BIOKIMIA AKUAKULTUR
DISUSUN OLEH :
Laporan Praktikum Biokimia Akuakultur ini disusun sebagai salah satu syarat
lulus mata kuliah Biokimia Akuakultur Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Oleh :
3X4
BG BIRU
KERTAS
DOFF
NO EDIT
Kode
#0C0CF6
Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten Kelompok
yang signifikan bagi pembaca yang tertarik dalam bidang akuakultur biokimia.
Kami juga menyadari adanya kekurangan baik dalam susunan kalimat maupun
tata bahasa. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima setiap
Penyusun
TATA TERTIB
LAMPIRAN ........................................................................................................... 36
DAFTAR GAMBAR
ditentukan.
berbagai molekul yang ada dalam sel atau organisme hidup, beserta dengan
reaksi kimianya. Istilah "biokimia" sendiri berasal dari gabungan kata "BIOS"
yang berarti hidup atau hayati, dan "CHEMIOS" yang merujuk pada kimia,
penting bagi semua makhluk hidup. Ini adalah kelompok molekul biologi yang
alga, dan tumbuhan. Organisme ini mengubah energi cahaya matahari menjadi
energi kimia, yang selanjutnya digunakan untuk membuat karbohidrat dari karbon
dalam proses biologis dan memfasilitasi sebagian besar reaksi yang terjadi
dalam makhluk hidup. Sebagian besar enzim yang telah dipelajari ternyata
yang tinggi. Sebagai contoh, enzim pencernaan seperti pepsin, trypsin, dan
chymotrysin berfungsi untuk mengurai protein dalam diet kita, sehingga asam
dalam nutrisi, tidak hanya karena memiliki nilai energi yang tinggi, tetapi juga
karena mengandung vitamin yang larut dalam bentuk lemak esensial dari sumber
makanan alami. Lemak yang berada di dalam tubuh berfungsi sebagai sumber
energi yang efisien, baik secara langsung maupun potensial ketika disimpan
dalam jaringan adiposa. Lipid juga berperan sebagai isolator panas di jaringan
subkutan dan sekitar organ tertentu, serta berfungsi sebagai isolator listrik yang
Biokimia mempelajari molekul dan reaksi kimia dalam sel atau organisme
hidup, dengan fokus pada unsur-unsur seperti karbohidrat, enzim, dan lipid.
reaksi dalam makhluk hidup. Lipid, selain memiliki nilai energi tinggi, juga
berfungsi sebagai sumber energi efisien, isolator panas, dan isolator listrik dalam
khususnya dalam hal karbohidrat, lipid, dan enzim, pada konteks akuakultur
2
1.3 Waktu dan Tempat
2023 di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Saragih dan Sinaga (2018), ikan Nila dengan nama latin Oreochromis
niloticus, dikenal sebagai spesies ikan yang memiliki tingkat konsumsi yang
kali berwarna putih kehitaman atau merah. Asalnya dari Sungai Nil dan danau
sekitarnya, kini ikan ini telah menyebar ke berbagai negara di lima benua dengan
iklim tropis dan subtropis. Terdapat di daerah beriklim dingin, ikan nila kesulitan
bertahan. Saragih dan Sinaga (2019) memberikan klasifikasi ikan nila sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Menurut penelitian Sragih dan Sinaga (2019), ikan Nila memiliki ciri khas
morfologi seperti tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatif kecil, mata
besar dan menonjol, tepi mata berwarna putih, dan garis linealis lateralis yang
terputus dan terbagi dua, menurut penelitian. Ikan ini memiliki lima jenis sirip:
punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Terkenal dengan toleransinya yang
antara air tawar dan air payau berkaitan dengan perbedaan kadar garam. Ikan
Nila di air tawar memiliki morfologi yang lebih cerah dibanding yang berada di air
panjang dan berat ikan Nila juga lebih cepat di air tawar daripada di air payau.
atau ikan Nila dari genus Oreochromis, memiliki morfologi khas yang mencakup
tubuh pipih, sisik besar, kepala kecil, dan mata menonjol. Ikan ini terkenal karena
salinitas, suhu, pH, dan kadar oksigen. Perbedaan morfologi antara air tawar dan
air payau dipengaruhi oleh tingkat salinitas, dengan ikan Nila di air tawar
cenderung memiliki penampilan yang lebih cerah. Asal-usul ikan ini adalah
Sungai Nil, dan kini telah menyebar ke lima benua dengan iklim tropis dan
subtropis, meskipun tidak dapat bertahan di daerah beriklim dingin. Ikan Nila juga
Menurut penelitian Mujalifah, et al. (2018), habitat ikan nila, atau Oreochromis
waduk, dan rawa-rawa. Secara umum ditemukan di perairan tawar, ikan ini
berkembang di perairan payau dan laut. Rentang salinitas yang paling optimal
berbeda-beda.
khususnya dalam konteks budidaya ikan nila, telah berkembang menjadi industri
lokasi budidaya didasarkan pada kualitas air yang sesuai. Ikan nila
ikan nila juga mencakup berbagai benua di dunia, termasuk Asia dan Afrika.
