali ini, peralatan yang digunakan adalah baki plastik; buret;
erlenmeyer volume 250 ml; gelas kimia; mortar; penetrometer; pengaduk; pipet tetes;
pisau; refraktometer; timbangan; dan statif. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
adalah asam L-askorbat; batu apug; CaOH2; fenolftalein; kain saring; kertas koran;
KMnO4 januh; tomat yang masih mentah (Solanum lycopernicum); dan wadah besek.

3.2 Metode

Dalam percobaan kali ini, dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif pada buah tomat.
Tomat dibersihkan kemudian dibagi menjadi 4 kelompok buah, dan ditimbang. Keempat
wadah tadi diberi nama A, B, C, dan D dan tiap nama secara berurut menandakan perlakuan
yang berbeda yakni kontrol; buah ditambah batu apung KMnO4; buah ditambah Ca(OH)2;
dan buah ditambah L-askorbat. Semua perlakuan tersebut disimpan selama 2 dan 5 hari.
Sementara itu, dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif untuk tomat hari ke-0. Dalam uji
kualitatif dilakukan uji organoleptik yakni buah tomat diberi skor 1-5 berdasarkan warna,
tekstur, aroma dan rasa oleh panelis yang terdiri dari anggota kelompok. Setelah itu
disimpulkan perubahan buah tomat dan ditentukan indeks kematangannya. Untuk uji
kualitatif dilakukan tiga macam perhitungan, yang terdiri dari pengukuran kekerasan buah,
pengukuran TPT (Total Padatan Terlarut), pengukuran susut bobot (khusus hari ke-5) serta
Pengukuran Total Asam. Untuk pengukuran kekerasan digunakan penetrometer dengan
menempatkan alat tersebut pada masing-masing di tiga bagian tomat, setelah itu hasil
dirata-ratakan. Untuk pengukuran total padatan terlarut digunakan refraktometer.
Sebelumnya buah dihaluskan dengan mortar, disaring kemudian diteteskan pada sensor
refrakto sebanyak dua kali lalu hasil dirata-ratakan. Untuk percobaan terakhir yaitu
pengukuran total asam, sampel buah tomat dihancurkan terlebih dahulu kemudian disaring
dan ditambah akuades sebanyak 100 ml. Setelah itu slurry ditambah indikator fenolftalein
sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan NaOH 0,1 M hingga berwarna merah jambu, lalu
jumlah NaOH yang digunakan dihitung. Untuk penghitungan susut bobot, cukup mengukur
bobot tomat pada hari ke-0 serta hari ke-5 lalu kemudian dimasukkan hasilnya ke
persamaan penghitungan susut bobot.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Organoleptik HO

INDIKATOR AR NA AN SYI TD

Rasa 1 2 2 2 2

Aroma 3 3 4 3 3

Tekstur 2 2 3 3 3

Warna 3 3 3 3 3

Tabel 4.2 Hasil Organoleptik Wadah A

HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA


H2 2.6 3 2.8 2.8
H5 2.8 2.6 2.2 2.6

Tabel 4.3 Hasil Organoleptik Wadah B


HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA
H2 2.2 2.4 2.2 2.2
H5 2.8 3 2.8 2.8

Tabel 4.4 Hasil Organoleptik Wadah C


HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA
H2 2 2 1.6 1.4
H5 2.6 2.2 3 3.4

Tabel 4.5 Hasil Organoleptik Wadah D


HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA
H2 2.2 2.4 2.2 2.4
H5 2.6 2.2 3.2 3.2

Tabel 4.6 Hasil Penetrometer H0


Pengukuran
Bagian Buah Rata-rata Rata-rata seluruh
1 2
Ujung 4.67 4.67 4.67
Tengah 4.5 4.3 4.4 4.511667
Pangkal 4.68 4.25 4.465

Tabel 4.7 Hasil Penetrometer H2

Pengukuran Rata-rata
Perlakuan Bagian Buah Rata-rata
1 2 seluruh
Ujung 3.91 3.92 3.915
A Tengah 3.15 3.61 3.38 3.771667
Pangkal 3.96 4.08 4.02
Ujung 4.04 3.99 4.015
B Tengah 4.05 3.48 3.765 3.915
Pangkal 4.06 3.87 3.965
Ujung 4.11 3.96 4.035
C 3.975
Tengah 3.87 3.97 3.92
Pangkal 3.97 3.97 3.97
Ujung 3.91 3.97 3.94
D Tengah 3.95 3.3 3.625 3.89
Pangkal 4.11 4.1 4.105

