PRAKTIKUM BIOPROSES
MATERI :
PENJERNIHAN AIR DAN PENYARINGAN SECARA ASEPTIK
Disusun oleh :
Kelompok : IV/RABU
Dimas Shihab NIM. 21030118140206
Farah Mulkiyati D NIM. 21030118140142
Nabiilah Salsabiil NIM. 20130118120016
ii
PRAKATA
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya
sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum mikrobiologi ini dengan judul
“PA/PSA”.Laporan praktikum mikrobiologi ini merupakan salah satu mata kuliah
yang wajib diambil oleh semua mahasiswa. Dalam penyusunan laporan praktikum
mikrobiologi ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan tahapan-tahapan
praktikum dengan laporan yang telah dibuat dan disetujui.
Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bapak Dr. Siswo Sumardiono, M.T. selaku ketua departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
3. Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing materi PA dan PSA.
4. Asisten Shulha Amaliyyati Istikmala sebagai asisten pembimbing materi PA
dan PSA.
5. Asisten laboratorium mikrobiologi departemen Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
6. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya laporan praktikum ini.
“Tak ada gading yang tak retak” begitulah perumpamaan untuk laporan ini.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk pelajaran bagi kami kedepannya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ............................................................ 33
3.3 Gambar Alat ........................................................................................... 34
3.4 Cara Kerja............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
v
DAFTAR TABEL
PA
vi
DAFTAR GAMBAR
PA
Gambar 2.1 Contoh perhitungan koloni pada petridish ........................................ 19
Gambar 2.2 Frekuensi waktu generasi berbagai mikroorganisme ........................ 19
Gambar 2.2 Bukti Pengambilan Sampel ............................................................... 21
PSA
Gambar 2.1 Aspergillus niger secara mikroskopis ............................................... 31
vii
RINGKASAN
Air merupakan zat penting dalam kehidupan manusia yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, untuk kebutuhan makan, minum, memasak,
mencuci, mandi, membersihkan kotoran yang ada di rumah, rekreasi, industri, dan
lain-lain. Besarnya manfaat air bagi kehidupan manusia maka kualitas air harus
terjamin baik kualitas fisik, kimiawi maupun bakteriologi. Tujuan dari percobaan
ini yaitu mengkaji pengaruh pH media terhadap jumlah koloni, menentukan
growth rate dan doubling time pertembuhan koloni, dan mampu membandingkan
radius perkembangan mikroba dengan konsentrasi desinfektan jeruk lemon, jeruk
manis, jeruk nipis.
Air sumur merupakan salah satu sumber utama air minum bagi
masyarakat, untuk mendapatkan sumber air tersebut umumnya manusia membuat
sumur gali atau sumur pantek. Air tanah merupakan sumber utama untuk
dimanfaatkan sebagai air minum. Kontaminasi patogen dalam air tanah akan
memiliki resiko tinggi dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa bakteri patogen Salmonella, E. coli, Salmonella
enterica, Salmonella typhimurium, Pseudomonas aeruginosa dan enterovirus
relatif lebih stabil di dalam air tanah.
Alat dan bahan yang digunakan saat praktikum yaitu alatnya seperti beaker
glass, petridish, erlenmeyer, pengaduk, kompor listrik, dan pipet tetes. Lalu bahan
yang digunakan yaitu sampel air sumur Baskoro, aquadest, media, dan
desinfektan. Cara kerja dari percobaan ini yaitu dengan uji koloni seperti
sterilisasi peralatan, mengencerkan sampel air sumur Baskoro, menyiapkan media,
menaburi sampel pada media, inkubasi ± 2 hari, dan menghitung jumlah koloni,
grow rate, dan doubling time. Lalu untuk uji desinfektan dengan cara
mensterilisasikan peralatan, menyiapkan media dan menaburi sampel air sumur
baskoro, menabur lubang pada tengah media, meneteskan desinfektan pada lubang
, lalu diinkubasi selama 3 hari, dan kemudian mencatat radius pertumbuhan.
