Anda di halaman 1dari 48

FISIOLOGI TUMBUHAN

(BIB208)

PEDOMAN DAN LEMBAR KERJA


PRAKTIKUM

Disusun Oleh:

Idha Susanti, M.Si.


Anggraeni, M.Si.
Robika, M.Si
Henri, S.Si., M.Si
Rinny Saputri, S.Si.M.Si

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2023

NAMA MAHASISWA : ______________________________________________


NIM : ______________________________________________
KELAS : _______________________________________
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas terselesainya penyusunan Pedoman Praktikum
Fisiologi Tumbuhan ini. Buku Pedoman Praktikum Fisiologi Tumbuhan ini kami susun agar dapat
dipergunakan sebagai petunjuk bagi mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Pertanian, Perikanan,
dan Biologi Universitas Bangka Belitung semester 4 dalam menjalankan praktikum Biologi, tahun
akademik 2022/2023.
Dalam praktikum ini mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam melaksanakan
praktikum. Buku Pedoman Praktikum ini diupayakan untuk mendekati harapan ideal tersebut.
Namun demikian mahasiswa diharapkan melengkapinya dengan berbagai referensi yang tersedia.
Materi yang disajikan dalam Buku Pedoman Praktikum Biologi ini secara garis besar mengenai
fisiologi tanaman dalam berbagai kondisi perlakuan.
Disadari bahwa Buku Pedoman Praktikum ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
masukan yang positif dari semua pihak akan sangat membantu untuk perbaikan dan
penyempurnaan Buku Pedoman Praktikum ini di masa mendatang.

BaNGKA 13 Februari 2023

Penyusun

i
TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. Umum
1. Setiap praktikan diwajibkan mengikuti semua acara praktikum. Jika berhalangan hadir
diwajibkan mengikuti prosedur perijinan yang berlaku di Universitas Bangka Belitung.
2. Jika praktikan dengan sangat terpaksa tidak dapat mengikuti satu atau sebagian mata
acara praktikum, praktikan wajib melaporkan kepada pengampu/asisten praktikum untuk
mendapatkan waktu pengganti.
3. Praktikkan yang tidak masuk tanpa ada konfirmasi alasan ketidakhadiran pada
pengampu/asisten praktikum maka tidak diberikan waktu pengganti. Nilai ketidakhadiran,
pretest, laporan dan keaktifan diberi nilai nol pada mata acara praktikum yang tidak dihadiri.

B. Ketertiban Alat
1. Setiap praktikan dimohon bekerja hati-hati selama praktikum.
2. Kerusakan atau kehilangan akibat kecerobohan praktikan menjadi tanggungjawab yang
bersangkutan atau regu yang bersangkutan dengan pilihan mengganti alat yang sama
(fungsi dan kualitasnya) atau bentuk uang. Laporan disampaikan pada hari kejadian dan
diselesaikan paling lambat dalam waktu satu bulan setelah kejadian.
3. Ketidakberesan administrasi dan/atau penggantian alat yang rusak atau pecah
menyebabkan nilai praktikum ditunda.

C. Pelaksanaan Praktikum
1. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium selama praktikum berjalan.
2. Selama praktikum hanya Pedoman Praktikum, alat tulis, dan barang berharga (dompet,
hand phone, dan alat elektronik lain) yang diperkenankan berada di dekat praktikan.
Selama praktikum, hand phone diatur pada mode silent.
4. Pada awal praktikum diadakan pretest selama 10 menit sesuai dengan materi yang akan
diberikan pada hari itu.
5. Praktikan diwajibkan menjaga ketenangan, kebersihan, dan kesopanan selama praktikum.
Hal-hal lain mengacu pada peraturan Universitas Bangka Belitung.
6. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.

D. Nilai Praktikum
1. Bobot nilai praktikum pada total sks kuliah 3 (2-1) adalah 30% dari total mata kuliah.
2. Nilai praktikum 100% terdiri atas
2.1. Laporan - 30%
2.2. Keaktifan – 30%
2.3. Pretest - 10%
2.4. Ujian Akhir - 20%
2.5 Kehadiran-10%
Praktikan yang tidak mengumpulkan Laporan mendapat nilai NOL untuk mata praktikum
tersebut.

E. Laporan Praktikum
1. Laporan Praktikum dikumpulkan pada praktikum selanjutnya kepada Pembimbing/Asisten
Praktikum.
2. Laporan Praktikum ditulis pada lembar kerja masing-masing oleh setiap praktikan.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Tata Tertib Praktikum ........................................................................................ iii
Daftar Isi ............................................................................................................ v
I. Penetapan Potensial Air Jaringan Tumbuhan......................................... 1
II. Transpirasi Tumbuhan ............................................................................ 6
III. Peran Unsur Hara bagi Tumbuhan ........................................................ 16
IV. Respirasi................................................................................................. 19
V. Daerah Pertumbuhan ............................................................................ 22
VI. Geotropisme ........................................................................................... 26
VII. Percepatan Inisiasi Akar........................................................................... 30
VIII. Fisiologi Herbisida.................................................................................... 36
IX. Uji Biologi 2,4 D ……………………………………………………………… 39
Daftar Pustaka .................................................................................................... 42

iii
iv
I. PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

Tujuan : Mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang.

