Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOMERSIAL


ACARA 1
UJI AFEKTIF PRODUK KOMERSIAL MINYAK TELON

DISUSUN OLEH:

NAMA : DHIFA FERZIA


NIM : 151710301072
KELAS : TIP B
ASISTEN : 1. M. Misbahudin
2. Fresty Nurmala Sari
3. M. Afandi Muslim

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Evaluasi Sensoris .................................................................................... 3
2.2 Panelis ...................................................................................................... 4
2.3 Uji Afektif ................................................................................................ 6
2.3.1 Uji Kesukaan ..................................................................................... 6
2.3.2 Uji Mutu Hedonik ............................................................................. 7
2.3.3 Uji Mutu Skalar ................................................................................. 8
2.4 Metode Analisis Data Menggunakan Chi Square ............................... 8
2.5 Minyak Telon ........................................................................................ 10
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM .......................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 12
3.3 Prosedur Kerja .......................................................................................... 12
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN ................. 14
4.1 Hasil Pengamatan ..................................................................................... 14
4.2 Hasil Perhitungan ..................................................................................... 14
4.2.1 Chi-Square ........................................................................................... 14
4.2.2 Histogram Uji Afektif .......................................................................... 14
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................... 17
5.1 Analisis Menggunakan Metode Chi Square ............................................ 17
5.1.1 Warna ................................................................................................... 17
5.1.2 Aroma ................................................................................................... 18
5.1.3 Viskositas ............................................................................................. 18
5.1.4 Rasa ...................................................................................................... 19
5.1.5 Keseluruhan.......................................................................................... 19
5.2 Analisis Menggunakan Histogram .......................................................... 19
ii

5.2.1 Warna ................................................................................................... 19


5.2.2 Aroma ................................................................................................... 20
5.2.3 Viskositas ............................................................................................. 21
5.2.4 Rasa ...................................................................................................... 22
5.2.5 Keseluruhan.......................................................................................... 23
BAB 6. PENUTUP............................................................................................... 25
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 25
6.2 Saran ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
LAMPIRAN 1. DATA HASIL KUESIONER .................................................. 28
LAMPIRAN 2. PERHITUNGAN ...................................................................... 30
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI ..................................................................... 37
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uji afektif merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui produk-produk
mana yang disukai oleh konsumen dan produk-produk mana yang tidak disukai.
Salah satu contoh uji afektif adalah uji hedonik. Uji hedonik dapat dilakukan oleh
penguji baik yang terlatih ataupun konsumen biasa.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mengukur tingkat kesukaan konsumen
atau penguji terhadap suatu produk. Skala yang tersedia pada uji hedonik adalah
mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka terhadap sampel yang diberikan.
Penguji diminta untuk mengevaluasi setiap sampel produk dan menentukan skala
kesukaan mereka terhadap sampel produk tersebut. Uji ini biasanya dilakukan
oleh panelis umum, yang sudah maupun yang belum terlatih
Uji afektif yang sering digunakan adalah uji hedonik. Dalam uji hedonik
Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya
ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau
kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat
kesukaan ini disebut skala hedonik.
Pengujian dengan uji hedonik ini dipakai untuk menguji reaksi konsumen
terhadap suatu bahan atau mengetahui reaksi konsumen terhadap sampel yang
diujikan. Dalam dunia ekonomi, konsumen adalah semua yang membeli dan
menggunakan produk sesuai kebutuhan mereka. Seringkali seorang konsumen
dapat menjadi sebuah organisasi atau intuisi daripada seseorang. Sehingga
kenyamanan dan kesukaannya sangat perlu diperhatikan. Oleh karena itu, uji
kesukaan pada praktikum ini menggunakan 3 jenis produk minyak telon yang
berbeda. Hal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap selera
konsumen pada produk minyak telon yang diuji.
2

1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum uji afektif produk komersial adalah mengetahui
respon panelis terhadap tingkat penerimaan produk berdasarkan karakteristik yang
dimiliki dengan skala hedonik.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Sensoris


Evaluasi sensori atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan yang
menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan
flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali
dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur. Sehingga output
yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang
menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka
dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan
untuk mengukur daya simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan tanggal
kadaluwarsa makanan. Pendekatan dengan penilaian organoleptik dianggap paling
praktis lebih murah biayanya.
Evaluasi sensori adalah metode ilmiah yang digunakan untuk menimbulkan,
mengukur, menganalisis dan menafsirkan respon yang dirasakan dari suatu
produk melalui indra perasa manusia. Evaluasi sensori dapat dibagi ke dalam dua
kategori yaitu pengujian objektif dan subjektif. Dalam pengujian objektif atribut
sensori produk dievaluasi oleh panelis terlatih. Sedangkan pada pengujian
subjektif atribut sensori produk diukur oleh panelis konsumen (Kemp et al., 2009).
Evaluasi sensori merupakan analisis yang menggunakan manusia sebagai
instrument. Salah satu uji sensori yang digunakan meluas adalah uji afektif secara
kuantitatif. Uji afektif bertujuan untuk menilai respon pribadi (kesukaan atau
penerimaan) dari produk tertentu, atau karakteristik produk spesifik tertentu. Uji
afektif kuantitatif dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu uji pemilihan/preferensi
(preference) dan uji penerimaan (acceptance) berarti mengukur tingkat kesukaan
terhadap suatu produk semetara uji preferensi menunjukan ekspresi dipilihnya
satu produk yang menonjol dibandingkan dengan produk lain (Silvana, 2010).
Pengujian sensori (uji panel) berperan penting dalam pengembangan produk
dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan keputusan. Panelis dapat
mengidentifikasi sifat-sifat sensori yang akan membantu untuk mendeskripsikan
produk. Evaluasi sensori dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang
4

dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan formulasi,


mengidentifikasi area untuk pengembangan, menentukan apakah optimasi telah
diperoleh, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi
selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan bagi
promosi produk. Penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen, serta
korelasi antara pengukuran sensori dan kimia atau fisik dapat juga diperoleh
dengan eveluasi sensori (Setyaningsih dkk, 2010).
Pengujian organoleptik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu uji
pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test), dan uji
pemilihan/penerimaan (preference/acceptance test). Uji pembedaan dan uji
penerimaan biasa digunakan dalam penelitian analisa proses dan penilaian hasil
akhir. Dalam uji penerimaan diperlukan sampel pembanding. Sampel pembanding
yang digunakan adalah komoditi baku, komoditi yang sudah dipasarkan, atau
bahan yang telah diketahui sifatnya (Susiwi, 2009).

