Oleh :
Singgih Febrian
1954231006
Kelompok 10
Pengecilan ukuran merupakan proses mengubah sifat fisik dari bahan karena
mendapatkan gaya gaya mekanis seperti gaya tekan, gaya tumbuk, dan gaya geser
sehingga bentuk serta ukurannya berubah. Pengecilan ukuran untuk skala industri
biasanya mengguakan penggiling mekanis dengan tujuan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi. Operasi pengecilan ukuran ini dapat dibagi dua
katagori utama, tergantung kepada apakah bahan tersebut bahan cair atau bahan
padat, Apabila bahan padat, oprasi pengecilan disebut penghacuran dan
pemotongan. Bahan baku pasca panen yang tersedia pada umumnya belum dalam
bentuk yang sesuai dengan yang dibutuhkan, termasuk dalam hal ukuran menjadi
partikel partikel lebih kecil ( Syah.H et.,al.2013 ).
Pengayakan merupakan salah satu metode untuk memisahkan sesuai ukuran yang
diinginkan. Pengayakan biasanya dilakukan terhadap material yang telah
mengalami proses penghancuran atau pengecilan ukuran. Partikel yang lolos pada
proses ayakan disebut dengan under size sedangkan partikel yang tertahan pada
ayakan disebut dengan oversize. Proses pengayakan sangat berguna dalam proses
penanganan bahan pangan. Dimana dengan dilakukan pengayakan, maka bahan
pangan yang di ayak akan disterilkan dari bahan-bahan yang merugikan. Dengan
kata lain, dengan adanya proses pengayakan maka kita akan mendapatkan pati
dari suatu bahan pangan atau hasil bersih dari suatu bahan pangan. Oleh karena itu
dilaksanakan praktikum pengecilan ukuran dari bahan.
1.2. Tujuan
Pengecilan ukuran adalah proses atau sistem operasi dalam teknologi pangan yang
mengubah ukuran bahan pangan dari bentuk besar ke bentuk atau ukuran yang
lebih kecil. Bentuk akhir setelah bahan mengalami proses pengecilan ukuran dapat
berupa tepuk/bubuk, butiran, irisan/potongan bahan sesuai dengan pengecilan
ukuran yang diinginkan. Mengecilkan ukuran berarti membagi-bagi suatu bahan
padat menjadi bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya-gaya mekanis.
Tergantung dari besarnya bahan-bahan padat yang dihasilkan, pengecilan ukuran
di bedakan atas pengecilan kasar dan pengecilan halus. Pengecilan ukuran antara
lain dapat menyebabkan bahan-bahan padat menjadi dapat di angkut dengan lebih
mudah, mempunyai bentuk komersial yang lebih baik, lebih mudah di proses
lebih lanjut ( Rifai,2012 ).
Factor yang mempengaruhi suatu proses suatu pengecilan ukuran adalah energi
yang dimiliki oleh alat pengecilan ukuran sendiri. Sifat bahan sendiri dapat
menentukan seberapa besar energy atau tenaga yang dapat dikeluarkan oleh alat
pengecil ukuran. Selain itu banyaknya tingkatan kadar air yang terdapat pada
suatu bahan akan sangat berpengaruh dalam proses pengecilan ukuran, karena saat
suatu bahan memiliki kadar air yang banyak maka sifat dari bahan akan lebih
mudah dihancurkan atau dikecilkan.
Karakteristik suatu bahan baku merupakan substansi utama yang secara garis
besar perlu dipertimbangkan dalam menentukan mesin pengecil ukuran yang
tepat. Kadar air suatu bahan baku serta kandungan penyusun suatu bahan baku
tertentu akan berbeda-beda setiap komoditinya. Sehingga mesin tertentu yang
tepat perlu diperhatikan kecocokannya dengan karakter bahan baku yang akan
dikecilkan ukurannya. Selain itu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah
kapasitas yang dimiliki oleh mesin dalam mengasilkan rendemen karena hal
tersebut menyangkut efektif atau tidaknya mesin pengecilan ukuran bekerja
( Saputra, 2009 ).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 10 oktober 2020, pukul 07.00
WIB – 10.00 WIB, di perumahan nusantara permai blok D 3 No 7 sukabumi,
Bandar Lampung.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ayakan, timbangan digital,
wadah, dan blender.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kacang tanah sangria, kacang
hijau, dan beras
3.3. Prosedur Praktikum
Ditimbang 100gr
Diayak
Hasil Pengamatan pada praktikum pengecilan ukuran disajikan pada table berikut.
4.2. Perhitungan
Beras :
92
% Bahan Tertinggal : x 100 % = 92 %
100
6
Bahan Lolos : x 100 % = 6 %
100
92 %
Modulus kehalusan ( FM ) : = 0,92
100 %
Dimensi : 0,0041 ( 2 )0,92 In = 0,00689 in
Kacang hijau
75
% Bahan Tertinggal : x 100 % = 75 %
100
5
Bahan Lolos m : x 100 % = 5 %
100
75 %
Modulus kehalusan ( FM ) : = 0,75
100 %
Dimensi : 0,0041 ( 2 )0,75 In = 0,00775
4.3. Pembahasan
Sampel yang digunakan pada praktikum pengecilan ukuran ini adalah kacang
tanah sangria, kacang hijau, dan beras. Bobot awal dari kacang tanah sangria
adalah 100 gram, Bobot sampel kacang tanah sangrai setelah dilakukan
pengayakan adalah 58 gram yang tertahan di ayakan, dan juga 37 gram yang
lolos dari ayakan. Sehingga didapatkan persentase dari bahan yang yang
tertinggal yaitu 58 % dan yang lolos yaitu 37 %. Modulus kehalusan (FM)
yang didapatkan dari perhitungan yaitu 0,58 dan dimensi yang dihasilkan dari
sampel kacang tanah sangrai adalah 0,00613 in. Kemudian menggunakan
bahan beras dengan bobot awal 100gr. Kemudian bobot beras setelah
dilakukan pengayakan terdapat 92 gr tertahan di ayakan, dan 6gram lolos dari
ayakan. Sehingga didapatkan modulus kehalusan (FM) sebesar 0.92 dan
dimensi yang dihasilkan 0,00689 in. Bahan ketiga yaitu menggunakan kacang
hijau dengan bobot awal 100gram. Kemudia setelah dilakukan pengayakan
menghasilkan berat yang tertahan pada ayakan 75 gram dan 5 gram yang lolos
ayakan. Modulus kehalusan ( FM ) didapatkan sebesar 0,75 dan dimensi
sebesar 0,0075 in.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah dilakukan di
ruangan yang tidak bising atau nyaman untuk digunakan selama praktikum
sehingga membuat kesalahan kesalahan yang mungkin dilakukan diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Rangkuti P.A., Rokhani A., dan Kaltika S.U.S. (2012). Uji performansi mesin
penepung tipe discmill untuk penepungan juwawut ( setaria italic P.
beauvois ). Jurnal AGRITECH vol 32 no 1
Syah, Hendri, yuzmanizar, dan oki M. 2013. Karakteristik fisik bubuk kopi
arabika hasil penggilingan mekanis dengan penambahan jagung dan beras
ketan. Jurnal Teknologi dan industry pertanian Indonesia vol (5) no 1
Warji, Sapto Kuncoro, Sandi A, dan Heny R. 2010. Rancang Bangun Mesin
Penepung Ubi Kayu Tipe Hammer Mill. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol 7
No. 2
LAMPIRAN