Tabel 4.8 Hasil Penetrometer H5


Bagian Pengukuran
Perlakuan Rata-rata seluruh
Buah 1
Ujung 4.12
A Tengah 4.1
Pangkal 4.49 4.236667
Ujung 4.57
B Tengah 3.52
Pangkal 4.65 4.246667
Ujung 4.08
C Tengah 3.7
Pangkal 4.64 4.14
Ujung 3.95
D Tengah 3.67
Pangkal 4.73 4.116667

Tabel 4.9 Hasil Susut Bobot Tomat

SUSUT BOBOT
PERLAKUAN HARI KE-0 (gr) HARI KE-5 (gr)
(%)
Kontrol 133 139 -4,51%
KMnO4 145 140 3,45%
Ca(OH)2 131 126 3,82%
Asam L-askorbat 99 95 4,04%

Tabel 4.10 Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-0

Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Tomat Awal 5 10 1,8;1,8 1,8 3,6

Tabel 4.11 Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-2

Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 1,8;1,7 1,75 3,5
KMnO4 5 10 1,9;1,9 1,90 3,8
Ca(OH)2 5 10 1,9;2,0 1,95 3,9
Asam L-
5 10 1,8;1,8 1,80 3,6
askorbat

Tabel 4.12 Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-5

Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 2,6;2,8 2,70 5,4
KMnO4 5 10 2,0;2,1 2,05 4,1
Ca(OH)2 5 10 2,4;2,4 2,40 4,8
Asam L-
5 10 2,3;2,4 3,35 6,7
askorbat
Tabel 4.13 Besar % Total Asam pada Tomat

Perlakuan
Percobaan Rata-rata %Total
NO. Hari Ke- untuk ml NaOH
Ke- ml NaOH Asam
Wadah
1 1 0,9
H0 A; B; C; D. 0,95 0,192%
2 2 1,0
3 1 0,7
A 0,80 0,134%
4 2 0,9
5 1 1,0
B 1.05 0,176%
6 2 1,1
H2
7 1 1,1
C 1,05 0,176%
8 2 1,0
9 1 1,0
D 1,00 0,167%
10 2 1,0
11 1 0,7
A 0,65 0,200%
12 2 0,6
13 1 0,5
B 0,50 0,154%
14 H5 2 0,5
15 1 0,6
C 0,60 0,185%
16 2 0,6
17 D 1 0,4 0,45 0,139%

4.2 Pembahasan

Uji organoleptik merupakan adalah cara mengukur, menilai atau menguji mutu
komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indera manusia, yaitu mata, hidung, mulut,
dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subjektif didasarkan pada
respon subjektif manusia sebagai alat ukur. Selain itu dikenal pula uji hedonik. Uji hedonik
merupakan uji yang didasarkan pada tingkat kesukaan panelis. Uji ini biasanya dikonversi
menuju skala numerik, bergantung pada tingkat kesukaannya. Semakin besar nilai yang
diberikan panelis atau semakin besar nilai rata-rata yang diberikan maka semakin
disukailah sampel yang diuji (Wulandari & Handarsari, 2010). Uji organoleptik dan
hedonik pada percobaan kali ini mencakup empat aspek yakni aroma, rasa, tekstur dan
warna pada buah tomat yang masing-masing diberi perlakuan.
6

5
Paremeter Aroma

0
Kontrol KMnO4 Ca(OH)2 Asam Askorbat
Zat Penghambat

H0 H2 H5

Gambar 4.1 Grafik organoleptik aroma buah tomat

Berdasarkan grafik diatas, saat hari kedua tomat yang diberi perlakuan KMnO4 memiliki
nilai aroma yang paling disukai panelis yaitu sebesar 4,4 sedangkan nilai aroma yang paling
rendah adalah buah tomat dengan Ca(OH)2 yakni sebesar 1,8. Namun hal ini segera
berbanding terbalik yakni pada saat hari ke-5, nilai tomat yang ditambah asam askorbat unggul
dengan nilai 5 sedangkan tomat yang diberi KMnO4 mendapat nilai terendah yaitu sebesar 2.
Adanya perubahan skala aroma pada buah disebabkan karena adanya pelepasan senyawa yang
mudah menguap (volatile) yang memberi kekhasan aroma saat produk berada pada fase
matang (ripe) (Napitupulu, 2013). Kemungkinan besar saat hari ke-2, buah yang diberi
KMnO4 sedang berada di fase matang sehingga penguraian gas volatile-nya berada pada
tingkat yang tertinggi, sedangkan pada perlakuan asam L-askorbat, fase matang terjadi pada
saat hari ke-5 sehingga aroma yang dihasilkan pun lebih disukai konsumen.

