Anda di halaman 1dari 62

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan
rahmat serta karunianya lah kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan
laporan lengkap dengan tema Identifikasi Bahan Dengan Reaksi Warna.
Kami sekaligus pula menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada dosen mata kuliah Bahan Tambahan Pangan dan Kosmetik
Kami sungguh-sungguh berharap sekali laporan ini bisa berguna pada tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait , kami juga sadar
bahwa pada laporan ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan.
Dengan demikian, kami benar benar menantinya adanya kritik dan saran
untuk perbaikan laporan yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya,
menyadari tidak ada suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif.
Kami berharap laporan lengkap ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama
untuk para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada perkataan
yang tidak berkenan di hati.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Palangka Raya, 29 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................v

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 3

C. Batasan Masalah.................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

E. Tujuan Percobaan .................................................................................. 5

F. Manfaat Percobaan ................................................................................ 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6

A. Makanan ................................................................................................ 6

B. Saos Tomat ............................................................................................ 7

C. Bingka Kentang..................................................................................... 9

D. Pewarna ............................................................................................... 10

E. Rhodamin B ........................................................................................ 17

F. Methanil yellow .................................................................................. 18

G. Identifikasi Pewarna ............................................................................ 19

BAB III ................................................................................................................. 21

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 21

A. Waktu dan Tempat Percobaan ............................................................ 21

ii
B. Metode Percobaan ............................................................................... 21

C. Instrumen Pecobaan ............................................................................ 21

BAB IV ................................................................................................................. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 24

A. Hasil Pengamatan ................................................................................ 24

B. Pembahasan ......................................................................................... 34

BAB V................................................................................................................... 49

PENUTUP ............................................................................................................. 53

A. Kesimpulan ......................................................................................... 53

B. Saran .................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN .......................................................................................................... 56

iii
DAFTAR TABEL
1.1 Rhodamin B baku .............................................................................................25

1.2 Metahanil yellow baku .....................................................................................26

2.1 Identifikasi rhodamin B pada Saos tomat .......................................................26


2.2 Identifikasi methanil yellow pada Bingka kentang .........................................28

3.1 Data Kelas Rhodamin B ...................................................................................30

3.2 Data Kelas methanil yellow ....................................................................32

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Hasil Penelitian .....................................56

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Makanan yang tersaji
harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa enak, warna
dan konsistensinya baik serta awet, untuk mendapatkan makanan seperti yang
diinginkan maka sering pada proses pembuatanya dilakukan penambahan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang disebut zat aditif kimia (Widyaningsih
dan Murtini, 2006).
Penambahan bahan tambahan pangan ke dalam produk sering
dilakukan oleh produsen guna menghemat biaya produksi, mengawetkan
makanan, membentuk makanan menjadi lebih baik dan menarik perhatian
konsumen. Bahan Tambahan Pangan adalah senyawa (atau campuran berbagai
senyawa) yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dalam
proses pengolahan, pengemasan dan penyimpanan dan bukan merupakan
bahan (Ingredient) utama. Bahan Tambahan Pangan tersebut dapat berupa
pengawet, pewarna, pemanis, penyedap, antioksidan, antikempal, dan
pengemulsi (Purba, 2009).
Bahan pewarna merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang
digunakan pada produk olahan makanan dan minuman untuk memberikan
warna yang menarik pada produk. Pewarna terbagi menjadi dua jenis yaitu
pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami adalah bahan pewarna
yang dapat diperoleh di alam. Misalnya warna hijau dari daun suji, warna
kuning dari kunyit dan lain sebagainya. Pewarna sintetis adalah pewarna yang
dibuat oleh manusia dari campuran bahan-bahan kimia. Karakteristik dari zat
pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki
variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Zat warna sintetis mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan zat
warna alami antara lain keanekaragaman warna, kestabilan warna, lebih
mudah disimpan dan lebih tahan lama Bahan pewarna sintetik menjadi pilihan
1
utama bagi sektor industri karena memiliki banyak kelebihan antara lain
harganya relatif murah, mempunyai kekuatan mewarnai lebih kuat, warnanya
beragam, stabil, mudah disimpan, praktis dan tahan lama (Winarno et al,
2004).
Pemakaian pewarna sintetis selain memiliki dampak positif bagi
produsen serta konsumen, dapat pula menimbulkan dampak negatif terutama
bagi konsumen. Apabila dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna
sintetis lebih memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan
zat-zat sintetis jika pemakaian yang terus menerus dan dalam jangka waktu
yang lama, akan mempengaruhi organ di dalam tubuh. Penggunaan bahan
pewarna baik pewarna buatan yang diperbolehkan maupun yang dilarang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Pewarna yang dilarang dapat
meracuni ginjal dan mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker
karena umumnya pewarna yang dipakai merupakan pewarna tekstil (Irianto
dan Waluyo, 2007).
Pewarna sintetis ada yang boleh ditambahkan ke dalam makanan dan
ada juga yang tidak boleh. Alasan tidak diperbolehkannya beberapa pewarna
sintesis ditambahkan ke dalam makanan adalah dilihat dari keamanan dalam
mengkonsumsi zat pewarna tersebut. Ponceau 4R, Carmoisin, Briliant Blue,
Tartrazin, atau Allura Red merupakan pewarna sintetis yang masih
diperbolehkan penggunaannya dan ada pula zat warna sintesis yang tidak
boleh ditambahkan ke dalam makanan karena dapat membahayakan tubuh
manusia adalah rhodamin B dan methanil yellow.(Purba, 2009)
Rhodamin B merupakan bahan yang biasa dipakai oleh industri tekstil
sehingga memiliki sifat toksik dan karsinogenik jika masuk ke dalam tubuh
manusia. Tetapi sekarang ini banyak produsen nakal yang menambahkan
rhodamin B ke dalam makanan yang diproduksinya dengan tujuan untuk
memperoleh dan meperbaiki warna merah yang berkurang akibat penambahan
bahan lain. Rhodamin B sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia
baik dengan crara terhirup, tertelan atau terserap oleh kulit. Penggunaan
rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, dalam
2
konsentrasi tinggi rhodamin B dapat menyababkan kerusakan hati.(Trestiati,
2003)
Methanil yellow merupakan bubuk yang berwarna kuning kecoklatan
yang biasa digunakan dalam produk tekstil, kayu dan cat tembok. Pewarna ini
sering disalahgunakan untuk memberikan warna kuning pada makanan
padahal zat pewarna ini dilarang penggunaannya dalam makanan. Bahaya
utama terhadap kesehatan akibat paparan metanil yellow dalam waktu lama
dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan kandung kemih. Gejala
akut bila terpapar metanil yellow yaitu iritasi pada kulit, gangguan
penglihatan. Jika terhirup akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan,
dalam jumlah banyak bisa menimbulkan kerusakan jaringan dan peradangan
pada ginjal. (Trestiati, 2003)
Menurut penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan dari dari
Februari 2001 sampai dengan Mei 2003, terdapat 49% jajanan yang
mengandung rhodamin B, boraks 11% dan formalin 33% dari 315 sampel
jajanan yang diteliti dari seluruh Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2004
ditemukan 147 jajanan yang mengandung pewarna berbahaya dari 38 sampel
jajanan yang mengandung boraks dari 521 sampel jajanan anak sekolah yang
tidak memenuhi syarat. Pada tahun 2005, terdapat 344 jajanan yang tidak
memenuhi syarat dan 90 diantaranya mengandung pewarna yang dilarang.
Hasil penelitian di Yogyakarta juga menemukan sebanyak 10% jajanan yang
tidak memenuhi syarat dari 620 sampel jajanan yang didapatkan dari 128
Sekolah Dasar. Diantara produk jajanan tersebut 4% mengandung rhodamin B
dan 1% mengandung methanil yellow.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan percobaan tentang
adanya kandungan pewarna rhodamin B dan methanil yellow dalam saos
tomat dan bingka kentang dengan uji reaksi warna dengan menggunakan
pereaksi NH4OH, HCl pekat, H2SO4 pekat dan NaOH.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi penelitian masalanya, yaitu :
3
1. Bahan pewarna merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang
digunakan pada produk olahan makanan dan minuman untuk memberikan
warna yang menarik pada produk.
2. Bahan pewarna yang digunakan pada produk olahan makanan dapat
berupa pewarna alami dan sintetis.
3. Rhodamin B merupakan bahan yang biasa dipakai oleh industri tekstil
tetapi sering disalahgunakan sebagai bahan tabahn pangan yang
memberikan warna merah.
4. Methanil yellow merupakan bubuk yang berwarna kuning kecoklatan yang
biasa digunakan dalam produk tekstil, kayu dan cat tembok dan sering
disalahgunakan untuk memberikan warna kuning pada makanan.
5. Bahaya pewarna sintetis yang dilarang dapat mengakibatkan gangguan
fungsi ginjal, hati, dan kanker.
6. Untuk mengidentifikasi adanya kandungan rhodamin B dan methanil
yellow dalam makanan dapat dilakukan dengan uji reaksi warna.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Sampel yang digunakan dalam identifikasi rhodamin B adalah saos tomat.
2. Sampel yang digunakan dalam identifikasi methanil yellow adalah Bingka
Kentang.
3. Uji reaksi warna dilakukan dengan menambahkan pereaksi NH4OH, HCl
pekat, H2SO4 pekat dan NaOH.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
disebutkan diatas dapat diketahui rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip dasar identifikasi rhodamin B dan methanil yellow ?
2. Apakah saos tomat mengandung bahan rhodamin B ?
3. Apakah bingka kentang mengandung bahan methanil yellow ?
4. Sampel makanan apa saja yang mengandung bahan rhodamin B dan
methanil yellow ?