Landasan Teori
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian sistem.
Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni
(juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer, dan pada suhu serta ketinggian yang
sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient antara
lain: konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia
pelarut, matriks. Pengukuran potensial air dapat dilakukan dengan beberapa metode,
seperti metode air, volume jaringan, chordate, dan tekanan uap (Salisbury dan ross,
1995).
Hubungan antara potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmosis karena
osmosis merupakan peristiwa difusi antara 2 tempat akibat perbedaan gradien kosentrasi,
dan dipisahkan oleh membran, maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau membran
protoplasma merupakan membran pembatas antara zat yang berdifusi karena pada
umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar
proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmosis.
Pada fisiologi tanaman adalah hal biasa untuk menunjukkan energi bebas yang di
kandung di dalam air ditunjukkan dalam bentuk potensial air (ψ). Definisi dari potensial air
adalah energi per unit volume air, potensial air berbanding lurus dengan suhunya.
Nilai absolut dari potensial air tidak mudah diukur, tetapi perbedaannya dapat
diukur. Sebagai standartnya adalah air murni. Dengan demikian potensial air dapat
didefinisikan sebagai perbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia per satuan
molar volume antara air murni (akuadest) pada tekanan atmosfer nol atm, dan potensial air
di dalam sel dan larutan kurang dari nol atau negatif.
Nilai suatu potensial air menggambarkan status energi bebas air, yaitu suatu ukuran
daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan,
tanah atau atmosfer, atau dari satu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air
dapat menjadi parameter yang bermanfaat untuk mengukur suatu sistem tanah, tanaman
dan atmosfer.
Komponen-komponen potensial air sel atau jaringan dirumuskan sebagai berikut:
w =  s + p +  m
w = potensial air suatu tumbuhan
s = potensial osmotik (-)
p = potensial tekanan (turgor)
m = potensial matriks
Potensial osmotik merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi
yang terlarut. Potensial osmotik selalu memiliki nilai negatif, hal ini disebabkan karena air
cenderung bergerak menyeberangi membran semi permeable dari air murni menuju air
yang mengandung zat terlarut.
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan dalam
suatu seri larutan sukrosa atau mannitol (non elektrolit) yang diketahui konsentrasinya.
Dalam percobaan ini dicari larutan sukrosa yang tidak mengakibatkan perubahan berat
atau volume jaringan, artinya potensial air larutan sama dengan potensial air jaringan.
Potensial air larutan sama dengan potensial osmotiknya. Maka persamaannya menjadi:
w =  s

1
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh 4 macam komponen
potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotik dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung
pada air di dalam daerah gravitasi. Potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat
air saat penyerapan. Potensial osmotik bergantung pada hidrostatik atau tekanan angin
dalam air (Deragon, 2005).
Alat dan Bahan :
- Umbi kentang
- Umbi bawang merah
- Sukrosa
- Akuades
- Pisau/Cutter
- Penggaris
- Kertas tissue
- Cawan petri

Prosedur :

Buatlah seri larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi : 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M; 0,4 M; 0,5
M; dan 0,6 M. Siapkan 6 buah cawan petri, beri label masing-masing dengan seri larutan
sukrosa yang akan digunakan. Masukkan sebanyak 15 ml setiap larutan sukrosa ke
masing-masing cawan petri yang telah diberi label. Masukkan 15 ml Aquadest dalam satu
cawan petri sebagai kontrol.
1. Tahap berikutnya harus dilakukan dengan cepat yaitu membuat 21 potongan
kentang berbentuk persegi berukurn 1 cm.
2. Kentang diiris tipis dengan pisau silet, dengan ketebalan 1-2 mm. Agar homogen,
satu umbi dibuat untuk satu set percobaan
3. Bilas irisan tersebut dengan akuadest dengan cepat, keringkan dengan handuk
atau tissue, kemudian timbang pada timbangan analitik.
4. Letakkan irisan kentang tersebut pada larutan sukrosa secara terpisah pada
masing-masing ke dalam 7 cawan yang berbeda kosentrasi, untuk tiap-tiap
konsentrasi masukkan 3 keping irisan kentang.
5. Biarkan irisan kentang pada larutan selama 1 jam. Setelah 1 jam segera keluarkan
irisan-irisan tadi, lalu dikeringkan dan ditimbang kembali.
6. Tentukan perubahan berat dengan menghitung selisih penambahan berat dengan
cara mengurangi hasil penimbangan kedua dengan penimbangan pertama.