2.2 Panelis
Panel diperlukan untuk melaksanakan penilaian organoleptik. Penilaian
pada suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak
sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang
bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang
yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Penilaian organoleptik ada tujuh macam panel, yaitu panel perseorangan,
panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen, dan panel anak-
anak. Pengunaan panel-panel ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian
tersebut (Soekarto, 2002) .
Terdapat tujuh macam penilaian panel berdasarkan pada keahlian dalam
melakukan penilaian organoleptik sebagai berikut:
1. Panel Perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
5

intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan
bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik
dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,
bias dapat dihindari, penilaian efisien dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan
biasanya digunakan untuk mendeteksi jangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada seorang.
2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bisa dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi
diantara anggota-anggotanya.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Keputusan diambil setelah data dianalisis secara bersama.
4. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya
5. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. untuk itu panel
tidak terlatih biasanya dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama
dengan panelis wanita.
6

6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.
7. Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.
Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan
atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya
terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy
yang sedang sedih, biasa atau tertawa.
Keahlian seorang panelis biasanya diperoleh melalui pengalaman dan
latihan yang lama. Dengan keahlian yang diperoleh itu merupakan bawaan sejak
lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu latihan yang tekun dan terus-menerus.

2.3 Uji Afektif


2.3.1 Uji Kesukaan
Uji kesukaan juga disebut juga dengan uji hedonik. Pada uji ini panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang suka atau tidak suka terhadap suatu
produk. Disamping panelis mengemukakan tanggapan tersebut, mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik. Misalnya dalam hal “suka” dapat mempunyai skala hedonik seperti amat
sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak
suka” dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat
tanggapan yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak
suka (neither like nor dislike). Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan
menurut rentangan skala yang dikehendaki. Skala hedonik dapat juga
direntangkan atau dialirkan menurut rentangan skala yang akan dikehendakinya.
Skala hedonik juga dapat diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu
7

menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik dapat dilakukan analisis secara
parameterik (Soekarto, 1985).
Penggunaan skala hedonik pada umumnya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai
secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir (Soewarno,1981). Skala
hedonik berbeda dengan skala kategori lain dan respon yang diharapkan tidak
monoton dengan bertambah besarnya karakteristik fisik, namun menunjukkan
puncak (preferency maximum) di atas dan rating yang menurun (Rahardjo, 1998).
Penilaian dalam uji hedonik ini dilakukan bersifat spontan. Hal ini panelis
diminta untuk menilai suatu produk secara langsung dan pada saat itu juga
mencoba tanpa membandingkan dengan produk sebelum atau sesudahnya
(Raharjo, 2000).
2.3.2 Uji Mutu Hedonik
Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau
tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik atau
buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Oleh karena itu bebeapa ahli memasukkan
uji mutu hedonik ini kedalam uji hedaonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik
dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat besifat umum,
yaitu baik atau buruk dan bersifat empuk-keras untuk daging. Pulen-keras untuk
nasi dan renyah untuk mentimun. Rentang skala hedonik berkisar dari sangat
buruk sampai sangat baik. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sampai dengan
tingkat mutu hedonik. Jumlah tingkat skala juga tergantung dari rentangan mutu
yang diinginkan dari sensitifitas antar skala. Prinsip uji mutu hedonik ini
mencoba suatu produk tanpa membandingkan dengan sampel lain (Nur Aini,
2013).
Menurut Susiwi (2009), uji mutu hedonik adalah uji dimana panelis
menyatakankesan pribadi tentang baik atau buruk (kesan mutu hedonik). Kesan
mutu hedonik lebih spesifik dari kesan suka atau tidak suka, dan dapat bersifat
lebih umum. Contoh kesan mutu hedonik dari suatu produk adalah kesan sepet
tidaknya minuman teh, pulen keras nasi, dan empuk keras dari daging (Sarastani,
8

2012). Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu
yangdiinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik
dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan
selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya (Astridiani, 2007).
2.3.3 Uji Mutu Skalar
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau
dalam bentuk skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam: bentuk garis
lurus berarah dengan pembagian skala dengan jarak yang sama, dan pita skalar
yaitu dengan degradasi yang mengarah (seperti contoh degradasi warna dari
sangat putih sampai hitam). Pengujian skalar meliputi: Uji skalar garis; Uji Skor;
Uji perbandingan pasangan (Paired Comparation), dimana prinsip uji ini hampir
menyerupai uji pasangan. Perbedaannya adalah pada uji pasangan pertanyaannya
ada atau tidak adanya perbedaan, sedang pada uji perbandingan pasangan,
pertanyaanya ditambah mana yang lebih, dan dilanjutkan dengan tingkat lebihnya;
Uji perbandingan jamak (Multiple Comparision), dengan prinsip hampir sama
dengan uji perbandingan pasangan,namun dengan tiga atau lebih sampel disajikan
secara bersamaan; Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Ranking), dimana uji
penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Pada uji ini komoditi diurutkan atau
diberi nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi (Sofiah
dan Achyar, 2008).

