MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Flebotomi
Disusun oleh Kelompok 6 :
Kelas : D3 – 1A
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, ucapan
tersebut penulis sampaikan karena hanya dengan karunia, taufik dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Makalah Ilmiah ini dengan judul “Pemilihan,
Penyimpanan dan Stabilitas Spesimen Toksikologi pada Korban Keracunan
Bahan Tambahan Makanan Yang dilarang”. Makalah Ilmiah ini dapat
tersusun dengan tepat waktu guna diajukan untuk memenuhi salah satu sebagai
Tugas Kelompok Mata Kuliah Flebotomi Program Studi Diploma III Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung.
Pada penyusunan Makalah Ilmiah ini, tidak akan terwujud dengan baik tanpa
adanya bantuan, arahan dan bimbingan dari semua pihak, maka dari itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Wiwin Wiryanti, S.Pd.,M.Kes, selaku koordinator mata kuliah flebotomi
dan dosen mata kuliah flebotomi kelas D3-1A, yang telah memberikan
dukungan kepada penulis dalam proses pembelajaran dan perkuliahan.
2. Dra. Ganthina Sugihartina, Apt,.M.Si selaku dosen mata kuliah flebotomi
kelas D3-1A, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
proses pembelajaran dan perkuliahan.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ilmiah ini dapat memberikan
inspirasi dan manfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5
2.1 Definisi Toksikologi ..........................................................................5
2.2 Definisi Toksikologi Makanan .......................................................... 5
2.3 Keracunan Makanan ......................................................................... 5
2.4 Bahan Tambahan Makanan ................................................................6
2.4.1 Boraks.....................................................................................8
2.4.2 Asam salisilat......................................................................... 9
2.4.3 Dietilpirokarbonat.................................................................. 9
2.4.4 Dulsin..................................................................................... 9
2.4.5 Kalium Klorat,,.......................................................................10
2.4.6 Minyak Nabati Yang Dibrominasi..........................................10
2.4.7 Formalin..................................................................................10
dicurigai ke laboratorium………...……………………………20
ii
3.3 Stabilitas Sampel ..............................................................................21
3.3.1 Boraks ..................................................................................21
3.3.2 Formalin ...............................................................................22
3.3.3 Asam Salisilat ....................................................................... 23
3.3.4 Dietilpirokarbonat ................................................................. 23
3.3.5 Nitrofurazon ......................................................................... 23
3.3.6 Dulsin .................................................................................... 24
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
5
6
adalah saluran cerna dan sisitem saraf timbul sebagia rasa lemah, gatal,
kesemutan (parestesi) dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan.
2.4.1 Boraks
ambang maksimal, efek negatif racun boraks pada manusia masih hanya
sebatas pada nafsu makan yang menurun, gangguan pada sistem
pencernaan, bahkan gangguan sistem pernapasan. Selain itu juga dapat
menyebabkan gangguan sistem saraf pusat ringan, seperti mudah bingung,
kerontokan rambut bahkan gejala anemia. Namun bila dosis toksis boraks
sudah melebihi ambang batas maksimal akan menimbulkan dampak yang
fatal bagi tubuh mulaia dari muntah-muntah, gejala diare, gejala sesak
napas, mual, lemas, pendarahan gastroentritis yang disertai muntah darah
yang diiringi sakit kepala hebat. Pada orang dewasa jika toksin boraks
mencapai 10–20 gram akan menyebabkan kematian. (Anggia, 2014)
Asam salisilat atau biasa disebut aspirin merupakan senyawa analgetik dan
antiperadangan. Pada zaman dahulu, asam salisilat seirng digunakan untuk
mengawetkan bauh karena dapat mencegah tumbuhnya jamur. Namun,
karena beberapa penelitian mengidentifikasikan bahwa asam salisilat dapat
mengurangi asam folat di darah dan menyebabkan gangguan kesehatan
seperti nyeri, mual, dan muntah, penggunaannya pada bahan makanan
dilarang oleh Departemen Kesehatan RI.
2.4.3 Dietilpirokarbonat
2.4.4 Dulsin
Dulsin merupakan pemnais sintetik yang rasa manisnya sekitar 250 kali
dibanding sukrosa. Dulsin bersifat karsinogenik sehingga penggunaannya
mulai dilarang sejak tahun 1954.
10
Kalium klorat merupakan zat pemutih dan sering digunakan dalam produk
nonpangan, yaitu obat kumur dan pasta gigi. Penggunaan kalium klorat
sebagai BTP mulai dilarang oleh Depatemen Kesehatan RI sejak tahun
1988 karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan, yaitu
metaglobinemia, iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan serta kerusakan
ginjal dan hati.
2.4.7 Formalin
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999
menyebutkan ada 10 bahan yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan
dilarang penggunaannya dalam makanan diantaranya adalah asam borat
dan senyawanya serta formalin atau formaldehid. Formalin diketahui dapat
menyebabkan kanker. Menurut Benson dkk. (2008), pemberian formalin
pada hewan coba tikus dapat mengakibatkan neuropathic pain. Oleh
karena itu penggunaan formalin sebagai pengawet makanan sangat
dilarang.
Formalin merupakan larutan jernih tidak berwarna, berbau tajam,
mengandung senyawa formaldehid (HCO) sekitar 37 % dalam air.
Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti, formol,
morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene,
11
Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada waktu
autopsi daripada kemudian harus mengadakan penggalian kubur untuk
mengambil bahan-bahan yang diperlukan dan melakukan analisis
toksikologik atas jaringan yang sudah busuk atau sudah diawetkan
12
13
9. Otak
Otak, diambil 500 gram. Khusus untuk keracunan chloroform dan sianida,
dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai
kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami
pembususkan.
10. Empedu
Empedu, diambil karena tempat ekskresi berbagai racun
11. Rambut
Rambut (kepala, aksila, atau kemaluan) kadang digunakan untuk menilai
keterpaparan baru-baru ini terhadap racun seperti obat-obatan terlarang
atau logam berat
12. Potongan Kuku
Potongan kuku atau kuku (jari atau kaki) kadang digunakan untuk menilai
terpapar obat-obatan terlarang atau logam berat
Cairan oral adalah campuran air liur, cairan gingivial crevicular (cairan
antara gigi / gusi), sisa-sisa seluler, darah, lendir, partikel makanan, dan
bahan lain yang dikumpulkan dari mulut.
1. Isi bungkusan
2. Nama lengkap korban
3. Tanda tangan pengirim/pembuat berita acara
4. Tanggal pengambilan sampel
5. Jenis bahan pengawet.
b) Setelah barang bukti dibungkus dan diberi segel, label serta
berita-berita acara dan lain lain maka harus disertai surat
pengantar.
diambil, dikumpulkan dan ditangani dengan cara yang tepat oleh petugas
yang terlatih.
Untuk mendapatkan hasil yang valid dalam melakukan analisis
toksikologi, kita perlu mengenali sifat dan stabilitas dari analit. Secara
umum stabilitas bahan tambahan makanan pada sampel toksikologi
dipengaruhi oleh degradasi metabolik dan perubahan kimia atau gabungan
dari kedua hal tersebut. Berikut dijelaskan tentang stabilitas beberapa jenis
bahan tambahan makanan yang dilarang :
3.3.1 Boraks
Penyalahgunaan boraks menjadi salah satu masalah yang
mengancam kesehatan konsumen makanan. Boraks merupakan
kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna putih dan
mudah larut dalam air. Memiliki karakteristik stabil pada suhu dan
tekanan normal. Membentuk hidrat sebagian (partial hydrate)
dengan adanya lembab. Berubah menjadi buram bila terpapar
udara. Peruraian yang berbahaya, hasil urai pada pemanasan berupa
oksida natrium dan tidak terjadi polimerisasi. Umumnya boraks
digunakan di industri kertas, kayu, keramik sebagai pengawet
karena memiliki efek bakteristatik dan antifungi. Namun, dalam
penggunaannya kedalam bahan pangan dilarang oleh undang-
undang karena memiliki dampak kepada kesehatan konsumen.
Boraks akan diserap melalui saluran pencernaan kurang lebih 50%
dari jumlah yang terabsorbsi tersebut akan dikeluarkan oleh tubuh
melalui urin selama 12 jam dan sisanya dikeluarkan dari tubuh
diatas 5 – 7 hari. Maka itu efek toksik boraks bersifat kumulatif
selama penggunaan berulang-ulang. Pengaruh boraks pada
kesehatan konsumen boraks dapat mengakibatkan muntah, diare,
bercak kemerahan pada kulit dan selaput lendir, demam, gangguan
pada fungsi hati, gangguan pencernaan, radang kulit, anemia,
kejang, kerusakan ginjal dan kanker karena memiliki sifat
karsinogenik.
22
3.3.2 Formalin
formalin larut dalam air, serta akan dibuang bersama cairan tubuh,
itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah
3.3.4 Dietilpirokarbonat
3.3.5 Nitrofurazon
Nitrofurazon memiliki rumus kimia C6H6N4O4, dikenal sebagai 2-
[(5-nitro-2-furanyl) methylene hydrazinecarboxamide; 5-nitro-2-
furaldehid semicarbazone; dan mempunyai nama dagang amifur,
furazin, chemofuran, furesol, nifuzon, nitrofural, nitrozone,
furacinneten, furacoocid, furasol w,mammex, furaplast, coxistat,
aldomycin, nefco, serta vabrocid.
Nitrofurazon digunakan dalam pakan ternak,Pada pangan
digunakan sebagai senyawa anti mikroba dan mempunyai
komposisi kimia sebagi berikut ; nitrofurazon dibentuk dari 2-
24
3.3.6 Delusin
4.2 Saran
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa produsen seringkali
mencurangi konsumen dengan bahan tambahan yang berbahaya baik
sebagai pengawet , pewarna , dan lain sebagainya untuk meraih
keuntungan . sebagai konsumen hendaknya kita pintar dalam memilih
makanan yang dibeli karena sifat bahan tambahan tadi yang kadang bisa
terlihat dari tekstur maupun warna yang mencurigakan
25
DAFTAR PUSTAKA
DINKESGK.2018.Formalin.https://dinkes.gunungkidulkab.go.id/formalin/
Diakses pada 23April 2020
26
Wahyudi, Jatmiko.2017.Mengenali Bahan Tambahan Pangan Berbahaya :
Ulasan.Jurnal Litbang, Vol. XIII, No. 1
27