Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum

Kimia Pangan

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Adlina Ardhanawinata 1606015003

Elsa Nursiama 1606015008

Faron Ali Baihaqi 1606015066

Elvin Sabina Saputra 1606015091

Ardiansyah Saputra 1606015099

Mudirta 1606015104

Teknologi Hasil Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Mulawarman

Samarinda

2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Hal : Laporan Praktikum Kimia Pangan

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Perairan, Gedung FOA Lt.3 Universitas


Mulawarman
Waktu Pelaksanaan : 8, 17 Mei 2019
Kelompok : 4 (empat)

Nama : Adlina Ardhanawinata 1606015003

Elsa Nurisma 1606015008

Faron Ali Baihaqi 1606015066

Elvin Sabina Saputra 1606015091

Ardiansyah Saputra 1606015099

Mudirta 1606015104

Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan

Semester/Tahun Ajar : Genap/2018-2019

Laporan praktikum ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Matakuliah Kimia
Pangan

Samarinda, 23 Mei 2019

Menyetujui,

Dosen Pengasuh Praktikum Ketua Kelompok

Ita Zuraida, S.Pi., M.Si Adlina Ardhanawinata


NIP 198006012005012005 NIM. 1606015003

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya kepada kami, sehingga pada kesempatan ini
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Laporan
praktikum ini berjudul “Laporan Kimia Pangan” disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah tersebut.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini baik Dosen matakuliah terkait,
asisten praktikum serta teman- teman yang telah memberikan bantuan moral.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan serta masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, 23 Mei 2019

Kelompok 4

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. vi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. .. vii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. ... ix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 2

C. Manfaat ................................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Ikan Bawis ........................................................................ 3

B. Protein ................................................................................................. 4

C. Metode Kjeldahl ................................................................................... 5

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................... 9

B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 9

C. Prosedur Kerja ...................................................................................... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .................................................................................................... 11

iv
B. Pembahasan ......................................................................................... 11

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 13

B. Saran .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

LAMPIRAN ...................................................................................................... 16

v
DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Tabel 1. Faktor Konversi Untuk Mengkonversi Persen


Nitrogen Menjadi Protein....................................................................... 6
2. Tabel 2. Hasil Perhitungan Protein Keripik Ikan Bawis ......................... 11

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Gambar 1. Ikan Bawis (Siganus canaliculatus) ....................................... 3


2. Gambar 2. Metode Kjeldahl ..................................................................... 5

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Gambar 1. Ikan Bawis Kering................................................................. 16


2. Gambar 2. Proses penghalusan Sampel Ikan Bawis ............................... 16
3. Gambar 3. Penimbangan Sampel Ikan Bawis ......................................... 16
4. Gambar 4. Pembungkusan Sampel Menggunakan Kertas Saring ........... 17
5. Gambar 5. Sampel Dimasukkan Kedalam Labu Kjeldhal ...................... 17
6. Gambar 6. Penambahan Larutan H2SO4 ........................................................................ 17
7. Gambar 7. Sampel Yang Siap Di Destruksi ............................................ 18
8. Gambar 8. Mencampurkan Sampel Dengan Larutan Aquadest .............. 18
9. Gambar 9. Memasukkan sampel kedalam Mesin Destruksi ................... 18
10. Gambar 10. Alat Destruksi..................................................................... 19
11. Gambar 11. Alat Destilasi ...................................................................... 19
12. Gambar 12. Hasil Dari Proses Destruksi ............................................... 19
13. Gambar 13. Hasil Dari Proses Destilasi ................................................. 20

