BIOKIMIA AKUAKULTUR
DISUSUN OLEH :
Laporan Praktikum Biokimia Akuakultur ini disusun sebagai salah satu syarat
lulus mata kuliah Biokimia Akuakultur Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Oleh :
3X4
BG BIRU
KERTAS
DOFF
NO EDIT
Kode #0C0CF6
Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten Kelompok
yang signifikan bagi pembaca yang tertarik dalam bidang akuakultur biokimia.
Kami juga menyadari adanya kekurangan baik dalam susunan kalimat maupun
tata bahasa. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima setiap
Penyusun
TATA TERTIB
KATA PENGANTAR.............................................................................iii
TATA TERTIB......................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.....................................................................3
1.3 Waktu dan Tempat......................................................................3
BAB V PENUTUP.................................................................................30
5.1 Kesimpulan................................................................................30
5.2 Faktor Koreksi............................................................................31
5.3 Saran........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................33
LAMPIRAN..........................................................................................36
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
fungsi sel atau organisme hidup, sambil menganalisis reaksi kimianya. Istilah
"biokimia" sendiri merujuk pada gabungan kata "BIOS," yang mengartikan hidup
terutama kimia organik. Lingkup yang lebih luas, biokimia mencakup pemahaman
mendalam tentang struktur dan fungsi molekul biologis seperti protein, lipid,
molekuler, tetapi juga memberikan dasar untuk aplikasi praktis dalam upaya
makhluk hidup. Kelompok molekul biologi yang paling melimpah di bumi. Semua
penyimpan energi pada binatang dan tumbuhan. Binatang serta manusia dapat
berperan sebagai katalis dalam proses biologis dan memfasilitasi sebagian besar
reaksi yang terjadi dalam makhluk hidup. Besar enzim yang telah dipelajari
suhu yang tinggi. Contoh, enzim pencernaan seperti pepsin, trypsin, dan
chymotrysin berfungsi untuk mengurai protein dalam diet kita, sehingga asam
signifikan terhadap nilai energi yang tinggi, lipid juga menjadi kendaraan bagi
vitamin-vitamin larut lemak yang diperlukan oleh tubuh. Keberadaan lemak dalam
tubuh tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi yang efisien, tetapi juga
bersifat potensial ketika disimpan dalam jaringan adiposa, siap untuk digunakan
saat tubuh membutuhkan tambahan energi. Peran lipid tidak terbatas pada
fungsi nutrisi semata; lemak juga berperan sebagai isolator panas di jaringan
tentang peran lipid tidak hanya membantu memahami nutrisi manusia, tetapi juga
2
memperlihatkan kompleksitas dan keberagaman fungsi lemak dalam menjaga
reaksi kimia dalam konteks sel dan organisme hidup. Dalam tinjauan ini, unsur-
unsur kunci seperti karbohidrat, enzim, dan lipid menjadi pusat perhatian.
organisme fotosintetik dan berperan sebagai sumber energi utama dalam proses
berfungsi sebagai katalis biologis yang memfasilitasi dan mengatur reaksi kimia
menyediakan nilai energi tinggi, memiliki peran ganda sebagai sumber energi
yang efisien dan sebagai isolator panas serta isolator listrik di dalam tubuh,
khususnya dalam hal karbohidrat, lipid, dan enzim, pada konteks akuakultur
2023 di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Saragih dan Sinaga (2018), ikan nila, yang memiliki nama latin
dan pipih ke samping memberikan gambaran visual yang khas, dengan warna
tubuh yang sering kali berupa putih kehitaman atau merah. Asal-usul ikan ini
seiring waktu, ikan nila telah menyebar ke berbagai negara di lima benua,
khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki iklim tropis dan subtropis. Ikan nila