4
E. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prinsip dasar identifikasi rhodamin B dan methanil
yellow.
2. Untuk mengetahui cara identifikasi adanya kandungan rhodamin B dan
methanil yellow pada sampel dengan menggunakan reaksi warna.
3. Untuk mengetahui apakah adanya kandungan rhodamin B pada saos
tomat.
4. Untuk mengetahui apakah adanya kandungan methanil yellow dalam
bingka kentang.
F. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
prinsip dasar dan cara identifikasi rhodamin B dan methanil yellow yang
terdapat pada makanan dengan menggunakan uji reaksi warna yaitu dengan
cara menambahkan pereaksi NH4OH, HCl pekat, H2SO4 pekat dan NaOH.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
setiap saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik
dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman,
manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan
menurut WHO (World Health Organization) yaitu semua substansi yang
diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansisubstansi yang
dipergunakan untuk pengobatan (Balinawati et al, 2004).
Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi
untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air,
mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi
mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan
sehat bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara
pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan yang
sesuai dengan ketentuan. Makanan sehat selain di tentukan oleh macam
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral
juga ditentukan oleh kondisi sanitasi (Notoatmodjo, 2003).
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit,
diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.

6
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat
dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit.
dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
B. Saos Tomat
Saos tomat merupakan produk berbentuk pasta dengan aroma khas
tomat. Saos tomat biasa ditambahkan sebagai bahan penyedap dan penambah
rasa pada makanan. Saus tomat adalah produk yang dihasilkan dari campuran
bubur tomat atau pasta tomat atau padatan tomat yang diperoleh dari tomat
yang masak, yang diolah dengan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan.
Setiap bahan yang digunakan pada pembuatan saos tomat mempunyai fungsi
tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki rasa, warna, aroma, kekentalan
dan keawetan. Gula misalnya untuk memberikan rasa manis, garam untuk
memberikan rasa asin, sementara cuka untuk memberikan rasa asam
sekaligus memberikan efek pengawetan karena sebagian besar
mikroorganisme tidak tahan terhadap kondisi asam. Rempah-rempah
digunakan untuk memperbaiki aroma dan cita rasa, sedangkan maizena untuk
meningkatkan kekentalan saos dan mencegah terjadinya pemisahan air
dengan padatan saos pada saat penyimpanan. Pengawet digunakan untuk
mencegah tumbuhnya kapang (jamur) yang menjadi masalah saat
penyimpanan saos.

Menurut Badan Standar Nasional Indonesia 01-3546-1994 saos tomat


harus memenuhi syarat sebgai berikut :

NO URAIAN SATUAN PERSYARATAN


I Keadaan
I.1 Bau - Normal Khas Tomat
I.2 Rasa - Normal Khas Tomat

7
I.3 Warna - Normal Khas Tomat
2 Jumlah padatan terlarut Brix, 20 0C min. 30
3 Keasaman, dihitung sebagai
% b/b min. 0,8
asam asetat
4
Bahan tambahan makanan

4.1 Sesuai dengan SNI 01-


0222-1995 dan peraturan
Pengawet
dibidang makanan yang
berlaku

4.2 Sesuai dengan SNI


010222-1995 dan
Pewarna tambahan
peraturan dibidang
makanan yang berlaku

5 Cemaran logam

Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0


5.1

Tembaga (Cu) mg/kg maks. 50,0


5.2

Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0


5.3

Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0 * / 250,0 **


5.4

Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,03


5.5
6 Arsen (As) mg/kg maks. 1,0

8
7 Cemaran Mikroba
7.1 Angka lempeng total koloni/g maks 2 x 10 2
7.2 Kapang dan Khamir koloni/g maks. 50
*dikemas di dalam botol
**dikemas di dalam Kaleng

Standar ini mencakup tentang acuan normatif, istilah dan definisi,


persyaratan, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, higiene,
pengemasan dan penandaan untuk saus tomat. Adapun acuan normatif antara
lain :
SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan.
SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.
SNI 01-2894-1992, Cara uji bahan tambahan makanan/bahan pengawet.
SNI 01-2895-1992, Cara uji pewarna tambahan makanan.
SNI 01-2896-1998, Cara uji cemaran logam dalam makanan.
SNI 19-4866-1998, Cara uji cemaran arsen dalam makanan.
SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba.
SNI 01-0222-1995, Bahan tambahan makanan.

C. Bingka Kentang

Bingka kentang merupakan kue yang menjadi ciri khas Suku


Banjar, Kalimantan Selatan. Rasanya sangat manis, lemak, dan lembut.
Bingka merupakan salah satu kue yang dipakai dalam tradisi Banjar untuk
menyajikan 41 jenis kue untuk acara-acara istimewa seperti pernikahan.
Meski dapat ditemukan sepanjang tahun, bingka menjadi primadona pada
bulan Ramadhan karena dianggap cocok berbuka puasa.

Bingka dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut: tepung terigu, telur,


santan, gula pasir, dan garam. Sebagai kelaziman, bingka dipanggang dengan
cetakan berbentuk bunga. Ada bermacam-macam perisa bingka seperti
bingka tapai, bingka kentang, bingka labu, bingka pandan, dan lain

9
sebagainya. Selain itu, ada jenis bingka lain yang menjadi favorit orang
Banjar dalam bulan puasa, yakni "bingka barandam" yang sebenarnya agak
berbeda cara pembuatannya.

Selain menjadi kue khas Suku Banjar, bingka juga terkenal di


provinsi-provinsi tetangga seperti Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah,
bahkan ke mancanegara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

D. Pewarna
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek.
Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi
elektromagnetik (Khopkar, 1990).
Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas
suatu benda termasuk juga makanan, antara lain warna dapat memberikan
petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makan tersebut, sehingga warna
dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang
sangan penting. Bahan pewarna makanan kadang-kadang ditambahkan dalam
makan untuk membantu mengenali identitas atau karakteristik dari suatu
makan, mempertegas warna alami dari makan; untuk mengkoreksi variasi
alami dalam warna, menjaga keseragaman warna, dimana variasi tersebut
biasa terjadi pada intensitas warna dan memperbaiki penampilan makanan
yang mengalami perubahan warna alaminya selama proses pengolahan
maupun penyimpanan.
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk
member warna suatu objek. Terdapat banyak sekali senyawa organik berwarna
saaat ini, namun hanya beberapa saja yang sesuai untuk zat warna. Molekul
zat warna gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan kromofor sebagai
pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat zat
organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna adalah
senyawa aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya,
fenol dan turunannya serta senyawasenyawa hidrokarbon yang mengandung

10
nitrogen. Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi
berwarna (Hardjono, 1991).
Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses
pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna
agar kelihatan menarik.(Winarno, 1997)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033
Tahun 2012 tentang bahan Tambahan Pangan yang dimaksud dengan pewarna
adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis,
yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi
atau memperbaiki warna.Tujuan dari penambahan zat pewarna makanan
Menurut Winarno (2002), penambahan pewarnaan pada makanan
yaitu:
1. Memberikan kesan menarik bagi konsumen.
2. Menyeragamkan dan menstabilkan warna makanan.
3. Menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat
pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu
pewarna alami dan pewarna sintetis (Cahyadi, 2009).
1. Pewarna Alami
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan
yang dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna
alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan
kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa
(karamel) ke bahan olahannya (Cahyadi, 2009).
Bahan pewarna alami memiliki beberapa sifat-sifat khusus yang
setiap bahannya memiliki sifat yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
bahan dasar pewarna alami tersebut misalnya dari daun atau dari umbi dan
lain sebagainya.

11
Tabel 1 Sifat- sifat Bahan Pewarna Alami
Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas
Gula
Karamel Cokelat Air Stabil
dipanaskab
Peka
Jingga
terhadap
Anthosianin Merah Tanaman Air
panas dan
Biru
pH
Stabil
Tampak
Flavonoid tanaman Air terhadap
kuning
panas
Stabil
Leucoantho Tidak
Tanaman Air terhadap
sianin berwarna
panas
Stabil
Tidak
Tannin Tanaman Air terhdap
berwarna
panas
Sensitif
Kuning,
Batalain Tanaman Air terhadap
merah
panas
Tanaman Stabil
Kuning-
Quinon bakteria Air terhadap
hitam
lumut panas
Stabil
Xhanton Kuning Tanaman Air terhadap
panas
Tampak Stabil
Tanaman/
Karotenoid kuning- Lipida terhadap
hewan
merah panas
Klorofil Hijau, Tanaman Lipida dan Sensitif

12
Cokelat air terhadap
panas
Sensitif
Merha,
Heme Hewan Air terhadap
cokelat
panas
Sumber : Cahyadi, 2009
2. Pewarna Sintetis
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, zat warna hasil
rekayasa teknologipun kian berkembang. Oleh karena itu berbagai zat
warna sintetik diciptakan untuk berbagai jenis keperluan misalnya untuk
tekstil, kulit, peralatan rumah tangga dan sebagainya (Djalil et al, 2005).
Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai
prosedur pengujian sebelum digunakan sebagai pewarna makanan. Proses
pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam
sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau
logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang
kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau
terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya (Cahyadi, 2009).
Menurut Cahyadi (2009) berdasarkan kelarutannya pewarna buatan
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umum bersifat larut dalam air,
sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk
mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah
propelin glikol, gliserin, atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis
pelarut organik, dye tidak dapat larut. Dye terdapat dalam bentuk
bubuk, granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi (Cahyadi,
2009).

