DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS JAMBI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan dari uji mutu hedonik yaitu agar panelis menyatakan kesan
pribadi tentang baik atau buruk secara lebih spesifik tentang tekstur dan rasa
pada produk kerupuk kemplang ikan gabus (Channa striata) yang disubstitusi
dengan tepung sagu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Susiwi (2009), uji mutu hedonik adalah uji dimana panelis
menyatakan kesan pribadi tentang baik atau buruk (kesan mutu hedonik). Kesan
mutu hedonik lebih spesifik dari kesan suka atau tidak suka, dan dapat bersifat
lebih umum. Contoh kesan mutu hedonik dari suatu produk adalah kesan sepet
tidaknya minuman teh, pulen keras nasi, dan empuk keras dari daging (Sarastani,
2012).
Uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan
menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik atau buruk ini disebut
kesan mutu hedonik. Oleh karena itu bebeapa ahli memasukkan uji mutu hedonik
ini kedalam uji hedaonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari pada sekedar
kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat besifat umum, yaitu baik atau
buruk dan bersifat empuk-keras untuk daging. Pulen-keras untuk nasi dan renyah
untuk mentimun. Rentang skala hedonik berkisar dari sangat buruk sampai sangat
baik. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sampai dengan tingkat mutu hedonik.
Jumlah tingkat skala juga tergantung dari rentangan mutu yang diinginkan dari
sensitifitas antar skala. Prinsip uji mutu hedonik ini mencoba suatu produk tanpa
membandingkan dengan sampel lain (Nuraini, 2013).
Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu
yangdiinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik
dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan
selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya (Astridiani 2007).
Uji duncan atau juga dikenal sengan istilah Duncan Multipel Range Test
(DMRT) memiliki nilai kritis yang tidak tunggal tetapi mengikutri urutan rata-rata
yang dibandingkan. Nilai kritis uji duncan dinyatakan dalam nilai least significant
range. Uji duncan digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua pasangan
perlakuan yang ada dari percobaan tersebut, serta masih dapat mempertahankan
tingkat signifikasi yang ditetapkan. (Gempur, 2005).
BAB III
METODOLOGI
3.4.Prosedur kerja
3.4.1. Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan dalam uji mutu hedonik yaitu
piring kecil, kuisioner, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu kerupuk kemplang 883 (tepung sagu dan ikan gabus
perbandingan {50:50}) , kerupuk kemplang 289 (tepung sagu dan ikan
gabus perbandingan {70:30}) , kerupuk kemplang 165 (tepung sagu
dan ikan gabus perbandingan {30:70}).
3.4.2. Cara Penyajian Sampel
Sampel disajikan secara bersamaan atau sekaligus. Dalam uji
mutu hedonik ini penguji tidak menggunakan sampel baku
(reference). Penyajian sampel tanpa menggunakan pembanding
dilakukan secara acak. Kemudian penguji meletakkan sampel secara
berdampingan di atas meja pengujian. Jumlah sampel yang disajikan
oleh penguji dalam uji mutu hedonik ini adalah 3 jenis kerupuk
kemplang ikan gabus (Channa striata) yang disubstitusi dengan tepung
sagu. Sampel kerupuk disajikan secara layak seperti orang pada
umumnya. Berikut ini penguji melampirkan ilustrasi cara penyajian
sampel.