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
3. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan
konsentrasi desinfektan jeruk lemon, jeruk manis, jeruk nipis.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
parameter kimia, dan parameter mikrobiologi yang terdapat di dalam air,
yaitu:
Parameter fisik, secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Selain itu juga, suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara
atau ±25°C. Apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan
adalah 25°C ± 3°C.
Parameter kimiawi, air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan
kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia
antara lain adalah: pH, total suspended solid, kesadahan (CaCO3),
kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida
(Cl), nitrit (NO2), nitrat (NO3), flourida (F), serta logam berat yaitu
kadmium (Cd), timbal (Pb), arsen (As), khrom (Cr) dan air raksa (Hg).
Parameter mikrobiologi, air bersih tidak boleh mengandung kuman
patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan
bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal
coli dalam air.
Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih
No PARAMETER Satuan Kadar Maksimum Keterangan
yang
diperbolehkan
1 2 3 4 5
A. FISIKA
1. Bau. - - Tidak berbau
2. Jumlah zat Padat mg/L 1.500 -
terlarut(TDS) Skala NTU
3. Kekeruhan – 25 -
o
4. Rasa C - Tidak berasa
5. Suhu Skala Suhu udara ±3oC -
6. Warna TCU 15
B. .KIMIA
Kimia Anorganik
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Besi mg/L 1,0
4. Fluorida mg/L 1,5
5. Kadnium mg/L 0,005
12
6. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7. Klorida mg/L 600
8. Kromium,Valensi 6 mg/L 0,05
9. Mangan mg/L 0,5
10. Nitrat, sebagai N mg/L 10
11. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
Merupakan
12. pH mg/L 6,5 – 9,0
batas
13. Selenium mg/L 0,01 minimum dan
maksimum
14. Seng mg/L 15
15. Sianida mg/L 0,1
16. Sulfat - 400
17 Timbal mg/L 0,05
b. Kimia Organik
1. Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2. Benzena mg/L 0,01
3. Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4. Chlordane (total mg/L 0,0007
isomer)
5. Coloroform mg/L 0,03
6. 2,4 D mg/L 0,10
7. DDT mg/L 0,03
8. Detergen mg/L 0,5
9. 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10. 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
11. Heptaclor dan mg/L 0,003
heptaclor epoxide
12. Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13. Gamma-HCH 0,004
(Lindane)
14. Methoxychlor mg/L 0,10
15. Pentachlorophanol mg/L 0,01
16. Pestisida Total mg/L 0,10
17. 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
18. Zat organik (KMnO4) mg/L 10
C. MIKROBIOLOGI Bukan air
Kaliform Tinja Jumlah per 50 perpiaan
13
100 ml
Total Kaliform Jumlah per 10
100 ml Air perpipaan
14
18. Seng mg/L 5,0
19. Sianida mg/L 0,1
20. Sulfat mg/L 400
21. Sulfida (sebagai H2S) mg/L 0,05
22. Tembaga mg/L 1,0
23. Timbal mg/L 0,05
b. Kimia Organik
1. Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2. Benzena mg/L 0,01
3. Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4. Chlordane (total mg/L
isomer) 0,0003
5. Coloroform mg/L 0,03
6. 2,4 D mg/L 0,10
7. DDT mg/L 0,03
8. Detergen mg/L 0,05
9. 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10. 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
11. Heptaclor dan mg/L 0,003
heptaclor epoxide
12. Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13. Gamma-HCH 0,004
(Lindane)
14. Methoxychlor mg/L 0,03
15. Pentachlorophanol mg/L 0,01
16. Pestisida Total mg/L 0,10
17. 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
18. Zat organik (KMnO4) mg/L 10
C. MIKROBIOLOGI 95% dari
sampel yang
Kaliform Tinja Jumlah per 0
diperiksa
100 ml selama
setahun.