dan Sinaga (2019) mengemukakan bahwa ikan ini mengalami kesulitan bertahan
di daerah beriklim dingin. Klasifikasi yang diberikan oleh para peneliti tersebut
spesies ikan nila di berbagai wilayah, sekaligus menyoroti peran signifikan ikan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saragih dan Sinaga pada tahun
2019, ikan Nila (Oreochromis niloticus) menampilkan sejumlah ciri morfologi yang
khas. Tubuhnya yang pipih, dilengkapi dengan sisik yang besar dan kasar,
memberikan karakteristik visual yang mencolok. Kepala ikan ini relatif kecil,
dengan mata yang besar dan menonjol, serta tepi mata yang berwarna putih,
adalah adanya garis linealis lateralis yang terputus dan terbagi dua, memberikan
tanda khas pada struktur tubuh ikan nila. Anatomi, ikan ini memiliki lima jenis sirip
yang meliputi sirip punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Ikan nila dikenal
salinitas, suhu, pH, dan kadar oksigen. Kemampuan adaptasinya yang luas ini
menjadikan ikan nila sebagai salah satu pilihan unggul dalam budidaya
lingkungan air tawar dan air payau, dengan fokus pada perbedaan kadar garam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila yang hidup di air tawar memiliki
morfologi yang lebih cerah dibandingkan dengan mereka yang berada di air
payau. Perbedaan ini dipengaruhi oleh tingginya salinitas, di habitat air payau,
yang memberikan dampak pada karakteristik visual ikan. Penelitian ini juga
mengungkap bahwa pertumbuhan panjang dan berat ikan nila cenderung lebih
cepat di air tawar daripada di air payau. Temuan ini memberikan pemahaman
lebih lanjut tentang adaptasi morfologi ikan nila. Penelitian ini juga memberi tahu
5
dampak terhadap lingkungan air yang berbeda, serta memberikan wawasan
morfologi yang mencakup tubuh pipih, sisik besar, kepala kecil, dan mata
menonjol. Keistimewaan ikan ini terletak pada toleransinya yang tinggi terhadap
variasi kondisi lingkungan, seperti salinitas, suhu, pH, dan kadar oksigen.
Perbedaan morfologi antara ikan nila yang hidup di air tawar dan air payau dapat
diatributkan pada tingkat salinitas, dengan ikan yang berada di air tawar
cenderung menampilkan penampilan yang lebih cerah. Ikan ini berasal dari
Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya, dan seiring waktu, telah menyebar ke
berbagai wilayah di lima benua dengan iklim tropis dan subtropis. Ikan nila
yang baik, ikan nila juga dikenal karena memiliki nilai konsumsi yang tinggi,
6
menjadikannya spesies yang penting dalam konteks budidaya perikanan dan
Penelitian ini menyoroti bahwa ikan nila memiliki toleransi yang cukup tinggi
salinitas ini, ikan nila mampu berkembang biak secara sukses di ekosistem
khususnya dalam konteks budidaya ikan nila, telah berkembang menjadi industri
lokasi budidaya didasarkan pada kualitas air yang sesuai. Ikan nila
7
alam dapat diamati dari keberadaannya di perairan alami danau. Persebaran
ikan nila juga mencakup berbagai benua di dunia, termasuk Asia dan Afrika.
Mengingat adaptasinya yang baik terhadap variasi lingkungan, ikan nila telah
berbagai daerah.
beberapa dekade terakhir. Hal ini tidak hanya mencerminkan kontribusi besar
sektor ini. Ikan nila seiring dengan keberhasilannya, terdapat risiko pelarian ke
Tingkat global, ikan nila juga telah menjadi spesies invasif di beberapa wilayah
ikan nila perlu dikelola dengan hati-hati untuk memastikan bahwa manfaat
ekonomi yang dihasilkan sejalan dengan upaya pelestarian sumber daya alam
yang lebih kaya tentang aspek diet ikan nila dan interaksi ekologisnya
9
dalam siklus trofik dan menjelaskan lebih lanjut bagaimana spesies ini
konsumsi ikan nila terdiri dari plankton. Hal ini di dapat dari hasil
Menurut hasil penelitian Gunadi et al. (2015), ikan nila dengan nama latin
pertumbuhan yang cepat, dan relatif tinggi dalam ketahanan terhadap penyakit.