3.1 HASIL
total2
- Faktor koreksi = jumlah panelis ×jumlah perlakuan
1732
= 10 ×3 = 997,6333
= 27,26667
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
- Jumlah kuadrat panelis = – 𝐹𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
= 11,36667
- Jumlah kuadrat eror = JK Total - JK Contoh - JK Panelis
= 47,36667 - 27,26667 - 11,36667
= 8,7333
- db contoh = Σcontoh – 1
=3–1
=2
- db panelis = Σpanelis – 1
= 10 – 1
=9
- db total = (Σpanelis x Σcontoh) – 1
= (9 x 2)
= 18
- db eror = db total – (db panelis + db contoh)
= 18 – (9 + 2)
=7
- JKR Contoh = JK / db
= 27,26667 / 2 = 13,68
- JKR Panelis = JK / db
= 11,36667 / 9 = 1,26
- JKR Eror = JK / db
= 8,7333 / 7 =1,24
- F Hitung = JKR / JK eror
= 13,63 / 1,24 = 10,99
F tabel
SK DB JK JKR F hitung 5%
SAMPEL 2 27,26667 13,68 10,99 4,256495*
PANELIS 9 11,36667 1,26
EROR 7 8,73333 1,24
TOTAL 18 47,36664
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa F hitng lebih besar dari F tabel pada
taraf 5%, berarti pada analisis tekstur menimbulkan adanya perbedaan
yang nyata. Maka dapat dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Uji Duncan
- Skor contoh
Kode sampel 883 289 165
Skor contoh 60 58 45
Rata-rata contoh = skor / jlh. 6,0 6,8 4,5
Panelis
1,24
= √ 10
= √0,124
= 0,35
R2
R3
KODE SAMPEL
PANELIS TOTAL
883 289 165
1 7 6 6 19
2 5 9 4 18
3 7 9 5 21
4 7 8 6 21
5 6 7 4 17
6 7 6 5 18
7 5 7 4 16
8 7 6 4 17
9 7 8 6 21
10 7 7 6 20
Jumlah 65 73 50 188
rata-rata 6,5 7,3 5
Keterangan:
883 = 50 : 50
289 = 70 : 30
165 = 30 : 70
total2
- Faktor koreksi = jumlah panelis ×jumlah perlakuan
1882
= 10 ×3 = 1178,133
= (72+52+72+...+62+62) – 1178,133
= 53,86667
= 27,26667
= 10,53333
F tabel
SK DB JK JKR F hitung 5%
SAMPEL 2 27,26667 13,68 10,99** 4,256495
PANELIS 9 10,53333 0,17
EROR 7 16,06667 2,29
TOTAL 18 53,86667
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa F hitng lebih besar dari F tabel pada
taraf 5%, berarti pada analisis tekstur menimbulkan adanya perbedaan
yang nyata. Maka dapat dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Uji Duncan
- Skor contoh
Kode sampel 883 289 165
Skor contoh 65 73 50
Rata-rata contoh = skor / jlh. 6,5 7,3 5,0
Panelis
2,29
= √ 10
= √0,229
= 0,47
- Nilai rentangan nyata terdekat (Rp)
Rp 2 3 4
Range (5%) 3,34 3,48 3,55
Least significant range 1,56 1,63 1,66
(LSR)
R2
R3
Keterangan rentangan : A – C = 7,3 – 5,0 = 2,3 > 1,66
3.2 PEMBAHASAN
Produk kerupuk ikan gabus dibuat menjadi tiga perlakuan yaitu 883 (
tepung sagu dan ikan gabus perbandingan, 50:50), 289 (tepung sagu dan ikan
gabus perbandingan, 70:30) dan 165 (tepung sagu dan ikan gabus perbandingan,
30:70). Bagian masing-masing bahan untuk ketiga perlakuan, kemudian dilakukan
uji hedonik yang meliputi tekstur dan rasa :
- Tekstur
Hasil uji menunjukan bahwa semakin meningkat konsentrasi ikan
gabus yang ditambahkan memberikan pengaruh nyata terhadap tekstur
kerupuk ikan gabus. Hasil uji lanjut Duncan perbandingan tepung sagu dan
ikan gabus, kerupuk formulasi C kode 165 (30:70) berbeda nyata dengan
formulasi A kode 883 (50:50) dan formulasi B kode 289 (70:30) tetapi
formulasi B kode 289 (70:30) tidak berbeda nyata dengan formulasi A kode
883 (50:50).
Konsentrasi tepung sagu yang tinggi akan mempengaruhi volume
pengembangan karena padatnya kantong- kantong udara yang diisi oleh
pati. Pati sagu mengandung dua polimer yaitu amilosa dan amilopektin.