Total Kaliform Jumlah per 0
Kadang-
100 ml kadang boleh
ada 3 per 100
ml sampel air,
tetapi tidak
berturut-turut
15
2.3 Sifat Koloni
a. Sifat umum koloni
Sifat–sifat yang perlu dipahami/diperhatikan pada koloni yang tumbuh
pada medium adalah :
1. Besar kecilnya koloni, ada koloni yang hanya serupa satu titik, ada
pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk, ada koloni yang berbentuk bulat, ada yang memanjang, ada
yang tepinya rata, ada yang tepinya tidak rata.
3. Kenaikan permukaan, ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul, yaitu menjulang tebal di atas
permukaan medium.
4. Halus–kasarnya permukaan, ada koloni yang permukaanya halus saja,
ada yang permukaanya kasar, tidak rata.
5. Wajah permukaan, ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada
permukaanya yang suram.
6. Warna, Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau
kekuningkuningan, akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-
merahan , coklat, jingga, biru, hijau dan ungu.
7. Kepekatan, ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak
seperti mentega, ada yang keras dan kering.
b. Sifat khusus koloni
Dalam medium padat
Sifat koloni pada agar-agar lempengan bentuknya titik bulat, terbentang
tidak teratur seperti akar, kumparan. Permukaan koloni dapat datar,
timbul teratur, cembung melengkung, membukit kebawah, yang utuh
dan berombak juga ada.
Dalam medium cair
Medium cair diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar gelatin
kepadanya. Dalam medium cair, bakteri akan berbeda-beda. Permukaan
medium dapat memperlihatkan adanya serabut selaput (Dwidjoseputro,
1980).
16
kelarutan oksigen di dalam air. Dengan meningkatnya temperature,
konsumsi oksigen lebih meningkat. Mikroba yang hidup di air
mempunyai toleransi yang berbeda terhadap temperature, tergantung
jenis mikrobanya dan tingkat aklimatisasinya. Bakteri dapat tumbuh
dalam rentang suhu -10°C sampai 90°C (Mudatsir, 2007).
Medium
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi untuk
menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur,
dan mikroorganisme lain. Suatu media dapat menumbuhkan
mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara lain
kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen yang baik, media
steril, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah
digunakan mikroorganisme. Media yang umum digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium seperti bakteri adalah
media (NA) Nutrient agar (Juariah, 2018).
Derajat keasaman (pH)
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari
pengaruh temperatur. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4–9
dengan pH optimum 6,5–7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang
pH pertumbuhan jamur dari 1–9 dan pH optimumnya 4–6. Selama
pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada
komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama
pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai
dengan media dan jenis mikroorganisme (Hamdiyati, 2010).
Pengaruh Sinar
Radiasi sinar ultra violet dapat membunuh mikroorganisme dengan
panjang gelombang antara 220 - 290 nm dan radiasi yang paling efektif
adalah 253,7 nm. Absorsi radiasi ultra violet menyebabkan modifikasi
modifikasi kimiawi dari nucleoprotein serta menimbulkan hubungan
silang antara pasangan - pasangan molekul. Hubungan ini dapat
menyebabkan salah baca dari genetic code yang akan menghasilkan
mutasi sehingga akan merusak atau memperlemah fungsi fungsi vital
organisme dan kemudian akan membunuhnya (Ariyadi, 2009).
Pengaruh Mekanik
Menurut (Ramaswamy, 2006), getaran mekanis dapat merusakkan
dinding sel dan membran sel mikroorganisme. Efek mekanik yang
diterima oleh mikroorganisme terjadi sebagai akibat dari pemberian
17
tegangan tinggi dan menimbulkan getaran. Pemberian kejut listrik
tegangan tinggi sama dengan pemberian bentuk energi mekanik yang
diteruskan ke dalam jaringan biologis sel dan merusak susunan
molekulnya sehingga menimbulkan terganggunya proses metabolisme di
dalam sel.
Faktor Kimia
Aktivitas mikroorganisme dapat terhambat oleh senyawa antimikroba/
antibakteri dan antiseptik yang berasal dari bahan-bahan kimia sintetik.