Proses reproduksi ikan nila ternyata dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan
usia ikan, dengan upaya untuk mengurangi variasi melalui perlakuan seragam
pada ikan yang memiliki usia dan ukuran yang relatif serupa. Sementara itu,
faktor lingkungan, termasuk kualitas pakan yang kaya protein dan keberadaan
lanjut, kepadatan ikan, terutama dalam konteks kolam pemijahan, juga memiliki
11
karena adanya persaingan dalam penggunaan ruang dan pakan, menekankan
perlunya pengelolaan yang cermat dalam lingkungan budidaya ikan nila untuk
betina memainkan peran penting dalam proses reproduksi ini. Faktor-faktor lain
betina, yang memiliki dampak signifikan terhadap jumlah telur yang dapat
menetas. Kualitas telur yang dihasilkan oleh induk betina secara langsung terkait
dengan kondisi fisiknya. Penelitian ini juga menyoroti bahwa perbedaan antar
strain ikan nila dapat memengaruhi waktu dan tingkat keberhasilan penetasan
telur. Hal ini menandakan bahwa performa reproduksi ikan nila tidak hanya
reproduksi yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor kunci. Faktor genetik dan
mana kualitas induk dan kondisi lingkungan menjadi poin fokus. Pentingnya
12
menekankan perlunya perlakuan seragam pada individu ikan dengan
karakteristik genetik yang serupa. Kualitas pakan dan kontribusi vitamin E juga
berkelanjutan.
2.2 Enzim Pencernaan dan Mekanisme Kerja pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Menurut hasil dari penelitian Santos et al. (2016), pertumbuhan ikan nila
yang secara langsung dipengaruhi oleh aktivitas enzim pencernaan kunci seperti
amilase, lipase, dan protease. Enzim-enzim ini memainkan peran krusial dalam
pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein dalam pakan menjadi senyawa yang
dapat diserap oleh tubuh ikan. Pentingnya aktivitas enzim pencernaan ini
diperkuat oleh temuan bahwa kondisi lingkungan, usia ikan, dan kebiasaan
dan lipase, menjadi faktor kunci dalam proses pencernaan yang memastikan ikan
13
peran dan regulasi enzim-enzim ini dalam sistem pencernaan ikan nila
yang optimal. Hal ini mendukung pertumbuhan yang sehat dan efektif dalam
air, ukuran ikan, jenis pakan, sifat kimia air, frekuensi pemberian pakan, sifat
fisika dan kimia pakan, kandungan gizi pakan, serta jenis dan jumlah enzim di
saluran pencernaan turut berperan dalam menentukan daya cerna ikan nila.
enzim HCl dalam lambungnya. Proses ini memfasilitasi penyerapan nutrisi oleh
usus dan distribusi sebagai sumber energi melalui peredaran darah. Ikan nila
yang tidak memiliki lambung mengandalkan intestinal bulb atau usus depan yang
aspek yang memengaruhi efisiensi pencernaan dan pemanfaatan nutrisi ikan nila
dengan efisiensi pencernaan, yang ditopang oleh aktivitas enzim seperti amilase,
lipase, dan protease. Faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, usia ikan, dan pola
14
makan turut berperan dalam membentuk tingkat aktivitas enzim pencernaan
ikan yang dilengkapi dengan lambung menggunakan enzim HCl untuk mengurai
usus atau usus depan sebagai tahap awal dalam proses pencernaan.
yang tepat dalam budidaya ikan nila. Hal ini bertujuan meningkatkan efisiensi
2.3 Enzim Hormonal dan Mekanisme Kerja pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tujuan dari metode ini menghindari terjadinya reproduksi yang tidak diinginkan
dalam populasi ikan. Proses pemberian hormon ini dilakukan pada tahap awal
Metode ini dianggap efektif, praktis, dan ekonomis dalam konteks budidaya ikan
nila, karena dapat memberikan kontrol yang baik terhadap jenis kelamin ikan
15
menggunakan hormon androgenik memungkinkan para peternak ikan untuk
Menurut penelitian Vinarukwong et al. (2018), ikan nila atau dengan nama
oleh gen aromatase. Enzim ini memegang peran krusial dalam diferensiasi jenis
ikan nila. Secara menarik, pemberian androgen eksogen juga memiliki potensi
untuk menginduksi pembalikan jenis kelamin pada ikan betina genotipik melalui
terjadi sekitar 5-6 hari setelah penetasan. Temuan ini memberikan wawasan
16
signifikan untuk meningkatkan pertumbuhan, mencapai seragamitas ukuran, dan
meningkatkan kualitas daging ikan nila. Praktik ini dianggap efektif, praktis, dan
ikan jantan. Penelitian ini juga memberikan sorotan terhadap peran enzim
seksual ikan nila. Pemberian androgen eksogen, seperti yang dilakukan melalui
metode tersebut, ternyata dapat memengaruhi ekspresi gen DMRT1 yang terlibat
munculnya jenis kelamin jantan pada ikan nila, memberikan pemahaman lebih
dalam tentang mekanisme kontrol jenis kelamin pada ikan dan potensinya dalam
ikan nila (Oreochromis niloticus) melibatkan tiga jenis enzim utama, yaitu
dalam pencernaan lemak. Ketiga enzim ini bekerja secara sinergis untuk
memfasilitasi proses pencernaan makanan di dalam lambung ikan nila. Ikan nila
sebagai ikan omnivora, ikan nila menunjukkan aktivitas enzim yang beragam
karbohidrat, dan lemak. Tingkat aktivitas amilase dan lipase yang tinggi dapat
dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan nila, khususnya
fitoplankton. Temuan ini menyoroti adaptasi enzimatis ikan nila terhadap diet
17
omnivora mereka, dengan menekankan peran penting protease, amilase, dan
sumber makanan.