13
b. Lake
Zat pewarna ini dibuat melalui proses pengendapan dan
absorpsi dye pada radikal (Al atau Ca) yang dilapisi dengan
alumunium hidrat (alumina). Lapisan alumina ini tidak larut dalam air,
sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua pelarut. Lake sering
kali digunakan untuk produk-produk yang mengandung lemak dan
minyak serta produk yang padat airnya rendah, misalnya campuran
adonan kue dan donat, permen, permen karet, dan lain-lain.
Dibandingkan dengan dye, maka lake pada umumnya bersifat lebih
stabil terhadap cahaya, kimia, dan panas sehingga harga lake umumnya
lebih mahal daripada harga dye (Cahyadi, 2009).
Tabel 2 Bahan pewarna sintetis yang diizinkan di Indonesia
Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No.)
Tartrazinee 19140
Qunoline Yellow 47005
Sunset Yellow FCF 15985
Carmoisine 14720
Ponceau 4R 16255
Erythrosine 45430
Allura Red 16035
Indigotine 73015
Brilliant Blue FCF 42090
Hijau FCF 42053
Brown HT 20285
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 033 Tahun 2012
Sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk
sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk
mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan adalah
pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran, Auramin,
Methanyl Yellow dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang
ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup, saus,
14
bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu, kerupuk, es cendol dan manisan
(Yuliarti, 2007).
Tabel 3. Bahan pewarna sintetis yang dilarang di Indonesia

Nomor Indeks Warna


Pewarna
(C.I.No)
Auramine (Food Yellow No.14) 41000
Butter Yellow (Basic Orange No.12) 11020
Chrysoidine (Basic Violet No.14) 11270
Chrysoine (Food Yellow No.8) 14270
Citrus Red No. 2 12156
Fast Red E (Food Red No. 4) 16045
Guinea Green B (Food Red No. 5) 42085
Magenta (Acid Green No. 3) 42510
Methanil Yellow (Food Yellow No.2) 13065
Oil Oranges SS (Solvent Yellow No. 2) 12100
Oil Oranges XO (Solvent Yellow No. 7) 12140
Oil Yellow AB (Solvent Yellow No. 5) 11380
Oil Yellow AB (Solvent Yellow No. 6) 11390
Ponceau 3 R(Red G) 16155
Ponceau SX (Food Red No. 1) 14700
Ponceau 6R (Food Red No. 8) 16290
Rhodamine B (Food Red No. 1) 45170
Sudan I (Solveent Yellow No. 2) 12055
Scarlet GN (Food Red No. 2) 14815
Violet 6B 42640
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 Tahun 2012
Kembali kepada kepercayaan saat ini bahwa zat-zat alami
bagaimanapun aman dibandingkan zat-zat sintetis di laboratorium. Hal ini
pastilah disebabkan oleh keadaan kasusnya. Perubahan, baik genetik dan

15
budaya telah melengkapi manusia dengan berbagai mekanisme perlindungan
dan perlakuan yang mengurangi unsur bahaya dari lingkungan alam.
Disetujui bahwa jumlah suatu zat aditif yang diizinkan untuk
digunakan dalam bahan pangan harus merupakan kebutuhan minimum untuk
mendapatkan pengaruh yang dikehendaki. Jika penggunaan bahan-bahan
tersebut secara terus menerus dan melebihi dari kadar yang sudah ditentukan,
maka akan terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang akhirnya dapat
merusak jaringan atau organ tertentu. Sebagai contoh, karena tingginya kadar
bahan pewarna maka hati akan bekerja keras untuk merombaknya agar dapat
dikeluarkan dari hati (Irianto dan Waluyo, 2007).
Pemakaian bahan pewarna sintetis dalam pangan walaupun
mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat
membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan
mengembalikan warna pangan dari bahan dasar yang hilang atau berubah
selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negatif terhadap kesehatan
manusia (Cahyadi, 2009).
Beberapa hal yang mungkin memberi dampak negatif tersebut terjadi
apabila :
1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun
berulangulang.
2. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jangka waktu lama.
3. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan
seharihari, dan keadaan fisik.
4. Berbagai masyarakat menggunakan bahan pewarna sintetis secara
berlebihan.
5. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang
tidak memenuhi persyaratan.
Pewarna makanan harus memiliki syarat aman dikonsumsi, artinya
kandungan bahan pada pewarna tersebut tidak mengakibatkan gangguan
16
pencernaan maupun kesehatan saat dikonsumsi dalam jumlah sedikit ataupun
banyak serta tidak menunjukkan bahaya apabila dikonsumsi secara terus-
menerus. Oleh sebab itu kadang suatu bahan pewarna sintetis diperbolehkan
dipakai, tetapi dikemudian hari tidak diperkenankan (Femelia, 2009).
E. Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal
berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah
(Trestiati, 2003). D & C Red 19 termasuk golongan pewarna xanthene basa
(Marmion, 1984). Rhodamin B dibuat dari meta-dietilaminofenol dan ftalik
anhidrid. Kedua bahan baku ini bukanlah bahan yang boleh dimakan
(Nainggolan dan Sihombing, 1984).
Pemerian rhodamin B yaitu hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan
dan berfluoresensi. Rhodamin B sangat mudah larut dalam air dan dalam
alkohol; sukar larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali. Rhodamin B
digunakan sebagai pewarna untuk sutra, katun, wol, nilon, serat asetat, kertas,
tinta dan pernis, sabun, pewarna kayu, bulu, kulit dan pewarna untuk keramik
China (Budavari, 1996).
Rhodamin B dapat digunakan untuk pewarna kulit, kapas, wool, serat
kulit kayu, nilon, serat asetat, kertas, tinta dan vernis, sabun, dan bulu (Merck
Index, 2006).
Penggunaan Rhodamin B dalam pangan tentunya berbahaya bagi
kesehatan. Adanya produsen pangan yang masih menggunakan rhodamin B
pada produknya mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak
memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan
dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Selain itu,
rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena harganya
relatif lebih murah daripada pewarna sintetis untuk pangan, warna yang
dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada
pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk,
terasi, cabe merah giling, agaragar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis,
17
sirup, minuman, dan lainlain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B
antara lain :
1. Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok.
2. Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata)
3. Ada gumpalan warna pada produk
4. Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.
Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam jangka waktu yang
lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun
demikian, bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu
singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B
tersebut masuk melatui makanan maka akan mengakibatkan iritasi pada
saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan yang ditandai
dengan urin yang berwarna merah ataupun merah muda. Jangankan lewat
makanan, menghirup rhodamin B dapat mengakibatkan gangguan kesehatan,
yakni terjadinya iritasi pada saluran pernafasan. Demikian pula apabila zat
kimia ini mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang
terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yg ditandai dengan mata
kemerahan dan timbunan cairan atau edema pada mata. Hasil suatu penelitian
menyebutkan bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan
terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di
sekitarnya mengalamidisintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai
dengan adanya piknotik(sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik
dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Cahyadi, 2006)
F. Methanil yellow
Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna
kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit
larut dalam aseton. Methanyl yellow umumnya digunakan sebagai pewarna
tekstil dan cat serta sebagai indicator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl
yellow adalah senyawa kimi azo aromatic amin.
Pewarna methanyl yellow sangat berbahaya jika terhirup, mengenai
kulit, mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi
18
pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya
kanker pada kandungan dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat
menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan
tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker dan
kandungan pada saluran kemih. Pewarna ini merupakan tumor promoting
agent. Methanyl yellow memiliki LD50 sebesar 5000mg/kg pada tikus dengan
pemberian secara oral (Gupta, 2003).
G. Identifikasi Pewarna
Analisis kualitatif zat pewarna dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti cara reaksi kimia, cara kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis
(KLT) dan spektrofotometer sinar tampak.
1. Reaksi Kimia
Cara reaksi kimia dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi-pereaksi
berikut : HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10%, dan NH4OH 10%. Lalu
diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing sampel yang
sudah dilakukan pemisahan dari bahan-bahan pengganggu (Cahyadi,
2008).
2. Kromatografi Kertas
Sejumlah cuplikan ditambahkan dengan asam asetat encer kemudian
dimasukkan benang wool bebas lemak dipanaskan di atas penangas air
sambil diaduk-aduk. Benang wool dicuci dengan air hingga bersih.
Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan amoniak 10%
diatas penangas air hingga sempurna. Totolkan pada kertas kromatografi,
juga totolkan baku pembanding. Elusi dengan eluen I (etilmetalketon :
aseton : air = 70 : 30 : 30) den eluen II (2 g NaCl dalam 100 ml etanol
50%) (Cahyadi, 2008).
3. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatogafi Lapis Tipis (KLT) adalah metode kromatografi cair yang
paling sederhana. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang dapat dipakai
dengan dua tujuan. Pertama, digunakan untuk uji identifikasi senyawa
baku. Untuk meyakinkan identifikasi dapat dilakukan dengna
19
menggunakan lebih dari 1 fase gerak dan jenis semprot. Teknik spiking
dengan menggunakan senyawa baku yang telah diketahui sangat
dianjurkan untuk lebih memantapkan pengambilan keputusan identifikasi
senyawa. Kedua digunakan untuk analisis kuantitatif dengan KLT.
Pertama bercak diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan
ukuran luas atau densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak
lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut
dengan metode analisis lain, misalkan dengan metode spektrofotometri
(Rohman, 2007).