2.4 Metode Analisis Data Menggunakan Chi Square


Uji chi-square adalah salah satu uji statistik non parametrik yang cukup
sering digunakan dalam penelitian. Uji chi-square ini bisa diterapkan untuk
pengujian kenormalan data, pengujian data yang berlevel nominal atau untuk
menguji perbedaan dua atau lebih proporsi sampel. Uji chi-square diterapkan
pada kasus yang akan diuji apakah frekuensi yang akan di amati (data observasi)
bebeda secara nyata ataukah tidak dengan frekuensi yang diharapkan (expected
value). Chi-square Test atau Uji Chi-square adalah teknik analisis yang
9

digunakan untuk menentukan perbedaan frekuensi observasi (Oi) dengan


frekuensi ekspektasi atau frekuensi harapan (Ei) suatu kategori tertentu. Uji ini
dapat dilakukan pada data diskrit atau frekuensi.
Pengertian chi square lainnya adalah sebuah uji hipotesis tentang
perbandingan antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang
didasarkan oleh hipotesis tertentu pada setiap kasus atau data (Endista, 2008).
Chi-square adalah pengujian hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi
sampel yang benar–benar terjadi (Haryono, 1994). Chi-square biasanya di dalam
frekuensi observasi berlambangkan dengan frekuensi harapan yang didasarkan
atas hipotesis dilambangkan. Ekspresi matematis tentang distribusi Chi-square
hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat kebebasan (df).
Chi kuadrat mempunyai masing–masing nilai derajat kebebasan, yaitu
distribusi (kuadrat standard normal) merupakan distribusi chi kuadrat dengan d.f.
= 1, dan nilai variabel tidak bernilai negative. Kegunaan dari chi square untuk
menguji seberapa baik kesesuaian diantara frekuensi yang teramati dengan
frekuensi harapan yang didasarkan pada sebaran yang akan dihipotesiskan, atau
juga menguji perbedaan antara dua kelompok pada data dua kategorik untuk dapat
menguji signifikansi asosiasi dua kelompok pada data dua katagorik tersebut (Sri,
1990).
Rumus:
(𝑂1 – 𝐸1 )2 (𝑂2 – 𝐸2 )2
𝑋2 = +
𝐸1 𝐸2

Keterangan:
O1 : Jumlah jawaban benar
O2 : Jumlah jawaban salah
E1 : Harapan jawaban benar
E2 : Harapan jawaban salah
Adapun kegunaan dari uji Chi-Square, adalah :
1. Ada tidaknya asosiasi antara 2 variabel (Independent test)
2. Apakah suatu kelompok homogen atau tidak (Homogenity test)
3. Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data (Goodness of fit test)
10

2.5 Minyak Telon


Minyak telon adalah campuran 3 macam minyak. Kata telon berasal dari
Bahasa Jawa yang berarti telu atau tiga. Minyak telon merupakan paduan dari
minyak adas (Oleum Foeniculi), minyak kayu putih (Oleum Cajuputi), dan
minyak kelapa (Oleum Cocos) dengan perbandingan tertentu. Ketiganya
mempunyai fungsi yang berbeda dan khasiatnya bersinergi satu dengan yang lain.
Menurut Suranto Adji (2011) menyatakan bahwa, komposisi masing-masing
minyak dalam minyak telon biasanya adalah 3:3:4. Minyak kelapa berfungsi
sebagai minyak pembawa atau pelarut (carrier oil). Saat ini beberapa produsen
minyak telon ada yang memproduksi minyak telon dengan komposisi yang
berbeda, misalkan 1:1:3, ataupun menambah minyak lain sebagai campuran,
seperti minyak esensial lavender, bahkan ada yang mengganti minyak kelapa
dengan minyak Zaitun (olive oil). Namun tentunya kalau sudah ditambahkan
minyak lain diluar formula yang telah dikenal turun temurun manfaatnya akan
berbeda dan aroma khas minyak telon tak tercium lagi.
Minyak telon telon merupakan campuran minyak adas, minyak kelapa, dan
minyak kayu putih dengan masing- masing fungsi sebagai berikut:
1. Minyak Adas
Adas (Foeniculum vulgare Mill) adalah tumbuhan obat dari keluarga
Apiacea. Minyak adas (oleum foeniculi, fennel oil) dibuat dari penyulingan buah
adas. Adas mengandung minyak atsiri 1 – 6%, terdiri dari 50 – 60% anetol, lebih
kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol,
anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak. Kandungan anetol yang
menyebabkan adas memiliki aroma yang khas, sehingga para ibu sering
menyebutnya ‘wangi bayi’.
Adas bermanfaat untuk mengobati sakit perut (mulas), perut kembung
(karminatif), rasa penuh di lambung, mual, muntah, dan diare. Selain itu manfaat
adas lainnya adalah untuk pengobatan batuk berdahak, asma, nyeri haid dan
melancarkan ASI.
11