memanfaatkan protein dan lemak sebagai sumber energi utama. Hal ini
memperoleh energi secara lebih efisien dari protein dan lemak daripada
yang dapat menjadi dasar untuk peningkatan formulasi pakan yang lebih
tingkat yang setara. Hal ini juga dapat lebih baik jika diberikan
mengurangi asupan pakan, ikan nila tetap mampu tumbuh secara optimal
19
memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan formulasi
pakan yang lebih tepat, mendukung praktik budidaya ikan nila yang
dapat dipahami bahwa lipid memegang peran yang sangat penting dalam
20
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus).
agar tetap normal. Lipid juga berfungsi sebagai prekursor untuk hormon
lebih lanjut mengenai peran lipid pada ikan nila, menyoroti bahwa lipid
energi bagi ikan. Spesies ikan dapat memanfaatkan lipid dengan efisien,
kandungan lemak yang tinggi. Kekurangan lipid dalam pakan juga dapat
21
formulasi pakan yang tepat menjadi kunci dalam mencapai pertumbuhan
yang optimal dan kesehatan yang baik pada budidaya ikan nila.
hidup ikan nila dapat ditegaskan dari hasil dua penelitian terkait. Lipid
tidak hanya berfungsi sebagai penyedia energi dengan nilai kalori tinggi,
pakan ikan nila menjadi aspek kritis yang perlu diperhatikan. Hal ini
22
BAB III METODOLOGI
Alat Fungsi
Akuarium =
Rak akuarium =
Styrofoam =
Thermometer =
Selang sifon =
Sikat =
Spon cuci =
Seser =
Ember =
Kabel rol =
pH meter =
Timbangan analitik =
Nampan =
Cuvet valcon =
Sectio set =
Pipet Volume =
Spatula =
Bola Hisap =
Sentrifuge =
Serbet =
Microtube =
Pipet tetes =
Ember =
Tabung reaksi =
Pipet volume =
Bola hisap =
Stopwatch =
Spektrofotometer UV Fis =
Pipet tetes =
Washing bottle =
24
3.2 Bahan Praktikum
Bahan Fungsi
Air =
Biota akuakultur =
Sabun =
Kertas label =
Aquades =
Pakan ikan =
Usus sampel =
Lambung sampel =
Tisu =
Kapas steril =
Aluminium foil =
Kertas buram =
Supernatan lambung =
dan usus
Larutan TCA =
Plastic wrap =
Alkohol 96% =
Eter =
Kloroform =
NaOH 10% =
25
Larutan Fehling A dan B =
yang dilapisi alas sterofoam sebagai pelindung. Akuarium diisi dengan air untuk
media hidup bagi biota akuakultur, kemudian dipasang aerator sebagai sumber
oksigen. Objek yang diamati dalam akuarium adalah biota akuakultur atau hewan
sampel. Biota akuakultur diberi makan sampai kenyang atau disebut juga dengan
medulla oblongata bertujuan agar ikan langsung dalam kondisi mati sebelum
organ usus dan lambung digunakan untuk sampel sebagai pengujian. Sampel
lambung dan usus yang didapat bisa dipisahkan pada kertas saring. Masing-
masing sampel lambung dan usus dihaluskan menggunakan alat mortar dan alu.
