Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID & LIQUID

EVALUASI SEDIAAN KRIM

Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid – B

Kelompok 12

Anggota:

Anggi Maulida Dewi (1706034193)

Disqi Fahira Maharani (1706078522)

Natasha Illona (1706034754)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya dalam pembuatan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya, dapat memberpaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun penalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 18 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB 1..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1

1.3. Tujuan....................................................................................................................1

BAB 2..............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

2.1. Evaluasi Sediaan Krim Secara Umum...................................................................2

2.1.1. Evaluasi Berdasarkan Kompendial....................................................................................2

2.1.1.1. Uji Organoleptis.....................................................................................................2

2.1.1.2. Uji Pengukuran pH.................................................................................................2

2.1.1.3. Penetapan Kadar....................................................................................................2

2.1.1.4. Uji Isi Minimum.....................................................................................................2

2.1.1.5. Uji Batas Mikroba..................................................................................................4

2.1.1.6. Kesesuaian Wadah dan Penandaan........................................................................7

2.1.1.7. Uji Stabilitas dipercepat dan Jangka Panjang......................................................11

2.1.2. Evaluasi Non-Kompendial...............................................................................13

2.1.2.1. Uji Homogenitas..................................................................................................13

2.1.2.2. Uji Viskositas.......................................................................................................13

2.1.2.3. Uji Daya Sebar.....................................................................................................14

2.1.2.4. Uji Daya Lekat.....................................................................................................14

ii
2.1.2.5. Uji Iritasi Kulit.....................................................................................................14

2.1.2.6. Uji Ukuran Globul...............................................................................................15

2.1.2.7. Uji Tipe Krim.......................................................................................................16

2.1.2.8. Uji Kebocoran Wadah..........................................................................................16

2.2. Identifikasi Evaluasi.............................................................................................17

2.3. Rencana Pengambilan Sampel dan Evaluasi.......................................................17

BAB 3............................................................................................................................................18

PENUTUP.....................................................................................................................................18

3.1. Kesimpulan..........................................................................................................18

3.2. Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia


farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh
masyarakat.

Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel,
dan pasta. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai,
mudah pada pengabsorbsiannya. Namun, kekurangan dari sediaan ini adalah salah satunya
pada faktor stabilitas sediaan itu sendiri. Sediaan yang stabilitasnya buruk misal pada suhu
dan kelembaban dapat mengakibatkan perubahan pada bentuk sediaan semisolid baik fisik
maupun non-fisik. Maka dari itu, sangat penting untuk dilakukan uji evaluasi sediaan
semisolid dalam hal ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah uji evaluasi pada sediaan
semisolid krim.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja parameter evaluasi untuk sediaan krim?
2. Apa saja tujuan dari parameter-parameter tersebut?
3. Bagaimana prosedur atau langkah kerja dalam melaksanakan evaluasi sediaan krim?
4. Bagaimana menganalisis evaluasi sediaan krim pada suatu contoh formulasi sediaan
krim?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami macam-macam parameter evaluasi pada sediaan krim
2. Untuk memahami tujuan dari parameter-parameter evaluasi sediaan krim
3. Untuk memahami prosedur atau langkah kerja dalam melaksanakan evaluasi sediaan
krim

1
4. Untuk memahami cara menganalisis evaluasi sediaan krim pada suatu formulasi
sediaan

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Evaluasi Sediaan Krim Secara Umum
2.1.1. Evaluasi Berdasarkan Kompendial
2.1.1.1. Uji Organoleptis

Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,


tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan
kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item),
menghitung prosentase masing masing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik.

2.1.1.2. Uji Pengukuran pH

Evaluasi pH Menggunakan pH meter yang dikalibrasi terlebih dahulu


menggunakan larutan dasar pH 4 dan pH 7 sebelum mengukur pH krim, dengan cara
perbandingan 60g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk
hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH
meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter. pH yang sesuai untuk kulit yaitu
pH 4.5-6.5.

2.1.1.3. Penetapan Kadar

Penetapan kadar dilakukan untuk mengukur konsentrasi zat aktif dalam


sediaan. Prosedur penetapan kadar dapat dilakukan sesuai yang tertera pada
monografi masing-masing sediaan. Kadar zat aktif dalam sediaan krim yang diterima
yaitu tidak kurang dari ±90.0% dan tidak lebih dari ±110.0% dari jumlah yang tertera
pada etiket dalam dasar krim yang sesuai.