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Percobaan
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada hari
kamis dan tanggal 26 Oktober 2017, dilaksanakan di Laboratorium Biologi
dan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
B. Metode Percobaan
Penelitian ini merupakan eksperimen atau percobaan (experiment
research) dengan pendekatan laboratorium yang dilakukan melalui
serangkaian percobaan.
C. Instrumen Pecobaan
1. Alat
a. Beaker glass 100 mL
b. Batang pengaduk
c. Botol semprot
d. Gelas ukur 100 mL
e. Pipet volume 10 mL
f. Kertas saring
g. Pipet tetes
h. Corong kaca
i. Tabung reaksi
j. Rak tabung reaksi
2. Bahan
a. HCl pekat
b. NaOH 10%
c. NH 4OH 10%
d. H2SO4 pekat
e. Methanil yellow
f. Rhodamin B
g. Bingka Kentang (sampel)
h. Saos tomat (sampel)
21
3. Cara Kerja
a. Identifikasi Rhodamin B dengan Reaksi Warna

Timbang 20 gram sampel

Larutkan dengan aquadest sebanyak 100


mL dan homogenkan kemudian saring
tampungan

Ambil filtrat masing-masing sebanyak 5


mL, Masukan ke dalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan menambahkan


pereaksi HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes

Amati reaksi yang terjadi

Jika terbentuk warna merah muda maka


sampel menunjukan hasil yang positif
mengandung Rhodamin B

22
b. Identifikasi Methanil Yellow dengan Reaksi warna

Timbang 20 gram sampel

Larutkan dengan aquadest sebanyak100


mL dan homogenkan kemudian saring
tampungan

Ambil filtrat masing-masing sebanyak 5


mL, Masukan ke dalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan menambahkan


pereaksi HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes

Amati reaksi yang terjadi

Jika terbentuk warna merah ungu maka


sampel menunjukan hasil yang positif
pada reaksi HCl pekat, H2SO4 pekat.
Hasil Positif pada pereaksi , NaOH 10%
dan NH4OH 10% jika terbentuk warna
jingga

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan Baku
1.1 Rhodamin B baku
Perlakuan Hasil
Timbang rhodamin B 0,1 g
berwarna merah

Larutkan dengan 100 mL


Larutan merah muda
aquadest

Tetap merah muda


Masukan masing-masing 5 mL
ke dalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan


menambahkan 3 tetes
1. Larutan merah muda
1. HCl pekat
2. Larutan merah muda
2. H2SO4 pekat
3. Larutan merah muda
3.NaOH 10%
4. Larutan merah muda
4.NH4OH 10%

(+) Positif Rhodamin B


Amati perubahan yang terjadi

24
1.2 Methanil Yellow baku
Perlakuan Hasil
Timbang methanil yellow 0,1 g Larutan berwarna Kuning

Larutkan dengan 20 mL aquadest Larutan berwarna Kuning

Masukan masing-masing 5 mL ke Larutan berwarna Kuning


dalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan Larutan berwarna Kuning


menambahkan 3 tetes
1. HCl pekat 1. Larutan berwarna Ungu
2. H2SO4 pekat 2. Larutan berwarna Ungu
3.NaOH 10% 3. Larutan berwarna Jingga
4.NH4OH 10% 4. Larutan berwarna Jingga

Amati perubahan yang terjadi (+) Positif Methanil yellow

2. Identifikasi Sampel
2.1 Identifikasi rhodamin B pada saos tomat
No Perlakuan Hasil
Timbang sampel 20 g 20,0021 g, berwarna merah

1
Larutkan dengan 100 mL aquadest Larutan berwarna merah

25
Saring dan tampung Larutan berwarna merah

Masukan masing-masing 5 mL ke Larutan berwarna merah


dalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan


menambahkan 3 tetes
1. HCl pekat 1. Larutan tetap berwarna
merah
2.H2SO4 pekat 2. Larutan tetap berwarna
merah
3.NaOH 10% 3. Larutan tetap berwarna
merah
4.NH4OH 10% 4. Larutan tetap berwarna
merah

Amati perubahan yang terjadi


(-) negatif Rhodamin B
Pengujian kedua Larutan berwarna merah

Ambil filtrat dan masukan kedalam Larutan berwarna merah


2 4 tabung reaksi masing-maisng 5
mL

Lakukan uji reaksi dengan


menambahkan 3 tetes
26
1. HCl pekat 1. Larutan tetap berwarna
merah
2. H2SO4 pekat 2. Larutan tetap berwarna
merah

3. NaOH 10% 3. Larutan tetap berwarna


merah
4. NH4OH 10% 4. Larutan tetap berwarna
merah

Amati perubahan yang terjadi (-) Negatif Rhodamin B

2.2 Identifikasi methanil yellow pada bingka kentang


No Perlakuan Hasil
Timbang sampel 20 g 20,0036 g, berwarna kuning

Larutkan dengan 20 mL aquadest Larutan berwarna kuning


keruh
Saring dan tampung Larutan berwarna kuning
keruh
Masukan masing-masing 5 mL ke Larutan berwarna kuning
dalam 4 tabung reaksi keruh
1
Lakukan uji reaksi dengan
menambahkan 3 tetes
1. HCl pekat 1. Larutan berwarna kuning
keruh
2. H2SO4 pekat 2. Larutan berwarna kuning
keruh
3. NaOH 10% 3. Larutan berwarna kuning
keruh
27
4. NH4OH 10% 4. Larutan berwarna kuning
keruh
Amati perubahan yang terjadi (-) negatif methanil yellow

Larutan berwarna kuning


Pengujian sampel kedua
keruh

Larutan berwarna kuning


Larutkan dengan 20 mL aquadest
keruh

Larutan berwarna kuning


Saring dan tampung
keruh

Larutan berwarna kuning


Masukan masing-masing 5 mL ke
keruh
dalam 4 tabung reaksi

Lakukan uji reaksi dengan


menambahkan 3 tetes
1. Larutan berwarna kuning
1. HCl pekat
keruh
2. Larutan berwarna kuning
2. H2SO4 pekat
keruh

3. NaOH 10% 3. Larutan berwarna kuning


keruh
4. NH4OH 10% 4. Larutan berwarna kuning
keruh

Amati perubahan yang terjadi (-) negatif methanil yellow

28
3. Data kelas
3.1 Data Kelas Rhodamin B
P
E
IDENTIFIKASI
R Rhodamin B
L
kel Sampel A
K
U HCl Pekat H2SO4 pekat NaOH 10% NH4OH 10%
A
N

Putih Putih Putih Putih


1 kemerahan kekuningan kekuningan kekuningan
(-) (-) (-) (-)
1 Puding
Putih Putih Putih Putih
2 kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan
(-) (-) (-) (-)

Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda


Kerupuk 1
(+) (+) (+) (+)
2 Lilit
Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
merah
(+) (+) (+) (+)

Lar.keruh Lar.keruh Lar.keruh Lar.keruh


endapan endapan endapan endapan
1
merah muda merah muda merah muda merah muda
(-) (-) (-) (-)
3 Sosis
Lar.keruh Lar.keruh Lar.keruh Lar.keruh
endapan endapan endapan endapan
2
merah muda merah muda merah muda merah muda
(-) (-) (-) (-)

Endapan Endapan Endapan Endapan


1 merah muda merah muda merah muda merah muda
Kue
4 (-) (-) (-) (-)
lapis
Endapan Endapan Endapan Endapan
2
merah muda merah muda merah muda merah muda

29
(-) (-) (-) (-)

Lar.berwarn Lar.berwarn Lar.berwarn Lar.berwarn


1
Saos a merah (-) a merah (-) a merah (-) a merah (-)
5
tomat Lar.berwarn Lar.berwarn Lar.berwarn Lar.berwarn
2
a merah (-) a merah (-) a merah (-) a merah (-)

Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda


1
pucat(-) pucat(-) pucat(-) pucat(-)
6 Gethuk
Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
2
pucat(-) pucat(-) pucat(-) pucat(-)

Larutan Larutan Larutan Larutan


1 berwarna berwarna berwarna berwarna
Mie Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)
7
Yamin Larutan Larutan Larutan Larutan
2 berwarna berwarna berwarna berwarna
Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-) Jingga (-)

Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda


1
Kue (-) (-) (-) (-)
8
apam Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
2
(-) (-) (-) (-)

Lar. Tetap Lar. Tetap Lar. Tetap Lar. Tetap


berwarna berwarna berwarna berwarna
1
merah cabe merah cabe merah cabe merah cabe
(-) (-) (-) (-)
Bon
9 Lar. Tetap Lar. Tetap Lar. Tetap Lar. Tetap
cabe
berwarna berwarna berwarna berwarna
2 merah cabe merah cabe merah cabe merah cabe
(-) (-) (-) (-)

30
Kue Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
1
lapis pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
10
singkon Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
2
g pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)

Larutan Larutan Larutan Larutan


Kue 1
merah (-) merah (-) merah (-) merah (-)
11 bolo
Larutan Larutan Larutan Larutan
gulung 2
merah (-) merah (-) merah (-) merah (-)

Bening Bening Bening Bening


1 kemerah kemerah kemerah kemerah
Jelly mudaan (-) mudaan (-) mudaan (-) mudaan (-)
12
merah Bening Bening Bening Bening
2 kemerah kemerah kemerah kemerah
mudaan (-) mudaan (-) mudaan (-) mudaan (-)

3.2 Data kelas Methanil yellow


P
IDENTIFIKASI
E
R
Methanil Yellow
L
kel Sampel A
K
U HCl Pekat H2SO4 pekat NaOH 10% NH4OH 10%
A
N

Putih Putih Putih Putih


1 kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan
Bolu (-) (-) (-) (-)
1
Kuning Putih Putih Putih Putih
2 kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan
(-) (-) (-) (-)

31
Kuning Kuning Kuning Kuning
Kerupuk 1 pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
2 lilit
kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
2
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)

Lar. Bening Lar. Bening Lar. Bening Lar. Bening


1
Biskuit (-) (-) (-) (-)
3
gula Lar. Bening Lar. Bening Lar. Bening Lar. Bening
2
(-) (-) (-) (-)

Lar. Lar. Lar. Lar.


