DISUSUN OLEH:
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum uji afektif produk komersial adalah mengetahui
respon panelis terhadap tingkat penerimaan produk berdasarkan karakteristik yang
dimiliki dengan skala hedonik.
3
2.2 Panelis
Panel diperlukan untuk melaksanakan penilaian organoleptik. Penilaian
pada suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak
sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang
bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang
yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Penilaian organoleptik ada tujuh macam panel, yaitu panel perseorangan,
panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen, dan panel anak-
anak. Pengunaan panel-panel ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian
tersebut (Soekarto, 2002) .
Terdapat tujuh macam penilaian panel berdasarkan pada keahlian dalam
melakukan penilaian organoleptik sebagai berikut:
1. Panel Perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
5
intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan
bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik
dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,
bias dapat dihindari, penilaian efisien dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan
biasanya digunakan untuk mendeteksi jangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada seorang.
2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bisa dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi
diantara anggota-anggotanya.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Keputusan diambil setelah data dianalisis secara bersama.
4. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya
5. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. untuk itu panel
tidak terlatih biasanya dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama
dengan panelis wanita.
6
6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.
7. Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.
Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan
atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya
terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy
yang sedang sedih, biasa atau tertawa.
Keahlian seorang panelis biasanya diperoleh melalui pengalaman dan
latihan yang lama. Dengan keahlian yang diperoleh itu merupakan bawaan sejak
lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu latihan yang tekun dan terus-menerus.
menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik dapat dilakukan analisis secara
parameterik (Soekarto, 1985).
Penggunaan skala hedonik pada umumnya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai
secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir (Soewarno,1981). Skala
hedonik berbeda dengan skala kategori lain dan respon yang diharapkan tidak
monoton dengan bertambah besarnya karakteristik fisik, namun menunjukkan
puncak (preferency maximum) di atas dan rating yang menurun (Rahardjo, 1998).
Penilaian dalam uji hedonik ini dilakukan bersifat spontan. Hal ini panelis
diminta untuk menilai suatu produk secara langsung dan pada saat itu juga
mencoba tanpa membandingkan dengan produk sebelum atau sesudahnya
(Raharjo, 2000).
2.3.2 Uji Mutu Hedonik
Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau
tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik atau
buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Oleh karena itu bebeapa ahli memasukkan
uji mutu hedonik ini kedalam uji hedaonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik
dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat besifat umum,
yaitu baik atau buruk dan bersifat empuk-keras untuk daging. Pulen-keras untuk
nasi dan renyah untuk mentimun. Rentang skala hedonik berkisar dari sangat
buruk sampai sangat baik. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sampai dengan
tingkat mutu hedonik. Jumlah tingkat skala juga tergantung dari rentangan mutu
yang diinginkan dari sensitifitas antar skala. Prinsip uji mutu hedonik ini
mencoba suatu produk tanpa membandingkan dengan sampel lain (Nur Aini,
2013).
Menurut Susiwi (2009), uji mutu hedonik adalah uji dimana panelis
menyatakankesan pribadi tentang baik atau buruk (kesan mutu hedonik). Kesan
mutu hedonik lebih spesifik dari kesan suka atau tidak suka, dan dapat bersifat
lebih umum. Contoh kesan mutu hedonik dari suatu produk adalah kesan sepet
tidaknya minuman teh, pulen keras nasi, dan empuk keras dari daging (Sarastani,
8
2012). Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu
yangdiinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik
dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan
selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya (Astridiani, 2007).
2.3.3 Uji Mutu Skalar
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau
dalam bentuk skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam: bentuk garis
lurus berarah dengan pembagian skala dengan jarak yang sama, dan pita skalar
yaitu dengan degradasi yang mengarah (seperti contoh degradasi warna dari
sangat putih sampai hitam). Pengujian skalar meliputi: Uji skalar garis; Uji Skor;
Uji perbandingan pasangan (Paired Comparation), dimana prinsip uji ini hampir
menyerupai uji pasangan. Perbedaannya adalah pada uji pasangan pertanyaannya
ada atau tidak adanya perbedaan, sedang pada uji perbandingan pasangan,
pertanyaanya ditambah mana yang lebih, dan dilanjutkan dengan tingkat lebihnya;
Uji perbandingan jamak (Multiple Comparision), dengan prinsip hampir sama
dengan uji perbandingan pasangan,namun dengan tiga atau lebih sampel disajikan
secara bersamaan; Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Ranking), dimana uji
penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Pada uji ini komoditi diurutkan atau
diberi nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi (Sofiah
dan Achyar, 2008).