2.1.1.4. Uji Isi Minimum

2
Uji isi minimum dilakukan untuk menentukan berat bersih isi dari wadah
untuk memastikan kandungan sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket. Uji ini
dilakukan pada sediaan seperti krim, gel, lotio, salep, pasta, serbuk, aerosol, dan
sprays. Terdapat dua kriteria untuk prosedur uji isi minimum yaitu untuk kemasan
dengan label kandungan dalam satuan berat dan kemasan dengan label kandungan
dalam satuan volume.

Prosedur pengujian untuk kemasan dengan label dalam satuan berat adalah:

1. Ambil 10 sample wadah yang terisi sediaan, kemudian dibersihkan dari


etiket atau label yang dapat mengubah berat wadah.
2. Bersihkan bagian luar wadah dan keringkan. Berikan nomor pada masing-
masing sample wadah.
3. Timbang setiap sample wadah dan catat beratnya.
4. Keluarkan isi wadah hingga bersih kemudian cuci bagian dalam wadah
dengan pelarut.
5. Keringkan dan timbang kembali wadah kosong.
6. Tentukan berat bersih sediaan dengan melakukan pengurangan terhadap
bobot wadah terisi dengan bobot wadah kosong.

Prosedur pengujian untuk kemasan dengan label dalam satuan volume


dilakukan sesuai dengan prosedur untuk kemasan dengan label satuan berat tetapi
massa dikonversi menjadi volume menggunakan densitas selama pembuatan:

1. Tuang isi dari 10 wadah sample ke dalam 10 gelas ukur yang sesuai
hingga wadah kosong.
2. Catat masing-masing volume dari isi 10 wadah.

Untuk menentukan densitas dari bahan yang digunakan dapat dilakukan:

1. Tara labu ukur 100 mL dengan larutan yang dapat tercampur pada
formulasi sebanyak 50 mL kemudian ditimbang
2. Tambahkan ±25 mL sample dan kocok perlahan hingga tercampur
3. Timbang kembali labu ukur

3
4. Dari buret, ditambahkan larutan yang dapat tercampur sehinga mencapai
garis batas volume labu ukur sambil dikocok perlahan kemudian dicatat
volume yang diambil dari buret.
5. Hitung densitas sample: W/V
W= Berat bahan yang diambil (g)
V= 50 mL – volume (mL) larutan miscible yang digunakan untuk
menambah isi labu ukur hingga 100 mL.

Hasil pengujian isi minimum dikatakan memenuhi kriteria jika hasil uji
memenuhi kriteria pada stage 1 atau stage 2. Jika uji dinyatakan tidak memenuhi
pada stage 1 maka uji dilanjutkan ke stage 2.

Parameter Stage 1 Stage 2


Jumlah wadah yang diuji 10 sample 30 (10 sample dari stage
1 + 20 sample)
Rata-rata isi bersih ≥ jumlah pada label ≥ jumlah pada label
Isi bersih dari setiap < dari 1 wadah dari 10 < dari 1 wadah dari 30
wadah wadah yang tidak wadah yang tidak
memenuhi kriteria di memenuhi kriteria di
bawah bawah
 Label 60 gram/ ≥ 90% dari jumlah pada ≥ 90% dari jumlah pada
60 mL/ < 60 label label
gram atau 60 mL
 Label > 60 gram/ ≥ 95% dari jumlah pada ≥ 95% dari jumlah pada
60 mL label label

2.1.1.5. Uji Batas Mikroba

Uji batas mikroba dilakukan untuk menentukan suatu bahan atau sediaan
memenuhi spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah ditetapkan. Pengujian
dilakukan pada kondisi aseptik untuk menghindari kontaminasi mikroba dari luar
produk, tetapi tidak mempengaruhi mikroba dalam produk. Jika produk memiliki
aktivitas antimikroba, sebelum pengujian dilakukan netralisasi menggunakan
inaktivator yang telah dibuktikan tidak toksik terhadap mikroba yang diuji.

