ACARA III
NATA DE PINNATA
OLEH:
KINANTY DILLA HUMAIRA
J1A013059
KELOMPOK XV
ACARA III
NATA DE PINNATA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr) merupakan pohon yang
menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama. Hampir semua bagian fisik pohon
aren (akar, batang dan daun) maupun produksi tanaman ini (buah muda, nira dan
pati atau tepung dalam batang) dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi
(Sunanto, 1993). Dengan demikian penganekaragaman pemanfaatan aren akan
dapat meningkatkan pendapatan petani dan menyediakan lapangan kerja, sehingga
tekanan masyarakat terhadap hutan dapat berkurang dan kelestariannya bisa
dipertahankan. Nata berasal dari kata Spanyol yang dalam bahasa Inggris berarti
cream, sedangkan pinnata merupakan kata yang diambil dari nama jenis pohon
aren (A. pinnata). Nata merupakan jenis makanan penyegar atau pencuci mulut
(food dessert) yang dapat digolongkan pada dieatery fiber yang memberi andil
yang cukup berarti untuk kelangsungan fisiologi secara normal. Nata adalah
selulosa sintetik, terbentuk dari proses fermentasi yang bersifat anabolik pada
media cair untuk menghasilkan senyawa kompleks selulosa dari pembentukan
senyawa sederhana (gula). Pada proses fermentasi tersebut, bakteri Acetobacter
xylium memegang peranan untuk pembentukan selulosa, disamping media dan
suhu fermentasi.
Kandungan nutrisi nata pinnata yang diolah dari nira aren tidak berbeda
jauh dengan nutrisi nata lainnya yang diolah dari air kelapa atau dari nira kelapa
maupun kandungan nutrisi kolang kaling. Nata pinnata mengandung kadar air
sekitar 97,42%; serat kasar 0,82%; protein 0,15%; sementara kandungan vitamin
C; lemak kalsium dan posfor sangat rendah. Secara fisik nata pinnata tidak jauh
berbeda dengan nata de coco yang diolah dari air kelapa. Nata pinnata bertekstur
lembut, berwarna putih dan memiliki kekenyalan yang lebih rendah dari nata de
coco.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh
konsentrasi gula dan volume starter terhadap mutu dan ketebalan nata yang
terbentuk.
TINJAUAN PUSTAKA
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata
diterjemahkan ke dalam bahasa latin sebagai natare yang berarti terapung-
apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases),
limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji,
strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di
Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de
coco pertama kali berasal dari Filipina (Sutarminingsih, 2011).
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan membentuk serat
nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan
nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut
akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai
serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan
dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat
berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata (Hantari, 2010).
Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,57,5, namun akan tumbuh
optimal bila pH 4,3 sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum pada suhu 2831C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat
atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman
air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat
keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,55,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan (Karim,
2009).
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan
sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam
sel hidup. Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel
yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian dan fase
kematian. Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung
tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad fase tersebut terjadi aktivitas
metabolisme dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase
pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan
awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini
berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada
fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya
untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat
menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter xylinum dalam membentuk nata.
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat
metabolik yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur
sel sudah tua. Pada fase ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang
tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap
terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih
banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi
dalam media sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan
mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami
kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain nata (Rana, 2012).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Prosedur Kerja
Disaring
Ditambahkan gula 6,7 gr, amonium sulfat 0,8 gr, Mg sulfat 0,1 gr,
Na asetat 0,14 gr, cuka 4 ml
Didinginkan
Diinokulasi starter
Tabel 3.4 Tabel uji lanjut BNJ parameter Ketebalan Nata de pinnata
Rangking Konsentrasi ragi Rata-rata N non-significant
1 35 gr 1,374 15 a
2 65 gr 1,284 15 a
3 55 gr 1,266 15 a
4 45 gr 1,256 15 a
Tabel 3.6 Tabel uji lanjut BNJ parameter Tekstur Nata de pinnata
Rangking Konsentrasi ragi Rata-rata N non-significant
1 65 gr 1,266 15 a
2 35 gr 1.14466666667 15 ab
3 55 gr 1.08866666667 15 ab
4 45 gr 1.038 15 a
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai natare yang berarti terapung-
apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases),
limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji,
strawberry dan lain-lain). Nata adalah selulosa sintetik, terbentuk dari proses
fermentasi yang bersifat anabolik pada media cair untuk menghasilkan senyawa
kompleks selulosa dari pembentukan senyawa sederhana (gula). Pada proses
fermentasi tersebut, bakteri Acetobacter xylium memegang peranan untuk
pembentukan selulosa, disamping media dan suhu fermentasi.
Kandungan nutrisi nata pinnata yang diolah dari nira aren tidak berbeda
jauh dengan nutrisi nata lainnya yang diolah dari air kelapa atau dari nira kelapa
maupun kandungan nutrisi kolang kaling. Nata de pinnata mengandung kadar air
sekitar 97,42%, serat kasar 0,82%, protein 0,15%, sementara kandungan vitamin
C, lemak, kalsium dan posfor sangat rendah. Secara fisik nata de pinnatatidak
jauh berbeda dengan nata de coco yang diolah dari air kelapa. Nata de pinnata
bertekstur lembut, berwarna putih dan memiliki kekenyalan yang lebih rendah
dari nata de coco.
3. Nata pinnata mengandung kadar air sekitar 97,42%, serat kasar 0,82%, protein
0,15%, sementara kandungan vitamin C, lemak, kalsium dan posfor sangat
rendah.
Antaatmadja, S., 1989. Aspek Sosial Ekonomi Tanaman Aren. Jurnal Penelitian
Delima, Yuliana. 2003. Pengaruh Penyimpanan Nira Lontar Terhadap Nata yang
Dihasilkan. Makassar: Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin.
Kadir, 2003. Teknologi Pengolahan Nira Aren Untuk Produk Nata Pinnata. Buletin
No.6 Tahun 2003 Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar.
Lempang, M., Mangopang, A.D., 2012. Efektivitas Nira Aren Sebagai Bahan
Pengembang Adonan Roti. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 1(1):26-
35
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Jakarta: Agromedia
Pustaka