sampel yang berada dalam cuvet falcon dapat dimasukkan ke dalam alat
minute). Hasil yang didapat dari proses sentrifugasi yaitu residu dan supernatan,
26
lalu diambil supernatan pada cuvet falcon menggunakan pipet tetes. Sampel
yang didapat bisa dimasukkan ke dalam microtube dengan suhu yang dingin.
dalam tabung reaksi. Kasein sendiri berfungsi sebagai subtrat dalam proses
pengujian enzim protease. Sampel kasein dan supernatant dalam tabung reaksi
tetes. Tahapan sepanjutnya adalah inkubasi sampel dalam suhu 37°C selama 10
larutan TCA 4% ke sampel lalu diinkubasi kembali dengan suhu dan durasi yang
dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Niali absorbansi sampel diukur
menggunakan alat UV Fis menggunakan paanjang gelombang 578 nm. Hasil dari
alat UV Fis merupakan nilai yang dicatat sebagai nilai absorbansi enzim
protease.
Menekan tombol merah “lip” pada alat yang sudah menyala lalu angkat penutup
sentrifuge. Bagian dalam sentrifuge di cek terlebih dahulu sebelum ring sampel
dipasang. Sampel yang berada di dalam cuvet falcon dimasukkan ke dalam ring
Tekan tombol “start” dan sentrifuge akan berputar. Ditunggu sesuai waktu yang
ditetapkan dan proses sentrifugasi selesai apabila alat tersebut berbunyi "klik”.
Penutup sentrifuge dibuka lalu cuvet falcon sampel diambil. Ring sampel
dikeluarkan dan tekan kembali tombol "power". Langkah terakhir yaitu kabel
aktivitas enzim. Inkubator digunakan untuk menjaga suhu yang konstan dan
stabil, serta memberikan kondisi pH yang sesuai agar enzim dapat bekerja
sumber listrik atau disebut stop kontak. Bagian dalam alat inkubasi di cek terlebih
dahulu sebelum ring sampel dimasukkan. Atur dan set suhu pada knop putar
pada display, arah kanan untuk menaikkan suhu sedangkan arah kiri untuk
menurunkan suhu. Terdapapat tiga lampu panel besar yaitu: warna hijau ”power”
28
mesin mengalami overheat, warna oranye ”heat” menandakan alat masih
kemudian tutup pintu alat inkubasi. Atur dan set timer pada display untuk
menyetel berapa lama waktu inkubasi yang diinginkan. Setelah selesai ambil
sampel dari inkubator kemudian tutup pintu inkubtor. Putar suhu ke 0° C untuk
menjaga alat dan tekan tombol ”off” untuk mematikan mesin inkubator. Langkah
terakhir cabut kabel dari sumber listrik dan hasil inkubasi bisa didapatkan.
Pertama, tentukan nilai absorbansi BM tirosin dan konsentrasi tirosin yang akan
volume sampel enzim yang akan digunakan. Tentukan juga waktu inkubasi dan
faktor pengenceran yang sesuai dengan kondisi percobaan. Setelah itu, hitung
dengan nilai absorbansi akhir. Masukkan semua nilai yang telah ditentukan ke
dalam rumus:
Tirosin V
Aktivitas Enzim= × × FP
BM Tirosin p . q
Hitunglah hasil dari rumus tersebut untuk mendapatkan aktivitas enzim yang
faktor penting seperti durasi inkubasi serta faktor pengenceran agar hasil dari
menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang dibutuhkan seperti sampel
29
yang akan diuji karbohidratnya, larutan Fehling A dan B, tabung reaksi dan
larutan NaOH 10%. Langkah berikutnya yaitu sampel diambil sebanyak 2 mL dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah diletakkan di rak tabung reaksi.
Tabung reaksi tersebut kemudian dijepit dan dipanaskan diatas bunsen hingga
mendidih. Terakhir yaitu mengamati perubahan warna jika reaksi positif maka
Uji lipid digunakan untuk mengetahui sifat lipid, yaitu molekul non-polar
yang hanya dapat larut dalam pelarut non-polar. Lipid yang dilarutkan dalam
pelarut polar lipid tidak akan homogen dalam larutan tersebut. Langkah kerja
pengujian kelarutan lipid sendiri yang pertama tentu persiapan alat dan bahan.