4
Pengujian dilakukan dengan salah satu metode perhitungan yaitu Metode
Penyaringan Membrane, Metode Angka Lempeng, atau Metode Angka Paling
Mungkin. Metode angka paling mungkin (APM) umumnya dilakukan untuk produk
dengan tingkat kontaminasi rendah. Pemilihan metode pengujian berdasarkan
beberapa faktor antara lain jenis produk yang diuji, persyaratan yang ditentukan dan
ukuran sampel yang memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara spesifik.
Jumlah sediaan yang digunakan untuk pengujian, jika tidak dinyatakan lain gunakan
10 g atau 10 mL sediaan uji. Penyiapan sampel disesuaikan dengan sifat fisik sediaan
yang diuji yang tertera pada Farmakope. Prosedur untuk melakukan uji batas
mikroba, yaitu:

a. Metode Penyaringan Membran

Dilakukan menggunakan penyaring membrane dengan porositas


tidak lebih dari 0.45 µm. Jenis bahan penyaring dipilih sedemikian rupa
sehingga kemampuan menahan bakteri tidak dipengaruhi oleh kandungan
sampel uji. Sample disiapkan menggunakan metode yang tertera pada Uji
Fertilitas dan Kesesuaian Metode Perhitungan, pindahkan sejumlah yang
sesuai pada dua penyaring membrane, saring segera. Bilas tiap
penyaringan sesuai dengan prosedur.

Untuk menentukan ALT, pindahkan satu penyarig membrane ke


permukaan Soybean-Casein Digestic Agar. Untuk menentukan AKK,
pindahkan satu penyaring membran yang lain ke permukaan Sabouraud
Dextrose Agar. Inkubasi cawan Soybean-Casein Digest Agar pada suhu
30° - 35° selama 3 - 5 hari dan cawan Sabouraud Dextrose Agar pada suhu
20° - 25° selama 5 - 7 hari. Hitung jumlah koloni per g atau per ml
sediaan.

b. Metode Angka Lempeng Total


1. Metode Tuang

Siapkan sampel menggunakan metode yang sesuai seperti


tertera pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan.

5
Siapkan untuk masing-masing media sekurang-kurangnya dua
cawan Petri untuk tiap tingkat pengenceran. Inkubasi cawan
Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 30° - 35° selama 3 - 5 hari
dan cawan Sabouraud Dextrose Agar pada suhu 20° - 25° selama
5-7 hari. Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah
koloni tertinggi yang kurang dari 250 untuk ALT dan 50 koloni
untuk AKK. Hitung jumlah rata-rata koloni dalam media biakan
dan jumlah koloni per g atau per ml sediaan.

2. Metode Sebar

Siapkan sampel dengan metode yang sesuai seperti tertera


pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Siapkan
sekurang-kurangnya dua cawan Petri untuk tiap media dan tiap
tingkat pengenceran. Untuk inkubasi dan penghitungan jumlah
koloni, lakukan seperti tertera pada Metode Tuang.

c. Metode Angka Paling Mungkin (APM)

Siapkan dan encerkan sampel dengan metode sesuai seperti tertera


pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Inkubasi semua
tabung selama 3-5 hari pada suhu 30° - 35°. Jika perlu lakukan subkultur,
gunakan metode yang sesuai. Catat jumlah tabung yang menunjukkan
pertumbuhan mikroba pada tiap tingkat pengenceran dan tentukan APM
mikroba per g atau mL sediaan.

Batas maksimum cemaran mikroba menurut BPOM, 2011 adalah:

6
2.1.1.6. Kesesuaian Wadah dan Penandaan
Wadah sediaan-sediaan farmasi membutuhkan perhatian yang cukup besar
dalam hal penyimpanan atau perawatannya bahkan untuk periode waktu yang
singkat. Hal ini terkait pada kestabilan sediaan farmasi tersebut. Maka dari itu,
tujuan uji kesesuaian wadah ini adalah untuk memberikan standar
pengemasan yang telah dikembangkan untuk bahan-bahan dari wadah sediaan
farmasi seperti gelas dan kaca.
a. Uji Transmisi Cahaya

Wadah yang bertujuan melindungi dari cahaya atau wadah tidak


tembus cahaya, harus memenuhi persyaratan uji transmisi cahaya,
perlindungan atau daya tahan wadah terhadap cahaya dikaitkan dengan
sifat khas komposisi bahan wadah, termasuk pelapis yang digunakan.
Wadah yang jernih, tidak berwarna atau tembus cahaya, dikecualikan dari
persyaratan ini.