Secara umum adanya kerja suatu bahan kimia sebagai zat antibakteri
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah
pada kerusakan hingga terhambatnya pertumbuhan sel bakteri tersebut
(Retnowati, dkk., 2011).
18
Gambar 2.1 Contoh perhitungan koloni pada petridish
ln X−ln Xo
μ= 𝑡
19
Fase lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang
baru. Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung pada
komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal dan
sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya.
Fase eksponensial ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang
cepat. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase eksponensial ini
sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang diturunkannya. Selain itu,
derajat pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kadar nutrien dalam media,
suhu inkubasi, kondisi pH dan aerasi. Ketika derajat pertumbuhan bakteri
telah menghasilkan populasi yang maksimum, maka akan terjadi
keseimbangan antara jumlah sel yang mati dan jumlah sel yang hidup.
Fase stasioner merupakan saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan
laju kematiannya, sehingga jumlah bakteri keseluruhan akan tetap.
Keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya
pengurangan derajat pembelahan sel. Hal ini disebabkan oleh kadar
nutrisi yang berkurang dan terjadi akumulasi produk toksik sehingga
mengganggu pembelahan sel. Fase stasioner ini dilanjutkan dengan
Fase kematian yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang
melampaui laju pertumbuhan (Volk dan Wheeler, 1993).
20
luar negeri. Jeruk mengandung beragam zat gizi dan non gizi yang
bermanfaat dalam mencegah kanker dan meningkatkan kesehatan.
Masyarakat yang mengkonsumsi buah jeruk dalam jumlah relatif
banyak dalam makanan sehari-hari memiliki risiko penyakit
degeneratif yang rendah. Salah satu komponen yang berkhasiat dalam
buah jeruk adalah Minyak atsiri. Minyak atsiri dari jeruk manis
memiliki aktivitas biologis sebagai antiseptik, antispasmodik, sedatif,
bipnotik dan tonik (Agusta, 1999). Selain itu, jeruk manis
mengandung asam sitrat sebanyak 1,4% (Sarwono dalam Mala, 2010).
3. Jeruk Lemon
Menurut Tomotake et al. dalam Indriani (2015), zat yang memiliki
kemampuan sebagai antibakteri dalam buah jeruk lemon adalah asam
sitrat yang merupakan asam organik utama yang terkandung dalam air
perasan lemon. Dalam buah jeruk lemon terdapat kandungan asam
sitrat sebanyak 7- 8% (Sarwono dalam Mala, 2010).
21
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1.Rancangan Praktikum
3.1.1. Skema Rancangan Percobaan
3.1.1.1. Uji Koloni
Sterilisasi Mengencerkan
Sampel air sumur Menyiapkan
Peralatan
Baskoro media
Menghitung
jumlah koloni, Inkubasi Menaburi Sampel pada
growth rate, dan ±2 hari media
doubling time
22
3.2.2. Alat:
1. Beaker glass
2. Petridish
3. Erlenmeyer
4. Pengaduk
5. Kompor listrik
6. Pipet tetes
23
b. Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya
selama waktu inkubasi yaitu 2 hari.
c. Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung biasa),
kemudian dicari rata-ratanya.
Keterangan :
μ = laju pertumbuhan spesifik
x = konsentrasi sel pada t tertentu
xo = konsentrasi sel awal
t = waktu yang dibutuhkan
sedangkan doubling time tersebut dapat dirumuskan menjadi :
ln 2
td = 𝜇
Keterangan :
td = doubling time
μ = laju pertumbuhan spesifik
ln 2 = konsentrasi sel (saat penggandaan)
2. Uji Desinfektan
a. Biarkan media PDA dalam petridish sampai setengah padat kemudian
taburi dengan sampel air sumur Baskoro yang sudah diencerkan
secara merata ke permukaan media menguunakan pipet tetes yang
sudah disterilisasi.
b. Biarkan media PDA dalam petridish memadat kemudian buat lubang
kecil pada tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan contoh
desinfektan jeruk nipis, jeruk lemon, dan jeruk manis.
c. Simpan dalam ruang inkubasi selama 5 hari
d. Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat ( radius
terjauh, radius terdekat, dan rata-rata).