2.5

2
Parameter Rasa

1.5

0.5

0
A B C D
Zat Penghambat

H0 H2 H5

Gambar 4.2 Grafik organoleptik rasa buah tomat

Hasil yang mengejutkan terjadi pada uji organoleptik rasa. Pada hari ke-2 buah yang diberi
KMnO4 dan asam L-askorbat (Wadah B dan D) unggul dengan nilai yang sama sebesar 2,2
sedangkan nilai paling rendah secara otomatis dipegang oleh wadah C, yaitu tomat yang diberi
Ca(OH)2 sebesar 2. Namun pada hari ke-5, KMnO4 unggul dengan nilai 2,8 disusul oleh
askorbat dan Ca(OH)2 yang memiliki nilai 2,6. Perubahan rasa pada buah tomat merupakan
hasil dari penguraian gula yaitu fruktosa yang ada pada buah, selain itu penyusutan kadar air
pada buah juga membuat rasa buah menjadi lebih manis dan disukai konsumen (Julianti, 2011).

3.5

2.5
Parameter Tekstur

1.5

0.5

0
Kontrol KMnO4 Ca(OH)2 Asam Askorbat
Zat Penghambat

H0 H2 H5

Gambar 4.3 Grafik organoleptik tekstur buah tomat

Tekstur buah tomat saat mengalami kematangan akan semakin lunak. Hal ini dikarenakan
adanya pemecahan protein menjadi pati serta hidrolisis pati, lemak dan lignin. Perubahan ini
juga disebabkan karena adanya penyusutan kadar air serta pemecahan pektin yang tidak larut
menjadi protopektin yang larut (Julianti, 2011). Berdasarkan gambar 4.3, pada hari ke-2,
tekstur buah yang diberi perlakuan asam askorbat dan KMnO4 unggul dengan nilai 2,4
sedangkan pada hari ke-5 KMnO4 unggul sebagai pemenang dengan nilai 3. Hal tersebut
menandakan bahwa buah dengan penambahan KMnO4 memiliki tekstur yang sesuai, tidak
terlalu keras ataupun lembek, yang sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini juga
menandakan bahwa KMnO4 berhasil menahan tingkat kematangan tomat pada tingkat
tertentu.

3.5

3
Parameter Warna

2.5

1.5

0.5

0
Kontrol KMnO4 Ca(OH)2 Asam Askorbat
Zat Penghambat

H0 H2 H5

Gambar 4.4 Grafik organoleptik warna buah tomat

Tingkat kematangan juga mempengaruhi warna buah tomat. Semakin merah buah tomat maka
semakin tinggi tingkat kematangannya (Julianti, 2011) Pada hari ke-2 buah dengan asam L-
askorbat muncul sebagai pemenang dengan nilai 2,4 sedangkan hari ke-5 disusul oleh perlakuan
C yang ditambah Ca(OH)2. Hal ini menunjukkan keduanya gagal untuk mempertahankan
kematangan tomat pada tingkat kematangan tertentu. Karena, semakin efektif zat penghambat
bekerja, tentu akan semakin hijau warna buah tomat yang dihasilkan.
4.6

Kekerasan Buah (kg/cm2) 4.4

4.2

3.8

3.6

3.4
A B C D
Perlakuan

H0 H2 H5

Gambar 4.5 Grafik penetrometer buah tomat


Penetrometer pada percobaan kali ini digunakan untuk menentukan nilai kekerasan pada
buah tomat. Semakin besar angka yang ditunjukkan penetrometer maka semakin besar tingkat
kelunakan buahnya atau semakin rendah tingkat kekerasan buahnya (Fauzia dkk., 2013). Pada
hari ke-2, nilai terkecil menuju terbesar berturut-turut didapat oleh askorbat; KMnO4; dan
Ca(OH)2 dengan nilai 3,89; 3,915; 3,975. Sedangkan pada hari ke-2 nilai terbesar menuju
terkecil berturut-turut didapat oleh askorbat; Ca(OH)2; dan KMnO4; dengan nilai 4,11; 4,14;
dan 4,24. Hal ini menunjukkan keefektifan buah tomat dengan zat penghambat didapat oleh
askorbat karena senyawa tersebut berhasil membrikan nilai rendah yang berarti buah yang
didapat masih keras.
8