Berwarna Berwarna Berwarna Berwarna
1
Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)
Rainbow
4
cake Lar. Lar. Lar. Lar.
Berwarna Berwarna Berwarna Berwarna
2
Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-) Kuning (-)

Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning


1
Bingka keruh (-) keruh (-) keruh (-) keruh (-)
5
kentang Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning
2
keruh (-) keruh (-) keruh (-) keruh (-)

Lar.putih Lar.putih Lar.putih Lar.putih


1
Bika keruh (-) keruh (-) keruh (-) keruh (-)
6
ambon Lar.putih Lar.putih Lar.putih Lar.putih
2
keruh (-) keruh (-) keruh (-) keruh (-)

Larutan Larutan Larutan Larutan


Nasi
7 1 berwarna berwarna berwarna berwarna
Kuning
kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)

32
Larutan Larutan Larutan Larutan
2 berwarna berwarna berwarna berwarna
kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)

Larutan Larutan Larutan Larutan


1
kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)
8 Somay
Larutan Larutan Larutan Larutan
2
kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)

Lar. Warna Lar. Warna Lar. Warna Lar. Warna


1
Roti kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)
9
Manis Lar. Warna Lar. Warna Lar. Warna Lar. Warna
2
kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)

Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning


Prol 1
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)
10 singkong
Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning Lar. Kuning
kukus 2
pucat (-) pucat (-) pucat (-) pucat (-)

Larutan Larutan Larutan Larutan


1
Keripik kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)
11
singkong Larutan Larutan Larutan Larutan
2
kuning (-) kuning (-) kuning (-) kuning (-)

Kuning Kuning Kuning Kuning


1
Jelly bening (-) bening (-) bening (-) bening (-)
12
kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
2
bening (-) bening (-) bening (-) bening (-)

33
B. Pembahasan
Nama : Dicky Irawan Pranata
NIM : 15.71.016565
Dalam pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Makanan yang tersaji
harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa enak, warna
dan konsistensinya baik serta awet, untuk mendapatkan makanan seperti yang
diinginkan maka sering pada proses pembuatanya dilakukan penambahan
Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033
Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan yang dimaksud dengan pewarna
adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis,
yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi
atau memperbaiki warna.
Pewarna terbagi menjadi dua jenis yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetis. Pewarna alami adalah bahan pewarna yang dapat diperoleh di alam.
Misalnya warna hijau dari daun suji, warna kuning dari kunyit dan lain
sebagainya. Pewarna sintetis adalah pewarna yang dibuat oleh manusia dari
campuran bahan-bahan kimia. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah
warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Zat warna sintetis
mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan zat warna alami
antara lain keanekaragaman warna, kestabilan warna, lebih mudah disimpan
dan lebih tahan lama Bahan pewarna sintetik menjadi pilihan utama bagi
sektor industri karena memiliki banyak kelebihan antara lain harganya relatif
murah, mempunyai kekuatan mewarnai lebih kuat, warnanya beragam, stabil,
mudah disimpan, praktis dan tahan lama (Winarno et al, 2004).
Pewarna sintetis ada yang boleh ditambahkan ke dalam makanan dan
ada juga yang tidak boleh. Alasan tidak diperbolehkannya beberapa pewarna
sintesis ditambahkan ke dalam makanan adalah dilihat dari keamanan dalam
mengkonsumsi zat pewarna tersebut. Ponceau 4R, Carmoisin, Briliant Blue,
34
Tartrazin, atau Allura Red merupakan pewarna sintetis yang masih
diperbolehkan penggunaannya dan ada pula zat warna sintesis yang tidak
boleh ditambahkan ke dalam makanan karena dapat membahayakan tubuh
manusia adalah rhodamin B dan methanil yellow.
Penggunaan rhodamin B pada makanan dan minuman dalam waktu
lama kronis) akan mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun
demikian, bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu
singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B
tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran
pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urine yang berwarna
merah maupun merah muda. Selain melalui makanan dan minuman, rhodamin
B juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, jika terhirup akan terjadi
iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena rhodamin B juga akan
mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan
atau udem pada mata.Jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan
pecah-pecah, kering, gatal, bahkan kulit bibir terkelupas (Yulianti, 2007).
Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna
kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit
larut dalam aseton. Methanyl yellow umumnya digunakan sebagai pewarna
tekstil dan cat serta sebagai indicator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl
yellow adalah senyawa kimi azo aromatic amin. Methanil yellow sering
disalahgunakan untuk memberikan warna kuning pada makanan.
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan
rhodamin B dan methanil yellow yang terdapat pada makanan dengan metode
reaksi warna. Reaksi warna yaitu adanya perubahan warna pada sampel karena
adanya penambahan suatu reagen. Sampel yang digunakan pada percobaan ini
adalah saos tomat untuk identifikasi rhodamin B dan Bingka kentang untuk
identifikasi methanil yellow.
Sebelum melakukan identifikasi terhadap sampel, dilakukan terlebih
dahulu larutan baku atau kontrol positif dari rhodamin B . Baku rhodamin B
dibuat dengan melarutkan 0,1 gram rhodamin B dengan aquadest sebanyak
35
100 mL sehingga membentuk warna merah muda kemudian ditambahkan
dengan reagen HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NH4OH 10%
sebanyak 3 tetes kemudian amati yang terjadi. Warna larutan tersebut berubah
menjadi merah muda. Sehingga kontrol positif tersebut dapat dijadikan
pembanding dari sampel saos tomat. Untuk methanil yellow dilakukan dengan
melarutkan 0,1 gram methanil yellow dengan aquadest sebanyak 100 mL
sehingga membentuk warna orange. Kemudian ditambahkan dengan reagen
HCl pekat, H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes warna larutan tersebut berubah
menjadi ungu dan pada saat larutan ditambah dengan NaOH 10% dan NH4OH
10% sebanyak 3 tetes akan membentuk warna larutan tetp berwarna jingga.
Tidak ada perbedaan antara warna orange dan jingga. Orange merupakan
sebutan warna jingga dalam bahasa Inggris. Keduanya memiliki makna dan
arti yang sama yang merupakan gabungan antara warna merah dan kuning.
Selanjutnya dilakukan identifikasi rhodamin b pada sampel yang
dilakukan sebanyak 2 kali (duplo). Sampel saus tomat adalah sampel yang
digunakan dalam identifikasi Rhodamin B. Hal pertama yang dilakukan
adalah menimbang saos tomat sebanyak 20 gram, hasil peimbangan yaitu
20,0021 gram selanjutnya saus dilarutkan dengan menggunakan aquadest.
Apabila saos tomat sudah larut saring dan diambil filtratnya masing-masing
sebanyak 5 mL dan masukkan ke dalam 4 tabung reaksi. Pada tabung 1 larutan
sampel ditambahkan dengan reagen HCl pekat sebanyak 3 tetes dan tidak
terjadi perubaha warna sehingga warnanya tetap berwana merah. Pada tabung
2 ditambahkan dengan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi
perubahan warna sehingga warnanya tetap berwana merah. Pada tabung 3
ditambahkan dengan NaOH 10% sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan
warna sehingga warnanya tetap berwana merah. Pada tabung 4 ditambahkan
dengan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan warna
sehingga warnanya tetap berwana merah. Tidak adanya perubahan warna yang
sama dengan larutan baku atau kontrol positif menunjukan bahwa sampel saos
tomat tidak mengandung rhodamin B.

36
Selanjutnya dilakukan identifikasi methanil yellow pada sampel yang
dilakukan sebanyak 2 kali (duplo). Sampel bingka kentang adalah sampel
yang digunakan dalam identifikasi methanil yellow kemudian ditimbang
sebanyak 20 g dan hasil penimbangan adalah 20,0036 gram dilarutkan dengan
aquadest membentuk larutan warna kuning keruh. Setelah itu disaring dan
diambil filtratnya masing-masing sebanyak 5 mL dan masukkan ke dalam
tabung reaksi. Pada tabung 1 larutan sampel ditambahkan dengan reagen HCl
pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap
berwarna kuning keruh. Pada tabung 2 ditambahkan dengan H2SO4 pekat
sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap berwarna
kuning keruh. Pada tabung 3 ditambahkan dengan NaOH 10% sebanyak 3
tetes dan tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap berwarna kuning
keruh. Pada tabung 4 ditambahkan dengan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes dan
tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap berwarna kuning keruh.
Perubahan warna yang tidak sama dengan larutan baku atau kontrol positif
menunjukan bahwa sampel kerupuk kering tidak mengandung methanil
yellow.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sampel
saus tomat dan bingka kentang tidak mengandung rhodamin B dan methanil
yellow sehingga saus tomat dan bingka kentang aman untuk dikonsumsi.