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Protein merupakan bahan utama pembentuk sel tumbuhan, hewan dan
manusia (Subarkti, 2010). Protein memiliki fungsi utama bagi tubuh yaitu
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, pembentuk senyawa tubuh
yang esensial, regulasi keseimbangan air, mempertahankan netralitas
tubuh, pembentukan antibodi (Batubara, 2009). Protein ikan menyediakan
lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan manusia.
Protein ikan banyak mengandung asam amino esensial dan kandungan
asam amino ini sangat bervariasi tergantung pada jenis ikan. (Samsundari,
2007). Kandungan protein ikan erat sekali kaitannya dengan kandungan
lemak dan air (Hafiluddin et al, 2014)
Analisis protein dalam bahan pangan maupun analisa nitrogen
dalam sampel selain bahan pangan (pupuk, limbah, tanah) dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif.
Analisis protein dapat dilakukan antara lain dengan metode Kjeldahl,
Lowry, Biuret, Bradford, turbidimetri dan titrasi formol. (Prayoga, et al.,
2015).
Analisia yang akan digunakan adalah metode Kjeldahl. Metode ini
paling banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan
kesalahannya tidak terlalu besar. Protein yang diperoleh dengan cara ini
biasanya dinyatakan sebagai total Nitrogen (N, mg/kg bahan). Prinsip dari
metode Kjeldahl adalah destruksi bahan pangan maupun non pangan
dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Prosentase kandungan
protein dalam bahan dapat dinyatakan berdasar basis kering angin (born
dry basis) maupun basis kering oven (oven dry basis). (Prayoga, et al.,
2015)
Dalam berbagai ikan terdapat kandungan protein. Salah satunya pada
ikan bawis. Ikan Bawis (Baronang Lingkis) merupakan salah satu
jenis Ikan baronang termasuk dalam famili siganidae yang merupkan jenis
ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan. Ikan
2

ini banyak ditemukan di daerah terumbu karang dan padang lamun


(Safruddin, 2008). Ikan ini sangat digemari oleh Masyarakat Kota
Bontang. Ikan Beronang lingkis merupakan ikan berukuran sedang, hanya
mencapai ukuran 23 cm. Habitat beronang lingkis adalah padang lamun,
sekitar ekosistem mangrove, dan kadang-kadang masuk ke muara sungai.
Sebagai ikan yang digemari maka praktikum uji protein ini
dilaksanakan untuk mengetahui kandungan protein didalamnya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu, agar mahasiswa mempelajari proses
penentukan kadar protein berbasis oven pada sampel ikan bawis
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu, mahasiswa mampu menentukan
kadar protein berbasis oven dan mendapatkan informasi mengenai kadar
protein yang dihasilkan dari sampel uji.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Ikan Bawis


Ikan Bawis atau Ikan Baronang Lingkis (Siganus canaliculatus) termasuk
dalam Famili Siganidae, merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar
atau dekat dengan dasar perairan. Ikan ini banyak ditemukan di daerah
terumbu karang dan padang lamun (Safruddin, 2008). Ikan baronang dikenal
oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di
Pulau Seribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas, dan
nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakannya samadar. Menurut Gufran
(2005), secara sistematik ikan beronang diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Klas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Spesies : Siganus canaliculatus

Gambar 1. Ikan Bawis (Siganus canaliculatus)

Ikan bawis (Siganus canaliculatus) adalah jenis ikan yang umum


ditemukan di daerah padang lamun. Siganus canaliculatus memiliki panjang
badan hingga mencapai 23 cm. Lebar badannya antara 2,4 – 2,7 kali dari
panjang standar dengan badan yang berbentuk oval dan menyamping.
4

Badannya berwarna kecoklat-coklatan dengan bintik-bintik putih yang


tersebar di seluruh tubuh (Gufran, 2005).
B. Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti pertama
atau utama. Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari
separuh bagian dari sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel,
komponen utama dari sistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis
berbagai reaksi biokimia didalam sel. Karena itulah sebagian besar
aktivitas penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon,
antibodi, dan enzim (Fatchiyah, et al., 2011). Protein adalah zat makanan
yang mengandung nitrogen yang diyakini sebagai faktor penting untuk
fungsi tubuh, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa protein
(Muchtadi, 2010). Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari
rantai asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk
rantai peptidadengan berbagai panjang dari dua asam amino (dipeptida), 4-
10 peptida (oligopeptida), dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida)
(Gandy, et al., 2014). Tiap jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan
distribusi jenis asam amino penyusunnya. Berdasarkan susunan atomnya,
protein mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-23% atom oksigen (O),
12-19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen (H), dan 0,2-0,3% atom
sulfur (S) (Estiasih, 2016).
Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan atas dua
sumber yaitu protein hewani dan nabati. Oleh karena struktur fisik dan
kimia protein hewani sama dengan yang dijumpai pada tubuh manusia,
maka protein yang berasal dari hewan mengandung semua asam amino
dalam jumlah yang cukup membentuk dan memperbaiki jaringan tubuh
manusia.Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah – buahan (Anna
Poedjiadi, 1994).
Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan
sebagai enzim (dehidrogenase, kinase), protein penyimpanan (feritin,
mioglobin), protein pengatur (protein pengikat DNA, hormon peptida),
5

protein struktural (kolagen, proteoglikan), protein pelindung (faktor


pembekuan darah, imunoglobulin), protein pengangkut (hemoglobin,
lipoprotein plasma) dan protein kontraktil/ motil (aktin, tubulin) (Robert
K. Murray, 2003).
C. Metode Kjeldahl