Keterangan:
O1 : Jumlah jawaban benar
O2 : Jumlah jawaban salah
E1 : Harapan jawaban benar
E2 : Harapan jawaban salah
Adapun kegunaan dari uji Chi-Square, adalah :
1. Ada tidaknya asosiasi antara 2 variabel (Independent test)
2. Apakah suatu kelompok homogen atau tidak (Homogenity test)
3. Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data (Goodness of fit test)
10
40.0
Sangat Suka
30.0
Suka
20.0
Agak Suka
10.0 Tidak Suka
0.0 Sangat Tidak Suka
357 246 159
Perlakuan
b. Aroma
35.0
30.0
25.0 Sangat Suka
20.0 Suka
15.0 Agak Suka
10.0 Tidak Suka
5.0
Sangat Tidak Suka
0.0
357 246 159
Perlakuan
40.0
Sangat Suka
30.0
Suka
20.0
Agak Suka
10.0
Tidak Suka
0.0
357 246 159 Sangat Tidak Suka
Perlakuan
d. Rasa
Sangat Suka
40.0
Suka
20.0
Agak Suka
0.0
357 246 159
Tidak Suka
Perlakuan Sangat Tidak Suka
60.0
Kesukaan
Sangat Suka
40.0
Suka
20.0
Agak Suka
0.0
Tidak Suka
357 246 159
Perlakuan Sangat Tidak Suka
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1.2 Aroma
Berdasarkan hasil uji Chi Square yang ada pada atribut aroma, F hitung
yang didapatkan lebih besar dibandingkan F tabel dengan hasil 16,63>15,507. Hal
ini menunjukkan bahwa aroma pada ketiga sampel produk minyak telon berbeda
nyata, sehingga aroma pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap Gajah,
dan Minyak Telon Zwitsal memiliki perbedaan yang signifikan.
Aroma ketiga produk minyak telon ini memiliki hasil perbedaan yang
signifikan. Hal ini dikarenakan aroma setiap produk memiliki tingkat aroma
menyengat yang berbeda. Aroma yang berbeda-beda ini karena adanya kandungan
minyak atsiri pada kayu putih yang nantinya akan dijadikan bahan pembuatan
minyak telon. Hal itu sesuai dengan Wedalia (1991) yang menyatakan bahwa,
pohon kayu putih mudah sekali dikenali karena kulit batangnya mengalami
pengelupasan yang memanjang dan dari daunnya dapat dicium aroma minyak
atsiri yang menyengat. Karena berbedanya konsentrasi penambahan minyak kayu
putih dari setiap sampelnya sehingga setiap sampel memiliki bau menyengat yang
berbeda-beda.
5.1.3 Viskositas
Berdasarkan hasil uji Chi Square pada atribut viskositas F hitung yang
didapatkan lebih kecil dibandingkan F tabel yang didapat, dengan hasil
7,70<15,507. Hal itu menunjukkan bahwa viskositas pada ketiga sampel produk
minyak telon tidak berbeda nyata, sehingga viskositas pada Minyak Telon
Konicare, Minyak Telon Cap Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal memiliki
perbedaan yang tidak signifikan.
Pada ketiga sampel produk minyak telon tersebut memiliki viskositas yang
cenderung serupa satu sama lainnya. Viskositas pada Minyak Telon Konicare,
Minyak Telon Cap Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal memiliki viskositas yang
cenderung sedikit encer, sehingga panelis sulit untuk menentukan perbedaan pada
ketiga jenis minyak telon tersebut. Semakin dekat tingkat viskositas suatu produk
formulasi dengan tingkat viskositas air maka semakin encer produk tersebut
(Yosephine, 2013).
19
5.1.4 Rasa
Berdasarkan hasil uji Chi Square pada atribut rasa F hitung yang didapatkan
lebih besar dibandingkan F tabel yang didapat, dengan hasil 67,93>15,507. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rasa pada ketiga sampel berbeda nyata. Sehingga
rasa pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap Gajah, dan Minyak Telon
Zwitsal memiliki perbedaan yang signifikan.
