Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN

SENSORIS
“UJI DESKRIPSI (DESCRIPTIVE TEST)”
DISUSUN OLEH :

DOSEN :
 Dr. Ir. Budiyanto, M.Sc.
 Ir. Laili Susanti, M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uji deskripsi merupakan suatu uji yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteristik suatu produk.
Oleh sebab itu, pada uji ini banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan
dianalisis secara keseluruhan. Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah
terutama yang paling relevan terhadap mutu atau yang paling peka
terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat sensorik mutu ini
disebut atribut mutu. Misalnya ketengikan, warna, bau dan lain-lain.
Metode deskriptif lain yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
adalah “Flavor Profile Analysis” yang dapat mendefinisikan dan
menganalis flavor seperti aroma dan rasa. Kemudian “Texture Profile
Analysis ”, yang antara lain menyatakan kekerasan, kerenyahan, dan lain-
lain.
Metode analisis deskriptif menggunakan penilaian baik secara kualitatif
maupun
secara kuantitatif, menuntut panelis untuk menggambarkan dan
mendeteksi atribut-atribut sensori sedekat mungkin. Metode kualitatif
dilakukan untuk mendapatkan dan mengembangkan bahasa, sehingga
dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangan penting untuk
analisis secara kuantitatif.

1.2 Tujuan
Peserta praktikum dapat melaksanakan pengujian sensoris berupa uji
Deskriptif dengan consumer profile test.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.1.1 alat
 Piring
3.1.2 bahan
 Kerupuk
 Air mineral
 Lembar penilaian

3.2 Prosedur Kerja


 Seluruh praktikan dipimpin kelompok penyelenggara acara praktikum
mendiskusikan atribut sensoris yang akan digunakan untuk uji deskriptif
 Menyiapkan bahan yang akan dijadikan sampel
 Menempatkan sampel pada tempat penyajian dengan berkelompok
 Penyelenggara acara memberikan penjelasan cara pengisian lembar
penelaian
 Melakukan pengujian
 Mengumpulkan lembar penilaian yang telah diisi dan rekap data
 Melakukan analisis data

BAB VI
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Flavor Profile Analysis
Urutan profile flavor sample menjadi beberapa komponen yang disepakati
dalam kelompok sebagai berikut :
No Atribut

1 Aroma minyak jelantah

2 Rasa asin

3 Gurih

4 Rasanya meninggalkan bekas di lidah

5 Rasa penyedap

6 Rasa ikan

7 Aroma ikan

4.2 Texture Profile Analysis


Urutan profile texture sample menjadi beberapa komponen yang
disepakati dalam kelompok sebagai berikut :
No Atribut

1 Renyah

2 Keriuk

3 Garing

4 Kasar

5 Setelah dikunyah atau dimakan terasa lengket

6 Seperti gabus

7 Mudah pecah

4.3 Hasil Analisa Flavor dari Tiap-Tiap kelompok

No Atribut
1 Aroma minyak goring bekas

2 Rasa asin

3 Rasa ikan sedikit

4 Minyaknya berasa

5 Rasa penyedap

6 Rasa bawang

7 Rasa asam

8 Gurih

9 manis

10 Bau ikan

11 Rasa penyedap menempel (after taste)

12 bersoda

4.4 Hasil Analisa Texture dari Tiap-Tiap kelompok

No Atribut

1 Renyah, keriuk, garing


2 Lembut di lidah

3 Agak keras

4 Permukaan kasar

5 Tidak padat / berongga

6 Seperti gabus

7 Mudah hancur

8 lempam

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Uji deskripsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori . (14 Mei 2011).

Anonim. 2010. FGD. http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori . (14 Mei 2011).

Anonim. 2010. Uji Deskripsi. http://www.scribd.com/doc/54754597/laporan-mentah. (14 Mei


2011).

Balya, J. 2011. Tekstur. http://johnbalya.blogspot.com/2011/03/tekstur-rheologi-dan-sifat-


permukaan.html (14 Mei 2011).
Gusfahmi, achmad. 2011. Uji
deskripsihttp://achmadgusfahmi.blogspot.com/2011/03/uji-
deskripsi.html. (14 Mei 2011)

Hajrah, W. 2009. Mempelajari Profil Sensori Jeruk Keprok batu 55 (Citrus


reticulataBlanco), Keprok Blinyu (Citrus reticulata Blanco), Manis Punten
(Citrus sinensis Osbeck) Serta Manis Valencia (Citrus sinensis Osbeck)
Dengan Analisis Sensori Deskriptif. Skripsi Sarjana IPB
Bogor.http://repository.ipb.ac.id/ . (14 Mei 2011).