Langkah berikutnya yaitu masukkan 2mL sampel yang akan diuji kedalam tabung
30
BAB IV ANALISIS HASIL
32
4.3 Uji Karbohidrat pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
33
4.4 Uji Lipid pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
34
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
35
5.2 Faktor Koreksi
36
5.3 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Abd Hamid, M., Sahb, A. S. R. M., Nor, S. A. M., & Mansor, M. (2022). The
Distribution of Invasive Tilapia Throughout A Tropical Man-Made Lake
With Special Reference to Temengor Reservoir, Malaysia. Indonesian
Journal of Limnology, 3(1), 47-57.
Arfiati, D., Puspitasari, A. W., Renitasari, D. P., & Widiastuti, I. M. (2019). status
tropik dan isi lambung ikan nila (oreochromis niloticus) dari waduk
wonorejo, Tulungagung, Jawa Timur. JFMR (Journal of Fisheries and
Marine Research), 3(2), 166-171.
El-Shenawy, A. M., Abeer, E. K. M., Alsokary, E. T., & Gad, D. M. (2020). Impact
of carbohydrate to lipid ratio and bile salts supplementation on
performance, body gain and body composition of Nile tilapia fish.
International Journal Fisheries and Aquatic Studi, 8(3), 88-97.
, B., Setyawan, P., & Robiasalmi, A. (2015). Produktivitas Larva pada Pemijahan
Alami Beberapa Strain Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
Persilangannya dengan Ikan Nila Biru (Oreochromis aureus). In Prosiding
Seminar Nasional Ikan ke (Vol. 8, pp. 49-54).
Komariyah, S., Suprayudi, M. A., & Jusadi, D. (2014). Studi awal pemanfaatan
minyak biji karet Hevea brasiliensis untuk pakan ikan nila Preliminary
study of rubber seed Hevea brasiliensis oil utilization for tilapia diet. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 13(1), 61-67.
Kurnia, R., Widyorini, N., & Solichin, A. (2018). Analisis Kompetisi Makanan
Antara Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus), Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Perairan Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo (Analysis of Food Competition
Between Java Barb (Barbonymus gonionotus), Java Tilapia (Oreochromis
mossambicus) and Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) in Wadaslintang
Reservoir, Wonosobo Regency). Management of Aquatic Resources
Journal (MAQUARES), 6(4), 515-524.
Mujalifah, M. SantosoH. dan laili saimul, 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila
(Oreochromis nilocitus) Dalam Habita Air Tawar dan Air Payau.
Nurfitasari, I., Palupi, I. F., Sari, C. O., Munawaroh, S., Yuniarti, N. N., &
Ujilestari, T. (2020). Respon daya cerna ikan nila terhadap berbagai jenis
pakan. Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(2), 21-28.
Sipayung, B. S., Ma'ruf, W. F., & Dewi, E. N. (2015). Pengaruh senyawa bioaktif
buah mangrove Avicennia marina terhadap tingkat oksidasi fillet ikan nila
merah O. niloticus selama penyimpanan dingin. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan, 4(2), 115-123.
Siregar, F. A., & Makmur, T. (2020). Metabolisme lipid dalam tubuh. Jurnal
Inovasi Kesehatan Masyarakat, 1(2), 60-66.
Tian, J., Wen, H., Lu, X., Liu, W., Wu, F., Yang, C. G., ... & Yu, L. J. (2018).
Dietary phosphatidylcholine impacts on growth performance and lipid
39
metabolism in adult Genetically Improved Farmed Tilapia (GIFT) strain of
Nile tilapia Oreochromis niloticus. British Journal of Nutrition, 119(1), 12-
21.
Zafar, A., Roni, M. A., Rana, M., & Akter, N. (2022). Growth, digestive enzyme
activities, proximate composition and hemato-biochemcial responses of
juvenile Nile tilapia (Oreochromis niloticus) reared at various stocking
densities in a recirculatory aquaculture system. Journal of Applied
Aquaculture, 1-23.
Zhou, W. H., Wu, C. C., Limbu, S. M., Li, R. X., Chen, L. Q., Qiao, F., ... & Du, Z.
Y. (2022). More simple more worse: simple carbohydrate diets cause
alterations in glucose and lipid metabolism in Nile tilapia (Oreochromis
niloticus). Aquaculture, 550, 737857.
40
41
LAMPIRAN
Lampiran