24
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
10000000 8901900
9000000
8000000
Jumlah Koloni 7000000
6000000
5000000 4133025 4133025
4000000 3179250 3497175
3000000
2000000
1000000 317925
0
Hari 1 Hari 2
pH 4 pH 7 pH 9
25
Sementara pada pH 4 terhitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh
lebih sedikit dibanding pH 8. Hal ini dikarenakan pada pH yang rendah,
membran sel menjadi jenuh oleh ion hidrogen sehingga membatasi transport
membran. Keracunan yang terjadi pada pH rendah adalah karena sebagian
substansi asam yang tidak terurai meresap ke dalam sel, sehingga terjadi
ionisasi dan pH sel berubah. Perubahan ini menyebabkan proses pengiriman
asam-asam amino dari RNA terhambat sehingga menghambat pertumbuhan
dan bahkan dapat membunuh mikroba (Agustiyani et al., 2004).
1.4 1.198
1.2
Grow Rate
1
0.8
0.6 0.383
0.4 0.131
0.2
0
Ph 4 pH 7 pH 9
pH Media
4
3
1.809
2
1 0.578
0
Ph 4 pH 7 pH 9
pH Media
26
terjadi saat pH media 4 karena pada pH asam (pH 4) membran sel menjadi
jenuh oleh ion hidrogen sehingga membatasi transport membran dan
berkemungkinan adanya sebagian substansi asam yang tidak terurai meresap
ke dalam sel, sehingga terjadi ionisasi dan pH sel berubah. Perubahan ini
menyebabkan proses pengiriman asam-asam amino dari RNA terhambat
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba (Agustiyani dkk., 2004).
Sehingga pada pH asam (pH 4) nilai doubling time mikroba tidak setinggi
pH netral (pH 7). Dan pada saat pH media 9 nilai doubling time mikroba
dibawah nilai doubling time mikroba pH 7 karena bakteri atau mikroba
sukar tumbuh pada lingkungan yang basa (pH 9)
Dari grafik, dapat disimpulkan bahwa pH media berpengaruh terhadap
nilai growth rate dan doubling time. Nilai growth rate tertinggi terjadi saat
pH media 7 dan nilai doubling time tertinggi (terlama) terjadi saat pH media
4.
0
Jeruk nipis Jeruk lemon Jeruk Manis
Jenis Desinfektan
27
apabila pH dalam suatu medium tidak optimal maka akan memperlambat
pertumbuhan mikroba itu sendiri. Mikroba memiliki pH pertumbuhan
optimal 6,5-7 (Suriani, 2013). Maka data percobaan sesuai karena semakin
banyak kandungan asam sitrat pada jeruk (pH semakin rendah) radius
pertumbuhan mikroba semakin jauh dari desinfektan.
Jadi hasil percobaan sesuai dengan teori dimana semakin jauh pH dari
keadaan optimum semakin lambat pertumbuhan mikroba. Dimana
desinfektan dari mulai yang efektif adalah jeruk nipis, jeruk lemon, jeruk
manis.
BAB V
PENUTUP
28
5.1. Kesimpulan
1. pH media berpengaruh terhadap jumlah koloni. Dimana jumlah koloni
dapat tumbuh pesat pada pH optimum yaitu pH netral (pH 7). Jumlah
koloni juga selalu bertambah seiring bertambahnya waktu sebagai
indikasi adanya pertumbuhan pada koloni tersebut.
2. pH media berpengaruh terhadap nilai growth rate dan doubling time.