0
A B C D

H0 H2 H5

Gambar 4.6 Grafik refraktometer buah alpukat

Berdasarkan gambar 4.6, pada hari-2 nilai terkecil menuju terbesar didapat oleh askorbat;
KMnO4; dan Ca(OH)2 dengan nilai 3,6; 3,8; dan 3,9. Sedangkan pada hari ke-5, nilai terkecil
menuju terbesar didapat oleh KMnO4; Ca(OH)2; dan askorbat dengan nilai 4,1; dan 4,8; dan
6,7. Dengan mengetahui nilai padatan terlarut, dapat ditentukan %sukrosa yang terlarut pada
buah. Semakin besar nilai %brix maka semakin besar sukrosa yang terlarut, sehingga semakin
matang buah yang terlarut (Antara dkk., 2011). Keefektifan zat penghambat pada hari ke-2
dimenangkan oleh askorbat sedangkan hari ke-5 dimenangkan oleh KMnO4 karena nilai %brix
yang didapat kecil.
0.2

0.18

0.16

0.14
Total Asam (%)

0.12
Hari ke -0
0.1
Hari ke - 2
0.08 Hari ke - 5

0.06

0.04

0.02

0
A B C D

Gambar 4.7 Grafik titrasi asam buah tomat

Titrasi asam pada buah tomat digunakan untuk menghitung kandungan asam yang
terkandung dalam buah tomat. Semakin banyak NaOH yang diperlukan berarti semakin
banyak pula kandungan asam yang ada pada buah tomat yang menandakan tingkat kematangan
yang rendah (Golding & Wills, 2016). Pada hari-2 nilai terkecil menuju terbesar didapat oleh
askorbat; KMnO4; dan Ca(OH)2 dengan nilai 0,167%; 0,176% (kedua nilai terakhir sama).
Sedangkan pada hari ke-5, nilai terkecil menuju terbesar didapat oleh askorbat; KMnO4;
Ca(OH)2; dan dengan nilai 0,139%; 0,154%; dan 0,185%. Maka dari itu, hasil yang diharapkan
pada hari ke-2 dicapai oleh KMnO4; dan Ca(OH)2 sedangkan hari ke-5 hanya dicapai oleh
Ca(OH)2 karena nilainya yang tinggi.
160

140

120

100

80

60

40

20

0
A B C D

H0 H5

Gambar 4.8 Grafik susut bobot buah tomat


Berdasarkan Gambar 4.8, susut buah tomat dari terkecil menuju terbesar secara berurut
diraih oleh KMnO4; Ca(OH)2 dan asam L-Askorbat dengan nilai 3,45%; 3,85% dan 4,04%.
Semakin kecil susut bobot yang dialami oleh buah maka semakin kecil laju respirasi yang
dilakukan oleh buah, sehingga buah tetap bertahan pada tingkat kematangan tertentu (Siddiq,
2012). Hal ini menunjukkan bahwa keefektifitasan zat penghambat didapat oleh KMnO4
karena susut bobot yang dihasilkan persentasenya kecil.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, ketiga zat penghambat mempengaruhi nilai susut


bobot; kekerasan buah; total padatan terlarut; total asam serta nilai organoleptik.
Berdasarkan uji organoleptik, buah tomat dengan KMnO4 memiliki nilai yang paling
disukai berdasar tekstur, rasa, dan tekstur. Sedangkan untuk warna, buah dengan Ca(OH)2
lebih disukai sesuai nilai yang terlampir. Selain itu, nilai susut bobot; kekerasan buah; total
padatan terlarut; total asam pada masing-masing perlakuan mengahsilkan nilai yang
berbeda-beda tiap harinya dengan nilai yang terlampir. Maka dari itu, penambahan zat
penghambat KMnO4; Ca(OH)2 serta asam L-Askorbat terbukti dapat mempengaruhi nilai
susut bobot; kekerasan buah; total padatan terlarut; total asam serta nilai organoleptik buah
tomat.