37
Nama : Defriansyah
NIM : 15.71.016928
Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan
pemberian asal sulfat atau asam nitrat seringkali terkontaminasi oleh arsen atau
logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang
kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau
terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya.
Namun sering kali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk
sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk
mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan adalah
pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti, Amaran, Auramin,
Methanyl yellow dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang
ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup,saos,
bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu, kerupuk, es cendol,mie dan manisan.
Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan
masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga disebabkan karena
harga zat pewarna untuk industri lebih murah dibandingkan dengan harga zat
pewarna untuk pangan.
Reaksi warna adalah prosedur kimia dalam pengujian senyawa dengan
menggunakan pereaksi dengan mengamati warna yang terbentuk atau
perubahan warna yang terjadi. Banyak senyawa kimia dapat memberikan
warna terbentuk jika berkontak dengan pereaksi tertentu. Warna yang
dihasilkan oleh pereaksi tersebut mungkin spesifik untuk senyawa tersebut atau
juga tidak.
Penggunaan rhodamin B pada makanan dan minuman dalam waktu
lama kronis) akan mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun
demikian, bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu
singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B
tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran

38
pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urine yang berwarna
merah maupun merah muda.
Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna
kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit
larut dalam aseton. Methanyl yellow umumnya digunakan sebagai pewarna
tekstil dan cat serta sebagai indicator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl
yellow adalah senyawa kimi azo aromatic amin. Methanil yellow sering
disalahgunakan untuk memberikan warna kuning pada makanan.
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan
rhodamin B dan methanil yellow yang terdapat pada makanan dengan metode
reaksi warna. Reaksi warna yaitu adanya perubahan warna pada sampel karena
adanya penambahan suatu reagen. Sampel yang digunakan pada percobaan ini
adalah saos tomat untuk identifikasi rhodamin B dan Bingka kentang untuk
identifikasi methanil yellow.
Identifikasi dilakukan terlebih dahulu larutan baku atau kontrol positif
Rhodamin B. Baku rhodamin B dibuat dengan melarutkan 0,1 gram rhodamin
B dengan aquadest sebanyak 100 mL sehingga membentuk warna merah
muda kemudian ditambahkan dengan reagen HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes kemudian amati yang terjadi. Warna
larutan tersebut berubah menjadi merah muda. Sehingga kontrol positif
tersebut dapat dijadikan pembanding dari sampel saos tomat. Untuk methanil
yellow dilakukan dengan melarutkan 0,1 gram methanil yellow dengan
aquadest sebanyak 100 mL sehingga membentuk warna orange. Kemudian
ditambahkan dengan reagen HCl pekat, H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes warna
larutan tersebut berubah menjadi ungu dan pada saat larutan ditambah dengan
NaOH 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes akan membentuk warna larutan
tetp berwarna jingga.
Selanjutnya dilakukan identifikasi rhodamin b pada sampel yang
dilakukan sebanyak 2 kali (duplo). Sampel saus tomat adalah sampel yang
digunakan dalam identifikasi rhodamin B. Hal pertama yang dilakukan adalah
menimbang saos tomat sebanyak 20 gram, hasil peimbangan yaitu 20,0021
39
gram selanjutnya saos dilarutkan dengan menggunakan aquadest. Apabila saos
tomat sudah larut saring dan diambil filtratnya masing-masing sebanyak 5 mL
dan masukkan ke dalam 4 tabung reaksi. Pada tabung 1 larutan sampel
ditambahkan dengan reagen HCl pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi
perubaha warna sehingga warnanya tetap berwana merah. Pada tabung 2
ditambahkan dengan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi
perubahan warna sehingga warnanya tetap berwana merah. Pada tabung 3
ditambahkan dengan NaOH 10% sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan
warna sehingga warnanya tetap berwana merah. Pada tabung 4 ditambahkan
dengan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan warna
sehingga warnanya tetap berwana merah. Tidak adanya perubahan warna yang
sama dengan larutan baku atau kontrol positif menunjukan bahwa sampel saos
tomat tidak mengandung rhodamin B.
Selanjutnya dilakukan identifikasi methanil yellow pada sampel yang
dilakukan sebanyak 2 kali (duplo). Sampel bingka kentang adalah sampel
yang digunakan dalam identifikasi methanil yellow kemudian ditimbang
sebanyak 20 g dan hasil penimbangan adalah 20,0036 gram dilarutkan dengan
aquadest membentuk larutan warna kuning keruh. Setelah itu disaring dan
diambil filtratnya masing-masing sebanyak 5 mL dan masukkan ke dalam
tabung reaksi. Pada tabung 1 larutan sampel ditambahkan dengan reagen HCl
pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap
berwarna kuning keruh. Pada tabung 2 ditambahkan dengan H2SO4 pekat
sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap berwarna
kuning keruh. Pada tabung 3 ditambahkan dengan NaOH 10% sebanyak 3
tetes dan tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap berwarna kuning
keruh. Pada tabung 4 ditambahkan dengan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes dan
tidak terjadi perubahan warna dan larutan tetap berwarna kuning keruh.
Perubahan warna yang tidak sama dengan larutan baku atau kontrol positif
menunjukan bahwa sampel kerupuk kering tidak mengandung methanil
yellow.

40
Menurut Peraturan Bandan Pengawasan Obat dan Makanan nomor
239/Menkes/Per/V tahun 1988 tentang Zat pewarna tertentu yang dinyatakan
Sebagai Bahan Berbahaya, rhodamin B dalah zat warna keras, tekstil, sabun,
kayu, plastik dan lain-lain, rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga
lama-lama jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih
banyak pada saluran pencernaan dan menunjukan ikatan protein yang kuat.
Paparan rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguana
fungsi hati dan kanker hati.
Jadi dapat disimpulkan bahwa makanan tidak boleh mengandung
rhodamin B ataupun methanil yellow, karena akan sangat berbahaya bagi
kesehatan kita, dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
sampel saus tomat dan bingka kentang tidak mengandung rhodamin B dan
methanil yellow sehingga saus tomat dan bingka kentang aman untuk
dikonsumsi.

41
Nama : Siti Nur Aisyah
Nim : 15.71.016326
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar
identifikasi rhodamin b dan methanil yellow serta untuk mengetahui cara
identifikasi adanya kandungan rhodamin b dan methanil yellow pada sampel
dengan menggunkan reaksi warna.. Rhodamin b adalah Rhodamin B
merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan
sedangkan Methanil Yellow merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk
padat berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam aseton.
Identifikasi bahan pewarna dengan reaksi warna yang kami lakukan
pada praktikum hari ini secara analisis kualitatif yang dilakukan dengan
menggunakan uji reaksi pereaksi HCL pekat, H2SO4 pekat, NaCL 10% dan
NH4OH 10%. Namun sebelumnya kita melakukan prepasi sampel terlebih
dahulu dan kita juga melakukan uji kontrol positif.
Sampel dalam praktikum kali ini sebanyak 24 sampel dalam 1 kali
penguji bahan pewarna rhodamin b dan methanil yellow untuk 12 kelompok
masing-masing. Sampel makanan yang diujikan yaitu kelompok 1 Puding dan
Bolu kuning, kelompok 2 Kerupuk lilit merah dan Kerupuk lilit kuning,
kelompok 3 Sosis dan Biskut gula, kelompok 4 Kue lapis dan Rainbow cake,
kelompok 5 Saos tomat dan Bingka kentang, kelompok 6 Getuk dan Bingka
ambon, kelompok 7 Mie yamin dan Nasi kuning, kelompok 8 Kue apam dan
Siomay, kelompok 9 Bon cabe dan roti manis, kelompok 10 kue lapis
singkong dan Prol singkong kukus, kelompok 11 Kue bolu gulung dan keripik
singkong, dan kelompok 12 Jely merah dan Jely kuning .
Yang pertama saya menjelaskan kelompok saya terlebih dahulu,
kelompok 5 menggunakan sampel makanan Saos tomat dan Bingka ambon.
Kami melakukan preparasi sampel terlebih dulu seperti menimbang 20 gram
sampel Saos tomat dan Bingka ambon yang saos tomat berwarna merah dan
Bingkanya berwarna kuning kemudian untuk Saos tomat yang telah ditimbang
lalu dilarutkan dengan aquadest 100 mL sedangkan pada Bingka ambon
sendiri sebelum kita timbang itu harus kita haluskan terlebih dahulu kemudian
42
baru di tambahkan aquadest ad 100 mL. Setelah ditimbang dan dilarutkan
aquadest masing-masing lalu saring hasil fitrat tadi di masukkan ke dalam 8
tabung reaksi yang sudah di siapkan dan bisa langsung kita ujikan.
Uji identifikasi Rhodamin B pada Saos tomat itu setelah 8 tabung
reaksi tadi siap dan sudah di isi semua langsung saja di tambahan HCL pekat,
H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes ke masing-
masing tabung atau pertabung dan hasil yang kami dapatkan dari uji reaksi itu
tidak ada terjadi perubahan warna ini berarti menunjukkan bahwa sampel saos
kami tersebut aman atau layak untuk di konsumsi karena hasilnya itu negatif
mengandung Rhodamin B sedangkan jika positif dia hasilnya merah muda.
Uji identifikasi Methanil yellow pada Bingka kentang itu setelah 8
tabung reaksi tadi siap dan sudah di isi semua langsung saja di tambahan HCL
pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes ke
masing-masing tabung atau pertabung dan hasil yang kami dapatkan dari uji
reaksi itu tidak ada terjadi perubahan warna ini berarti menunjukkan bahwa
sampel saos kami tersebut aman atau layak untuk di konsumsi karena hasilnya
itu negatif mengandung Methanil yellowsed sedangkan jika positif dia
hasilnya untuk HCL pekat dan H2SO4 pekat warnanya merah ungu serta
NaOH 10% dan NH4OH 10% warnanya jingga .
Kontrol Positif menggunakan preparasi sampel yang pertama
menimbang 0,1 gram baku Rhodamin B dan Methanil yellow lalu masukkan
ke dalam Erlenmeyer dan melarutkan dengan ad aquadest 100 mL kemudian
dimasukkan tabung reaksi 8 tabung masing-masing untuk dua percobaan,
warna awalnya merah muda untuk Rhodamin B dan kuning untuk Methanil
yellow.Setelah itu dilakukan uji sampel control positif yaitu pertama ialah
larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL kemudian
ditambahkan 3 tetes pereaksi HCL pekat,H2SO4 pekat, NaCL 10% dan
NH4OH 10% hasilnya pada Rhodamin B ialah Positif, terbentuk warna merah
muda. Dan pada Methanil yellow juga hasilnya menunjukkan hasilnya yang
sama yaitu positif, yang di mana jika positif bila uji reaksi di tambahkan