Rasa yang didapatkan adalah rasa hangat yang berbeda dari ketiga sampel
produk minyak telon. Biasanya hal itu tergantung pada kandungan minyak kayu
putih yang ada dalam minyak telon itu. Sesuai dengan literatur Kardinan (2005),
aroma minyak kayu putih sangat khas dan minyak ini memberikan rasa yang
hangat jika dioleskan pada kulit.
5.1.5 Keseluruhan
Berdasarkan hasil uji Chi Square pada atribut keseluruhan F hitung yang
didapatkan lebih kecil dibandingkan F tabel dengan hasil 5,82<15,507. Hal ini
menunjukkan bahwa keseluruhan pada ketiga sampel minyak telon tidak berbeda
nyata, sehingga keseluruhan pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap
Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Pada ketiga sampel minyak telon memiliki keseluruhan yang tidak terlalu
signifikan. Hal ini dikarenakan dari panelis sendiri memiliki tingkat kesukaan atau
selera yang berbeda sehingga para panelis memilih sesuai dengan yang mereka
inginkan.
nilai 4 ada 13 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 12 panelis
yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 3 panelis yang memilih, dan
pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 tidak ada panelis yang memilih.
Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria sangat suka dengan nilai 5
ada 6 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 5 panelis yang memilih,
pada agak suka dengan nilai 3 ada 10 panelis yang memilih, pada tidak suka
dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka
dengan nilai 1 ada 3 panelis yang memilih. Sesuai dengan hasil tersebut, maka
didapatkan rata-rata untuk Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,1; Minyak Telon Cap
Gajah sebesar 3,43; dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,2. Berdasarkan hal itu
dapat dilihat jika panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Cap Gajah pada
atribut warna dikarenakan produk itu memiliki nilai paling besar diantara ketiga
minyak telon tersebut. Semua itu disebabkan karena warna pada produk Minyak
Telon Cap Gajah berwarna jernih dan berwarna kuning kehijauan yang menarik
perhatian panelis. Hal itu sesuai dengan standart penentuan mutu minyak kayu
putih berdasarkan SNI 06-3954-2006.
Tabel 1. Standart mutu minyak kayu putih (SNI 06-3954-2006)
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - -
1.1 Warna - Jernih sampai kuning kehijauan
1.2 Bau - Khas kayu putih
2 Bobot jenis 20O C/20O C - 0,900 – 0,930
3 Indeks bias (nD20) - 1,450 – 1,470
4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1 : 1 sampai 1 : 10 jernih
5 Putaran optic - -4o s/d 0o
6 Kandungan sineol % 50 – 65
5.2.2 Aroma
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut aroma hasil yang
didapatkan pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka dengan nilai 5
ada 5 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 9 panelis yang memilih,
pada agak suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka
21
dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka
dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak Telon Cap
Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 2 panelis yang memilih, pada
suka dengan nilai 4 ada 6 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3
ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 10 panelis yang
memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 2 panelis yang
memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 11 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 8
panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 1 panelis yang memilih,
pada tidak suka dengan nilai 2 ada 7 panelis yang memilih, dan pada kriteria
sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 2 panelis yang memilih. Setalah hasil yang
diperoleh, maka didapatkan hasil rata-rata untuk produk Minyak Telon Zwitsal
hasil sebesar 3,5; Minyak Telon Cap Gajah sebesar 2,8; dan Minyak Telon
Konicare sebesar 3,7. Sesuai dengan hasil yang didapat, maka dapat dilihat untuk
atribut aroma para panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Konicare
dikarenakan memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon tersebut. Hal
itu dikarenakan aroma pada produk sesuai dengan kesukaan para panelis yang
aroma minyak telonnya tidak terlalu menyegat. Sesuai pada Wedalia (1991),
bahwa pohon kayu putih mudah sekali dikenali karena kulit batangnya mengalami
pengelupasan yang memanjang dan dari daunnya dapat dicium aroma minyak
atsiri yang menyengat karena berbedanya konsentrasi penambahan minyak kayu
putih dari setiap sampelnya sehingga setiap sampel memiliki bau menyengat yang
berbeda-beda.
