OLEH
KELOMPOK 3 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Mata Kuliah
Toksikologi Hasil Perikanan tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.
Laporan praktik ini disusun berdasarkan apa yang telah kami lakukan pada saat
di lapangan yakni pada tempat praktik yang bertempat di Balai Penerapan Mutu
Produk Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 13 Mei 2019.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan
laporan selanjutnya agar laporan yang penulis buat menjadi lebih baik. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih. Kami berharap semoga laporan praktik lapang ini dapat
memberIkan banyak manfaat khususnya bagi kami, serta untuk kita semua.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................................ 2
II. METODE PRAKTIK ................................................................................................. 3
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 3
B. Alat dan Bahan ................................................................................................... 3
C. Metode Pengambilan Data ................................................................................. 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 5
A. Profil Badan Penerapan Mutu Produk Perikanan DKP Sulsel ............................. 5
B. Jenis-Jenis Toksikologi di BPMPP DKP Sulsel ................................................... 5
IV. PENUTUP .............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16
LAMPIRAN ................................................................................................................. 17
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Alat dan bahan serta kegunaan ................................................................................ 3
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari
dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan
suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik.
Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun Adapun tujuan dari kegiatan praktik lapang di Balai Penerapan Mutu
Produk Perikanan Sulawesi Selatan sebagai berikut.
1. Mengetahui ruang lingkup dan klasifikasi toksikologi hasil perikanan.
2. Mengetahui zat toksik alami dan non alami hasil perikanan yang ada di BPPMHP
Adapun kegunaan dari praktik lapang di Balai Penerapan Mutu Produk
Perikanan Sulawesi Selatan yaitu mampu mengetahui ruang lingkup dan klasifikasi
toksikologi hasil perikanan serta pengaruhnya bagi kesehatan.
2
II. METODE PRAKTIK
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kunjungan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Alat dan bahan serta kegunaan
No Alat Kegunaan
1 Alat Tulis Menulis Alat tulis digunakan untuk mencatat semua data yang
didapatkan selama praktik lapang.
2 Kamera Kamera digunakan untuk mendokumentasikan
segala kegiatan yang dilakukan selama praktik
lapang.
3 Papan alas/sabak Papan alas digunakan untuk mempermudah
praktikan selama praktik dalam menulis data-data
yang telah didapatkan.
4 Kuisioner Sebagai acuan dalam pengambilan data selama di
lapangan.
1. Observasi
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud
merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya. Observasi
dalam praktek lapang ini yaitu melakukan pengamatan secara langsung ketika berada
di tempat praktik lapang, dimana kita diajak untuk melihat berbagai macam
laboratorium untuk menguji sampel.
2. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya.
Wawancara dalam praktek lapang ini berupa memberikan pertanyaan pada pihak
3
BPPMHP DKP Sulsel mengenai racun, dampak, ciri serta kadar maksimal yang
terdapat pada produk perikanan yang sering diuji yang pernah ada di BPPMHP DKP
Sulsel.
3. Studi Literatur
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
5
jika dibiarkan pada suhu kamar, maka segera akan terjadi proses pembusukan serta
kandungan air yang cukup tinggi pada tubuh ikan juga merupakan media yang cocok
untuk kehidupan atau pertumbuhan bakteri pembusuk atau mikroorganisme yang lain,
sehingga ikan sangat cepat mengalami proses pembusukan dan menjadi tidak segar
lagi. Jika ikan yang tergolong family scombroidae yang telah mengalami proses
pembusukan ini dikonsumsiakan menyebabkan keracunan sangat cepat mengalami
proses pembusukan dan menjadi tidak segar lagi. Jika ikan yang tergolong families
combroidae yang telah mengalami proses pembusukan ini dikonsumsi akan
menyebabkan keracunan. Keracunan yang sering terjadi pada ikan cakalang yaitu
keracunan histamin (scombroid fish poisoning) (Chen, et al, 2010).
Berdasarkan penjelasan dari BPPMHP, Histamin merupakan salah satu toksin
yang sering dijumpai pada sampel ikan dari family Scombridae dan Scomberesocidae
yang dampaknya dapat menimbukan rasa gatal setelah mengonsumsinya. Histamine
berasal dari pertukaran zat histidin melalui proses dekarboksilasi secara enzimatis.
Sehingga pengujian histamine tergolong ke dalam pengujian secara kimiawi.
6
edecarboxylase (HD) dari bakteri yang mengkontaminasi ikan. Margonella sp,
Proteus sp, Klebsiella spdan Hapnia sp adalah contoh bakteri yang memiliki enzim HD.
Jika membeliikan, pastikan ikan tersebut disimpan dalam kondisi dingin. Pilih
hanyaikan yang bermutu baik. Ikan bermutu baik biasanya memiliki kadar
histamine rendah (kurang dari 3.83 mg/100 gr)
7
Ikan yang diterima/dibeli segera disimpan pada suhu rendah (4°C) sampai saat
akan digunakan. Jika akan disimpan untuk waktu lama, simpan di dalam
freezer (suhubeku).
Lakukan thawing ikan beku di dalam refrigerator.
Terapkan praktek higienesanitasi yang baik selama menyimpan dan
menanganiikan. Praktek ini akan meminimalkan aktivitas mikroba termasuk
dalam mendegradasi histidin menjadi histamin.
8
Gambar 2. HPLC
Gambar 3. Spektrofotometer
2. Formalin
a. Pengertian Formalin
Formalin adalah salah satu zat yang dilarang berada dalam bahan makanan.
Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lender saluran pencernaan dan saluran
pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati
dan sel darah merah. Pemakaian formalin pada makanan dapat mengakibatkan
keracunan yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi
susunan syaraf atau kegagalan peredarandarah (Rossy, dkk, 2016).
