Kelompok 12
Anggota:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.3. Tujuan....................................................................................................................1
BAB 2..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
ii
2.1.2.5. Uji Iritasi Kulit.....................................................................................................14
BAB 3............................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................18
3.2. Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel,
dan pasta. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai,
mudah pada pengabsorbsiannya. Namun, kekurangan dari sediaan ini adalah salah satunya
pada faktor stabilitas sediaan itu sendiri. Sediaan yang stabilitasnya buruk misal pada suhu
dan kelembaban dapat mengakibatkan perubahan pada bentuk sediaan semisolid baik fisik
maupun non-fisik. Maka dari itu, sangat penting untuk dilakukan uji evaluasi sediaan
semisolid dalam hal ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah uji evaluasi pada sediaan
semisolid krim.
1
4. Untuk memahami cara menganalisis evaluasi sediaan krim pada suatu formulasi
sediaan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Evaluasi Sediaan Krim Secara Umum
2.1.1. Evaluasi Berdasarkan Kompendial
2.1.1.1. Uji Organoleptis
2
Uji isi minimum dilakukan untuk menentukan berat bersih isi dari wadah
untuk memastikan kandungan sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket. Uji ini
dilakukan pada sediaan seperti krim, gel, lotio, salep, pasta, serbuk, aerosol, dan
sprays. Terdapat dua kriteria untuk prosedur uji isi minimum yaitu untuk kemasan
dengan label kandungan dalam satuan berat dan kemasan dengan label kandungan
dalam satuan volume.
Prosedur pengujian untuk kemasan dengan label dalam satuan berat adalah:
1. Tuang isi dari 10 wadah sample ke dalam 10 gelas ukur yang sesuai
hingga wadah kosong.
2. Catat masing-masing volume dari isi 10 wadah.
1. Tara labu ukur 100 mL dengan larutan yang dapat tercampur pada
formulasi sebanyak 50 mL kemudian ditimbang
2. Tambahkan ±25 mL sample dan kocok perlahan hingga tercampur
3. Timbang kembali labu ukur
3
4. Dari buret, ditambahkan larutan yang dapat tercampur sehinga mencapai
garis batas volume labu ukur sambil dikocok perlahan kemudian dicatat
volume yang diambil dari buret.
5. Hitung densitas sample: W/V
W= Berat bahan yang diambil (g)
V= 50 mL – volume (mL) larutan miscible yang digunakan untuk
menambah isi labu ukur hingga 100 mL.
Hasil pengujian isi minimum dikatakan memenuhi kriteria jika hasil uji
memenuhi kriteria pada stage 1 atau stage 2. Jika uji dinyatakan tidak memenuhi
pada stage 1 maka uji dilanjutkan ke stage 2.
Uji batas mikroba dilakukan untuk menentukan suatu bahan atau sediaan
memenuhi spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah ditetapkan. Pengujian
dilakukan pada kondisi aseptik untuk menghindari kontaminasi mikroba dari luar
produk, tetapi tidak mempengaruhi mikroba dalam produk. Jika produk memiliki
aktivitas antimikroba, sebelum pengujian dilakukan netralisasi menggunakan
inaktivator yang telah dibuktikan tidak toksik terhadap mikroba yang diuji.
4
Pengujian dilakukan dengan salah satu metode perhitungan yaitu Metode
Penyaringan Membrane, Metode Angka Lempeng, atau Metode Angka Paling
Mungkin. Metode angka paling mungkin (APM) umumnya dilakukan untuk produk
dengan tingkat kontaminasi rendah. Pemilihan metode pengujian berdasarkan
beberapa faktor antara lain jenis produk yang diuji, persyaratan yang ditentukan dan
ukuran sampel yang memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara spesifik.
Jumlah sediaan yang digunakan untuk pengujian, jika tidak dinyatakan lain gunakan
10 g atau 10 mL sediaan uji. Penyiapan sampel disesuaikan dengan sifat fisik sediaan
yang diuji yang tertera pada Farmakope. Prosedur untuk melakukan uji batas
mikroba, yaitu:
5
Siapkan untuk masing-masing media sekurang-kurangnya dua
cawan Petri untuk tiap tingkat pengenceran. Inkubasi cawan
Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 30° - 35° selama 3 - 5 hari
dan cawan Sabouraud Dextrose Agar pada suhu 20° - 25° selama
5-7 hari. Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah
koloni tertinggi yang kurang dari 250 untuk ALT dan 50 koloni
untuk AKK. Hitung jumlah rata-rata koloni dalam media biakan
dan jumlah koloni per g atau per ml sediaan.
2. Metode Sebar
6
2.1.1.6. Kesesuaian Wadah dan Penandaan
Wadah sediaan-sediaan farmasi membutuhkan perhatian yang cukup besar
dalam hal penyimpanan atau perawatannya bahkan untuk periode waktu yang
singkat. Hal ini terkait pada kestabilan sediaan farmasi tersebut. Maka dari itu,
tujuan uji kesesuaian wadah ini adalah untuk memberikan standar
pengemasan yang telah dikembangkan untuk bahan-bahan dari wadah sediaan
farmasi seperti gelas dan kaca.
a. Uji Transmisi Cahaya
7
Prosedur untuk bahan kaca adalah dengan menghancurkan wadah
atau potong dengan gergaji bundar yang dilengkapi dengan roda abrasif
basah. Pilih bagian sampel dengan ketebalan dinding rata-rata dan potong
sesuai keperluan untuk memberikan segmen dengan ukuran yang sesuai
untuk pemasangan di spektrofotometer. Setelah memotong, mencuci dan
mengeringkan masing-masing spesimen, berhati-hatilah agar
permukaannya tidak tergores. Jika spesimen terlalu kecil untuk menutupi
tempat spesimen, tutupi bagian yang terbuka dengan kertas buram atau
selotip, asalkan panjang spesimen lebih besar dari celah di
spektrofotometer. Segera sebelum pemasangan di tempat spesimen,
bersihkan spesimen dengan kertas lensa. Pasang spesimen dengan
bantuan lilin atau dengan cara lain, berhati-hati agar tidak meninggalkan
sidik jari atau tanda lain pada permukaan yang harus dilalui cahaya.
Uji berikut ini dirancang untuk menetapkan daya tahan wadah kaca
(yang belum pernah digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan
ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca karena pengaruh
media pada kondisi yang telah ditentukan. Jumlah alkali yang sangat kecil
menunjukkan bahan kaca tersebut lebih tahan
8
Alat yang digunakan adalah otoklaf. Gunakan otoklaf yang mampu
mempertahankan suhu 121o ± 2,0, dilengkapi dengan termometer,
pengukur tekanan, pengatur ventilasi dan rak yang cukup untuk
menampung paling sedikit 12 wadah di atas permukaan air. Kemudian
lumpang dan alu yang terbuat dari baja- diperkeras yang dibuat menurut
spesifikasi yang tertera. Alat lain seperti pengayak yang terbuat dari baja
tahan karat ukuran 20,3 cm yaitu nomor 20, 40 dan 50, labu erlenmeyer
250 ml terbuat dari kaca tahan lekang, palu 900 g, magnit permanen,
desikator, alat volumetrik secukupnya. Pereaksinya adalah air kemurniaan
tinggi dan larutan metil merah.
Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni,
keringkan dengan aliran udara bersih dan kering. Hancurkan wadah
hingga menjadi pecahan berukuran lebih kurang 25 mm, kemudian bagi
lebih kurang 100 g pecahan kaca menjadi 3 bagian yang lebih kurang
sama, dan masukkan salah satu bagian ke dalam lumpang khusus. Dengan
alu pada tempatnya, hancurkan lebih lanjut dengan cara menumbuk 3 kali
atau 4 kali dengan palu. Pasang ayakan dan ayak serbuk kaca melalui
ayakan nomor 20. Ulangi hal yang sama untuk setiap bagian dari dua
bagian lain, kosongkan lumpang setiap kali ke dalam ayakan nomor 20.
Goyang ayakan sebentar lalu pindahkan kaca dari ayakan nomor 20 dan
ayakan nomor 40, hancurkan kembali dan ayak lagi seperti sebelumnya.
Ulangi lagi penghancuran dan pengayakan. Kosongkan panci penampung,
pasang susunan ayakan dan goyang dengan penggoyang mekanis selama 5
menit atau dengan tangan untuk waktu yang setara. Pindahkan bagian
yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10
g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat
pengujian.
9
tinggi dalam tangas air pada suhu 90o selama tidak kurang 24 jam atau
pada suhu 121o selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke
dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blangko. Tutup semua labu
dengan gelas piala terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah
diperlakukan seperti ditetapkan untuk labu dengan ukuran sedemikian
hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tapi labu. Letakkan wadah
dalam otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilasi terbuka.
Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan pemanasan selama 10 menit.
Tutup lubang ventilasi dan atur suhu pada 121o, perlu waktu 19 menit
hingga 23 menit untuk mencapai suhu yang diinginkan. Pertahankan suhu
pada 121o ± 2,0o selama 30 menit dihitung saat suhu tercapai. Kurangi
panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38
menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah
terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air mengalir,
tuangkan air dari labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa
serbuk kaca 4 kali, tiap kali dengan 15 ml Air kemurnian tinggi,
kumpulkan hasil cucian. Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi
segera dengan asam sulfat 0,020 N LV. Jika volume larutan titran
diperkirakan kurang dari 10 ml gunakan buret mikro. Catat volume asam
sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g contoh
uji, lakukan titrasi blangko. Volume tidak lebih dari yang tertera
pada tabel untuk tipe gelas yang diuji.
10
100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk
memperoleh volume 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu
Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5
tetes Larutan merah metal, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam
sulfat 0,020 N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf
dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan, lakukan titrasi
blangko menggunakan 100 ml Air kemurnian tinggi pada suhu yang sama
dan dengan jumlah indicator yang sama. Volume tidak lebih dari yang
tertera pada tabel untuk tipe kaca yang diuji.
Batas
Tipe Ketentuan Umum ml Asam
Tipe Uji Ukuran ml
Sulfat 0,02 N
I Kaca borosilikat, Kaca serbuk Semua 1,0
ketahanan tinggi
II Kaca soda-kapur Ketahanan air 100 atau 0,7
terolah kurang 100 0,2
III Kaca soda-kapur Kaca serbuk Semua 8,5
IV Kaca soda-kapur Kaca serbuk Semua 15,0
penggunaan umum
Uji ini dilakukan dengan pemaparan pada cahaya siang hari (bukan
matahari langsung) selama satu tahun. Pemaparan terus menerus selama 1-
2minggu dalam lemari uji cahaya yang berisi baterai tabung fluorescence
12
dimana sampel ditempatkan sejauh 1 kaki dari sumber cahaya. Sumber
cahaya biasanyatipe polarite-daylight, 40 X (Thorn-EMI) dengan panjang
tabung 132 cm dan baterai dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan
pencahayaan seperti pada cahaya siang hari. Dengan lampu Xenon,
pengujian dilakukan selama 1-2 minggu, sedangkan dengan sinar UV
dilakukan selama 1-2 minggu pula
e. Uji Mekanis
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya
pemisahan fase. Shaking test dilakukan pada suhu 30º atau 40ºC selama 1
minggu. Sampel disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam
atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini dilakukan karena perlakuan
tersebut sama dengan besarnya pengaruh gravitasi terhadap penyimpanan
sediaan selama setahun.
Bulan ke- 0 1 2 3 6 9 12 18 24
Studi
dipercepat
Studi jangka
panjang
13
2.1.2.2. Uji Viskositas
Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit
menjadi luas sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Daya sebar untuk
sediaan topikal yaitu 5-7 cm. Prosedur uji daya sebar yaitu:
1. Sebanyak 0.5 gram krim diletakkan di tengah alat kaca dan ditutup kaca
lainnya
2. Dibiarkan 1 menit, kemudian diameter penyebaran krim diukur dengan
mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi
3. Ditambahkan beban seberat 20 gram kemudian dilakukan pengukuran
kembali setelah didiamkan satu menit
4. Dilakukan penambahan bobot tiap 20 gram sampai bobot kurang dari
150 gram dan dicatat penyebarannya setiap penambahan bobot.
2.1.2.4. Uji Daya Lekat
14
Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim untuk melekat
pada kulit. Daya lekat semakin besar maka waktu kontak antara krim dan kulit
semakin lama sehingga absorbsi obat melalui kulit semakin besar. Persyaratan daya
lekat krim yang baik yaitu lebih dari 4 detik.
Uji Iritasi krim dilakukan pada 6 ekor kelinci sesuai metode Draize. Kelinci
yang digunakan adalah kelinci dewasa albino sehat, bobot badan 1.5 – 2 kg. enam
ekor kelinci disiapkan dan dicukur bulu punggungnya, lalu ditentukan bagian 1 inchi
persegi. Sediaan sebanyak 0,5 g dioleskan pada bagian punggung kelinci yang telah
ditentukan, lalu ditutup dengan kassa steril dan perban kemudian direkatkan dengan
plester lalu dibungkus dengan perban, dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam,
plester dan perban dibuka dan dibiarkan selama 1 jam, lalu diamati. Setelah diamati,
bagian tersebut ditutup kembali dengan plester yang sama, lalu dilakukan pengamatan
kembali setelah 72 jam. Untuk setiap keadaan kulit diberi nilai sesuai metode skoring
dari Draize sebagai berikut:
a. Eritema
1. Tidak ada eritema =0
2. Eritema sangat ringan (hampir tidak nampak) =1
3. Eritema ringan (terlihat jelas) =2
4. Eritema sedang (sangat merah) =3
5. Eritema berat (membentuk luka) =4
b. Udema
1. Tidak ada udema =0
2. Udema sangat ringan (hampir tidak nampak) =1
3. Udema ringan =2
15
4. Udema sedang =3
5. Udema berat =4
Indeks iritasi dihitung dengan cara menjumlahkan nilai dari setiap kelinci
percobaan setelah 24 dan 72 jam pemberian sampel iritan, kemudian dibagi jumlah
hewan coba. Penilaian iritasinya sebagai berikut :
Prosedur dari uji ini adalah krim diletakkan diatas kaca objek & diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali kemudian diameter globul rata-
rata dihitung dengan menggunakan rumus Edmundson.
Uji tipe krim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi pada krim (O/W atau
W/O) dari formulasi yang sebenarnya. Uji dapat dilakukan melalui dua metode
yaitu metode pewarnaan dan metode pengenceran. Pada metode pewarnaan, 1
16
gram krim dioleskan pada kaca preparat dan ditetesi methylene blue hingga
menyebar di atas krim kemudian diamati dengan mikroskop. Jika terdapat warna
biru merata, maka krim merupakan krim tipe emulsi O/W (Ansel, 1989). Pada
metode pengenceran, 1 gram krim diencerkan dengan air dalam botol. Jika krim
larut, maka sediaan termasuk tipe krim O/W. Uji tipe krim hanya perlu dilakukan
untuk krim dengan perbandingan komposisi fase minyak dan fase air yang kurang
lebih sama.
Industri
Evaluasi R&D
IPC PPC Stability
Oragnoleptis
Kadar
Homogenitas
Viskositas
pH
Cycling test
Iritasi Kulit
Uji Daya Sebar
Uji Daya Lekat
Ukuran Globul
Tipe Krim
Uji Isi Minimum
Uji Mikroba
Keseuaian
17
Wadah & Label
18
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam sediaan farmasi, evaluasi merupakan salah satu tahapan terpenting untuk
mengetahui apakah suatu sediaan yang diformulasikan memenuhi persyaratan atau
tidak baik berdasarkan kompedial maupun non kompedial. Terdapat beberapa macam
pengujian sediaan krim yang dilakukan saat evaluasi dan dibagi berdasarkan tahapan
atau proses pada skala industri yaitu tahap R&D (Research & Development), IPC (In
Process Control), PPC (Post Process Control), dan Stability. Uji yang dilakukan
untuk evaluasi sediaan krim antara lain merupakan uji organoleptis, Kadar,
Homogenitas, Viskositas, pH, Cycling test, Iritasi Kulit, Uji Daya Sebar, Uji Daya
Lekat, Ukuran Globul, Tipe Krim, Uji Isi Minimum, Uji Mikroba, dan Keseuaian
Wadah & Label.
3.2. Saran
Kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini berharap untuk kedepannya
semakin banyak penelitian dan pengembangan dalam evaluasi sediaan farmasi baik
sediaan padat, semisolid, maupun larutan. Selain itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca juga diharapkan oleh penulis untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Effionora., et al. (2011). Uji Penetrasi Secara In Vitro dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Krim, Salep, dan Gel yang Mengandung Kurkumin dari
Kunyit (Curcuma longa L.). Depok: Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
Fried, Benard (Ed). (1999). Thin Layer Chromatography, fourth edition. New York:
Marcell Dekker Incorporated: 13, 14, 209-213. Retrieved from
http://site.ebrary.com/lib/indonesiau/Doc?id=1005077
Rohman, Abdul dan Sudjadi. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar: 353-368.
iv