Mengingat adaptasinya yang baik terhadap variasi lingkungan, ikan nila telah
berbagai daerah.
6
Sumber: Hamid, et al. (2022)
dukungan dari pemerintah. Ikan ini dapat dibudidayakan, terdapat risiko pelarian
ikan nila ke lingkungan alamiah. Ikan nila juga telah menjadi spesies invasif di
yang semakin meluas, memberikan kontribusi yang lebih besar dan signifikan
7
2.1.3 Makanan dan Cara Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
bahwa ikan nila termasuk dalam kategori ikan herbivora yang memiliki
penyakit. Proses reproduksi ikan nila dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan
usia ikan, dengan usaha untuk mengurangi variasi melalui perlakuan seragam
pada ikan yang memiliki usia dan ukuran yang relatif serupa. Faktor lingkungan,
9
seperti kualitas pakan yang kaya protein dan keberadaan vitamin E, memainkan
sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kualitas induk dan kondisi
kesuburan antarinduk. Kondisi fisik dari induk betina juga memiliki dampak
signifikan terhadap jumlah telur yang dapat menetas, yang berkorelasi langsung
dengan kualitas telur yang dihasilkan oleh induk betina. Disamping itu,
perbedaan strain ikan juga dapat memengaruhi waktu dan tingkat keberhasilan
Ikan nila memiliki sifat mudah berkembang biak, pertumbuhan cepat, dan
relatif tahan terhadap penyakit. Proses reproduksi dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan, dengan kualitas induk dan kondisi lingkungan memainkan peran
kunci. Minimalkan variasi genetik pada ikan nila menjadi penting, sementara
10
mempertimbangkan aspek genetik dan lingkungan dalam manajemen reproduksi
pencernaan seperti amilase, lipase, dan protease. Fungsi krusial enzim-enzim ini
terletak dalam pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein dalam pakan menjadi
senyawa yang dapat diserap oleh tubuh ikan. Aktivitas enzim pencernaan ini
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, usia ikan, dan
amilase, dan lipase menjadi faktor kunci dalam proses pencernaan ikan nila.
enzim pencernaan, dan sejumlah faktor lain seperti umur, suhu air, ukuran ikan,
jenis pakan, sifat kimia air, frekuensi pemberian pakan, sifat fisika dan kimia
pakan, kandungan gizi, serta jenis dan jumlah enzim di saluran pencernaan.
Daya cerna ikan juga terkait dengan keberadaan lambung, di mana pada ikan
yang memiliki lambung, makanan diurai oleh enzim HCl dalam lambung untuk
11
bulb atau usus depan yang membesar sebagai tempat awal penguraian
makanan.
nila terhubung erat dengan efisiensi pencernaan melalui aktivitas enzim seperti
amilase, lipase, dan protease. Faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, usia ikan,
mengandalkan bulbus usus atau usus depan sebagai bagian awal proses
pencernaan.
2.3 Enzim Hormonal dan Mekanisme Kerja pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
ukuran, dan kualitas daging. Metode umum yang digunakan adalah pemberian
12
ini dianggap efektif, praktis, dan juga ekonomis dalam konteks budidaya ikan
nila.
nila atau Oreochromis niloticus memiliki enzim aromatase. Enzim ini dihasilkan
oleh gen aromatase dan memiliki peran krusial dalam diferensiasi jenis kelamin,
(DMRT1), yang berperan dalam diferensiasi testis. Hal ini dapat menyebabkan
androgen eksogen juga dapat menginduksi pembalikan jenis kelamin pada ikan
seragamitas ukuran, dan meningkatkan kualitas daging ikan nila. Penelitian ini
juga menyoroti peran enzim aromatase yang dihasilkan oleh gen aromatase
dalam proses diferensiasi seksual ikan nila. Pemberian androgen eksogen pada
ikan dapat mempengaruhi ekspresi gen DMRT1 yang terlibat dalam diferensiasi
kelamin jantan.