2. Minyak Kayu putih


Kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) adalah tumbuhan obat dari
keluarga Myrtaceae. Minyak kayu putih (oleum cajeputi, cajuput oil) dibuat dari
penyulingan daun atau ranting pohon kayu putih. Kandungan minyak kayu putih
adalah eukaliptol (1,8-cineol), α-terpineol dan ester asetatnya, α-pinen, dan
limonen. Minyak kayu putih bersifat antibakteri, antijamur, insektisida, analgesik
ringan, ekspektoran, anti neuralgik, karminatif dan diaphoretik.
Minyak kayu putih pada umumnya digunakan sebagai obat gosok untuk
mengobati rheumatik, nyeri otot dan sendi. Khasiatnya lainnya adalah untuk
menghangatkan tubuh, melemaskan otot, mencegah dan mengobati perut
kembung.
3. Minyak Kelapa
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) adalah minyak kelapa yang
dibuat dari bahan baku buah kelapa segar (Cocos nucifera Linn), diproses dengan
pemanasan terkontrol atau tanpa pemanasan dan tanpa penambahan bahan kimia.
Minyak kelapa murni mengandung air dan asam lemak bebas yang rendah,
berwarna bening, dan berbau harum. Minyak kelapa murni mengandung asam
laurat yang bersifat antibiotik, anti bakteri dan anti jamur. Minyak kelapa sering
dijadikan bahan baku perawatan tubuh dan rambut, karena dapat menghaluskan
kulit dan menjaga kelembaban kulit. Minyak kelapa juga dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit kulit seperti eksim.
Minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang lebih baik bila
dibandingkan dengan minyak kelapa biasa (minyak goreng). Minyak kelapa
dalam minyak telon berfungsi sebagai pelarut minyak adas dan kayu putih,
sehingga dihasilkan campuran yang lembut (minyak pembawa, carrier oil).
Minyak telon bermanfaat untuk mencegah dan mengobati perut kembung
pada bayi dan memberikan rasa hangat pada bayi. Selain itu minyak telon dapat
meringankan gejala kolik/ mulas pada bayi.
12

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 30 November 2018, pukul
13.20 WIB - selesai di ruang D13 Gedung A Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Botol kaca
2. Wadah loyang
3. Label
4. Tissue
5. Alat tulis
6. Kuisioner
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Minyak Telon Cap Gajah
2. Minyak Telon Konicare
3. Minyak Telon Zwitsal

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja dalam praktikum uji afektif produk komersial terdiri dari:
a. Menentukan jumlah panelis tidak terlatih yaitu 30 orang.
b. Menyiapkan 3 jenis produk yang sama sebagai sampel, kemudian diberi
keterangan/label dalam masing-masing produk.
c. Penyajian untuk semua sampel disamakan mulai dari kemasan dan jumlah
yang digunakan, apabila menggunakan produk pangan supaya menyiapkan
penetral.
d. Produk yang telah dikemas diletakkan dalam sebuah wadah loyang.
13

e. Cara melakukan penilaian didasarkan skala pada kuesioner yang akan


dibagikan kepada panelis ketika uji dimulai.
f. Setelah mencoba sampel yang tersedia, membuat urutan peringkat
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Lanjutkan secara
berulang-ulang hingga sampel ketiga.
g. Hasil kuesioner dari semua panelis dikumpulkan, dilakukan tabulasi data
dan perhitungan statistik dengan metode chi-square. Kemudian disajikan
dalam bentuk histogram.
14

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


Data hasil pengamatan uji afektif pada produk minyak telon dapat dilihat
pada Lampiran 1. Data Hasil Kuesioner.

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Chi-Square
Tabel 1. Nilai Chi-Square Uji Afektif Tiap Atribut Mutu Produk Minyak Telon
Atribut Mutu df α F hitung F tabel
Warna 8 0.05 15,32 15.507
Aroma 8 0.05 16,63 15.507
Viskositas 8 0.05 7,70 15.507
Rasa 8 0.05 67,93 15.507
Keseleruhan 8 0.05 5,82 15.507
4.2.2 Histogram Uji Afektif
a. Warna

Tingkat Kesukaan Warna


50.0
Kesukaan Warna (%)

40.0
Sangat Suka
30.0
Suka
20.0
Agak Suka
10.0 Tidak Suka
0.0 Sangat Tidak Suka
357 246 159
Perlakuan

Gambar 4.1. Histogram Uji Afektif Atribut Warna


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
15

b. Aroma

Tingkat Kesukaan Aroma


40.0
Kesukaan Aroma (%)

35.0
30.0
25.0 Sangat Suka
20.0 Suka
15.0 Agak Suka
10.0 Tidak Suka
5.0
Sangat Tidak Suka
0.0
357 246 159
Perlakuan

Gambar 4.2. Histogram Uji Afektif Atribut Aroma


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
c. Viskositas

Tingkat Kesukaan Viskositas


50.0
Kesukaan Viskositas (%)

40.0
Sangat Suka
30.0
Suka
20.0
Agak Suka
10.0
Tidak Suka
0.0
357 246 159 Sangat Tidak Suka
Perlakuan

Gambar 4.3. Histogram Uji Afektif Atribut Viskositas


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
16

d. Rasa

Tingkat Kesukaan Rasa


60.0
Kesukaan Rasa (%)

Sangat Suka
40.0
Suka
20.0
Agak Suka
0.0
357 246 159
Tidak Suka
Perlakuan Sangat Tidak Suka

Gambar 4.4 Histogram Uji Afektif Atribut Rasa


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
e. Keseluruhan

Tingkat Kesukaan Keseluruhan


Keseluruhan (%)

60.0
Kesukaan

Sangat Suka
40.0
Suka
20.0
Agak Suka
0.0
Tidak Suka
357 246 159
Perlakuan Sangat Tidak Suka

Gambar 4.5 Histogram Uji Afektif Atribut Keseluruhan


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
17

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Analisis Menggunakan Metode Chi Square