Alat yang digunakan adalah spektrofotometer dengan sensitivitas


dan akurasi yang sesuai untuk pengukuran jumlah cahaya yang ditransmisi
oleh wadah sediaan farmasi.

7
Prosedur untuk bahan kaca adalah dengan menghancurkan wadah
atau potong dengan gergaji bundar yang dilengkapi dengan roda abrasif
basah. Pilih bagian sampel dengan ketebalan dinding rata-rata dan potong
sesuai keperluan untuk memberikan segmen dengan ukuran yang sesuai
untuk pemasangan di spektrofotometer. Setelah memotong, mencuci dan
mengeringkan masing-masing spesimen, berhati-hatilah agar
permukaannya tidak tergores. Jika spesimen terlalu kecil untuk menutupi
tempat spesimen, tutupi bagian yang terbuka dengan kertas buram atau
selotip, asalkan panjang spesimen lebih besar dari celah di
spektrofotometer. Segera sebelum pemasangan di tempat spesimen,
bersihkan spesimen dengan kertas lensa. Pasang spesimen dengan
bantuan lilin atau dengan cara lain, berhati-hati agar tidak meninggalkan
sidik jari atau tanda lain pada permukaan yang harus dilalui cahaya.

Prosedur untuk bahan plastic adalah dengan memotong bagian


melingkar dari dua atau lebih area wadah, kemudian cuci serta keringkan,
berhati-hatilah agar tidak menggores permukaan. Letakkan potongan
dalam spektrofotometer dengan sumbu silindris sejajar terhadap bidang
celah dan lebih kurang dari tengah celah. Jika diletakkan dengan benar,
sorotan cahaya normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan
pantulan cahaya menjadi minimum. Transmitans potongan dibandingkan
dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus
dengan alat perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat
manual pada daerah panjang gelombang 290 nm hingga 450 nm.

b. Uji Ketahanan Kimia Wadah Kaca

Uji berikut ini dirancang untuk menetapkan daya tahan wadah kaca
(yang belum pernah digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan
ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca karena pengaruh
media pada kondisi yang telah ditentukan. Jumlah alkali yang sangat kecil
menunjukkan bahan kaca tersebut lebih tahan

8
Alat yang digunakan adalah otoklaf. Gunakan otoklaf yang mampu
mempertahankan suhu 121o ± 2,0, dilengkapi dengan termometer,
pengukur tekanan, pengatur ventilasi dan rak yang cukup untuk
menampung paling sedikit 12 wadah di atas permukaan air. Kemudian
lumpang dan alu yang terbuat dari baja- diperkeras yang dibuat menurut
spesifikasi yang tertera. Alat lain seperti pengayak yang terbuat dari baja
tahan karat ukuran 20,3 cm yaitu nomor 20, 40 dan 50, labu erlenmeyer
250 ml terbuat dari kaca tahan lekang, palu 900 g, magnit permanen,
desikator, alat volumetrik secukupnya. Pereaksinya adalah air kemurniaan
tinggi dan larutan metil merah.

Uji Serbuk Kaca

Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni,
keringkan dengan aliran udara bersih dan kering. Hancurkan wadah
hingga menjadi pecahan berukuran lebih kurang 25 mm, kemudian bagi
lebih kurang 100 g pecahan kaca menjadi 3 bagian yang lebih kurang
sama, dan masukkan salah satu bagian ke dalam lumpang khusus. Dengan
alu pada tempatnya, hancurkan lebih lanjut dengan cara menumbuk 3 kali
atau 4 kali dengan palu. Pasang ayakan dan ayak serbuk kaca melalui
ayakan nomor 20. Ulangi hal yang sama untuk setiap bagian dari dua
bagian lain, kosongkan lumpang setiap kali ke dalam ayakan nomor 20.
Goyang ayakan sebentar lalu pindahkan kaca dari ayakan nomor 20 dan
ayakan nomor 40, hancurkan kembali dan ayak lagi seperti sebelumnya.
Ulangi lagi penghancuran dan pengayakan. Kosongkan panci penampung,
pasang susunan ayakan dan goyang dengan penggoyang mekanis selama 5
menit atau dengan tangan untuk waktu yang setara. Pindahkan bagian
yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10
g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat
pengujian.