43
pereaksi HCL pekat dan H2SO3 pekat hasilnya merah ungu dan pada NaCL
10% dan NH4OH 10% ia terbentuk warna jingga.
Sampel makanan yang di ujikan dari 12 kelompok terdapat 1 sampel
yang positif rhodamin b saja dan itu ada di sampel kelompok 2 yaitu kerupuk
lilit merah. Percobaan yang digunakan Uji pertama ialah larutan uji kerupuk
lilit merah di larutkan menggunakan aquadest ad 100 mL untuk duplo
kemudian saring,ambil fitratnya sebanyak 5 mL lalu di masukkan ke 8 tabung
reaksi panjang. Lakukan uji reaksi dengan menambahkan pereaksi HCL pekat,
H2SO4 pekat, NaCL 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes ke tabung reaksi
masing-masing. Dan hasil uji semua positif mengandung rhodamin b karena
terbentuk larutan warna merah muda semuanya.
Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor 239/
Menkes/Per/V tahun 1988 tentang Zat pewarna Tertentu yang dinyatakan
Sebagai Bahan Berbahaya, rhodamin B adalah zat warna untuk kertas, tekstil,
sabun, kayu, plastic dan lain-lain, rhodamin b bisa menumpuk di lemak
sehingga lama-lama jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap
lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang
kuat. Kerusakan pada hati tikus terjadi akibat makanan yang mengandung
rhodamin b dalam konsentrasi tinggi. Paparan rhodamin B dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya di dalam permekes
sudah menyebutkan bahwa makanan tidak boleh di dalamnya mengandung
rhodamin b karena itu akan sangat membahayakan kesehatan kita sendiri
mungkin efek samping tidak terjadi untuk sekarang namun bakalan muncul
dikemudian hari yang bakalan membuat kita sakit berhari dan sampai terkena
penyakit hati atau kanker hati maka dari itu lihat-lihatlah makanan atau
pilihlah makanan yang sehat jika kamu tidak mau melihat hari tuamu akan
tidak menyenangkan dan untuk para penjual yang menggunakan rhodamin b
pada makanan, ya dipikir lagi lah kalian juga pasti punya anak atau keluarga
dan pikirinkan aja jika salah satu anak atau keluarga kalian mengkonsumsi
makanan yang ada mengandung rhodamin bnya juga gi mana?. Maka dari itu
44
stoplah, jadikan seluruh masyarakat dunia itu menjadi sehat akan zat-zat
pewarna makanan.

45
NAMA : TARI AYU LESTARI
NIM : 14.71015495
Pada praktikum kedua ini kami mengidentifikasi bahan pewarna
rhodamin B dan metanil yellow pada makanan dengan reaksi kimia. Zat
pewarna adalah bahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna
pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan untuk memperbaiki atau
memberi warna pada makanan.mpenambahan pewarna pada makanan
dimaksud untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau memucat
selama proses pengolahan atau memeberi warna pada makanan yang tidak
berwarna agar kelihatan lebih menarik.
Zat pewarna sintetis yang sering ditambahkan pada jajanan adalah
rhodamin B dan metanil yellow, yaitu merupakan zat warna sintetik yang umu
digunakan sebagai pewarna tekstil. Kedua zat ini merupakan warna zat sintetik
yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Kedua zat ini merupakan
pewarna zat tambahan yang dilarang penggunaaanya jangka panjang dapat
menyebabkan kanker.
Pada praktikum identifikasi bahan pewarna dengan reaksi kimia ini
masing-masing kelompok membawa dua sampel. Satu sampel untuk
rhodamin B dan satu untuk metanil yellow. Sampel-sampel yang dibawa untuk
rhodamin B adalah pudding, kerupuk lilit, sosis, kue lapis, saos tomat, getuk,
mie ayam. Sampel yang dibawa untuk metanil yellow adalah bolu kuning,
kerupuk lilit kining, biscuit gula, rainbow, bingka kentang, bingka ambon dan
nasi kuning.
Sebelum nya kami membuat dua control terlebih dahulu, control
positif , cara kami mengerjakannya dalah menimbang 20,0021 gram sampel
saos tomat melarutkannya dengan aquadest lalu disaring menggunakan kertas
saring, lalu mengambil filtratnya sebanyak 5 mL dengan menggunakan pipet
ukur dan memasukkan filtrate kedalam 4 tabung reaksi yang masing-
masingnya berisi 5 mL. menambahkan pereaksi HCL pekat, H2SO4 pekat,
NaOH 10 %, NH4OH 10% masing-masing pelarut dimasukan sebanyak 3
tetes, dan hasilnya negatif larutan berwarna merah dilakukan duplo hasil tetap
46
negatif.. Untuk pembuatan dibuat dengan cara menimbang sebanyak 0,1 gram
terlebih dahulu kemudian dilarutkan dengan aquadest lalu sampai homogeny
dan disaring menggunakan kertas saring. Lalu diambil filtratnya masing-
masing 5 mL dengan menggunakan pipet ukur, lalu masukan kedalam 4
tabung reaksi kosong, dan rambahkan HCL pekat, NaOH 10%, NH4OH 10%.
Masing-masing ditetesekan sebanyak 3 tetes hasilnya berwarna merah muda.
Begitu juga dengan membuat control positif methanol yellow dengan cara
menimbang sebanyak 0,1 gram terlebih dahulu kemudian dilarutkan dengan
aquadest lalu sampai homogeny dan disaring menggunakan kertas saring. Lalu
diambil filtratnya masing-masing 5 mL dengan menggunakan pipet ukur, lalu
masukan kedalam 4 tabung reaksi kosong, dan rambahkan HCL pekat, NaOH
10%, NH4OH 10%. Masing-masing ditetesekan sebanyak 3 tetes hasilnya
berwarna jingga.
Kelompok menggunakan sampel untuk rhodamin B adalah saos tomat,
cara kami mengerjakannya dalah menimbang 20,0021 gram sampel saos tomat
melarutkannya dengan aquadest lalu disaring menggunakan kertas saring, lalu
mengambil filtratnya sebanyak 5 mL dengan menggunakan pipet ukur dan
memasukkan filtrate kedalam 4 tabung reaksi yang masing-masingnya berisi 5
mL. menambahkan pereaksi HCL pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10 %, NH4OH
10% masing-masing pelarut dimasukan sebanyak 3 tetes, dan hasilnya negatif
larutan berwarna merah dilakukan duplo hasil tetap negatif. Sampel yang
digunakan untuk metanil yellow bingka kentang, cara kami mengerjakannya
dalah menimbang 20,0021 gram bingka kentang tomat melarutkannya dengan
aquadest lalu disaring menggunakan kertas saring, lalu mengambil filtratnya
sebanyak 5 mL dengan menggunakan pipet ukur dan memasukkan filtrate
kedalam 4 tabung reaksi yang masing-masingnya berisi 5 mL. menambahkan
pereaksi HCL pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10 %, NH4OH 10% masing-masing
pelarut dimasukan sebanyak 3 tetes, dan hasilnya negatif larutan berwarna
kuning keruh dilakukan duplo hasil tetap negatif. Sampel yang kami gunakan
aman untuk di konsumsi karena tidak mengandung pewarna sintetis rhodamin
B dan metanil yellow. Selain sampel yang menunjukan hasil negatif pada
47
rhodamin B adalah pudding, sosis, kue lapis, getuk dan mie yamin. Sampel
yang menunjukan hasil negatif pada Sampel metanil yellow adalah kerupuk
lilit kuning, biscuit gula, rainbow, bingka ambon dan nasi kuning. Sampe-
sampel berikut adalah jajanan yang banyak dijual dipasaran dan aman untuk
dimakan karena tidak mengandung rhodamin B dan metanil yellow.
Namun ada satu sampel yang hasilnya menunjukan hasil positif adalah
kerupuk lilit yang berwarna merah mangandung rhodamin B sampel tersebut
sangat tidak baik untuk dikonsumsi karena bebarapa sifat berbahaya dari
Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan
kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hamper mirip dengan sifat dari
klorin. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah
senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah
senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur rhodamin kita ketahui mengandung
klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki
reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena
merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam
tubuh dengan berkaitan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga
pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.