5.1.1 Warna
Berdasarkan hasil uji Chi Square yang ada pada atribut warna F hitung yang
didapatkan lebih kecil dibandingkan F tabel yang didapat, dengan hasil
15,32<15,507. Hal ini menunjukkan bahwa warna pada ketiga sampel produk
tidak berbeda nyata, sehingga warna pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon
Cap Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Pada ketiga sampel produk tersebut memiliki warna yang cenderung serupa
satu sama lainnya. Warna pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap Gajah,
dan Minyak Telon Zwitsal memiliki warna yang cenderung jernih bening
kekuning-kuningan, sehingga panelis sulit untuk menentukan perbedaan pada
ketiga jenis produk minyak telon tersebut. Minyak telon merupakan perpaduan
antara minyak adas, minyak kayu putih, dan minyak kelapa dengan perbandingan
tertentu. Warna yang berbeda pada ketiga sampel tersebut disebabkan oleh
kandungan minyak kayu putih yang memiliki warna yang jernih hingga kekuning-
kuningan juga. Hal itu sesuai dengan standart penentuan mutu minyak kayu putih
berdasarkan SNI 06-3954-2006.
Tabel 1. Standart mutu minyak kayu putih (SNI 06-3954-2006)
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - -
1.1 Warna - Jernih sampai kuning kehijauan
1.2 Bau - Khas kayu putih
2 Bobot jenis 20O C/20O C - 0,900 – 0,930
3 Indeks bias (nD20) - 1,450 – 1,470
4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1 : 1 sampai 1 : 10 jernih
5 Putaran optic - -4o s/d 0o
6 Kandungan sineol % 50 – 65
18

5.1.2 Aroma
Berdasarkan hasil uji Chi Square yang ada pada atribut aroma, F hitung
yang didapatkan lebih besar dibandingkan F tabel dengan hasil 16,63>15,507. Hal
ini menunjukkan bahwa aroma pada ketiga sampel produk minyak telon berbeda
nyata, sehingga aroma pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap Gajah,
dan Minyak Telon Zwitsal memiliki perbedaan yang signifikan.
Aroma ketiga produk minyak telon ini memiliki hasil perbedaan yang
signifikan. Hal ini dikarenakan aroma setiap produk memiliki tingkat aroma
menyengat yang berbeda. Aroma yang berbeda-beda ini karena adanya kandungan
minyak atsiri pada kayu putih yang nantinya akan dijadikan bahan pembuatan
minyak telon. Hal itu sesuai dengan Wedalia (1991) yang menyatakan bahwa,
pohon kayu putih mudah sekali dikenali karena kulit batangnya mengalami
pengelupasan yang memanjang dan dari daunnya dapat dicium aroma minyak
atsiri yang menyengat. Karena berbedanya konsentrasi penambahan minyak kayu
putih dari setiap sampelnya sehingga setiap sampel memiliki bau menyengat yang
berbeda-beda.
5.1.3 Viskositas
Berdasarkan hasil uji Chi Square pada atribut viskositas F hitung yang
didapatkan lebih kecil dibandingkan F tabel yang didapat, dengan hasil
7,70<15,507. Hal itu menunjukkan bahwa viskositas pada ketiga sampel produk
minyak telon tidak berbeda nyata, sehingga viskositas pada Minyak Telon
Konicare, Minyak Telon Cap Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal memiliki
perbedaan yang tidak signifikan.
Pada ketiga sampel produk minyak telon tersebut memiliki viskositas yang
cenderung serupa satu sama lainnya. Viskositas pada Minyak Telon Konicare,
Minyak Telon Cap Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal memiliki viskositas yang
cenderung sedikit encer, sehingga panelis sulit untuk menentukan perbedaan pada
ketiga jenis minyak telon tersebut. Semakin dekat tingkat viskositas suatu produk
formulasi dengan tingkat viskositas air maka semakin encer produk tersebut
(Yosephine, 2013).
19

5.1.4 Rasa
Berdasarkan hasil uji Chi Square pada atribut rasa F hitung yang didapatkan
lebih besar dibandingkan F tabel yang didapat, dengan hasil 67,93>15,507. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rasa pada ketiga sampel berbeda nyata. Sehingga
rasa pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap Gajah, dan Minyak Telon
Zwitsal memiliki perbedaan yang signifikan.
Rasa yang didapatkan adalah rasa hangat yang berbeda dari ketiga sampel
produk minyak telon. Biasanya hal itu tergantung pada kandungan minyak kayu
putih yang ada dalam minyak telon itu. Sesuai dengan literatur Kardinan (2005),
aroma minyak kayu putih sangat khas dan minyak ini memberikan rasa yang
hangat jika dioleskan pada kulit.
5.1.5 Keseluruhan
Berdasarkan hasil uji Chi Square pada atribut keseluruhan F hitung yang
didapatkan lebih kecil dibandingkan F tabel dengan hasil 5,82<15,507. Hal ini
menunjukkan bahwa keseluruhan pada ketiga sampel minyak telon tidak berbeda
nyata, sehingga keseluruhan pada Minyak Telon Konicare, Minyak Telon Cap
Gajah, dan Minyak Telon Zwitsal memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Pada ketiga sampel minyak telon memiliki keseluruhan yang tidak terlalu
signifikan. Hal ini dikarenakan dari panelis sendiri memiliki tingkat kesukaan atau
selera yang berbeda sehingga para panelis memilih sesuai dengan yang mereka
inginkan.