5.2.3 Viskositas
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut viskositas hasil
yang didapatkan yaitu, pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 7 panelis
yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 10 panelis yang memilih, pada
tidak suka dengan nilai 2 ada 7 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat
tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak
Telon Cap Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 tidak ada panelis yang
22
memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 13 panelis yang memilih, pada agak suka
dengan nilai 3 ada 12 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 3
panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1
panelis yang memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria
sangat suka dengan nilai 5 ada 2 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4
ada 12 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 11 panelis yang
memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 4 panelis yang memilih, dan pada
kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 tidak ada panelis yang memilih. Rata-rata
hasil yang didapat yaitu, Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,2; Minyak Telon Cap
Gajah sebesar 3,23 dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,4. Hal itu dapat dilihat
untuk viskositas panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Konicare
dikarenakan memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon. Viskositas
pada produk Minyak Telon Konicer juga tidak terlalu kental dan tidak terlalu
encer. Semakin dekat tingkat viskositas suatu produk formulasi dengan tingkat
viskositas air maka semakin encer produk tersebut (Yosephine, 2013).
5.2.4 Rasa
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut rasa hasil yang
didapatkan yaitu, pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka dengan
nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 10 panelis yang
memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 11 panelis yang memilih, pada tidak
suka dengan nilai 2 ada 3 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak
suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak Telon
Cap Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 1 panelis yang memilih,
pada suka dengan nilai 4 ada 12 panelis yang memilih, pada agak suka dengan
nilai 3 ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 6 panelis
yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis
yang memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 10
panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang memilih,
pada tidak suka dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada kriteria
sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Rata-rata yang
23
didapat untuk Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,5; Minyak Telon Cap Gajah
sebesar 3,2; dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,4. Hal itu dapat dilihat jika
para panelis menyukai produk Minyak Telon Zwitsal pada atribut rasa,
dikarenakan memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon. Rasa hangat
pada produk minyak telon yang paling banyak diminati tidak terlalu panas rasanya
hangat sehingga sesuai dengan keinginan panelis. Sesuai dengan literatur
Kardinan (2005) yang menyatakan bahwa, aroma minyak kayu putih sangat khas
dan minyak ini akan memberikan rasa hangat pada kulit jika dioleskan.
5.2.5 Keseluruhan
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut keseluruhan hasil
yang didapatkan yaitu, pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 10
panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 11 panelis yang memilih,
pada tidak suka dengan nilai 2 ada 3 panelis yang memilih, dan pada kriteria
sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada
Minyak Telon Cap Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 1 panelis
yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 12 panelis yang memilih, pada agak
suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2
ada 6 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada
1 panelis yang memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria
sangat suka dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4
ada 10 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang
memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada
kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Rata-rata
yang didapatkan untuk Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,5; Minyak Telon Cap
Gajah sebesar 3,2; dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,4. Hal itu dapat dilihat
untuk keseluruhan panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Zwitsal
dikarenakan produk itu memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon
lainnya. Selain itu, dari atribut keseluruhan para penelis juga lebih banyak
menyukai produk Minyak Telon Zwitsal yang warnanya masih termasuk dalam
warna yang bening kekuningan, aromanya juga disukai oleh panelis karena tidak
24
terlalu menyengat tetapi masih ada bau khas minyak kayu putihnya, viskositasnya
juga tidak terlalu encer, dan rasanya masih hangat tidak terlalu panas dikulit.
25
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa respon
panelis menunjukkan bahwa produk Minyak Telon Zwitsal yang paling disenangi
dari pada produk lainnya. Hal ini dikarenakan karena para panelis lebih menyukai
warna Minyak Telon Zwitsal yang jernih dan kekuningan, aroma yang tidak
terlalu menyengat namun masih memiliki aroma khas dari minyak telon/minyak
kayu putih, viskositas Minyak Telon Zwitsal juga tidak terlalu cair sehingga
cukup kental dan tidak mudah tumpah atau mengalir begitu saja saat di tuangkan
di tangan, dan rasa yang hangat saat dioleskan pada bagian kulit dan rasanya pun
tidak terlalu panas.
6.2 Saran
Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan
di persiapkan terlebih dahulu dengan baik dan benar, agar praktikan dapat berjalan
dengan baik dan teratur. Selain itu, untuk para praktikan agar lebih tertib lagi
dalam kegiatan praktikum agar dalam kegiatan tidak terlalu memakan banyak
waktu.