Prosedur. Timbang seksama 10,00 g contoh uji masukkan ke


dalam Erlenmeyer 250 ml yang telah diekstraksi dengan air kemurnian

9
tinggi dalam tangas air pada suhu 90o selama tidak kurang 24 jam atau
pada suhu 121o selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke
dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blangko. Tutup semua labu
dengan gelas piala terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah
diperlakukan seperti ditetapkan untuk labu dengan ukuran sedemikian
hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tapi labu. Letakkan wadah
dalam otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilasi terbuka.
Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan pemanasan selama 10 menit.
Tutup lubang ventilasi dan atur suhu pada 121o, perlu waktu 19 menit
hingga 23 menit untuk mencapai suhu yang diinginkan. Pertahankan suhu
pada 121o ± 2,0o selama 30 menit dihitung saat suhu tercapai. Kurangi
panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38
menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah
terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air mengalir,
tuangkan air dari labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa
serbuk kaca 4 kali, tiap kali dengan 15 ml Air kemurnian tinggi,
kumpulkan hasil cucian. Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi
segera dengan asam sulfat 0,020 N LV. Jika volume larutan titran
diperkirakan kurang dari 10 ml gunakan buret mikro. Catat volume asam
sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g contoh
uji, lakukan titrasi blangko. Volume tidak lebih dari yang tertera
pada tabel untuk tipe gelas yang diuji.

Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121o

Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air


kemurnian tinggi. Prosedurnya dengan mengisi setiap wadah dengan air
kemurnian tinggi hingga 90 % dari kapasitas penuh dan lakukan
sesuai Prosedur seperti yang tertera pada Uji Serbuk Kaca mulai dengan
“Tutup semua labu…..”, kecuali waktu pemanasan dengan otoklaf 60
menit bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya
hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah dalam gelas ukur

10
100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk
memperoleh volume 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu
Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5
tetes Larutan merah metal, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam
sulfat 0,020 N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf
dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan, lakukan titrasi
blangko menggunakan 100 ml Air kemurnian tinggi pada suhu yang sama
dan dengan jumlah indicator yang sama. Volume tidak lebih dari yang
tertera pada tabel untuk tipe kaca yang diuji.

Batas
Tipe Ketentuan Umum ml Asam
Tipe Uji Ukuran ml
Sulfat 0,02 N
I Kaca borosilikat, Kaca serbuk Semua 1,0
ketahanan tinggi
II Kaca soda-kapur Ketahanan air 100 atau 0,7
terolah kurang 100 0,2
III Kaca soda-kapur Kaca serbuk Semua 8,5
IV Kaca soda-kapur Kaca serbuk Semua 15,0
penggunaan umum

2.1.1.7. Uji Stabilitas dipercepat dan Jangka Panjang


Nilai kestabilan dapat diperoleh dengan melakukan uji stabilitas
dipercepat. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sediaan
sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan
yang biasa terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu sediaan
pada uji dipercepat selama tiga bulan diperoleh hasil yang stabil, hal itu
menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu kamar
selama setahun.
Pengujian yang dilakukan pada uji di percepat antara lain :
a. Suhu yang dinaikkan
Apabila pada penyimpanan di suhu 37ºC-45ºC selama 3 bulan
menunjukkan tidak adanya tanda ketidakstabilan, maka produk stabil
pada suhu kamar (25º-30ºC) selama lebih kurang setahun, dengan
11
anggapan bahwa reaksi yang terjadi pada suhu yang dinaikkan sama
dengan reaksi yang terjadi pada suhu kamar.
Setiap kenaikan suhu 10˚C akan mempercepat reaksi dua sampai tiga
kalinya, namun cara ini terbatas karena kenyataannya perubahan yang
terjadi pada suhu yang jauh diatas normal seperti pemisahan fase dan
kerusakan fisik sediaan jarang terjadi pada suhu normal.
b. Kelembaban yang dinaikkan
Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji produk dan kemasannya.
Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasannya karena pengaruh
kelembaban, maka hal ini menandakan bahwa kemasannya tidak
memberikan perlindungan yang cukup dan atmosfer
c. Cycling Test

Siklus antara suhu kamar/ suhu 45ºC masing-masing selama 24jam


sebanyak 6 siklus. Pada freeze/thaw test pengujian dilakukan antara suhu
4ºC dan 40ºC atau 45ºC.