Gambar 2. Metode Kjeldahl

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan


nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan
katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling
uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok
digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang
akurat bila diperlukan pada senyawa yang mengandung atom nitrogen
yang terikat secara langsung ke oksigen atau nitrogen. Tetapi untuk zat-zat
seperti amina,protein,dan lain – lain hasilnya lumayan. (Sumantri, 2013)
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar
dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis
dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil
analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam
bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka konversi
berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal
6

dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16%


nitrogen. (Andarwulan,et al., 2011)
Tabel 1. Faktor Konversi Untuk Mengkonversi Persen Nitrogen
Menjadi Protein

Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula


bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium
oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi
dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan
atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro.
1. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g
2. Cara semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu
kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen.
Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen
dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam
jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina,
pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina
ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian,
cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran
kadar protein dalam bahan makanan. (Sumantri, 2013)
7

Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
(Andarwulan,et al., 2011)
1. Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat
sehingga terjadi dekstruksi menjadi unsur-unsurnya, dimana seluruh
N organik dirubah menjadi N anorganik yaitu elemen karbon (C)
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan hidrogen (H)
teroksidasi menjadi air (H2O), sedangkan elemen nitrogennya akan
berubah menjadi ammonium sulfat (NH4)2SO4. Asam sulfat yang
dipergunakan untuk dekstruksi harus dalam jumlah yang cukup dan
diperhitungkan untuk dapat menguraikan bahan protein, lemak, dan
karbohidrat didalam sampel (Yazid, 2006).
Untuk mempercepat dekstruksi maka ditambahkan katalisator.
Gunning menganjurkan menggunakan kalium sulfat (K2SO4) dan
tembaga (II) sulfat (CuSO4). Dengan penambahan katalisator ini,
maka titik didih asam sulfat akan ditinggikan sehingga proses
dekstruksi akan berjalan dengan cepat. Tiap 1 gram kalium sulfat
akan mampu meningkatkan titik didih asam sulfat 3ºC. Suhu
dekstruksi berkisar antara 370ºC- 410ºC. Proses dekstruksi diakhiri
jika larutan telah menjadi warna hijau jernih (Yazid, 2006). Reaksi
yang terjadi pada proses dekstruksi adalah:

2. Destilasi
Pada tahap ini amonium sulfat (NH4)2SO4 yang terbentuk pada
tahap dekstruksi dipecah menjadi amonia (NH3) dengan penambahan
NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Amonia yang dibebaskan
selanjutnya akan ditangkap oleh larutan baku asam. Larutan baku
asam yang dipakai adalah asam sulfat (H2SO4). Agar supaya kontak
antara asam dan amonia berjalan sempurna, maka ujung selang
8

pengalir destilat harus tercelup kedalam larutan asam. Destilasi


diakhiri bila semua amonia terdestilasi sempurna yang ditandai
dengan destilat tidak bereaksi basa (Yazid, 2006). Reaksi yang terjadi
pada tahap destilasi yaitu:

3. Titrasi
Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N.

Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi yaitu :

Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut ini:

Besarnya faktor konversi nitrogen tergantung pada persentase


nitrogen yang menyusun protein dalam bahan pangan yang dianalisa
tersebut (Sudarmadji, 1989).
9

BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum tentang Organoleptik Ikan dilaksanakan pada :
hari / tanggal : Rabu, Jum’at/ 8, 17 Mei 2019
waktu : 09.00 – 11.00. WITA
tempat : Laboratorium Mikrobiologi Perairan, Gedung FOA Lt.3
Universitas Mulawarman
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan selama praktikum ini berlangsung adalah sebagai
berikut :
a. Labu Kjeldalh
b. Pipet Volume
c. Pipet Ukur
d. Pipet Tetes
e. Labu Erlenmeyer
f. Gelas Beaker
g. Pipet Filler
h. Kertas Saring
i. Labu Ukur
j. Kompor Listrik
k. Labu Destil
l. Kondensor
2. Bahan
Bahan yang dipergunakan pada acara praktikum ini adalah sebagai
berikut:
a. Ikan Bawis Kering
b. H2SO4
c. Kjeldahl Katalisator
d. Aquadest
e. Asam Borat
10

f. NaOH
g. HCL
h. Indikator PP
C. Prosedur Kerja
1. Menimbang sampel ikan bawis yang telah dihaluskan sebanyak ± 1 gram
dan dibungkus dengan kertas saring, lalu dimasukkan ke dalam labu
kjeldahl.
2. Menambahkan kjeldahl katalisator untuk mempercepat proses pemanasan.
3. Kemudian tambahkan larutan H2SO4 sebanyak 15 ml.
4. Semua bahan dalam labu kjeldahl dipanaskan dengan menggunakan
kompor listrik sampai berasap dan diteruskan hingga mendidih. Hal ini
dilakukan hingga cairan sampel menjadi jernih.
5. Dinginkan labu kjeldhal dan masukkan kedalam labu ukur untuk
diencerkan dengan aquadest sebanyak 100 ml.
6. Tutup labu ukur dan homogenkan sampel.
7. Kemudian ambil sampel dan asam borat 4 % sebanyak 15 ml dengan
menggunakan pipet volume dan masukkan kedalam erlenmeyer.
8. Beri indikator PP sebanyak 3 tetes dengan menggunakan pipet tetes.
9. Selanjutnya ambil sampel sebanyak 10 ml dengan pipet volume dan
masukkan ke dalam corong destilasi
10. Kemudian ambil larutan NaOH 40 % sebanyak 10 ml kedalam beaker
glass dan sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam corong destilasi dan
panaskan diatas kompor listrik.
11. Destilat yang terbentuk ditampung dalam erlenmeyer yang berisi asam
borat. Destilasi dilakukan hingga volume destilat diperoleh 40 ml.
12. Selanjutnya, titrasi sejumlah destilat yang diperoleh dengan menggunakan
HCL sebanyak 25 ml hingga larutan sampel berubah warna menjadi
kekuningan.
13. Hitung kadar protein dalam sampel dengan data yang diperoleh.
11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pengujian protein pada sampel
keripik ikan bawis menggunakan metode kjeldhal, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
Perhitungan protein produk keripik ikan bawis :
Diketahui : berat sampel = 1000,8 mg = 1,0008 gr
V = 1,6 ml
N = 0,02
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 14,007 𝑥 10
% protein = 𝑥 6,25 𝑑𝑎𝑛 𝑥 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
1,6 𝑥 0,02 𝑥 14,007 𝑥 10
=
1,0008 𝑥 1000
4,48224
=
1000,8

= 0,0044 x 6,25
= 0,02 x 100
= 2%
Tabel 2. Hasil Perhitungan Protein Keripik Ikan Bawis
No Sampel Berat sampel Kadar N (%) Kadar Protein
(gram) (%)
1. Keripik ikan bawis 1,0008 0.02 2

B. Pembahasan
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara
ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut
dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam produk keripik
ikan bawis. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang
biasanya mengandung 16% nitrogen.
12

Hasil analisis protein yang didapatkan dari metode kjeldhal menyatakan


bahwa keripik ikan bawis memiliki kadar protein sebesar 2 %. Hasil ini
diperoleh dengan melalui tiga tahapan proses yaitu proses dekstruksi,
proses destilasi, dan proses titrasi. Tahap dekstruksi, sampel keripik ikan
bawis dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi dekstruksi
menjadi unsur-unsur. Untuk mempercepat dekstruksi maka ditambahkan
katalisator yaitu H2SO4, dengan penambahan katalisator ini, maka titik
didih asam sulfat akan ditinggikan sehingga proses dekstruksi akan berjalan
dengan cepat. Tahap destilasi, pada tahap ini amonium sulfat (NH4)2SO4
yang terbentuk pada tahap dekstruksi dipecah menjadi amonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Destilasi
diakhiri bila semua amonia terdestilasi sempurna yang ditandai dengan
destilat tidak bereaksi basa. Tahap titrasi, sampel hasil proses destilasi
dititrasi pada buret untuk menentukan jumlah volume air yang pakai untuk
mentitrasi. Jika telah terjadi perubahan warna pada larutan sampel, maka
proses titrasi bisa dihentikan, perhitungan kadar air yang berkurang pada
buret bisa dilakukan untuk menentukan kadar protein pada sampel keripik
ikan bawis.
13