5.2 Analisis Menggunakan Histogram


5.2.1 Warna
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut warna didapatkan
hasil yaitu, Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 4
panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 9 panelis yang memilih, pada
agak suka dengan nilai 3 ada 6 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai
2 ada 7 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1
ada 3 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak Telon Cap Gajah pada
kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 1 panelis yang memilih, pada suka dengan
20

nilai 4 ada 13 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 12 panelis
yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 3 panelis yang memilih, dan
pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 tidak ada panelis yang memilih.
Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria sangat suka dengan nilai 5
ada 6 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 5 panelis yang memilih,
pada agak suka dengan nilai 3 ada 10 panelis yang memilih, pada tidak suka
dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka
dengan nilai 1 ada 3 panelis yang memilih. Sesuai dengan hasil tersebut, maka
didapatkan rata-rata untuk Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,1; Minyak Telon Cap
Gajah sebesar 3,43; dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,2. Berdasarkan hal itu
dapat dilihat jika panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Cap Gajah pada
atribut warna dikarenakan produk itu memiliki nilai paling besar diantara ketiga
minyak telon tersebut. Semua itu disebabkan karena warna pada produk Minyak
Telon Cap Gajah berwarna jernih dan berwarna kuning kehijauan yang menarik
perhatian panelis. Hal itu sesuai dengan standart penentuan mutu minyak kayu
putih berdasarkan SNI 06-3954-2006.
Tabel 1. Standart mutu minyak kayu putih (SNI 06-3954-2006)
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - -
1.1 Warna - Jernih sampai kuning kehijauan
1.2 Bau - Khas kayu putih
2 Bobot jenis 20O C/20O C - 0,900 – 0,930
3 Indeks bias (nD20) - 1,450 – 1,470
4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1 : 1 sampai 1 : 10 jernih
5 Putaran optic - -4o s/d 0o
6 Kandungan sineol % 50 – 65
5.2.2 Aroma
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut aroma hasil yang
didapatkan pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka dengan nilai 5
ada 5 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 9 panelis yang memilih,
pada agak suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka
21

dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka
dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak Telon Cap
Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 2 panelis yang memilih, pada
suka dengan nilai 4 ada 6 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3
ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 10 panelis yang
memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 2 panelis yang
memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 11 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 8
panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 1 panelis yang memilih,
pada tidak suka dengan nilai 2 ada 7 panelis yang memilih, dan pada kriteria
sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 2 panelis yang memilih. Setalah hasil yang
diperoleh, maka didapatkan hasil rata-rata untuk produk Minyak Telon Zwitsal
hasil sebesar 3,5; Minyak Telon Cap Gajah sebesar 2,8; dan Minyak Telon
Konicare sebesar 3,7. Sesuai dengan hasil yang didapat, maka dapat dilihat untuk
atribut aroma para panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Konicare
dikarenakan memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon tersebut. Hal
itu dikarenakan aroma pada produk sesuai dengan kesukaan para panelis yang
aroma minyak telonnya tidak terlalu menyegat. Sesuai pada Wedalia (1991),
bahwa pohon kayu putih mudah sekali dikenali karena kulit batangnya mengalami
pengelupasan yang memanjang dan dari daunnya dapat dicium aroma minyak
atsiri yang menyengat karena berbedanya konsentrasi penambahan minyak kayu
putih dari setiap sampelnya sehingga setiap sampel memiliki bau menyengat yang
berbeda-beda.
5.2.3 Viskositas
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut viskositas hasil
yang didapatkan yaitu, pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 7 panelis
yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 10 panelis yang memilih, pada
tidak suka dengan nilai 2 ada 7 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat
tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak
Telon Cap Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 tidak ada panelis yang
22

memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 13 panelis yang memilih, pada agak suka
dengan nilai 3 ada 12 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 3
panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1
panelis yang memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria
sangat suka dengan nilai 5 ada 2 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4
ada 12 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 11 panelis yang
memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 4 panelis yang memilih, dan pada
kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 tidak ada panelis yang memilih. Rata-rata
hasil yang didapat yaitu, Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,2; Minyak Telon Cap
Gajah sebesar 3,23 dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,4. Hal itu dapat dilihat
untuk viskositas panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Konicare
dikarenakan memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon. Viskositas
pada produk Minyak Telon Konicer juga tidak terlalu kental dan tidak terlalu
encer. Semakin dekat tingkat viskositas suatu produk formulasi dengan tingkat
viskositas air maka semakin encer produk tersebut (Yosephine, 2013).
5.2.4 Rasa
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut rasa hasil yang
didapatkan yaitu, pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka dengan
nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 10 panelis yang
memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 11 panelis yang memilih, pada tidak
suka dengan nilai 2 ada 3 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak
suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada Minyak Telon
Cap Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 1 panelis yang memilih,
pada suka dengan nilai 4 ada 12 panelis yang memilih, pada agak suka dengan
nilai 3 ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 6 panelis
yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis
yang memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 10
panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang memilih,
pada tidak suka dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada kriteria
sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Rata-rata yang
23

didapat untuk Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,5; Minyak Telon Cap Gajah
sebesar 3,2; dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,4. Hal itu dapat dilihat jika
para panelis menyukai produk Minyak Telon Zwitsal pada atribut rasa,
dikarenakan memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon. Rasa hangat
pada produk minyak telon yang paling banyak diminati tidak terlalu panas rasanya
hangat sehingga sesuai dengan keinginan panelis. Sesuai dengan literatur
Kardinan (2005) yang menyatakan bahwa, aroma minyak kayu putih sangat khas
dan minyak ini akan memberikan rasa hangat pada kulit jika dioleskan.
5.2.5 Keseluruhan
Berdasarkan analisis menggunakan histogram pada atribut keseluruhan hasil
yang didapatkan yaitu, pada Minyak Telon Zwitsal pada kriteria sangat suka
dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 10
panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 11 panelis yang memilih,
pada tidak suka dengan nilai 2 ada 3 panelis yang memilih, dan pada kriteria
sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Sedangkan pada
Minyak Telon Cap Gajah pada kriteria sangat suka dengan nilai 5 ada 1 panelis
yang memilih, pada suka dengan nilai 4 ada 12 panelis yang memilih, pada agak
suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang memilih, pada tidak suka dengan nilai 2
ada 6 panelis yang memilih, dan pada kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada
1 panelis yang memilih. Sementara pada Minyak Telon Konicare pada kriteria
sangat suka dengan nilai 5 ada 4 panelis yang memilih, pada suka dengan nilai 4
ada 10 panelis yang memilih, pada agak suka dengan nilai 3 ada 9 panelis yang
memilih, pada tidak suka dengan nilai 2 ada 5 panelis yang memilih, dan pada
kriteria sangat tidak suka dengan nilai 1 ada 1 panelis yang memilih. Rata-rata
yang didapatkan untuk Minyak Telon Zwitsal sebesar 3,5; Minyak Telon Cap
Gajah sebesar 3,2; dan Minyak Telon Konicare sebesar 3,4. Hal itu dapat dilihat
untuk keseluruhan panelis lebih menyukai produk Minyak Telon Zwitsal
dikarenakan produk itu memiliki nilai paling besar diantara ketiga minyak telon
lainnya. Selain itu, dari atribut keseluruhan para penelis juga lebih banyak
menyukai produk Minyak Telon Zwitsal yang warnanya masih termasuk dalam
warna yang bening kekuningan, aromanya juga disukai oleh panelis karena tidak
24