Kandungan amilosa pati sagu rendah (23,94), sehingga pati cenderung
meresap air sehingga kemampuan pati untuk mengembang tidak terlalu
besar.
Perbandingan tepung sagu dan ikan gabus pada furmula C kode 165
(30:70), panelis memberikan penilaian kerupuk ikan gabus yang disubstitusi
dengan tepung sagu yang dihasilkan memiliki tekstur renyah dan berongga.
Semakin rendah penggunaan tepung sagu akan mengakibatkan tekstur
berongga dan halus. Sedangkan penggunaan tepung sagu terlalu banyak
akan mengakibatkan tekstur yang semakin padat.
Pati sagu adalah karbohidrat kompleks yang mengandung dua macam
polimer, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida,
yang polimer tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Setiap monomer
terhubung dengan ikatan -(1,4) glycosidik. Amilosa adalah polimer yang
tidak bercabang. Dalam masakan, amilosa memberi efek keras bagi pati
sedangkan amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari
monomer α-glukosa. ikatan -(1,6) glycosidik, hal ini seperti terdapat pada
amilosa tetapi tidak memberi efek keras bagi pati dan mengikat air (Chafid
dan kusumawardhani 2010).
Daya mengikat air disebabkan protein saling tolak menolak,
akibatnya ruang antar miofilamen menjadi luas dan air masuk ke dalam
daging yang menyebabkan kekerasan menjadi lebih kecil. Penurunan kadar
air tidak selalu terjadi kekerasan, tingkat kekerasan dipengaruhi oleh protein
otot (aktin dan miosin) (Nurhayati 1996). Hasil penelitian Rahim dkk
(2007), sifat fisikokimia dan sensoris sohun instan dari pati sagu
menunjukan bahwa kemampuan dari tepung sagu memiliki kandungan
amilosa rendah (23,94 %) maka pati akan bersifat kering dan cenderung
meresap air, sehingga kemampuan pati mengembang tidak terlalu besar.
Menurut Alam dkk (2007) kandungan amilopektin pada pati sagu
yang cukup tinggi (76,60 %) maka pati tersebut menyerap air sehingga
kemampuan pati untuk mengembang akan lebih besar. Ditambahkan oleh
Winarno (1997) Kandungan amilopektin berpegaruh terhadap daya
kembang kerupuk saat digoreng. Menurut Istanti (2006) kandungan
amilopektin yang lebih tinggi memiliki pengembangan yang tinggi karena
pada saat proses pemanasan terjadi proses gelatinisasi dan terbentuk struktur
yang elastis yang kemudian dapat mengembang pada tahap penggorengan
atau dengan kata lain kerupuk dengan volume pengembangan yang tinggi
memiliki kerenyahan yang tinggi.
- Rasa
Hasil uji menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi ikan gabus
memberikan pengaruh nyata terhadap kerupuk ikan gabus. Berdasarkan
hasil uji lanjut Duncan, bahwa bahwa formula tepung sagu dan ikan gabus B
kode 289 (70:30) berbeda nyata dengan formula C kode 165 (30:70),
sedangkan formula A kode 883 (50:50) tidak berbeda nyata dengan formula
B kode 284 (70:30) dan formula C kode 165 (30:70). Kesukaan panalis
terhadap rasa kerupuk ikan gabus mengalami peningkatan seiring
bertambahnya konsentrasi daging ikan gabus. Hal ini diduga rasa gurih pada
kerupuk disebabkan oleh kandungan protein yang terdapat pada kerupuk
sehingga pada proses pengukusan, protein akan terhidrolisis menjadi asam
amino dan salah satu asam amino yaitu asam glutamat dapat menimbulkan
rasa yang gurih.
Penambahan tepung sagu akan memberikan pengaruh terhadap rasa
kerupuk ikan gabus. Substitusi tepung sagu yang banyak dapat memberikan
rasa yang agak disukai panelis, karena tepung sagu mempunyai rasa yang
cenderung tawar Sedangkan ikan gabus mempunyai aroma dan rasa yang
khas dapat dapat menambah rasa gurih pada kerupuk ikan gabus.