48
Nama : YUNARI PUSPITASARI
NIM : 15. 71. 117060
Pada praktikum kali ini adalah identifikasi bahan pewarna (Rhodamin B
dan Methanil Yellow) dengan reaksi warna. Tujuan dari praktikum ini untuk
mengetahui prinsip dasar identifikasi rhodamin B dan methanil yellow dan untuk
mengetahui cara identifikasi adanya kandungan rhodamin B dan methanil yellow
pada sampel makanan dengan menggunakan reaksi warna.
Metanil Yellow (kadang disebut Methanil Yellow, atau Acid Yellow)
adalah bahan kimia sintetik pewarna kuning yang dilarang untuk digunakan di
makanan karena bahan kimia ini diseting untuk digunakan di industri tekstil,
penyamakan kulit, kertas, sabun, kosmetik, dan lilin terutama untuk tujuan
memberikan warna kuning cerah pada produknya. Banyak produk makanan yang
beredar tersebut mengandung dan menggunakan bahan berbahaya. Diantara bahan
berbahaya yang lazim ditemui dan digunakan dalam makanan yang dijual adalah
Rhodamin B dan Methanil Yellow. Metanil Yellow adalah pewarna asam
monoazo, dengan rumus kimia C18H14N3O3SNa. Senyawa ini berwujud bubuk
kuning-oranye yang larut dalam air dan memberikan pewarnaan pada jaringan
sitoplasma dan jaringan ikat . Tingkat pH optimum senyawa ini adalah pH 1,5-
2,7. Bahaya kronis dari penggunaan Methanil Yellow dalam jangka panjang
menyebabkan gangguan kesehatan pada fungsi hati, gangguan kandung kemih,
bahkan kanker. Beberapa penyalahgunaan Rhodamin B dan Methanil Yellow
pada pangan, antara lain pada kerupuk, terasi, gulali serta sirup berwarna merah.
Inilah yang memicu terjadinya banyak penyakit baru pada tubuh kita
seperti penyakit berbahaya seperti kanker.
Rhodamin B adalah salah satu bahan pewarna sintesis makanan yang
dilarang penggunaannya di Indonesia utamanya sejak 1985 melalui Peraturan
Menteri Kesehatan. WHO secara resmi juga telah mengumumkan bahwa zat
tersebut berbahaya karena kandungan logam berat dan sifat kimiawinya. Di
Eropa, zat ini telah lama dilarang karena digolongkan dalam kategori karsinogen
yang dapat memicu kanker. Karena efek samping yang begitu besar, zat ini
bahkan tidak hanya berbahaya jika dijadikan pewarna makanan, akan tetapi juga
49
pada produk kosmetik. Bahkan, unsur berbahaya dalam Rodhamin B tidak hanya
terdapat dalam senyawa organiknya, akan tetapi juga senyawa anorganik ataupun
ketika terkontaminasi oleh senyawa anorganik lainnya. Untuk itu, sangat penting
kiranya mengetahui informasi-informasi inti mengenai zat satu ini.
Rhodamin B pada dasarnya merupakan zat pewarna yang digunakan
dalam industri tekstil dan pembuatan kertas untuk menghasilkan warna cerah
mencolok sehingga menggoda konsumen. Bentuknya tak beda dengan kristal dan
berwarna hijau atau merah keunguan serta mudah larut dalam air. Jika terlarut
dalam konsentrasi tinggi, zat ini akan membuat cairan merah keunguan sedangkan
dalam konsentrasi rendah, Rodhamin B akan membuat cairan berwarna merah
menyala. Salah satu cara mengenali zat ini adalah warna yang menebarkan cahaya
cerah mencolok (bahkan tidak pudar oleh cahaya matahari) dan berpendar serta
tidak meratanya taburan warna.
Pada praktikum kali ini terbagi menjadi 12 kelompok dengan sampel
makanan yang berbeda-beda untuk mengidentifikasi rhodamin B dan methanail
yello, untuk mengidentifikasi rhodamin B sampel yang digunakan antara lain :
puding, kerupuk lilit merah, sosis, kue lapis, saous tomat, gethuk, mie yamin, kue
apam, bon cabe, lapis singkong, kue bolu gulung dan jely merah. Untuk
mengidentifikasi methanil yellow sampel yang digunakan antara lain : bolu
kuning, kerupuk lilit kuning, biskuit gula, raibow cake, binga kentang, bingka
ambon, nasi kuning, somay, roti manis, singkong kukus, keripik singkong dan jely
kuning.
Untuk identifikasi rhodamin B sampel yang digunakan adalah saos tomat
dan untuk uji methanil yellow adalah bingka kentang. Pada uji yang dilakukan
dengan uji reaksi warna dengan menggunakan larutan HCL pekat, H2SO4 pekat
NaOH 10% dan NH4OH 10%. Cara pengerjaannya sampel dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 100 mL, kemudian disaring lalu mengambil filtrat sampel dan
memipet masing-masing 5 mL dan kemudian masukkan kedalam 4 tabung reaksi.
Setiap masing-masing sampel diteteskan dengan larutan larutan HCL pekat,
H2SO4 pekat NaOH 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes dan dilakukan
secara duplo untuk seriap identifikaisnya. Hasil uji identifikasi dengan
50
menggunakan reaksi warna pada idetifikasi rhodamin B hasil adalah negatif, dan
hasil uji identifikasi reaksi warna pada identifikasi methanil yellow adalah negatif.
Dapat disimpulakn bahwa sampel yang digunakan aman untuk dikonsumsi.
Pada praktikum kali ini dilakukan juga untuk kontrol positif rhodamin B
dan methanil yellow, tujuan kontrol ini dilakukan sebagai pembanding dari uji
yang dilakukan pada maisng-masing sampel. Untuk pengerjaan kontrol positif
rhodamin B yaitu dengan cara menimbang sampel sebanyak 0,1 gram yanag
kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100 mL kemudian saring.
Kemudian mengambil filtrat masing-masing sebanyak 5 mL ke dalam 4 tabung
reaksi dan kemudian melakukan uji reaksi warna dengan larutan larutan HCL
pekat, H2SO4 pekat NaOH 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes. Hasil uji
reaksi warna menunjukkan berwarna merah muda yaitu menunjukkan adanya
kandungan rhodamin B pada sampel.
Pada pengerjaan kontrol positif methanil yellow yaitu dengan cara
menimbang sampel sebanyak 0,1 gram yanag kemudian dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 100 mL kemudian saring. Kemudian mengambil filtrat
masing-masing sebanyak 5 mL ke dalam 4 tabung reaksi dan kemudian
melakukan uji reaksi warna dengan larutan larutan HCL pekat, H2SO4 pekat
NaOH 10% dan NH4OH 10% sebanyak 3 tetes. Hasil uji reaksi warna
menujukkan warna merah ungu pada larutan yang diteteskan dengan HCL pekat
dan H2SO4 pekat maka hasil ini menunjukkan positif adanya kandungan methanil
yellow, dan kemudian hasil positif pada pereaksi NaOH 10% dan NH4OH 10%
jika terbentuk warna jingga.
Dari hasil praktikum yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan
rhodamin b dengan uji reaksi warna pada 12 sampel makanan yang berbeda-beda,
11 sampel menunjukkan hasil negatif daan 1 sampel yang menunjukkan hasil
positif. Hasil sampel makan yang menunjukkan negatif yaitu sampel makanan
puding, sosis, kue lapis, saous tomat, gethuk, mie yamin, kue apam, bon cabe,
lapis singkong, kue bolu gulung dan jely merah. Disimpulkan bahwa 11 sampel
ini aman untuk dikonsumsi. Dan sampel makanan yang menunjukkan hasil positif

51
yaitu kerupuk lilit merah, disimpulkaan bahwa makanan ini bahaya dan tidak
aman untuk dikonsumsi.

52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dasar identifikasi pewarna dengan reaksi warna adalah dengan
menambahkan pereaksi-pereaksi berikut : HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH
10%, dan NH4OH 10% lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
Perubahan warna sampel menjadi merah muda menunjukan bahwa sampel
mengandung Rhodamin B. sedangkan Positif Methanil yellow ditunjukan
dengan perubah warna menjadi ungu ketika ditambahkan dengan HCl
pekat dan H2SO4 pekat, dan perubahan warna sampel menjadi jingga saat
ditambahkan dengan NaOH 10% dan NH4OH 10%.
2. Sous tomat tidak teridentifikasi mengandung rhodamin B.
3. Bingka kentang tidak teridentifikasi mengandung methanol yellow.
4. Dari sampel yang telah di gunakan dapat diketahui bahwa tidak ada
sampel yang teridentifikasi rhodamin B dan methanol yellow.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu praktikan harus lebih teliti dan lebih
disiplin serta mengikuti prosedur dan aturan dengan baik dan benar dalam
melakukan percobaan, agar didapatkannya hasil yang baik dan yang
diinginkan. Selain itu, diharapkan alat-alat gelas ataupun yang lain serta bahan
yang akan digunakan dalam percobaan dipersiapkan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dalam praktikum.

53
DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2005. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam
Makanan. Jakarta.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2011. Peraturan kepala Badan POM
Republik Indonesia Nomor : Hk 03.01.23.07.11.66622 tahun 2011 tentang
persyaratan cemaran mikroba dan logam Berat dalam kosmetika, Jakarta.

Kemenkes RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012
Tentang Bahan Tambahan. Jakarta.

Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara Budavari, S. 1996. The Merck Index. Edisi 12.
WhiteHouse USA: Merck & Co. Inc

Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/MenKes/Per/IX/2013 Tentang


Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.

Djalil, A.D., Hartanti, D., Rahayu, W.S., Prihatin, R., Hidayah, N. 200.
Identifikasi Zat Warna Kuning Metanil (Metanil Yellow) dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada Berbagai Komposisi Larutan
Pengembang Jurnal Farmasi, Vol. 03, (2), 28-29,.Fakultas Farmasi UMP,
Purwokerto.

Nainggolan, G dan Sihombing. 1984. Rodamin B dan Metanil kuning (Metanil


Yellow) sebagai Penyebab Toksik pada Mencit dan Tikus Percobaan.
Unit penelitian gizi Diponegoro. Badan penelitian dan pengembangan
kesehatan Depkes R.I. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Purba, Elisabet R. 2009. Analisis Zat Pewarna Pada Minuman Sirup yang dijual
Di Sekolah Dasar Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam.
54
Medan: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.

Sumantri dan Abdul Rohman. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Penerbit


UGM

Trestiati, Mela. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan
Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih
Kabupaten
Bandung). Bandung : Tesis.Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Winarno F.G, Rahayu TS. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. .Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Wang, L. and Zhan, H. 2015, Mercury content in marketed cosmetics : analytical


survey in shiijiazhung, China, Cutaneous and Ocular toxicology.

55
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Hasil Penelitian

Sampel makanan Proses pemipetan sampel


saos tomat

Identifikasi Rhodamin B (saos


Proses penyaringan saos tomat)
tomat

56
Kontrol (+) methanil yellow Kontrol (+) rhodamin B

Identifikasi Methanil Yellow


Penyaringan sampel (bingka
kentang)

Identifikasi Methanil
Yellow (duplo)

57

Anda mungkin juga menyukai