13
2.4 Aktivitas Enzim pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
ikan nila melibatkan tiga jenis enzim, yakni protease, amilase, dan lipase. Peran
lemak. Ketiga enzim ini bekerja sama untuk memfasilitasi proses pencernaan
makanan di dalam lambung ikan nila. Sebagai ikan omnivora, ikan nila
aktivitas tinggi dari amilase dan lipase dapat dipengaruhi oleh jenis makanan
ikan nila dapat dipengaruhi oleh pengelolaan pakan yang mendorong adaptasi
fisiologis untuk mempertahankan atau mencapai tingkat status gizi yang sesuai.
Enzim pencernaan pada usus ikan nila mempunyai peranan penting dalam
dan omnivora, ikan nila memiliki enzim arsenel yang cukup beragam untuk
mencerna berbagai jenis makanan, antara lain alga bentik, fitoplankton, makrofit,
aktivitas enzim.
14
Berdasarkan informasi yang telah disajikan, dapat diambil kesimpulan
memiliki peran utama dalam proses pencernaan makanan pada ikan nila.
berkontribusi besar terhadap tingkat aktivitas amilase dan lipase yang tinggi. Kita
tingkat status gizi yang optimal. Oleh sebab itu, ketersediaan pakan alami,
aktivitas enzim dan status gizi ikan nila. Secara keseluruhan, pemahaman
penting untuk mencapai kondisi optimal dalam hal pertumbuhan dan kesehatan
15
ikan mendapatkan energi secara lebih efisien dari nutrisi tersebut
maupun lemak sebagai sumber energi pada tingkat yang setara, terutama
lemak dapat mengurangi asupan pakan, ikan nila masih mampu tumbuh
secara optimal dengan tingkat lemak hingga 16% dan karbohidrat minimal
pertumbuhan dan efisiensi pakan bagi ikan nila, bahkan memiliki potensi
mengungkapkan bahwa lipid pada ikan nila memiliki peran krusial dalam
memberikan nilai kalori yang tinggi, dua kali lipat lebih besar
esensial yang terdapat dalam lipid menjadi bagian dari fosfolipid yang
(2020), temuan ini menunjukkan bahwa lipid pada ikan nila merupakan
energi bagi ikan. Umumnya lipid dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
sebagian besar spesies ikan, tingginya kadar lipid dalam pakan dapat
pada ikan.
kandungan lipid pada ikan nila, dapat diambil kesimpulan bahwa lipid
17
memegang peran krusial dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan. Lipid berperan sebagai penyedia energi dengan nilai kalori tinggi,
lipid dalam pakan ikan perlu mendapat perhatian, karena kelebihan atau
18
BAB III METODOLOGI
Alat Fungsi
Akuarium =
Rak akuarium =
Styrofoam =
Thermometer =
Selang sifon =
Sikat =
Spon cuci =
Seser =
Ember =
Kabel rol =
pH meter =
Timbangan analitik =
Nampan =
Cuvet valcon =
Sectio set =
Pipet Volume =
Spatula =
Bola Hisap =
Sentrifuge =
Serbet =
Microtube =
Pipet tetes =
Ember =
Tabung reaksi =
Pipet volume =
Bola hisap =
Stopwatch =
Spektrofotometer UV Fis =
Pipet tetes =
Washing bottle =
20
3.2 Bahan Praktikum
Bahan Fungsi
Air =
Biota akuakultur =
Sabun =
Kertas label =
Aquades =
Pakan ikan =
Usus sampel =
Lambung sampel =
Tisu =
Kapas steril =
Aluminium foil =
Kertas buram =
usus
Larutan TCA =
Plastic wrap =
Alkohol 96% =
Eter =
Kloroform =
NaOH 10% =
21
3.2 Langkah Kerja
3.3.1 Langkah Kerja Preparasi Akuarium Dan Pemeliharaan
yang dilapisi alas sterofoam sebagai pelindung. Akuarium diisi dengan air untuk
media hidup bagi biota akuakultur, kemudian dipasang aerator sebagai sumber
oksigen. Objek yang diamati dalam akuarium adalah biota akuakultur atau hewan
sampel. Biota akuakultur diberi makan sampai kenyang atau disebut juga dengan
medulla oblongata bertujuan agar ikan langsung dalam kondisi mati sebelum
organ usus dan lambung digunakan untuk sampel sebagai pengujian. Sampel
lambung dan usus yang didapat bisa dipisahkan pada kertas saring. Masing-
masing sampel lambung dan usus dihaluskan menggunakan alat mortar dan alu.