Menurut Sandriana (2012), terhadap penambahan tepung sagu molat
(M. sagus Rottb) sebagai bahan pengikat pada kerupuk, mengemukakan
bahwa, penggunaan konsentrasi tepung sagu 80 % dan udang 40 %, rasa
udang ditutupi oleh tepung sagu yang digunakan. Menurut Subagio (2006)
pada proses pengukusan granula pati sagu akan mengalami hidrolisis
menghasilkan monosakarida sebagai bahan baku penghasil asam-asam
organik, terutama asam laktat. Senyawa asam laktat akan bercampur dengan
ikan, ketika dilakukan pengukusan tepung sagu akan menghasilkan aroma
dan cita rasa khas yang dapat menutupi aroma dan cita rasa dari ikan.
Proses pengukusan akan mengurangi aroma yang tidak disukai pada
ikan gabus (bau lumpur dan bau amis) karena akan terjadi proses
pematangan daging dan denaturasi protein, juga akan terjadi pengeluaran
senyawa volatil yang dikeluarkan olah uap air pada saat pengukusan
(Mustar 2013). Rasa dipengaruhi oleh bahanbahan yang terdapat dalam
adonan seperti protein daging ikan, garam dan gula. Menurut Lewless and
Heymann (1998), rasa suatu bahan pangan berasal dari bahanbahan itu
sendiri dan apabila telah mendapat proses pengolahan.
Menurut Herliani (2008), bahwa rasa dapat dipengaruhi oleh
pemanasan atau pengolahan yang dilakukan sehingga mengakibatkan
kemunduran (degradasi) penyusun cita rasa dan sifat fisik makanan.
Ditambahkan oleh Harikedua (1992), bahwa proses pengukusan ikan adalah
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan, seperti
mempertahankan mutu ikan, perbaikan terhadap cita rasa, tekstur, nilai gizi
dan daya cerna.
Pengukusan dapat memberikan keuntungan karena akan
menimbulkan denaturasi protein dan pelunakan pada makanan keseluruhan.
Selain itu rasa yang terdapat pada kerupuk dapat disebabkan karena adanya
penambahan bumbu-bumbu seperti bawang putih, gula, garam dan telur
yang dapat meningkatkan citarasa kerupuk ikan (Somaatmadja 1976).
Menurut Winarno (1995) rasa gurih disebabkan oleh senyawa yang
terdapat pada ikan yaitu asam amino, pembentuk cita rasa seperti glisin,
alanin, lisin terutama asam glutamat dapat menyebabkan rasa lezat.
BAB V
KESIMPULAN
Pada pengujian yang kami lakukan kali ini adalah uji mutu hedonik pada
produk kerupuk ikan gabus yang disubtitusikan dengan tepung sagu dengan
berbagai perbandingan. Pada pengujian kali ini, panelis diharapkan untuk
memberikan penilaian terhadap atribut tekstur dan atribut rasa pada sampel yang
disediakan dimana penguji menggunakan 10 panelis. Maka hasil uji mutu hedonik
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk yang paling disukai oleh
panelis dinilai dari atribut tekstur dan atribut rasa adalah produk dengan kode
sampel 289 yaitu perbandingan ikan gabus dengan tepung sagu sebesar (70:30).
DAFTAR PUSTAKA
KUISIONER
Uji Mutu Hedonik Kerupuk Ikan Gabus (Channa Striata)
yang Disubstitusi dengan Tepung Sagu
NAMA :
TANGGAL : 23 APRIL 2017
JENIS SAMPEL : KERUPUK IKAN GABUS
PENILAIAN : TEKSTUR dan RASA
INTRUKSI : Dihadapan panelis dapat menilai sampel sesuai range dengan
pendapat sendiri di sini panelis diharapkan kejujurannya.
Dengan memberika nilai 1 sampai 9.
KOMENTAR : ........................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................