terlalu menyengat tetapi masih ada bau khas minyak kayu putihnya, viskositasnya
juga tidak terlalu encer, dan rasanya masih hangat tidak terlalu panas dikulit.
25

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa respon
panelis menunjukkan bahwa produk Minyak Telon Zwitsal yang paling disenangi
dari pada produk lainnya. Hal ini dikarenakan karena para panelis lebih menyukai
warna Minyak Telon Zwitsal yang jernih dan kekuningan, aroma yang tidak
terlalu menyengat namun masih memiliki aroma khas dari minyak telon/minyak
kayu putih, viskositas Minyak Telon Zwitsal juga tidak terlalu cair sehingga
cukup kental dan tidak mudah tumpah atau mengalir begitu saja saat di tuangkan
di tangan, dan rasa yang hangat saat dioleskan pada bagian kulit dan rasanya pun
tidak terlalu panas.

6.2 Saran
Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan
di persiapkan terlebih dahulu dengan baik dan benar, agar praktikan dapat berjalan
dengan baik dan teratur. Selain itu, untuk para praktikan agar lebih tertib lagi
dalam kegiatan praktikum agar dalam kegiatan tidak terlalu memakan banyak
waktu.
26

DAFTAR PUSTAKA

Agra, Sri Warnijati. 1990. Ringkasan Reaktor Kimia. Edisi ke 3. Fakultas Teknik
UGM, Yogyakarta.

Astridiani. 2007. Uji Kesukaan. http://www.scribd.com diakses pada 13


Desember 2018.

Aini, Nur dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Purwokerto.

Amiyella, Endista. (2008). Uji Chi Square. Di unduh dari


http://berandakami.files.wordpress.com/2008/11/uji-chi-square_baru.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2018.

Kardinan, A., 2005. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. AgroMedia


Pustaka, Depok. Hal: 1-6; 21-33.

Kemp SE, Hollowood T, and Hort J. 2009. Sensory Evaluation: A Practical


Handbook. Wiley Blackwell, United Kingdom.

Raharjo. 2000. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara: Jakarta

Rahardjo, J. T. M. 1998. Uji Inderawi. Penerbit Universitas Jenderal Soedirman:


Purwokerto.

Sarastani, D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Jurusan


Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Diploma IPB, Bogor.

Setyaningsih, D, Apriyantono, A, dan Sari, MP. 2010. Analisa Sensori Industri


Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.

Silvana, D Harikedua. 2010. Efek Penambahan Ekstrak Air Jahe (Zingiber


officinale Roscoe) dan Penyimpanan Dingin terhadap Mutu Sensori Ikan
Tuna (Thunnus albacores). Jurnal Perikanan dan Kelautan, vol.VI no.1 :34-
40.

Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertnian. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, IPB, Bogor.

Soekarto, S. 2002. Penilaian organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
27

Sofiah, B. D., & Achyar, T. S. (2008). Buku Ajar Penilaian Indera. Jatinangor:
Universitas Padjadjaran.

Soewarno, dan T. Soekarto. 1981. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan


Teknologi Pangan (Pusbangtepa). IPB Press. Bogor.

Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Universitas Pendidikan Indonesia.


Bandung.

Suranto, Adji. 2011. Minyak Telon. http://gudangmadu.com/id/minyak-telon/


diakses pada tanggal 14 Desember 2018.

Subiyakto, Haryono. 1994. Statistika 2. Jakarta: Gunadarma

Wedalia I. 1991. Tinjauan Mengenai Kemungkinan Pengusahaan Tanaman Kayu


Putih (Melaleuca leucadendron Linn.). dalam Rangka Pengembangan
Hutan Rakyat di Lokasi Transmigrasi [Skripsi]. Bogor : Fakultas kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
28

LAMPIRAN 1. DATA HASIL KUESIONER


29
30

LAMPIRAN 2. PERHITUNGAN

1. Warna
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 4 9 6 8 3 30
246 1 14 12 3 0 30
159 6 5 11 5 3 30
Total 11 28 29 16 6 90

Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
246 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
159 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
Total 11,0 28,0 29,0 16,0 6,0 90,00

Sangat
Sangat Tidak
Suka Agak Suka Tidak
No Perlakuan Suka Suka
Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,670 9 9,33 6 9,67 8 5,33 3 2,00
2 246 1 3,670 14 9,33 12 9,67 3 5,33 0 2,00
3 159 6 3,670 5 9,33 11 9,67 5 5,33 3 2,00
Total 11 28 29 16 6

Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 0,03 0,01 1,39 1,34 0,50 3,27
246 1,94 2,34 0,56 1,02 2,00 7,86
159 1,48 2,01 0,18 0,02 0,50 4,19
F Hitung 15,32
31