Rahayu, W.P., 1998. Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan


dan Gizi Fateta
IPB, Bogor. http://repository.ipb.ac.id/ . (14 Mei 2011).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji deskripsi didesain untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat sensori. Dalam
kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana suatu atribut mutu dikategorikan
dengan suatu kategori skala (suatu uraian yang menggambarkan intensitas dari suatu atribut
mutu) atau dapat juga besarnya suatu atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel,
dengan menggunakan metode skala rasio.
Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan keahlian khusus dalam penilaiannya karena
dalam uji ini panelis harus dapat menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Untuk
melakukan uji ini, dibutuhkan penguji yang terlatih. Uji deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor
atau pemberian skala. Kedua uji ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor
yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian
skor, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun
(http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori).
Uji deskripsi digunakan untuk mendapatkan gambaran yang utuh
tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini banyak sifat
yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan. Sifat-sifat
sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan terhadap mutu
atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat
sensorik mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya ketengikan, warna, bau
dan lain-lain.
Kekurangan atau kelemahan dari uji deskripsi di antaranya adalah
membutuhkan panelis yang memiliki konsentrasi tinggi dan juga
kepekaannya. Biasanya sudut antara dua garis radial sama dengan
ditetapkan dengan cara membagi sudut keliling dengan jumlah atribut
mutu(http://achmadgusfahmi.blogspot.com/2011/03/uji-deskripsi.html).

Analisis Deksriptif
Analisis deskriptif adalah teknik analisis sensori yang digunakan
dengan tujuan memperoleh deskripsi sifat-sifat sensori dari berbagai
macam produk atau material (Gacula, 1997)., uji dekskriptif merupakan
penilaian sensori yang lebih kompleks, meliputi berbagai jenis sensori
yang menggambarkan keseluruhan sifat komoditi tersebut. Dalam
mendeskripsikan sifat makanan terdapat beberapa metode, yaitu secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Menurut Meilgaard et al., (1999), semua
metode analisis deskriptif menggunakan penilaian baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif, menuntut panelis untuk menggambarkan dan
mendeteksi atribut-atribut sensori sedekat mungkin. Metode kualitatif
dilakukan untuk mendapatkan dan mengembangkan bahasa, sehingga
dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangan penting untuk
analisis secara kuantitatif, sedangkan metode kuantitatif mendeskripsikan
karakteristik sensori suatu produk dengan memberikan penilaian yang
menggambarkan sampel dalam suatu skala interval (Rahayu, 1998).
Menurut Gacula (1997). Metode dalam analisis deksriptif terus
berkembang. Tiga metode yang digunakan dalam analisis deskriptif,
yaitu flavor profil, texture profildan quantitative descriptive
analysis. Keberhasilan analisis deskriptif tergantung pada empat faktor,
yaitu pelatihan dan pengalaman panelis, panel leader, pelaksanaan
analisis, dan komitmen para
panelis(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20777/F09
woh.pdf?sequence=1).

FLAVOR
Flavor adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan sensasi
perasaan selama kita makan atau minum. Sering kali flavor didefinisikan
sebagai kesan (sensasi) gabungan rasa dan bau yang dipengaruhi oleh
sifat akuistik bahan, tekstur dan penampakan. Sejumlah karakteristik
beberapa komponen bahan yang dibawa ke dalam mulut, dirasakan
terutama oleh indra rasa dan bau dan seterusnya diterima dan
diintepretasikan oleh otak. Selanjutnya komponen flavor ini dapat berupa
komponen kimia tunggal ataupun campuran beberapa komponen kimia
alami atau sintetik. Komponen kimia ini berupa komponen volatil yang
biasanya terdiri dari ester, asam, alkohol, aldehid dan keton. Komponen
volatil ini sangat penting dalam pembentukan karakteristik flavor. Sensasi
ini merangsang organ organoleptik (Lindsay, 1985).
Menurut U. S. Society of flavor chemists dalam Heath (1978), flavor
didefinisikan sebagai suatu substansi, berupa komponen kimia tunggal
atau campuran, baik alami maupun sintetik, yang menyebabkan suatu
sensasi pada makanan dan minuman ketika dikonsumsi. Menurut Heath
(1978), flavor pada makanan dapat berasal dari :
1. Komponen-komponen yang sudah ada dialam seperti pada daging,
buah, rempahrempah
dan sayuran.
2. Timbul dari perubahan kimia komponen-komponen dasar yang
disebabkan oleh
proses pengolahan seperti pemanasan dan oksidasi.
3. Penambahan bahan perisa baik dari bahan alami ataupun sintesis.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20777/F09woh.pdf
?sequence=1).
.
Tekstur
Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata maupun
semu. Suatu permukaan mungkin kasar, halus, keras atau lunak, kasar
atau licin. Tekstur merupakan karakter nilai raba yang dapat dirasakan
secara fisik dan secara imajiner. Tekstur kasar ketika diraba secara fisik
memang menunjukkan suatu permukaan yang kasar, sedangkan tekstur
semu hanya nampak oleh mata karakternya kasar namun ketika diraba
tidak dapat dirasakan sebagamana yang dilihat sehingga tekstur
semacam ini hanya memberi kesan imajinatif pada
perasaan(http://johnbalya.blogspot.com/2011/03/tekstur-rheologi-dan-
sifat-permukaan.html).
tekstur makanan adalah hasil atau rupa akhir dari makanan, mencakup : warnatampilan
luar, warna tampilan dalam, kelembutan makanan, bentuk permukaan padamakanan,
keadaan makanan (kering, basah, lembab)
(http://www.scribd.com/doc/54754597/laporan-mentah).