sampel yang berada dalam cuvet falcon dapat dimasukkan ke dalam alat
minute). Hasil yang didapat dari proses sentrifugasi yaitu residu dan supernatan,
22
lalu diambil supernatan pada cuvet falcon menggunakan pipet tetes. Sampel
yang didapat bisa dimasukkan ke dalam microtube dengan suhu yang dingin.
dalam tabung reaksi. Kasein sendiri berfungsi sebagai subtrat dalam proses
pengujian enzim protease. Sampel kasein dan supernatant dalam tabung reaksi
tetes. Tahapan sepanjutnya adalah inkubasi sampel dalam suhu 37°C selama 10
larutan TCA 4% ke sampel lalu diinkubasi kembali dengan suhu dan durasi yang
dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Niali absorbansi sampel diukur
dari alat UV Fis merupakan nilai yang dicatat sebagai nilai absorbansi enzim
protease.
23
3.3.4 Langkah Kerja Sentrifugasi
Menekan tombol merah “lip” pada alat yang sudah menyala lalu angkat penutup
sentrifuge. Bagian dalam sentrifuge di cek terlebih dahulu sebelum ring sampel
dipasang. Sampel yang berada di dalam cuvet falcon dimasukkan ke dalam ring
Tekan tombol “start” dan sentrifuge akan berputar. Ditunggu sesuai waktu yang
ditetapkan dan proses sentrifugasi selesai apabila alat tersebut berbunyi "klik”.
Penutup sentrifuge dibuka lalu cuvet falcon sampel diambil. Ring sampel
dikeluarkan dan tekan kembali tombol "power". Langkah terakhir yaitu kabel
aktivitas enzim. Inkubator digunakan untuk menjaga suhu yang konstan dan
stabil, serta memberikan kondisi pH yang sesuai agar enzim dapat bekerja
sumber listrik atau disebut stop kontak. Bagian dalam alat inkubasi di cek terlebih
24
dahulu sebelum ring sampel dimasukkan. Atur dan set suhu pada knop putar
pada display, arah kanan untuk menaikkan suhu sedangkan arah kiri untuk
menurunkan suhu. Terdapapat tiga lampu panel besar yaitu: warna hijau ”power”
kemudian tutup pintu alat inkubasi. Atur dan set timer pada display untuk
menyetel berapa lama waktu inkubasi yang diinginkan. Setelah selesai ambil
sampel dari inkubator kemudian tutup pintu inkubtor. Putar suhu ke 0°C untuk
menjaga alat dan tekan tombol ”off” untuk mematikan mesin inkubator. Langkah
terakhir cabut kabel dari sumber listrik dan hasil inkubasi bisa didapatkan.
Pertama, tentukan nilai absorbansi BM tirosin dan konsentrasi tirosin yang akan
volume sampel enzim yang akan digunakan. Tentukan juga waktu inkubasi dan
faktor pengenceran yang sesuai dengan kondisi percobaan. Setelah itu, hitung
dengan nilai absorbansi akhir. Masukkan semua nilai yang telah ditentukan ke
dalam rumus:
𝑻𝒊𝒓𝒐𝒔𝒊𝒏 𝑽
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑬𝒏𝒛𝒊𝒎 = × × 𝑭𝑷
𝑩𝑴 𝑻𝒊𝒓𝒐𝒔𝒊𝒏 𝒑 . 𝒒
Hitunglah hasil dari rumus tersebut untuk mendapatkan aktivitas enzim yang
25
faktor penting seperti durasi inkubasi serta faktor pengenceran agar hasil dari
menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang dibutuhkan seperti sampel
yang akan diuji karbohidratnya, larutan Fehling A dan B, tabung reaksi dan
larutan NaOH 10%. Langkah berikutnya yaitu sampel diambil sebanyak 2 mL dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah diletakkan di rak tabung reaksi.
Tabung reaksi tersebut kemudian dijepit dan dipanaskan diatas bunsen hingga
mendidih. Terakhir yaitu mengamati perubahan warna jika reaksi positif maka
Uji lipid digunakan untuk mengetahui sifat lipid, yaitu molekul non-polar
yang hanya dapat larut dalam pelarut non-polar. Lipid yang dilarutkan dalam
pelarut polar lipid tidak akan homogen dalam larutan tersebut. Langkah kerja
pengujian kelarutan lipid sendiri yang pertama tentu persiapan alat dan bahan.
Langkah berikutnya yaitu masukkan 2mL sampel yang akan diuji kedalam tabung
26
BAB IV ANALISIS HASIL
28
4.3 Uji Karbohidrat pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
29
4.4 Uji Lipid pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
31
5.2 Faktor Koreksi
32
5.3 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Abd Hamid, M., Sahb, A. S. R. M., Nor, S. A. M., & Mansor, M. (2022).