Keefektifitasan dari zat penghambat berdasarkan analisi perubahan nilai susut


bobot; kekerasan buah; total padatan terlarut; total asam; nilai uji organoleptik; serta
tracehold praktikan adalah buah yang diberi perlakuan KMnO4. Hal ini dikarenakan,
tracehold yag praktikan tetapkan adalah “Pengiriman Buah Tomat Lintas Pulau” yang
sekiranya memakan waktu kurang lebih 5 hari. Karena, pada saat hari ke -5 itulah, buah
tomat yang diberi perlakuan KMnO4 memberikan hasil terbaiknya pada beberapa
parameter diatas.

5.2 Saran

Sebaiknya disediakan papan tulis sehingga praktikum berjalan lebih lancar. Selain
itu timbangan seharusnya dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga
keakurasiannya tetap terjaga. Selain itu, ketersediaan penetrometer sera refraktometer lebih
diperbanyak lagi sehingga praktikum berjalan lebih efektif dan efisien. Terakhir,
penyediaan larutan jangan hanya terkonsentrasi di bagian depan laboratorium karena
membuat mobilisasi yang cukup lama bagi kelompok yang berada di bagian belakang.
Sebaiknya, penyediaan larutan terbagi di tiap spot laboratorium secara merata.
DAFTAR PUSTAKA

Antara , N., Puja, I., & Utama, I. (2012). Kajian atmosfir terkendali untuk memperlambat
penurunan mutu buah mangga. Jurnal Holtikultura Indonesia, 2(1), 27-33.

Antara, N. S., Puja, I. R., & Utama, I. M. (2011). Kajian atmosfir terkendali untuk memperlambat
penurunan mutu buah mangga arumanis selama penyimpanan. Jurnal Holtikultura
Indonesia, 2(1), 27-33.

Fauzia , K., Hawa, L. C., & Luthfi, M. (2013). Penentuan tingkat kerusakan buah alpukat pda
posisi pengangkutan dengan stimulasi getaran yang berbeda. Jurnal Keteknikan Pertanian,
1(1), 50-54.

Golding, J. B., & Wills, R. B. (2016). Postharvest: An Introduction to the Physiology and Handling
of Fruit and Vegetables 6th edition. Sydney: UNSW Press.

Herlina, L. (2009). Potensi Trichoderma harzianum sebagai Biofungisida pada Tomat.


Biosaintifika, 1(1).

Hidayat, L., & Efendi, Z. (2017). Perubahan sifat fisikokimia pisang ambon curup (Musa
sapientum cv.) selama penyimpanan manggunakan Ca(OH)2-siliga gel sebagai bahan
penunda kematangan. Jurnal Teknologi Pertnian, 23(2), 89-96.

Julianti, E. (2011). Pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap mutu buah
terong Belanda. Jurnal Holtikultura Indonesia, 2(1), 45-60.

Mitrowiharjo, S., Sari, F. E., & Trisnowati, S. (2004). Pengaruh kadar CaCl2 dan lama perendaman
terhadap umur simpan dan pematangan buah mangga arumanis. Ilmu Pertanian, 11(1), 42-
50.

Napitupulu, B. (2013). Kajian beberapa bahan penunda kematangan terhadap mutu buah pisang
hubungan selama penyimpanan. Jurnal Holtikultura Indonesia, 23(2), 263-275.

Siddiq, M. (2012). Tropical and Subtropical Fruit Post Harvest Physiology, Processing, and
Packaging. New Delhi: Wiley-Blackwell.
Sutrisno, S., Budiastra, I. W., Ahmad, U., & Novita, D. D. (2011). Penentuan pola peningkatan
kekerasan kulit buah manggis selama penyimpanan dingin dengan metode NIR
Spektroscopy. Jurnal Keteknikan Pertanian, 1(2), 1-15.

Wulandari, M., & Handarsari, E. (2010). Pengaruh penambahan bekatul terhadap kadar protein
dan sifat organoleptik biskuit. Jurnal Pangan dan Gizi, 1(2), 89-92.
LAMPIRAN
Lampiran A

Data Pengamatan

Tabel 1. Indeks uji organoleptik warna


Warna Skor
100% hijau 1
75% hijau : 25% merah 2
50% hijau : 50% merah 3
25% hijau : 75% merah 4
100% merah 5