Nilai growth rate tertinggi terjadi saat pH media 7 karena bakteri atau
mikroba lebih menyukai lingkungan yang netral dengan tingkat pH
optimal (pH 7). Nilai doubling time tertinggi (terlama) terjadi saat pH
media 4 karena sel menjadi jenuh oleh ion hidrogen sehingga membatasi
transport membran dan berkemungkinan adanya sebagian substansi asam
yang tidak terurai meresap ke dalam sel, sehingga terjadi ionisasi dan pH
sel berubahproses pengiriman asam-asam amino dari RNA terhambat
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba
3. Semakin banyak kandungan asam sitrat pada jeruk (pH semakin rendah)
maka radius pertumbuhan mikroba semakin jauh dari desinfektan.
Desinfektan yang paling efektif adalah mulai dari jeruk nipis, jeruk
lemon, dan jeruk manis.
5.2 Saran
1. Menurunkan suhu media hingga suhu ruang sebelum diletakkan secara
terbalik dalam tempat penyimpanan untuk mencegah terbentuknya uap air
pada uji koloni.
2. Memanaskan petridish pada saat menuang media ke dalam petridish agar
meminimalkan bakteri lain masuk ke dalam petridish.
3. Menjaga sampel air agar tidak terkontaminasi dengan bakteri lain.
DAFTAR PUSTAKA
29
Agusta, A dan Jamal, Y. 1999. Komposisi Minyak Atsiri Dari Tiga Jenis
Tumbuhan Rutaceae. Berita Birologi, Vol.5, No.5.
Ariyadi, T dan Dewi, S. Sinto. 2009. Pengaruh Sinar Ultraviolet Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp. Sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal
Kesehatan, Vol. 2, No.2
Hamdiyanti, Yati. 2010. Pertumbuhan dan Pengendalian mikroorganisme II.
Indrawati1, Fakhrudin. 2016. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen Pada Air
Sumur Dan Air Sungai Di Pemukiman Warga Desa Karangwangi, Cianjur,
Jawa Barat. Jurnal Biodjati, 27-38, Vol. 1, No. 1.
Indriani, Mulqie, dan Hazar. 2015. Uji Aktivitas Anti Bakteri Air Perasan Jeruk
Lemon (Citruslemon(L.) osbeck) dan Madu Hutan Terhadap
Propionibacterium Acne. Bandung : Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba.
Khanifah, Firda. 2015. Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis Terhadap
Pembentukan, Pertumbuhan,dan Penghancuran Biofilm secara In Vitro.
Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Farmasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mudatsir.2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mikroba Dalam
Air. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 7, No. I.
Nurhalina, Windarto, Gunawan, T. 2015. Gambaran Mpn Coliform Dan Coli
Tinja pada Air Sumur Bor di Perumahan Cahaya Borneo Kota Palangka
Raya Tahun 2015 Jurnal Surya Medika ,Vol. 1, No. 1.
Radji, Maksum, dkk. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No.
2, 101 – 109.
Ramaswamy, R., Tony, J., Balasubramaniam, Howard Zhang. 2006. Pulsed
Electric Field Processing Fact Sheet for Food Processor. Journal of Food
Processing and Preservation 37. 581-587.
Retnowati Yuliana, dkk. 2011. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aures pada
Media yang Diekspos dengan Infus Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata). Jurnal Saintek, Vol. 6, No.2.
Sarwono, B. 2001). Khasiat dan manfaat jeruk nipis. AgroMedia.
Setyaninrum, Sinta. 2015. Kontaminasi Patogen pada SumberAir dan Upaya
Penyisihan Patogen dalam Proses Produksi Air Bersih.Bandung : Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung.
RINGKASAN
30
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak kerusakan. Pengendalian
mikroorganisme ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit, membasmi
mikroorganisme pada inang, serta mencegah pembusukan dan kerusakan bahan.
Mikroorganisme dapat dihambat atau dibunuh secara fisik dan kimia. Secara fisik
melalui suhu, tekanan, radiasi dan penyaringan, misalnya sterilisasi, pembakaran
atau sanitasi. Secara kimia melalui perubahan komposisi molekul misalnya
dengan senyawasenyawa fenolik, alkohol, klor, iodium dan etilen oksida.