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan kadar36
– 40%, tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan biasanya ditambah methanol
hingga 15% sebagai stabilisator. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk
9
sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formal dehida 30, 20 dan 10%. Disamping
dalam bentuk cairan, formalin dapat diperoleh dalam bentuk tablet yang masing-
masing mempunyai berat 5 gram.
10
makanan namun terdapat oknum-oknum tertentu yang menggunakannya pada produk
khususnya pada ikan asin hanya untuk memperoleh keuntungan yang lebih. Petugas
BPPMHP sering berkunjung langsung ke pasar-pasar tradisional hanya untuk
mengambil sampel untuk menguji keberadaan formalin.
11
Gambar 4. Skema pengujian formalin
3. Merkuri
a. Pengertian Merkuri
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta
mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640
Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku -39o C,
dan titik didih 356,6oC. Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di
antara elemen lainnya pada kerak bumi. Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu (Widowati,
2008):
1) Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa,
amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator
dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium
klorida.
2) Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous) Misalnya:
a.Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik
dan digunakan sebagai desinfektan b.Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan
untuk teething powder dan laksansia (calomel) c.Mercurous fulminate yang bersifat
mudah terbakar.
3) Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain : a.Metil merkuri dan
etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai
kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb.
dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital. b.Merkuri dalam bentuk
alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.
12
1) Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi karena adanya pemaparan merkuri secara langsung
dan dalam dosis yang besar (Irwan, 2009). Gejala yang ditimbulkan dari kejadian
keracunan akut adalah pharyngitis (peradangan tekak), dyspaghia, sakit pada bagian
perut, mual-mual dan muntah, murus disertai dengan darah dan shok. Apabila gejala
tersebut tidak diatasi, maka dapat terjadi efek lanjutannya yaitu pembengkakan pada
kelenjaran ludah, radang ginjal (nephritis) dan radang pada hati (hepatitis) (Palar,
1994).
2) Keracunan kronis
Keracunan kronis adalah kejadian keracunan yang terjadi dalam kurun waktu
yang lama dengan kadar merkuri yang sedikit dan terjadi secara perlahan-lahan dan
terus-menerus, sehingga dapat mengendap dalam tubuh dan menimbulakan gejala
keracunan.
Menurut Widowati (2008), toksisitas kronis dapat berupa gangguan sistem
pencernaan, gingivitis (radang gusi), dan sistem syaraf, berupa tremor, parkinson,
gangguan lensa mata berwarna abu-abu sampai abu-abu kemerahan, serta anemia
ringan. Hal tersebut juga sejalan dengan Palar (1994), yang menyatakan bahwa
secara umum terdapat dua organ yang akan mengalami gangguan akibat keracunan
kronis tersebut, yaitu sistem pencernaan dan sistem syaraf. Gejala dapat berupa
gingivitis, tremor ringan dan parkinsonisme disertai dengan tremor pada otot sadar.
Gejala tremor dimulai dari ujung jari tangan/ kaki dan menjalar sampai otot wajah dan
pangkal tenggorokan.
13
ditoleransi untuk total merkuri adalah sebesar 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
metilmerkuri sebesar 1,6 mg/kg berat. Sedangkan, menurut US EPA dosis metilmerkuri
per-hari adalah 0,1 mg/kg berat badan dan dosis merkuri klorida per-hari adalah 0,3
mg/kg berat badan (WHO dan UNEP, 2008).
14
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktik lapang yang bertempat di BPPMHP DKP Sulsel, ada beberapa
macam toksik yang diujikan di laboratorium tersebut. Namun pada laporan kali ini ,
hanya ada tiga macam toksik yang kami jelaskan yaitu histamin yang merupakan
toksik dari ikan keluarga scombridae, serta bahan kimia seperti formalin dan merkuri
(Hg). Ketiga toksik tersebut sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia.
B. Saran
Semoga pada praktik lapang yang akan datang, jadwal praktik serta tempat
praktik lapang sudah terjadwal dengan pasti sehingga nantinya tidak membuat
praktikan menjadi bingun dengan waktu serta tempat yang tidak jelas. Selain itu
kuisioner yang diberikan juga memberikan sedikit sekali arahan kepada praktikan, apa-
apa saja data yang akan diambil, sehingga pada saat di lapangan, praktikan tidak tau
apa-apa saja sebenarnya yang harus diambil dari praktik lapang di BPMPP ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chen, H. C., Huan, Y. R., Hsu, H. H., Lin, C. S., Chen, W. C., Lin, C. M., Tsai, Y. H.
(2010). Detetrmination Of Histamine And Biogenic Amines In Fish Cubes
(Tetrapturus angustriostris) Implicated In A Food-Borne Poisoning. Food Control,
21, 13 – 18.
Irwan, Syaputra. 2009. Toksisitas dan Transformasi Merkuri. Sumber:
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/khelasi-
merkuri/toksisitas-dan-transformasi-merkuri/. Diunduh pada tanggal 15 Mei 2019.
Nadya Y., Enikarmila A., Miftah A. 2014. Uji Formalin Pada Ikan Asin Gurami di Pasar
Tradisional Pekanbaru:1(2) : 1-12.
Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Rossy I.W., Surahma A.M. 2016. Identifikasi Formalin Pada Ikan Asin yang Dijual di
Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap: 10(1) : 15-24.
Syahrial, Antoni. 2010. Analisa Kandungan Formalin pada Ikan Asin dengan Metode
Spektrofotometri di Kecamatan Tampan Pekanbaru [Skripsi]. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Viciana NMT. Jover TH, AM and Caron MSV. 1995. Liquid Chromatographie Method
for Determination of Biogenic Amines in Fish and Fish Product. Journal of AOAC
International;78(4) : 1045-1050.
16
LAMPIRAN
17