Analisis sensori deskriptif dilakukan menggunakan metode kualitatif


dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan
teknik Focus Group, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan
metode QDA (Quantitative Descriptive Analysis). Sebelum dilakukan
analisis deskripsi, terlebih dahulu dilakukan seleksi dan pelatihan panelis.

QuantitativeDescriptive Analysis (QDA)


Metode kuantitatif yang cukup sering digunakan yaitu Quantitative
Descriptive Analysis (QDA) yaitu suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan suatu karakteristik sensori suatu produk secara
matematis (Zook dan Pearce, 1988). Metode QDA dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu seleksi panelis, pelatihan panelis, analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif (Meilgaard et al., 1999).
Secara kualitatif, penentuan atribut-atribut sensori suatu produk
dapat dilakukan menggunakan In Depth Interview dan Focus
Group (Heymann et al., 1993). Menurut Cairncross dan Sjostrom (1950),
metode kualitatif digunakan untuk menyepakati terminologi deskriptif suatu
produk yang mewajibkan para panelis untuk memberikan terminologi-
terminologi yang dirasakan saat mencicipi sampel
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20777/F09woh.pdf
?sequence=1).
Diskusi kelompok terarah
Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion (FGD)
merupakan salah satu bentuk wawancara dalam grup. Biasanya dilakukan
dengan jumlah panelis 8-12 orang dengan latar belakang relatif sama,
seperti asal daerah, status sosial, danusia. Dalam metode ini juga
dibutuhkan seorang moderator atau fasisitator untuk memimpin
jalannya diskusi. Diskusi ini dapat berlangsung selama 1-2
jam. Informasiyang didapatkan dari metode ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengemasan produk, tema iklan yang digunakan, dan untuk
pengembangan produk lainnya sepertirasa, penyajian produk,
perkiraan harga, dan lain-lain
(http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori).

BAB VI
PEMBAHASAN
Uji deskripsi sendiri digunakan untuk mendapatkan gambaran yang
utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini
banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan.
Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan
terhadap mutu atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu
komoditi. Sifat-sifat sensorik mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya
ketengikan, warna, bau dan lain-lain. Namun, Kekurangan atau
kelemahan dari uji deskripsi di antaranya adalah membutuhkan panelis
yang memiliki konsentrasi tinggi dan juga kepekaannya.
Analisis deskriptif adalah teknik analisis sensori yang digunakan
dengan tujuan memperoleh deskripsi sifat-sifat sensori dari berbagai
macam produk atau material (Gacula, 1997). Menurut Rahayu (1998), uji
dekskriptif merupakan penilaian sensori yang lebih kompleks, meliputi
berbagai jenis sensori yang menggambarkan keseluruhan sifat komoditi
tersebut. Dalam mendeskripsikan sifat makanan terdapat beberapa
metode, yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Menurut Meilgaard et
al., (1999), semua metode analisis deskriptif menggunakan penilaian baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif, menuntut panelis untuk
menggambarkan dan mendeteksi atribut-atribut sensori sedekat mungkin.
Metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan dan mengembangkan
bahasa, sehingga dapat menggambarkan sampel yang nantinya sangan
penting untuk analisis secara kuantitatif, Contoh metode dalam analisis
deksriptif yaitu flavor profil Analysis, texture profil Analysis.