The Distribution of Invasive Tilapia Throughout A Tropical Man-Made Lake With
Special Reference to Temengor Reservoir, Malaysia. Indonesian Journal of
Limnology, 3(1), 47-57.
Arfiati, D., Puspitasari, A. W., Renitasari, D. P., & Widiastuti, I. M. (2019).
status tropik dan isi lambung ikan nila (oreochromis niloticus) dari waduk
wonorejo, Tulungagung, Jawa Timur. JFMR (Journal of Fisheries and Marine
Research), 3(2), 166-171.
Azhar, M. (2016). Biomolekul sel: karbohidrat, protein, dan enzim.
El-Shenawy, A. M., Abeer, E. K. M., Alsokary, E. T., & Gad, D. M. (2020).
Impact of carbohydrate to lipid ratio and bile salts supplementation on
performance, body gain and body composition of Nile tilapia fish. International
Journal Fisheries and Aquatic Studi, 8(3), 88-97.
Gunadi, B., Setyawan, P., & Robiasalmi, A. (2015). Produktivitas Larva
pada Pemijahan Alami Beberapa Strain Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
Persilangannya dengan Ikan Nila Biru (Oreochromis aureus). In Prosiding
Seminar Nasional Ikan ke (Vol. 8, pp. 49-54).
Komariyah, S., Suprayudi, M. A., & Jusadi, D. (2014). Studi awal
pemanfaatan minyak biji karet Hevea brasiliensis untuk pakan ikan nila
Preliminary study of rubber seed Hevea brasiliensis oil utilization for tilapia diet.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 13(1), 61-67.
Kurnia, R., Widyorini, N., & Solichin, A. (2018). Analisis Kompetisi
Makanan Antara Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus), Ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Perairan
Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo (Analysis of Food Competition
Between Java Barb (Barbonymus gonionotus), Java Tilapia (Oreochromis
mossambicus) and Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) in Wadaslintang
Reservoir, Wonosobo Regency). Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES), 6(4), 515-524.
Mujalifah, M. SantosoH. dan laili saimul, 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila
(Oreochromis nilocitus) Dalam Habita Air Tawar dan Air Payau.
Nurfitasari, I., Palupi, I. F., Sari, C. O., Munawaroh, S., Yuniarti, N. N., &
Ujilestari, T. (2020). Respon daya cerna ikan nila terhadap berbagai jenis pakan.
Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(2), 21-28.
Pandit, I. (2012). Buku_BIOKIMIA HASIL PERAIRAN.
Putra, A. N. (2015). Laju metabolisme pada ikan nila berdasarkan
pengukuran tingkat konsumsi oksigen. Jurnal Perikanan dan kelautan, 5(1), 13-
18.
Santos, J. F., Soares, K. L. S., Assis, C. R. D., Guerra, C. A. M., Lemos,
D., Carvalho, L. B., & Bezerra, R. S. (2016). Digestive enzyme activity in the
intestine of Nile tilapia (Oreochromis niloticus L.) under pond and cage farming
systems. Fish physiology and biochemistry, 42, 1259-1274.
Saragih, R. S., & Sinaga, K. (2019). Prospek Pengembangan
Kewirausahaan Olahan Ikan Nila Kawasan Danau Toba Di Desa Sirukkungon
Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (EK
dan BI), 2(2), 221-230.
Siregar, F. A., & Makmur, T. (2020). Metabolisme lipid dalam tubuh.
Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat, 1(2), 60-66.
Vinarukwong, N., Lukkana, M., & Wongtavatchai, J. (2018). Decreasing
duration of androgenic hormone feeding supplement for production of male
monosex in tilapia (Oreochromis spp.) fry. The Thai Journal of Veterinary
Medicine, 48(3), 375-383.
Vinarukwong, N., Lukkana, M., Ruangwises, S., & Wongtavatchai, J.
(2018). Residual levels of 17α-methyldihydrotestosterone in Nile tilapia
(Oreochromis niloticus) fry following feeding supplementation. Cogent Food &
Agriculture, 4(1), 1526436.
Wicaksono, K. A., Susilowati, T., & Nugroho, R. A. (2016). Analisis
karakter reproduksi ikan nila pandu (F6)(Oreochromis niloticus) dengan strain
ikan nila merah lokal kedung ombo dengan menggunakan sistem resiprokal.
Journal of Aquaculture Management and Technology, 5(1), 8-16.
35
LAMPIRAN
Lampiran