Tabel 2. Indeks uji organoleptik aroma


Aroma Skor
Sangat tidak suka 1
Tidak suka 2
Netral 3
Suka 4
Sangat tidak suka 5

Tabel 3. Indeks uji organoleptik tekstur


Tekstur Skor
Sangat keras 1
Keras 2
Netral 3
Lunak 4
Sangat lunak 5

Tabel 4. Indeks uji organoleptik rasa


Rasa Skor
Sangat asam 1
Asam 2
Netral 3
Manis 4
Sangat manis 5

Tabel 5. Hasil Organoleptik HO

INDIKATOR AR NA AN SYI TD

Rasa 1 2 2 2 2

Aroma 3 3 4 3 3

Tekstur 2 2 3 3 3

Warna 3 3 3 3 3

Tabel 6. Hasil Organoleptik Wadah A

HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA


H2 2.6 3 2.8 2.8
H5 2.8 2.6 2.2 2.6

Tabel 7. Hasil Organoleptik Wadah B


HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA
H2 2.2 2.4 2.2 2.2
H5 2.8 3 2.8 2.8
Tabel 8 . Hasil Organoleptik Wadah C
HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA
H2 2 2 1.6 1.4
H5 2.6 2.2 3 3.4

Tabel 9. Hasil Organoleptik Wadah D


HARI RASA AROMA TEKSTUR WARNA
H2 2.2 2.4 2.2 2.4
H5 2.6 2.2 3.2 3.2

Tabel 10. Hasil Penetrometer H0


Pengukuran
Bagian Buah Rata-rata Rata-rata seluruh
1 2
Ujung 4.67 4.67 4.67
Tengah 4.5 4.3 4.4 4.511667
Pangkal 4.68 4.25 4.465

Tabel 11. Hasil Penetrometer H2

Pengukuran Rata-rata
Perlakuan Bagian Buah Rata-rata
1 2 seluruh
Ujung 3.91 3.92 3.915
A Tengah 3.15 3.61 3.38 3.771667
Pangkal 3.96 4.08 4.02
Ujung 4.04 3.99 4.015
B Tengah 4.05 3.48 3.765 3.915
Pangkal 4.06 3.87 3.965
Ujung 4.11 3.96 4.035
C Tengah 3.87 3.97 3.92 3.975
Pangkal 3.97 3.97 3.97
Ujung 3.91 3.97 3.94
D Tengah 3.95 3.3 3.625 3.89
Pangkal 4.11 4.1 4.105

Tabel 12. Hasil Penetrometer H5


Bagian Pengukuran
Perlakuan Rata-rata seluruh
Buah 1
Ujung 4.12
A Tengah 4.1
Pangkal 4.49 4.236667
Ujung 4.57
B Tengah 3.52
Pangkal 4.65 4.246667
Ujung 4.08
C Tengah 3.7
Pangkal 4.64 4.14
Ujung 3.95
D Tengah 3.67
Pangkal 4.73 4.116667
Tabel 13. Hasil Susut Bobot Tomat

SUSUT BOBOT
PERLAKUAN HARI KE-0 (gr) HARI KE-5 (gr)
(%)
Kontrol 133 139 -4,51%
KMnO4 145 140 3,45%
Ca(OH)2 131 126 3,82%
Asam L-askorbat 99 95 4,04%

Tabel 14. Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-0

Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Tomat Awal 5 10 1,8;1,8 1,8 3,6

Tabel 15. Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-2

Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 1,8;1,7 1,75 3,5
KMnO4 5 10 1,9;1,9 1,90 3,8
Ca(OH)2 5 10 1,9;2,0 1,95 3,9
Asam L-
5 10 1,8;1,8 1,80 3,6
askorbat

Daging Daging
Tomat °Brix %Brix
Buah Buah+Air Rata-Rata °Brix
Kontrol 5 10 2,6;2,8 2,70 5,4
KMnO4 5 10 2,0;2,1 2,05 4,1
Ca(OH)2 5 10 2,4;2,4 2,40 4,8
Asam L-
5 10 2,3;2,4 3,35 6,7
askorbat
Tabel 16. Hasil Refraktometer Tomat (%Brix) Hari ke-5