Flavor Profile Analysis


Analisis sensori deskriptif untuk flavor profile analysis dilakukan
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik Focus Group. sifat sensoris bahan pangan yaitu
flavor meliputi rasa dan odor. Sedangkan analisa deskripsi dilakukan
untuk mendapatkan deskripsi rasa dan aroma kerupuk.
Metode Focus Group yaitu pengujian dengan sistem diskusi, dimana
panelis mendiskusikan atribut rasa dan aroma yang terdapat pada sampel
kerupuk. Saat diskusi berlangsung, panel leader hanya berperan sebagai
fasilitator dengan menyiapkan semua keperluan panelis seperti sampel
dan fasilitas lain, serta mengawasi jalannya diskusi. Pada metode Focus
Group, panelis diberi kebebasan dalam berdiskusi untuk menentukan
atribut rasa dan aroma yang terdapat pada sampel kerupuk. Apabila ada
kergaman bahasa terhadap atribut yang sama, maka dilakukan
kesepakatan dengan menggunakan bahasa yang sama.
Pengujian sensori dengan teknik Focus Group melibatkan seluruh
panelis dan seorang pemimpin (dalam penelitian ini peneliti bertindak
sebagai moderator). Pada uji ini, panelis melakukan pengujian bersama
dalam satu ruangan dengan kondisi yang telah diatur sedemikian rupa
sehingga dapat menghindarkan berbagai gangguan yang dapat
mempengaruhi penilaian. Panelis dengan arahan dari moderator
mendiskusikan seluruh atribut rasa dan aroma yang dikenalinya setelah
mencicip dan membaui kerupuk yang disajikan. Uji ini tidak ada analisis
statistic (Winarno, 1997).
Disini, Flavor Profile Analysis dilakukan untuk menguraikan
karakteristik aroma dan rasa secara bersamaan. Uji seperti ini dapat
digunakan untuk mendeskripsikan secar komplit suatu prosuk makanan,
yang dalam hal ini adalah kerupuk. Uji ini dilakukan dengan melihat
perbedaan dan persamaan diantara kelompok atau/ group terhadap
kualitas tertentu atau atribut mutu yaitu flavor kerupuk.
Aroma Sering digunakan untuk menerangkan suatu odor (bau) yang
diterima indera penciuman ketika memakan suatu produk. Kata aroma
juga digunakan untuk menerangkan suatu odor (bau) yang memiliki
konotasi menyenangkan sedangkan odor (bau): Menerangkan
sensasi/kesan yang diterima ketika mencium kerupuk. Kriteria odor (bau)
juga diterapkan untuk menerangkan aspek mutu dari kesan bau yang
diakibatkan oleh senyawa-senyawa yang timbul dari kerupuk, Sedangkan
rasa disini Menerangkan suatu kesan yang diterima melalui syaraf
indera pengecap di lidah, sebagai hasil dari hadirnya senyawa-senyawa
yang larut dalam air. Secara umum dikenal ada 4 citarasa utama yaitu
manis, asin, asam dan pahit,walaupun masih dimungkinkan adanya
kategori citarasa lain misalnya gurih, pedas atau yang lain. Kata taste
(citarasa) juga digunakan untuk menerangkan mutu dari kesan yang
ditimbulkan oleh senyawa-senyawa yang ada dalam sampel kerupuk.
Hasil deskripsi aroma pada uji ini, cukup mendeskripsikan aroma
sampel kerupuk ini, yaitu aroma minyak jelantah atau minyak goreng
bekas dan aroma ikan. Keragaman bahasa ini langsung menyatakan
bahwa sampel kerupuk ini berasa minya goreng bekas dan aroma ikan
yang dominan. Hal inilah yang bisa dijadikan untuk analisis kuantitatif
deskripsi (QDA)
Sedangkan pada deskripsi rasa hampir terlihat keragaman bahasa
yang nyata, karena kebanyakan panelis langsung mendeskripsikan
berdasarkan rasa rasa dasar yang umum dikenal seperti asin, hal ini
karena sampel yang digunakan adalah kerupuk. kemudian rasa ikan tetapi
yang tidak terlalu dominan namun masih bisa dirasakan oleh panelis.
Rasa penyedap dan gurih juga dirasakan bisa dirasakan oleh tiap panelis
terhadap sampel kerupuk ini. Atribut rasa yang teridentifikasi dalam uji ini
adalah rasa minyak, rasa bawang, rasa asam, manis, dan bersoda,
namun rasa-rasa ini tidak dirasakan oleh setiap panelis. Rasa asin dan
rasa ikan bisa dijadikan untuk analisis kuantitatif deskripsi (QDA).
Dalam hal ini terdapat “after taste”, yaitu rasa penyedap yang
menempel, Lama kesan atau kesan sesudah “after taste” adalah bagaimana suatu zat
rangsang menimbulkan kesan yang mudah atau tidak mudah hilang setelah pengindraan
dilakukan. Rasa penyedap memiliki kesan sesudah lebih kuat dibandingkan dengan rasa
ikan pada sampel kerupuk ini.