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum penentuan kadar protein


produk keripik ikan bawis yaitu hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
produk keripik ikan bawis memiliki protein sebesar 2 %.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan yaitu pada praktikum selanjutnya dapat


dilakukan perhitungan ulang mengenai kadar protein produk keripik ikan
bawis, dikarenakan dapat terjadi kesalahan dalam perhitungan kadar protein
sampel yang disebabkan listrik yang padam, sehingga proses dekstruksi dan
proses destilasi tidak berjalan dengan baik dan benar.
14

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, Feri Kusnandar, Dian Herawati. 2011. Analisis


Pangan.Jakarta: Dian Rakyat
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. P. 51-58,276-
278,285
Batubara, U.N. 2009. Analisa Protein Kalsium dan Lemak pada Ikan Pora-pora.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Estiasih, T., dkk. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Bumi Aksara. Jakarta.
Fatchiyah, et al. 2011. Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis. Erlangga.
Jakarta.
Gandy, J.W., dkk. 2014. Gizi dan Dietetika Edisi 2. EGC. Jakarta
Ghufran, M. & Kordi, H.2005.Budidaya Ikan Baronang. Rineka Cipta. Jakarta.
Hafiluddin, Y.Perwitasaridan S.Budiarto. 2014. Analisis Kandungan Gizi Bau
Lumpur Ikan Bandeng (Chanos chanos) dari dua lokasi yang berbeda.
Jurnal kelautan7 (1): 33-44.
Muchtadi, Deddy. 2010. Kedelai: Komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bandung:
Alfabeta.
Robert K. Murray,et al.2003. Harper’s Illustrated Biochemistry. United states :The
McGraw-Hill Companies. 27th ed. P.121-123
Safruddin. 2008. Zona potensial penangkapan ikan baronang Lingkis (Siganus
canaliculatus) berdasarkan parameter oseanografi di Perairan Pulau
Tanakeke Kabupaten Takalar. Torani, 18(4):325-331.
Samsundari, S. 2007. Identifikasi Ikan Segar Yang Dipilih Konsumen Berserta
Kandungan Gizinya Pada Beberapa Pasar Tradisional di Kota Malang.
Jurnal protein.14 (1): 41-49
Subarkti, S. 2010. Asupan Bahan Makanan dan Gizi Bagi Atlet Renang. Jurnal
Ilmu Keolahragaan.8 (2): 108-122.
Sudarmadji, S; B. Haryono dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta
Sumantri, Rohman.2013. Analisis Kimia Pangan. Universitas Gajah Mada
Yogyakarta : UGM Press.
15

Prayoga, Khasanah, Sulistyani. 2015. Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik


Kimia. Fakultas Teknik : Universitas Diponegoro. Semarang.
Yazid, Estien & Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
16

LAMPIRAN

Gambar 1. Ikan Bawis Kering

Gambar 2. Proses penghalusan Sampel Ikan Bawis

Gambar 3. Penimbangan Sampel Ikan Bawis


17

Gambar 4. Pembungkusan Sampel Menggunakan Kertas Saring

Gambar 5. Sampel Dimasukkan Kedalam Labu Kjeldhal

Gambar 6. Penambahan Larutan H2SO4


18

Gambar 7. Sampel Yang Siap Di Destruksi

Gambar 8. Mencampurkan Sampel Dengan Larutan Aquadest

Gambar 9. Memasukkan Sampel Kedalam Mesin Destruksi


19

Gambar 10. Alat Destruksi

Gambar 11. Alat Destilasi

Gambar 12. Hasil Dari Proses Destruksi


20

Gambar 13. Hasil Dari Proses Destilasi

Anda mungkin juga menyukai