Tujuan uji ini yaitu untuk menguji terbentuknya kristal ataupun


awan dan sebagai simulasi adanya perubahan suhu setiap tahun bahkan
setiap harinya. Oleh karena itu, pada uji ini dilakukan pada suhu atau
kelembaban pada interval waktu tertentu sehingga produk dalam
kemasannya akan mengalami stress yang bervariasi pada daripada stress
akhir. Misalnya dengan menyimpan sediaan pada suhu 4˚C selama 24 jam
lalu menyimpannya pada suhu 40˚C selama 24 jam lalu menyimpannya
pada suhu 40˚C selama 24 jam, waktu penyimpanan pada dua suhu yang
berbeda tersebut dianggap satu siklus dan dilakukan selama 12 hari.
Perlakuan selama 12 hari akan menghasilkan stress yang lebih tinggi
daripada menyimpan pada suhu 4˚C atau 40˚C.

d. Pemaparan pada cahaya

Uji ini dilakukan dengan pemaparan pada cahaya siang hari (bukan
matahari langsung) selama satu tahun. Pemaparan terus menerus selama 1-
2minggu dalam lemari uji cahaya yang berisi baterai tabung fluorescence

12
dimana sampel ditempatkan sejauh 1 kaki dari sumber cahaya. Sumber
cahaya biasanyatipe polarite-daylight, 40 X (Thorn-EMI) dengan panjang
tabung 132 cm dan baterai dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan
pencahayaan seperti pada cahaya siang hari. Dengan lampu Xenon,
pengujian dilakukan selama 1-2 minggu, sedangkan dengan sinar UV
dilakukan selama 1-2 minggu pula

e. Uji Mekanis
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya
pemisahan fase. Shaking test dilakukan pada suhu 30º atau 40ºC selama 1
minggu. Sampel disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam
atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini dilakukan karena perlakuan
tersebut sama dengan besarnya pengaruh gravitasi terhadap penyimpanan
sediaan selama setahun.

Bulan ke- 0 1 2 3 6 9 12 18 24
Studi
    
dipercepat
Studi jangka
      
panjang

2.1.2. Evaluasi Non-Kompendial


2.1.2.1. Uji Homogenitas

Uji ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-bahan


sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah, dan bawah, kemudian
dioleskan pada sekeping kaca transparan, diamati jika terjadi pemisahan. Amati
perubahan yang terjadi pada lensa mikroskop. krim dinyatakan homogen apabila
mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak menggumpal. Selain itu, uji juga dapat
dilakukan dengan merasakan tekstur krim. Apabila terdapat tekstur kasar atau
terdapat butiran ketika dioleskan maka krim belum homogen.

13
2.1.2.2. Uji Viskositas

Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk


mengalir. Semakin tinggi volume dari sediaan krim maka semakin tinggi
viskositasnya, sehingga sediaan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan
partikel cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu sediaan. Namun, kecepatan
sediaan untuk mengalir lambat (Schmitt, 1996). Pengujian viskositas dilakukan
menggunakan viskometer Brookfield dengan spindle yang sesuai dengan viskositas
sediaan. Prosedur uji viskositas yaitu:

1. Sediaan krim dimasukkan ke dalam beaker glass


2. Spindle yang telah dipasang diturunkan hingga batas spindle tercelup ke
dalam sediaan
3. Kecepatan alat diatur 2 rpm, 4 rpm, 10 rpm, dan 20 rpm, kemudian urutan
dibalik.
4. Skala (dial reading) pada viscometer dicatat ketika jarum merah yang
bergerak stabil.
5. Nilai viskositas yang diperoleh dikalikan dengan factor koreksi alat.
2.1.2.3. Uji Daya Sebar

Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit
menjadi luas sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Daya sebar untuk
sediaan topikal yaitu 5-7 cm. Prosedur uji daya sebar yaitu:

1. Sebanyak 0.5 gram krim diletakkan di tengah alat kaca dan ditutup kaca
lainnya
2. Dibiarkan 1 menit, kemudian diameter penyebaran krim diukur dengan
mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi
3. Ditambahkan beban seberat 20 gram kemudian dilakukan pengukuran
kembali setelah didiamkan satu menit
4. Dilakukan penambahan bobot tiap 20 gram sampai bobot kurang dari
150 gram dan dicatat penyebarannya setiap penambahan bobot.
2.1.2.4. Uji Daya Lekat

14
Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim untuk melekat
pada kulit. Daya lekat semakin besar maka waktu kontak antara krim dan kulit
semakin lama sehingga absorbsi obat melalui kulit semakin besar. Persyaratan daya
lekat krim yang baik yaitu lebih dari 4 detik.

Prosedurnya adalah dengan mengambil krim sebanyak 1 g kemudian


dioleskan pada sebuah plat kaca. Kedua plat ditempelkan sampai plat menyatu dan
ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit, setelah itu beban diambil. Waktu
sampai kedua plat saling lepas dicatat, kemudian dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali untuk masing-masing formula (Voigt, 1995).

2.1.2.5. Uji Iritasi Kulit

Uji Iritasi krim dilakukan pada 6 ekor kelinci sesuai metode Draize. Kelinci
yang digunakan adalah kelinci dewasa albino sehat, bobot badan 1.5 – 2 kg. enam
ekor kelinci disiapkan dan dicukur bulu punggungnya, lalu ditentukan bagian 1 inchi
persegi. Sediaan sebanyak 0,5 g dioleskan pada bagian punggung kelinci yang telah
ditentukan, lalu ditutup dengan kassa steril dan perban kemudian direkatkan dengan
plester lalu dibungkus dengan perban, dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam,
plester dan perban dibuka dan dibiarkan selama 1 jam, lalu diamati. Setelah diamati,
bagian tersebut ditutup kembali dengan plester yang sama, lalu dilakukan pengamatan
kembali setelah 72 jam. Untuk setiap keadaan kulit diberi nilai sesuai metode skoring
dari Draize sebagai berikut:

a. Eritema
1. Tidak ada eritema =0
2. Eritema sangat ringan (hampir tidak nampak) =1
3. Eritema ringan (terlihat jelas) =2
4. Eritema sedang (sangat merah) =3
5. Eritema berat (membentuk luka) =4
b. Udema
1. Tidak ada udema =0
2. Udema sangat ringan (hampir tidak nampak) =1
3. Udema ringan =2

15
4. Udema sedang =3
5. Udema berat =4

Indeks iritasi dihitung dengan cara menjumlahkan nilai dari setiap kelinci
percobaan setelah 24 dan 72 jam pemberian sampel iritan, kemudian dibagi jumlah
hewan coba. Penilaian iritasinya sebagai berikut :

a. 0,5 – 2 = iritasi ringaan


b. > 2 – 5 = iritasi sedang
c. > 5- 8 = iritasi berat
2.1.2.6. Uji Ukuran Globul

Uji pengukuran globul bertujuan melihat ukuran globul dan keseragaman


ukuran dalam suatu sediaan. Peningkatan ukuran globul merupakan faktor yang
menunjukkan laju creaming. Semakin besar kenaikan ukuran diameter globul rata-
rata diduga krim tersebut akan lebih cepat tidak stabil.

Prosedur dari uji ini adalah krim diletakkan diatas kaca objek & diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali kemudian diameter globul rata-
rata dihitung dengan menggunakan rumus Edmundson.

2.1.2.7. Uji Tipe Krim

Uji tipe krim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi pada krim (O/W atau
W/O) dari formulasi yang sebenarnya. Uji dapat dilakukan melalui dua metode
yaitu metode pewarnaan dan metode pengenceran. Pada metode pewarnaan, 1

16
gram krim dioleskan pada kaca preparat dan ditetesi methylene blue hingga
menyebar di atas krim kemudian diamati dengan mikroskop. Jika terdapat warna
biru merata, maka krim merupakan krim tipe emulsi O/W (Ansel, 1989). Pada
metode pengenceran, 1 gram krim diencerkan dengan air dalam botol. Jika krim
larut, maka sediaan termasuk tipe krim O/W. Uji tipe krim hanya perlu dilakukan
untuk krim dengan perbandingan komposisi fase minyak dan fase air yang kurang
lebih sama.

2.1.2.8. Uji Kebocoran Wadah


Uji ini dilakukan dengan tujuan memeriksa keutuhan kemasan untuk
menjaga sterilitas dan volume kestabilan sediaan. Prinsip dari uji ini yaitu 10
tube atau wadah dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya dengan
penyerap, lalu tube diletakkan secara horizontal di atas kain penyerap di
dalam oven dengan suhu 60˚ selama 8 jam. Parameter keberhasilan diukur
dengan tidak adanya kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian
selesai jika terdapat kebocoran dalam pada 1 tube saja, maka dilakukan
pengujian ulang menggunakan 20 tube. Uji akan memenuhi syarat ketika tidak
ada satupun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama atau kebocoran yang
diamati tidak lebih dari 1 tube dari 30 tube yang diuji.
2.2. Identifikasi Evaluasi

Industri
Evaluasi R&D
IPC PPC Stability
Oragnoleptis    
Kadar   
Homogenitas    
Viskositas    
pH    
Cycling test 
Iritasi Kulit 
Uji Daya Sebar 
Uji Daya Lekat 
Ukuran Globul   
Tipe Krim 
Uji Isi Minimum   
Uji Mikroba  
Keseuaian   

17
Wadah & Label

2.3. Rencana Pengambilan Sampel dan Evaluasi

Organoleptis, Organoleptis, homogenitas, viskositas, pH,


homogenitas, Uji Ukuran Globul, Uji Mikroba, Uji Daya
Organoleptis Sebar, Uji Daya Lekat, Uji Iritasi Kulit
viskositas, dan pH

Pelelehan Pencampuran Pencampuran


Organoleptis, homogenitas,
Pendinginan homogenitas,
Organoleptis, Pengisian
viskositas,
basis basisviskositas, pHbasis + ZA pH, uji isi minimum, kadar, uji mikroba
dan kesesuaian wadah & label

18
BAB 3

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dalam sediaan farmasi, evaluasi merupakan salah satu tahapan terpenting untuk
mengetahui apakah suatu sediaan yang diformulasikan memenuhi persyaratan atau
tidak baik berdasarkan kompedial maupun non kompedial. Terdapat beberapa macam
pengujian sediaan krim yang dilakukan saat evaluasi dan dibagi berdasarkan tahapan
atau proses pada skala industri yaitu tahap R&D (Research & Development), IPC (In
Process Control), PPC (Post Process Control), dan Stability. Uji yang dilakukan
untuk evaluasi sediaan krim antara lain merupakan uji organoleptis, Kadar,
Homogenitas, Viskositas, pH, Cycling test, Iritasi Kulit, Uji Daya Sebar, Uji Daya
Lekat, Ukuran Globul, Tipe Krim, Uji Isi Minimum, Uji Mikroba, dan Keseuaian
Wadah & Label.

3.2. Saran

Kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini berharap untuk kedepannya
semakin banyak penelitian dan pengembangan dalam evaluasi sediaan farmasi baik
sediaan padat, semisolid, maupun larutan. Selain itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca juga diharapkan oleh penulis untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Effionora., et al. (2011). Uji Penetrasi Secara In Vitro dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Krim, Salep, dan Gel yang Mengandung Kurkumin dari
Kunyit (Curcuma longa L.). Depok: Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Farmakope Indonesia edisi V.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Fried, Benard (Ed). (1999). Thin Layer Chromatography, fourth edition. New York:
Marcell Dekker Incorporated: 13, 14, 209-213. Retrieved from
http://site.ebrary.com/lib/indonesiau/Doc?id=1005077

Rohman, Abdul dan Sudjadi. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar: 353-368.

The United State Pharmacopeial Convention. (2005). The United States


Pharmacopeia (USP). 29th Edition. United States.

iv

Anda mungkin juga menyukai