Warna
Sangat Tidak Sangat
Perlakuan Suka Agak Suka
Suka Suka Tidak Suka
357 3,3 46,7 40,0 10,0 0,0
246 20,0 16,7 36,7 16,7 10,0
159 12,2 31,1 32,2 17,8 6,7

Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 15,32 15,507 *

2. Aroma
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 6 9 9 5 1 30
246 2 6 9 10 3 30
159 11 9 1 7 2 30
Total 19 24 19 22 6 90

Perlakuan Sangat Agak Tidak Sangat


Suka Total
(E) Suka Suka Suka Tidak Suka
357 6,33 8,00 6,33 7,33 2,00 30,00
246 6,33 8,00 6,33 7,33 2,00 30,00
159 6,33 8,00 6,33 7,33 2,00 30,00
Total 19,0 24,0 19,0 22,0 6,0 90,00

Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak
No Perlakuan Suka Suka Suka
Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 6 6,333 9 8,00 9 6,33 5 7,33 1 2,00
2 246 2 6,330 6 8,00 9 6,33 10 7,33 3 2,00
3 159 11 6,330 9 8,00 1 6,33 7 7,33 2 2,00
Total 19 24 19 22 6
32

Sangat Agak Tidak Sangat


Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 0,02 0,13 1,13 0,74 0,50 2,51
246 2,96 0,50 1,13 0,97 0,50 6,06
159 3,45 0,13 4,49 0,01 0,00 8,07
F Hitung 16,64

Aroma
Sangat Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Suka Agak Suka
Suka Suka Suka
357 20,0 30,0 30,0 16,7 3,3
246 6,7 20,0 30,0 33,3 10,0
159 36,7 30,0 3,3 23,3 6,7

Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 16,64 15,507 *

3. Viskositas
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 8 10 7 1 30
246 0 13 12 4 1 30
159 2 12 12 4 0 30
Total 6 33 34 15 2 90

Perlakuan Sangat Agak Tidak Sangat


Suka Total
(E) Suka Suka Suka Tidak Suka
357 2,00 11,00 11,33 5,00 0,67 30,00
246 2,00 11,00 11,33 5,00 0,67 30,00
159 2,00 11,00 11,33 5,00 0,67 30,00
Total 6,0 33,0 34,0 15,0 2,0 90,00
33

Sangat Agak Tidak Sangat


Suka
No Perlakuan Suka Suka Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 2,000 8 11,00 10 11,33 7 5,00 1 0,67
2 246 0 2,000 13 11,00 12 11,33 4 5,00 1 0,67
3 159 2 2,000 12 11,00 12 11,33 4 5,00 0 0,67
Total 6 33 34 15 2

Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 2,00 0,82 0,16 0,80 0,16 3,94
246 2,00 0,36 0,04 0,20 0,16 2,77
159 0,00 0,09 0,04 0,20 0,67 1,00
F Hitung 7,70

Viskositas
Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Sangat Suka Suka Agak Suka
Suka Suka
357 13,3 26,7 33,3 23,3 3,3
246 0,0 43,3 40,0 13,3 3,3
159 6,7 40,0 40,0 13,3 0,0

Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 7,70 15,507 *

4. Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 11 11 3 1 30
246 1 12 10 6 1 30
159 4 10 10 5 1 30
Total 9 33 31 14 3 90
34

Perlakuan Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
246 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
159 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
Total 9,0 33,0 31,0 14,0 3,0 90,00

Sangat Agak Tidak Sangat


Suka
No Perlakuan Suka Suka Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,000 11 11,00 11 4,67 3 1,00 1 1,00
2 246 1 3,000 12 11,00 10 4,67 6 1,00 1 1,00
3 159 4 3,000 10 11,00 10 4,67 5 1,00 1 1,00
Total 9 33 31 14 3

Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak Total
Suka Tidak
Suka Suka Suka
Suka
357 0,33 0,00 8,58 4,00 0,00 12,91
246 1,33 0,09 6,08 25,00 0,00 32,51
159 0,33 0,09 6,08 16,00 0,00 22,51
F Hitung 67,93

Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 36,7 36,7 10,0 3,3
246 3,3 40,0 33,3 20,0 3,3
159 13,3 33,3 33,3 16,7 3,3

Chi Square
df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 67,93 15,507 *
35

5. Keseluruhan

Sangat Agak Tidak Sangat


Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 12 9 4 1 30
246 1 12 13 4 0 30
159 5 10 10 5 0 30
Total 10 34 32 13 1 90

Perlakuan Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
246 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
159 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
Total 10,0 34,0 32,0 13,0 1,0 90,00

Sangat Agak Tidak Sangat


Suka
No Perlakuan Suka Suka Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,330 12 11,33 9 10,67 4 4,33 1 0,33
2 246 1 3,330 12 11,33 13 10,67 4 4,33 0 0,33
3 159 5 3,330 10 11,33 10 10,67 5 4,33 0 0,33
Total 10 34 32 13 1

Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak Total
Suka Tidak
Suka Suka Suka
Suka
357 0,13 0,04 0,26 0,03 1,36 1,82
246 1,63 0,04 0,51 0,03 0,33 2,53
159 0,84 0,16 0,04 0,10 0,33 1,47
F Hitung 5,82
36

Keseluruhan

Sangat Agak Tidak Sangat


Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 40,0 30,0 13,3 3,3
246 3,3 40,0 43,3 13,3 0,0
159 16,7 33,3 33,3 16,7 0,0

Chi Square
df α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 5,82 15,507 *
37

LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI

Gambar 1. Uji Sensoris

Gambar 2. Praktikum Uji Afektif Gambar 3. Sampel Produk Minyak Telon

Anda mungkin juga menyukai