Texture Profile Analysis

Metode kualitatif juga bisa digunakan untuk Analisis sensori deskriptif


Texture profile analysis. Metode kualitatif dilakukan dengan
menggunakan teknikFocus Group. Dan sifat sensoris bahan pangan
yang dianalisa adalah texturekerupuk, yaitu sifat tekstural sampel
kerupuk. s i f a t tekstural ini mencakup sifat mekanis, geometris dan
orientasi partikel tekstur kerupuk dalam hasil atau rupa akhir dari
makanan, mencakup : warna tampilan luar, warna tampilan dalam,
kelembutan makanan, bentuk permukaan pada makanan, keadaan
makanan (kering, basah, lembab).
Pengujian sensori dengan teknik Focus Group untuk Texture profile
Analysis, yaitu melibatkan seluruh panelis dan seorang pemimpin. Pada
uji ini, panelis melakukan pengujian bersama dalam satu ruangan dengan
kondisi yang telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan
berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi penilaian. Panelis dengan
arahan dari moderator mendiskusikan seluruh atribut rasa dan aroma
yang dikenalinya setelah mencicip dan membaui kerupuk yang
disajikan. Uji ini tidak ada analisis statistic (Winarno, 1997), sama seperti
halnya Flavor Profile Analysis.
Hasil deskripsi yang didapat menunjukkan bahwa sampel kerupuk
renyah, keriuk, garing, permukaan kasar, dan seperti gabus sehingga
mudah pecah. Tampilan inilah yang bisa dirasakan oleh tiap panelis.
Tampilan-tampilan ini menyatakan tekstur kerupuk dalam hal tampilan
luar, bentuk permukaan, dan tekstur atau kelembutan makanan yang
dinyatakan dengan renyah, keriuk, garing.
Sedangkan atribut mutu yang lain yang juga dideskripsikan adalah
keras namun lembut di lidah. Tidak padat / berongga merupakan tampilan
luar , setelah dimakan atau dikunyah terasa lengket dan lempam. Atribut-
atribut ini tidak secara langsung dapat dinyatakan sebagai sifat sensori
tekstur sampel kerupuk ini, karena tidak semua panelis bisa
merasakannya. Sama seperti halnya aroma dan rasa, renyah, keriuk,
garing, permukaan kasar, dan seperti gabus bisa dijadikan
untuk Quantitative Descriptive Analysis (QDA) dalam hal tekstur.
Keberhasilan analisis deskriptif tergantung pada empat faktor, yaitu
pelatihan dan pengalaman panelis, panel leader, pelaksanaan analisis,
dan komitmen para panelis. Dan Hasil dari Focus Group akan digunakan
untuk Quantitative Descriptive Analysis (QDA) untuk lebih mengidentifikasi
karakteristik dari suatu sampel secara kuantitaif.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
 Focus Group merupakan salah satu metode kualitatif analisa deskripsi
untukFlavor Profil Analysis dan Texture Profil Analysis.
 Pada Flavor Profil Analysis, hasil deskripsi aroma menunjukkan aroma
minyak jelantah atau minyak goreng bekas dan aroma ikan. Sedangkan
hasil deskripsi rasa menunjukkan rasa asin dan rasa ikan. Atribut lain
yang terdeskripsi adalahrasa minyak, rasa bawang, rasa asam, manis,
dan bersoda.
 Pada Flavor Texture Analysis, hasil deskripsi menunjukkan sampel
kerupuk renyah, keriuk, garing, permukaan kasar, dan seperti gabus
sehingga mudah pecah. Atribut lain yang terdeskripsi adalah keras namun
lembut di lidah, tidak padat / berongga, setelah dimakan atau dikunyah
terasa lengket dan lempam.
 Hasil dari Focus Group akan digunakan untuk Quantitative Descriptive
Analysis (QDA) untuk lebih mengidentifikasi karakteristik dari suatu
sampel secara kuantitaif.

6.2 Saran

Panelis diharapkan bertanggung jawab dan merasa berkepentingan


pada pengujian yang sedang dilakukan dengan motivasi yang baik
sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan dan dapat
diinterpretasikan dengan analisa deskripsi

http://koboykampus16.blogspot.co.id/2015/04/uji-deskripsi-descriptive-test.html

Anda mungkin juga menyukai