Tabel 17. Besar % Total Asam pada Tomat

Perlakuan
Percobaan Rata-rata %Total
NO. Hari Ke- untuk ml NaOH
Ke- ml NaOH Asam
Wadah
1 1 0,9
H0 A; B; C; D. 0,95 0,192%
2 2 1,0
3 1 0,7
A 0,80 0,134%
4 2 0,9
5 1 1,0
B 1.05 0,176%
6 2 1,1
H2
7 1 1,1
C 1,05 0,176%
8 2 1,0
9 1 1,0
D 1,00 0,167%
10 2 1,0
11 1 0,7
A 0,65 0,200%
12 2 0,6
13 1 0,5
B 0,50 0,154%
14 2 0,5
15 1 0,6
C 0,60 0,185%
16 2 0,6
17 D 1 0,4 0,45 0,139%
Lampiran B

Pengolahan Data

A. Perhitungan Kekerasan Buah dengan Penetrometer

𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑎ℎ = ∑ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑙 + ∑ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ + ∑ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑈𝑗𝑢𝑛g

a. Perhitungan untuk H0

4.67 + 4.67
= 4.67
2

4.5 + 4.3
= 4.4
2

4.68 + 4.25
= 4.465
2

4.67 + 4.4 + 4.465


= 4.5117
3

b. Perhitungan H2

3.91 + 3.92
= 3.915
2

3.15 + 3.61
= 3.38
2
3.96 + 4.08
= 4.02
2

3.915 + 3.36 + 4.02


= 3.7717
3

4.04 + 3.39
= 4.015
2

4.06 + 3.48
= 3.765
2

4.06 + 3.87
= 3.965
2

4.05 + 3.765 + 3.965


= 3.915
3

4.11 + 3.96
= 4.053
2

3.87 + 3.97
= 3.92
2

3.97 + 3.97
= 3.97
2

4.053 + 3.92 + 3.97


= 3.975
3

3.91 + 3.97
= 3.94
2

3.95 + 3.3
= 3.625
2

4.11 + 4.1
= 4.105
2

3.94 + 3.625 + 4.105


= 3.89
3

c. Perhitungan H5

4.12 + 4.1 + 4.49


= 4.2367
3
4.57 + 3.52 + 4.65
= 4.2467
3

4.08 + 3.7 + 4.64


= 4.14
3

3.95 + 3.67 + 4.73


= 4.1167
3

3.915 + 3.38 + 4.02


= 3.7716
3

B. Perhitungan Susut Bobot

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

a. KONTROL

133 − 139
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = −4,51%
133

b. KMnO4

145 − 140
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = 3,45%
145

c. Ca(OH)2

131 − 126
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = 3,82%
131

d. Asam L-askorbat

99 − 95
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = × 100% = 4,04%
99

C. Perhitungan %Brix dengan Refraktometer


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑎ℎ + 𝑎𝑖𝑟
%𝐵𝑟𝑖𝑥 = × °𝐵𝑟𝑖𝑥
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑎ℎ

a. Data H0

3+3
%𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,8 = 3,6%
3

b. Data H2

10
Kontrol: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,75 = 3,5%
5

10
KMnO4: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,90 = 3,8%
5

10
Ca(OH)2: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,95 = 3,9%
5

10
Asam L-askorbat: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 1,80 = 3,6%
5

c. Data H5

10
Kontrol: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 2,70 = 5,4%
5

10
KMnO4: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 2,05 =4,1%
5

10
Ca(OH)2: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = × 2,40 = 4,8%
5

10
Asam L-askorbat: %𝐵𝑟𝑖𝑥 = 5
× 3,35 = 6,7%

D. Perhitungan %Total Asam


𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝
%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

a. Hari ke-0
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝
%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,95 𝑥 0,023 𝑥 176 𝑥 5
= 𝑥 100%
10000

= 0,192%
b. Hari ke-2
a) Perlakuan A

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,80 𝑥 0,019 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,134%

b) Perlakuan B

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

1,05 𝑥 0,019 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,176%

c) Perlakuan C

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

1,05 𝑥 0,019 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,176%

d) Perlakuan D

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

1,00 𝑥 0,019 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,167%
c. Hari ke-5
a) Perlakuan A

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,65 𝑥 0,035 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,200%

b) Perlakuan B

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,50 𝑥 0,035 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,154%

c) Perlakuan C

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,60 𝑥 0,035 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,185%

d) Perlakuan D

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑋 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝑓𝑝


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,45 𝑥 0,035 𝑥 176 𝑥 5


= 𝑥 100%
10000

= 0,139%
Lampiran C

Dokumentasi

Perlakuan Hari ke- Keterangan


A(kontrol) H0

H2

H5
B H0

H2

H5

C H0

H2
H5

D H0

H2

H5

Anda mungkin juga menyukai