Sterilisasi adalah proses yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk
organisme. Sterilisasi dapat dilakukan dengan banyak cara, yaitu sterilisasi secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Macam bentuk sterilisasi secara mekanik adalah
penyaringan. Sedangkan secara fisik menggunakan autoklaf, oven, Sinar UV dan
perebusan. Sterilisasi dengan cara kimiawi adalah menggunakan agen-agen kimia.
Cara kerja yang kita lakukan adalah menyiapkan sampel, A.niger. lalu kawat
osse kita sterilisasi terlebih dahulu dengan HCl dan pembakaran. Lalu jamur
dipindahkan ke petridish. Inkubari selama 3 hari dan diamati kenampakan setelah
masa inkubasi.
31
BAB I
PENDAHULUAN
32
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu menghasilkan kultur Aspergillus Niger yang murni
2. Mahasiswa mampu mencegah bakteri merugikan terkonsumsi oleh tubuh
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak kerusakan. Pengendalian
mikroorganisme ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit, membasmi
mikroorganisme pada inang, serta mencegah pembusukan dan kerusakan
bahan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu proses yang bernama sterilisasi
(Susilowati dan Listyawanti, 2001). Sterilisasi adalah proses yang dilakukan
untuk mematikan semua bentuk organisme. Sterilisasi dapat dilakukan
dengan banyak cara, yaitu sterilisasi secara mekanik, fisik dan kimiawi.
34
c. Ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu
mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di
lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme
(germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan
secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV menembus udara bersih dan
air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan garam atau bahan
tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan derajat
penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi
dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi
pada permukaan yang dipaparkan (Leon et al., 1998).
d. Pendidihan
Cara ini merupakan pilihan terakhir ketika tidak ada cara lain yang
dapat dilakukan. Gunakan panci pendidih khusus atau gunakan panci
bergagang (saucepan). Isi panci dengan air (lebih baik air
demineralisasi) dan panaskan di atas tungku. Peralatan gelas harus
dimasukkan ke dalam panci sewaktu air masih dingin. Peralatan logam
(bevel yang dapat dipakai ulang, pinset) harus dimasukkan sewaktu air
mendidih. Rendam peralatan tersebut selama 30 menit (Chairlan,
2012).
35
b. Kondisi tumbuh
Temperatur
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37
°C, dengan suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C.
Aspergillus niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning
dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai
hitam (Putra, 2013).
Medium
Aspergillus niger mempunyai koloni pada medium
Cxapek’s Dox mencapai diameter 4-5 cm dalam 7 hari dan dapat
tumbuh pada kelembaban nisbi 80 (Chafida dkk., 2013).
Faktor kimia
Banyak enzim yang berguna yang dihasilkan dan
digunakan pada industri fermentasi. Misalnya, Aspergillus niger
glukoamilase digunakan dalam produksi sirup jagung fruktosa
tinggi, dan pectinases digunakan dalam sari anggur dan klarifikasi.
Alpha-galaktosidase, sebuah enzim yang memecah gula kompleks
tertentu (Putra, 2013).
pH
pH lingkungan yang dibutuhkan sekitar 2-8,5 dengan
nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan (Frazier, 1958 dalam
Mudah, 2013).
Aerob
Dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan
oksigen yang cukup (aerobik) (Putra, 2013).
c. Ciri-ciri fisik
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomyce es yang
berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di
alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di
dalam ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang
(PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala
konidia dari Aspergillus niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah
menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya
umur (Putra, 2013).
36
d. Aplikasi
37
BAB III
METODE PERCOBAAN
Menyiapkan
Menyiapkan Bunsen, Kawat Memindahkan
media osse, dan HCl Aspergillus niger
Mengamati kenampakan
setelah masa inkubasi Inkubasi 3 hari
38
4. Gelas Ukur 5. Kompor listrik 6. Pipet tetes
39
DAFTAR PUSTAKA
40