26
DAFTAR PUSTAKA
Agra, Sri Warnijati. 1990. Ringkasan Reaktor Kimia. Edisi ke 3. Fakultas Teknik
UGM, Yogyakarta.
Aini, Nur dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Purwokerto.
Sofiah, B. D., & Achyar, T. S. (2008). Buku Ajar Penilaian Indera. Jatinangor:
Universitas Padjadjaran.
LAMPIRAN 2. PERHITUNGAN
1. Warna
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 4 9 6 8 3 30
246 1 14 12 3 0 30
159 6 5 11 5 3 30
Total 11 28 29 16 6 90
Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
246 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
159 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
Total 11,0 28,0 29,0 16,0 6,0 90,00
Sangat
Sangat Tidak
Suka Agak Suka Tidak
No Perlakuan Suka Suka
Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,670 9 9,33 6 9,67 8 5,33 3 2,00
2 246 1 3,670 14 9,33 12 9,67 3 5,33 0 2,00
3 159 6 3,670 5 9,33 11 9,67 5 5,33 3 2,00
Total 11 28 29 16 6
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 0,03 0,01 1,39 1,34 0,50 3,27
246 1,94 2,34 0,56 1,02 2,00 7,86
159 1,48 2,01 0,18 0,02 0,50 4,19
F Hitung 15,32
31
Warna
Sangat Tidak Sangat
Perlakuan Suka Agak Suka
Suka Suka Tidak Suka
357 3,3 46,7 40,0 10,0 0,0
246 20,0 16,7 36,7 16,7 10,0
159 12,2 31,1 32,2 17,8 6,7
Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 15,32 15,507 *
2. Aroma
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 6 9 9 5 1 30
246 2 6 9 10 3 30
159 11 9 1 7 2 30
Total 19 24 19 22 6 90
Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak
No Perlakuan Suka Suka Suka
Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 6 6,333 9 8,00 9 6,33 5 7,33 1 2,00
2 246 2 6,330 6 8,00 9 6,33 10 7,33 3 2,00
3 159 11 6,330 9 8,00 1 6,33 7 7,33 2 2,00
Total 19 24 19 22 6
32
Aroma
Sangat Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Suka Agak Suka
Suka Suka Suka
357 20,0 30,0 30,0 16,7 3,3
246 6,7 20,0 30,0 33,3 10,0
159 36,7 30,0 3,3 23,3 6,7
Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 16,64 15,507 *
3. Viskositas
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 8 10 7 1 30
246 0 13 12 4 1 30
159 2 12 12 4 0 30
Total 6 33 34 15 2 90
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 2,00 0,82 0,16 0,80 0,16 3,94
246 2,00 0,36 0,04 0,20 0,16 2,77
159 0,00 0,09 0,04 0,20 0,67 1,00
F Hitung 7,70
Viskositas
Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Sangat Suka Suka Agak Suka
Suka Suka
357 13,3 26,7 33,3 23,3 3,3
246 0,0 43,3 40,0 13,3 3,3
159 6,7 40,0 40,0 13,3 0,0
Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 7,70 15,507 *
4. Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 11 11 3 1 30
246 1 12 10 6 1 30
159 4 10 10 5 1 30
Total 9 33 31 14 3 90
34
Perlakuan Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
246 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
159 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
Total 9,0 33,0 31,0 14,0 3,0 90,00
Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak Total
Suka Tidak
Suka Suka Suka
Suka
357 0,33 0,00 8,58 4,00 0,00 12,91
246 1,33 0,09 6,08 25,00 0,00 32,51
159 0,33 0,09 6,08 16,00 0,00 22,51
F Hitung 67,93
Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 36,7 36,7 10,0 3,3
246 3,3 40,0 33,3 20,0 3,3
159 13,3 33,3 33,3 16,7 3,3
Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 67,93 15,507 *
35
5. Keseluruhan
Perlakuan Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
246 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
159 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
Total 10,0 34,0 32,0 13,0 1,0 90,00
Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak Total
Suka Tidak
Suka Suka Suka
Suka
357 0,13 0,04 0,26 0,03 1,36 1,82
246 1,63 0,04 0,51 0,03 0,33 2,53
159 0,84 0,16 0,04 0,10 0,33 1,47
F Hitung 5,82
36
Keseluruhan
Chi Square
df α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 5,82 15,507 *
37
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI