Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 2
C. Batasan Masalah.................................................................................... 2
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
E. Tujuan Percobaan .................................................................................. 2
F. Manfaat Percobaan ................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
A. Pengertian Bahan Tambahan Pangan .................................................... 4
B. Jenis Bahan Tambahan Pangan ............................................................. 4
C. Pemutih ................................................................................................. 5
D. Jenis-Jenis Pemutih ............................................................................... 6
E. Klorin .................................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................... 8
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 8
A. Waktu dan Tempat Percobaan .............................................................. 8
B. Metode Percobaan ................................................................................. 8
C. Instrumen Pecobaan .............................................................................. 8
BAB IV ................................................................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10
A. Hasil Pengamatan ................................................................................ 10
B. Pembahasan ......................................................................................... 13
BAB V................................................................................................................... 26
PENUTUP ............................................................................................................. 26
A. Kesimpulan ......................................................................................... 26
B. Saran .................................................................................................... 26
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 28
iii
DAFTAR TABEL
a. Data kelompok 5 ........................................................................................10
b. Data Kelas ..................................................................................................11
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Hasil Penelitian.............................................28
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan yang baik merupakan keinginan dari tiap manusia. Oleh
karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan harus terus
diupayakan dengan berbagai cara. Kemajuan teknologi sistem informasi juga
membantu masyarakat untuk menyadari perlunya mengkonsumsi makanan
yang menyehatkan. Makanan atau pangan yang menyehatkan tidak boleh
mengandung bahan-bahan atau cemaran yang dapat membahayakan
kesehatan, termasuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya yang dapat
menyebabkan penyakit atau toksik, sebaliknya pangan harus mengandung
bahan-bahan yang mendukung kesehatan (Laksmi, 2001).
Perkembangan teknologi pengolahan pangan sekarang ini sangat
berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya makanan banyak
menimbulkan efek negatif bagi manusia. Teknologi pengolahan pangan
biasanya dianggap mempunyai nilai sosial yang tinggi, sehingga banyak di
sukai oleh para konsumen. Penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM)
ke dalam makanan semakin beragam tanpa memperhatikan apakah bahan
tambahan pangan yang ditambahkan dilarang atau berbahaya. Dapat
dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, banyak makanan dan
minuman di Indonesia tidak murni lagi atau mengandung bahan berbahaya.
Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang
dilarang adalah Klorin. Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan
sebagai pembunuh kuman. Klorin sekarang bukan hanya digunakan untuk
bahan dan kertas saja, tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutih/pengkilat
beras agar beras yang terstandar medium terlihat seperti beras super. Zat itu
akan bereaksi dengan air dan membentuk asam hipoklorus yang diketahui
dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin yang terdapat pada beras akan
menggerus usus lambung (korosif). Akibatnya lambung rawan terhadap
penyakit maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi beras yang
1
mengandung klorin akan mengakibatkan penyakit kanker dan ginjal (Deplu RI
dalam Sinuhaji, 2009).
Klorin selain berdampak pada kesehatan juga berdampak pada
lingkungan, baik itu air, udara dan komunitas yang ada dilingkungan tersebut.
Adapun beberapa dampak yang disebabkan oleh penggunaan klorin ini adalah
dampak jangka panjang dan jangka pendek. Besar dampaknya yang
ditimbulkan klorin sangat tergantung pada kadar, jenis senyawa klorin dan
yang terpenting tingkat toksisitas senyawa tersebut. Pengaruh klorin pada
kesehtan dapat menggganggu sistem kekebalan tubuh, merusak hati dan ginjal,
gangguan pencernaan, gangguan pada sistem saraf dapat menyebabkan kanker
dan gangguan sistem reproduksi yang dapat menyebabkan keguguran
(Norlatifah, 2012).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi penelitian masalanya, yaitu :
1. Apakah beras putih Sampel yang dijual disalah satu pedagang di kota
Palangkaraya mengandung pemutih.
C. Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan untuk identifikasi Klorin adalah pentol ikan besar.
2. Pengambilan sampel disalah satu pedagang Kota Palangka Raya.
3. Uji yang digunakan yaitu metode reaksi warna dan reaksi endapan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
disebutkan diatas dapat diketahui rumusan masalahnya adalah apakah beras
yang dijual disalah satu pedagang Kota Palangka Raya mengandung klorin ?
E. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuannya untuk mengetahui adanya kandungan klorin pada sampel beras
yang dijual di salah satu pedagang di Kota Palangkaraya.mengetahui
2
F. Manfaat Percobaan
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang Pentol ikan yang
mengandung klorin dan apa dampaknya bagi kesehatan.
2. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca, khususnya
dengan yang berhubungan dengan klorin pada beras serta dampaknya
bagi kesehatan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tamabahan Pangan menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996
Tentang Pangan yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa anti gumpal, pemucat dan pengental. Bahan Tambahan Pangan
tersebut mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk
organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang
Keamanan Mutu dan Gizi Pangan pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk
pangan (Silalahi, 2011).
Di Indonesia pemakaian Bahan Tambahan Pangan diatur oleh
Departemen Kesehatan Sedangkan pengawasan terhadap pemakaian Bahan
Tambahan Pangan dilakukan oleh Direktor Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen,POM)
B. Jenis Bahan Tambahan Pangan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88
dikelompokkan menjadi 11 golongan yaitu:
1. Pewarna yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat memperbaiki atau
member warna pangan
2. Pemanis buatan, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat menyebabkan
rasa manis pada pangan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai
gizi.
4
3. Pengawet, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat mencegah atau
menghambat ferrmentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan
yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.
4. Antioksidan, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat mencegah atau
menghambat proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya
ketengikan.
5. Antikempal, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat mencegah
mengempalnya (menggumpalnya) pangan yang berupa serbuk seperti
tepung atau bubuk.
6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu Bahan Tambahan Pangan
yang dapat memberikan penambahan atau mempertegas rasa dan aroma.
7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar), yaitu Bahan
Tambahan Pangan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman pangan.
8. Pemutih dan pematangan tepung, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang
dapat mempercepat proses pemutihan.
9. Pengemulsi dan pengental, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat
membantu terbentuknya dan memantapkan sistem disperse yang homogen
pada pangan.
10. Pengeras, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang memperkeras atau
mencegah melunaknya pangan.
11. Sekuestran, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang ada dalam pangan,
sehingga memantapkan warna, aroma dan tekstur.
C. Pemutih
Pemutih adalah bahan tambahan pangan yang dijadikan untuk
pemutihkan. Penambahan bahan pemutih diharapkan dapat mempercepat
proses pematangan dan untuk mendorong pengembangan adonan oleh yeast
dan untuk mencegah kemunduran roti selama penyimpanan. Proses
pematangan dengan bahan kimia berarti meniadakan pematangan dengan
5
menyimpan dalam jangka lama dan mahal, memerlukan pencegahan
kerusakan tepung oleh hama dan lain-lain .
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan, Pemutih
adalah bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan
sehingga dapat memperbaiki mutu pematangan.
D. Jenis-Jenis Pemutih
Beberapa bahan pemutih dan pematang tepung yang diizinkan untuk
pangan, antara lain (Cahyadi, 2006) :
1. Natrium stearoil-2-laktat, untuk adonan kue ( 5g/kg bahan kering ), roti
dan sejenisnya ( 3,75g/kg tepung )
2. Asam askorbat, untuk tepung ( 200mg/kg
Bahan-bahan yang termasuk bahan pemutih dan pematang tepung di
antaranya:
a. Asam Askorbat
b. Aseton Peroksida
c. Azodikarbon Amida
d. Kalsium stearoil
e. Natrium Stearil Fumarat
f. Natrium Stearoil
g. L-Sisteina (Hidroklorida)
Klorin tidak tercatat di dalam Bahan Tambahan Pangan dalam
kelompok pemutih namun sebenarnya di juga bahan berbahaya jika
dikonsumsi terus menerus.
E. Klorin
Klorin merupakan bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai
pembunuh kuman. Zat klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam
hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin
berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat.
Penggunaan klorin dalam pangan bukan hal yang asing. Klorin sesekarang
bukan hanya digunakan untuk bahan pakaian dan kertas saja, tetapi telah
6
digunakan sebagai bahan pemutih atau pengkilat makanan, agar makanan
yang berstandar medium menjadi kualitas yang super bagus (Darniadi dalam
Wongkar, 2014).
Klorin adalah unsure kimia dengan nomor atom 17 dan symbol CI
termasuk dalam golongan halogen. Klorin merupakan unsur kedua dari
keluarga halogen, terletak pada halogen VII A periode III. Sifat kimia klorin
sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada kulit terluarnya. Keadaan ini
membuatnya tidak stabil dan sangat reaktif. Hal ini disebabkan karena struktur
elektron gas mulia. Di samping itu, klorin juga membantu reaksi pembakaran
dengan menghasilkan panas cahaya. Klorin tidak terbakar diudara melainkan
bereaksi secara kimia. Klorin ialah unsure yang sangat aktif hampir dengan
setiap unsur dapat langsung bersenyawa dan reaksi besar sekali ( Adiwasastra,
1987).
Klorin sebagai desinfektan dan pemutih merupakan bahan yang dilarang
penggunaanya dalam makanan. Larangan ini dapat dilihat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dimana
klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok
pemutih atau pematang tepung.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Percobaan
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada hari kamis
dan tanggal 16 November 2017, dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
B. Metode Percobaan
Penelitian ini merupakan eksperimen atau percobaan (experiment
research) dengan pendekatan laboratorium yang dilakukan melalui
serangkaian percobaan.
C. Instrumen Pecobaan
1. Alat
a. Alat
a. Beaker glass 100 mL
b. Timbangan analitik
c. Batang pengaduk
d. Pipet ukur 5 mL
e. Pipet tetes
f. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. Bahan
a. Sampel makan (pentol ikan)
b. Aquadest
c. AgNO3 1%
d. HCL 1N
e. KI 10%
f. Kloroform atau amilum 1%
c. Cara Kerja
1. Preparasi sampel
a. Timbang 5 gram sampel
b. Sampel dilarutkan dalam aquadest
2. Uji pengendapan
8
a. Ambil sebanyak 1-2 ml aquadest yang digunakan untuk
melarutkan sampel
b. Teteskan 5-10 tetes pelarut AgNO3
c. Apabila terdapan endapan/kristal berwarna putih, berarti
sampel positif mengandung klorin.
3. Reaksi warna
a. Ambil sebanyak 1-2 ml aquadest yang digunakan untuk
melarutkan sampel
b. Tambahkan 1 ml HCL 1N
c. Tambahkan 1 ml KI 10%, dan 5-10 tetes kloroform atau
amilum 1%
d. Jika terbentuk warna ungu, menunjukan bahwa sampel positif
mengandung klorin
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Data Kelompok 5
HASIL
PERLAKUAN
I II
1. Preparasi Sampel
Menimbang 5 gram pentol 5,0870 gram 5,0956 gram
ikan besar.
Ditambahkan 20 mL aquadest Putih keruh Putih keruh
2. Uji Pengendapan
Mengambil sebanyak 2 mL Larutan Putih Larutan Putih
aquadest yang digunakan untuk keruh keruh
melarutkan sampel.
+ 10 tetes pelarut AgNO3
Jika terdapat endapan atau Positif (+) Positif (+)
Kristal berarti positif Terdapat Terdapat
mengandung klorin endapan/Kristal endapan/Kristal
berwarna putih berwarna putih
3. Reaksi Warna
Mengambil 2 mL Aquadest Larutan Larutan
yang digunakan untuk berwarna putih berwarna putih
melarutkan pentol ikan besar keruh keruh
Larutan Larutan
+ 1 mL HCL 1 N berwarna putih berwarna putih
10
keruh keruh
b. Data Kelas
Hasil
KLP Sampel Uji endapan Reaksi warna
I II I II
Negatif (- Negatif
Tidak
Tidak ) (-)
terbentuk
1. Gula terbentuk berwarna berwara
Kristal (-
Kristal (-) Ungu nUngu
)
muda muda
Negatif
Negatif
Tidak (-)
Tidak (-)
terbentuk Berwar
2. Sohun terbentuk Berwarn
Kristal (- na
Kristal (-) a putih
) putih
keruh
keruh
Tidak Tidak Negatif Negatif
3. Beras terbentuk terbentuk (-) (-)
Kristal (-) Kristal (- Berwarn Berwar
11
) a putih na
keruh putih
keruh
Tidak Postif
Tidak Postif (+)
terbentuk (+)
4. Tahu terbentuk Berwarn
Kristal (- Berwar
Kristal (-) a ungu
) na ungu
Positif
Positif (+) Postif
(+) Postif (+)
Terbentuk (+)
5. Pentol Ikan Terbentu Berwarn
Kristal Berwar
k Kristal a ungu
putih na ungu
putih
Negatif
Negatif
Tidak (-)
Tidak (-)
terbentuk Berwar
6. Bakpao terbentuk Berwarn
Kristal (- na
Kristal (-) a putih
) putih
keruh
keruh
Negatif
Negatif
(-)
Terbentu (-)
Terbentuk Berwar
7. Roti Tawar k Kristal Berwarn
Kristal (+) na
(+) a putih
putih
keruh
keruh
Negatif
Negatif
(-)
Terbentu (-)
Nata de Terbentuk Berwar
8. k Kristal Berwarn
coco Kristal (+) na
(+) a putih
putih
keruh
keruh
12
Negatif
Negatif
Tidak (-)
Tidak (-)
Tepung terbentuk Berwar
9. terbentuk Berwarn
Terigu Kristal (- na
Kristal (-) a putih
) putih
keruh
keruh
Negatif
Negatif
(-)
Terbentu (-)
Tapai Terbentuk Berwar
10. k Kristal Berwarn
Singkong Kristal (+) na
(+) a putih
putih
keruh
keruh
Negatif
Negatif
(-)
Terbentu (-)
Udang Terbentuk Berwar
11. k Kristal Berwarn
Rebon Kristal (+) na
(+) a putih
putih
keruh)
keruh
Negatif
Negatif
Tidak (-)
Tidak (-)
terbentuk Berwar
12. Kue Sagu terbentuk Berwarn
Kristal (- na
Kristal (-) a putih
) putih
keruh
keruh
B. Pembahasan
Nama : Dicky Irawan Pranata
NIM : 15.71.016565
13
Klorin dan Kaporit adalah istilah yang digunakan untuk menyebut zat
yang sama. Kaporit adalah bahasa awam dari Kalsium hipoklorit yaitu
senyawa klorin (Cl2) yang banyak digunakan sebagai pemutih dan
desinfektan. Klorin adalah unsur halogen yang paling banyak terdapat dialam
namun jarang ditemui dalam bentuk bebas.
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai . Zat klorin
akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus dapat merusak sel-sel
dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau
cukup menyengat. Zat klorin yang ada dalam berasakan menggerus usus pada
lambung (korosit) sehingga rentan terhadap penyakit maag. Dalam jangka
panjang mengkonsumsi makanan yang mengandung klorin akan
mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Adiwisastra, 1989).
Dalam kehidupan manusia, klorin memegang peranan penting yaitu
banyak benda-benda yang kita gunakan sehari-hari mengandung klorin
seperti peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk
farmasi, pendingin, semprotan, pembersih, pelarut, dan berbagai produk
lainnya (Hasan, 2006; Retnowati, 2008). Pada industri tekstil dan kertas,
senyawa klorin baik dalam bentuk klorin dioksida (ClO2) atau sodium
hipoklorid (NaOCl). Pemutihan dengan menggunakan klorin, proses
oksidasinya selalu melibatkan atom Cl. Jika sebuah oksidator melepaskan
elektron, maka akan terjadi proses oksidasi dan struktur kimia dari molekul
tersebut berubah dan warnanya juga berubah. Penggunaan senyawa klorin
sebagai pemutih memungkinkan terjadinya produk samping atau limbah yang
berbahaya bagi lingkungan.
Pada praktikum kali ini yaitu identifikasi klorin pada sampel makanan.
Makanan yang kelompok kami identifikasi yaitu pentol ikan. Pentol ikan
dipilih sebagai sampel percoban ini karena merupakan makanan yang lagi
yang sering dikonsumsi cukup banyak masyarakat hampir setiap harinya,
terutama anak-anak karena rasanya enak dan harganya tidak mahal,
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar identifikasi klorin
14
dan mengetahui cara identifikasi adanya kandungan klorin pada sampel
pentol ikan dengan menggunakan uji pengendapan dan reaksi warna.
Sampel yang positif mengandung klorin yaitu untuk identifikasi
pengendapan ditandai dengan ciri putih mengkilap, agak kesat, berbau kimia,
dan lalu untuk reaksi warna maka warna laurtannya akan berubah menjadi
bewarna ungu. Dari data kelas yang kami peroleh bahwa mulai dari kelompok
1 sampai dengan kelompok 12 dengan sampel makanan yang berbeda yaitu
kelompok satu dengan sampel gula, kelompok 2 dengan sampel sohun,
kelompok 3 dengan sampel beras, kelompok 4 dengan sampel tahu, kelompok
5 dengan sampel pentol ikan, kelompok 6 dengan sampel bakpao, kelompok 7
dengan sampel roti tawar, kelompok 8 dengan sampel nata de coco, kelompok
9 dengan sampel tepung terigu, kelompok 10 dengan sampel tapai singkong,
kelompok 11 dengan sampel udang rebon,dan kelompok 12 dengan sampel
kue sagu. Dari 12 sampel ini hanya 2 sampel yang dikatakan positif
mengandung klorin karena terlihat dari hasil yang diperoleh bahwa pada
sampel tahu dan pentol ikan terlihat perubahan warna menjadi ungu dan
membentuk kristal atau endapan berwarna putih.
Nama : Defriansyah
NIM : 15.71.016928
Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-
hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar, makanan
tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan
aman dikonsumsi karena makanan yang tidak aman dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bahkan keracunan. Aneka produk makanan dan minuman
yang berwarna-warni tampil semakin menarik. Warna-warni pewarna
membuat aneka produk makanan mampu mengundang selera. bahan pewarna
tampaknya sudah tidak bisa dipisahkan dari berbagai jenis makanan dan
minuman olahan. Produsen pun berlomba-lomba untuk menarik perhatian para
konsumen dengan menambahkan pewarna pada makanan dan minuman (Toni,
2014).
15
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai . Zat klorin
akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus dapat merusak sel-sel
dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau
cukup menyengat. Zat klorin yang ada dalam berasakan menggerus usus pada
lambung (korosit) sehingga rentan terhadap penyakit maag. Dalam jangka
panjang mengkonsumsi makanan yang mengandung klorin akan
mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Adiwisastra, 1989).
Pada praktikum kali ini yaitu identifikasi klorin pada sampel makanan.
Makanan yang kelompok kami identifikasi yaitu pentol ikan. Pentol ikan
dipilih sebagai sampel percoban ini karena merupakan makanan yang lagi
happening yang dikonsumsi cukup banyak setiap harinya oleh masyarakat
terutama anak-anak karena rasanya enak dan harganya tidak mahal, Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar identifikasi klorin dan
mengetahui cara identifikasi adanya kandungan klorin pada sampel pentol
ikan besar dengan menggunakan uji pengendapan dan reaksi warna.
Alat yang digunkan dalam praktikum kali ini yaitu beaker glass 100 mL,
timbangan analitik, batang pengaduk, pipet ukur 2 mL, pipet tetes, ball pipet,
tabung reaksi dan rak, gelas ukur 50 mL, dan botol semprot. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu sampel makanan (pentol ikan), aquadest, AgNO3 1%,
HCl 1 N, KI 10%, dan amilum manihot 1%.
Prosedur kerja pada preparasi sampel dengan cara menimbang 5 gram
sampel pentol ikan sebanyak dua kali yaitu masing-masing timbangan Pentol
ikan sebesar 5,0870 gram dan 5,0956 gram lalu tahu dimasukkan dalam gelas
beaker dan dilarutkan dalam aquadest sebanyak 40 mL. Hasil yang diperoleh
yaitu larutan berwarn putih keruh. Selanjutnya dilakukan uji pengendapan
dengan cara mengambil sebanyak 2 mL aquadest yang digunakan untuk
melarutkan sampel pentol ikan dan diteteskan dengan pelarut AgNO3 1%
sebanyak 10 tetes kemudian dilihat apakah terjadi endapan atau kristal
berwarna putih atau tidak. kemudian hasil pengamatan yang kami peroleh
yaitu terdapat endapan atau kristal sehingga dinyatakan positif mengandung
klorin
16
Pada pengamatan uji reaksi warna yang dilakukan dengan cara mengambil
sebanyak 2 mL aquadest yang digunakan untuk melarutkan lalu ditambahkan
0,5 mL HCl 1 N. Kemudian ditambahkan lagi dengan 1 mL KI 10% dan 10
tetes amilum manihot 1%, jika terbentuk warna ungu maka dapat dikatakan
bahwa sampel positif mengandung klorin. Hal ini terbukti dengan adanya
pengamatan kami pada sampel tahu ini terlihat jelas dari perubahan warna
yang terjadi setelah ditambahkan 1 mL KI 10% dan amilum 10% sebanyak 10
tetes warna berubah menjadi ungu sehingga dinyatakan positif klorin.
Dari data kelas yang kami peroleh bahwa mulai dari kelompok 1 sampai
dengan kelompok 12 dengan sampel makanan yang berbeda yaitu kelompok
satu dengan sampel gula, kelompok 2 dengan sampel sohun, kelompok 3
dengan sampel beras, kelompok 4 dengan sampel tahu, kelompok 5 dengan
sampel pentol ikan, kelompok 6 dengan sampel bakpao, kelompok 7 dengan
sampel roti tawar, kelompok 8 dengan sampel nata de coco, kelompok 9
dengan sampel tepung terigu, kelompok 10 dengan sampel tapai singkong,
kelompok 11 dengan sampel udang rebon,dan kelompok 12 dengan sampel
kue sagu. Dari 12 sampel ini hanya 2 sampel yang dikatakan positif
mengandung klorin karena terlihat dari hasil yang diperoleh bahwa pada
sampel tahu dan pentol ikan terlihat perubahan warna menjadi ungu dan
membentuk kristal atau endapan berwarna putih.
Sampel yang positif mengandung klorin yaitu tahu dan pentol ikan.
Ditandai dengan ciri putih mengkilap, agak kesat, berbau kimia, dan tidak
dihinggapi lalat sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip dasar dari identifikasi Klorin yaitu dilakukan secara kualitatif
dengan melakukan uji yang pertama dengan uji pengendapan lalu
dilanjutkan dengan melakukan uji reaksi warna.
2. Makanan yang mengandung klorin memiliki ciri-ciri berbau menyengat
serta berwarna sangat putih, berbeda dengan warna putih alami.
3. Pada sampel yang kami uji yaitu Pentol Ikan yang terjual di Pasar Kahayan
ditemukan hasil positif mngandung klorin. Hal ini dinyataka dengan hasil
uji pengendapan menghasilkan endapan putih/kristal berwarna putih, lalu
dilanjutkan dengan uji reaksi warna menghasilkan warna ungu kehitaman.
B. Saran
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan ada beberapa saran yang dapat
diberikan yaitu adalah untuk praktikan agar dapat melakukan identifikasi
klorin ini dengan teliti agar mendapatkan hasil yang pasti kemudian untuk
masyarakat ataupun pembaca agar lebih berhati-hati dalam memilih makanan
karena bahaya dari makanan yang mengandung klorin sangat toksik untuk
tubuh.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adiwisastra, A. 1989 Sumber, Bahaya Serta Penanggulangan Keracunan. Penerbit
Angkasa Bandung.
Darniadi, S. 2014 . Identifikasi Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pemutih Klorin
pada Beras. Bogor : Balai Besar Pascapanen Pertanian.
Cahyadi W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen Bandung : Refika Aditama
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
PP RI. 1988. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.
722/MenKes/Per/IX/88, tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta
Adiwisastra, A. 1989. Keracunan Sumber, Bahaya Serta Penanggulangannya.
Penerbit Angkasa. Bandung.
Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Vol. 7
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan.
Inove Y. W., Jemmy A., Frenly W. 2014. Analisis Klorin Pada Beras Yang
Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Program Studi
Farmasi FMIPA UNSRAT : Manado.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Hasil Penelitian
28
Uji reaksi warna Uji pengendapan
positif (+)
29