% perubahan berat = Berat akhir – Berat awal x 100%


Berat mula-mula

7. Catat data selisih beratnya, masukkan data hasil penghitungan pada progam
komputer dan buatlah dalam bentuk grafik dimana perubahan berat merupakan
ordinat, dan konsentrasi sukrosa sebagai absis.
8. Plotkan grafik dan cari pola regresinya.
9. Hitung potensial osmotik kentang yang diuji. Potensial air jaringan dapat diperoleh
setelah terlebih dahulu menghitung potensial osmotik ( s) untuk masing-masing
konsentrasi larutan sukrosa. Gunakan rumus berikut:
s = M i R T
Dimana: M = molaritas dari larutan sukrosa
Ii = konstanta ionisasi
R = konstanta gas (0.0831 bar/derajat mol).

2
T = suhu absolut
10. Rumus diatas digunakan untuk menghitung salah satu konsentrasi saja. Untuk
menghitung konsentrasi lainnya dapat digunakan rumus yang lebih sederhana
sebagaimana berikut:
M1 = M2 i
s1 s2
11. Interpretasikan grafik konsentrasi yang diperoleh dari percobaan.

Hasil

Tabel 1 Hasil pengukuran berat kentang pada berbagai konsentrasi Sukrosa


Kons. Berat Rata-rata Berat Rata-rata Perubahan berat % perubahan
Sukrosa awal berat awal akhir berat akhir (selisih rata-rata) berat ψs
(M) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

3
Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap potensial osmotik
kentang

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

4
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

5
II. Transpirasi Tumbuhan

Tujuan : Mengamati proses transpirasi tumbuhan pada berbagai kondisi lingkungan

Landasan Teori :

Tumbuhan memerlukan air dan hara mineral selama proses pertumbuhan dan
perkembangan. Air merupakan bagian terbesar dalam tubuh tanaman yang sedang aktif
melakukan metabolisme. Pada tumbuhan air berperan penting dalam transport unsur hara
keseluruh tubuh tumbuhan. elain itu, air juga digunakan untuk mendinginkan permukaan daun
pada suhu yang
relatif panas dengan cara difusi dari rongga antarsel parenkim bunga karang ke atmosfer melalui
stomata (jamak: stoma). Peristiwa ini lazim dikenal dengan transpirasi. Transpirasi terkait dengan
pembukaan stoma, letak stoma, ukuran stoma, dan kerapatan stoma per satuan luas daun.
Transpirasi adalah proses hilangnya uap air dari permukaan tubuh tumbuhan akibat
adanya penguapan (evaporasi). Transpirasi dari permukaan daun terutama berlangsung melalui
stomata. Peristiwa ini lazim dikenal sebagai transpirasi stomatal. Selain itu, sebagian kecil uap
air dapat juga hilang melalui kutikula (transpirasi lentikuler). Berbeda dengan evaporasi, uap air
pada transpirasi tidak meninggalkan permukaan bebas, tetapi harus melewati epidermis atau
stomata. Transpirasi ditentukan oleh faktor yang memengaruhi pembukaan stomata. Sebagai
contoh, kenaikan temperature daun dapat memacu evaporasi, tetapi dapat pula menyebabkan
menutupnya stoma sehingga transpirasi menjadi berkurang.
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan terbentuknya daya isap
daun, membantu penyerapan air dan hara oleh akar, serta mempertahankan suhu permukaan
daun. Akan tetapi, transpirasi dapat juga membahayakan kehidupan tumbuhan. Hal ini terjadi
apabila uap air yang ditranspirasi melampaui jumlah air yang diserap oleh akar. Akibatnya,
tumbuhan akan kekurangan air. Kekurangan air yang berlebihan dapat mengakibatkan kelayuan
yang berakhir dengan kematian. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam
memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan
menguapkan air dalam jumlah yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang
efisien memanfaatkan air.
Laju kehilangan air suatu tanaman bergantung kepada perbedaan potensial air antara
atmosfer dan di dalam sel daun, terutama pada rongga substomater. Jika ruang antarsel dalam
daun jenuh dengan uap air maka laju kehilangan uap air ditentukan oleh kelembaban nisbi udara
di atmosfer. Setiap keadaan lingkungan yang menyebabkan perubahan besarnya perbedaan
potensial air antara sel daun dan udara luar, dapat menyebabkan kenaikan laju transpirasi.
Radiasi matahari sangat penting bagi fotosintesis. Selain itu, radiasi dapat menimbulkan
panas. Panas yang diterima oleh daun digunakan sebagai sumber energi bagi transpirasi. Untuk
menguapkan 1 gram air dibutuhkan 568 kalori energi panas. Oleh karena itu, transpirasi
berpengaruh dalam pendinginan daun tumbuhan.
Dalam praktikum ini kecepatan transpirasi akan diukur menggunakan alat dengan prinsip
bejana berhubungan. Laju transpirasi dan absorbsi air masing-masing akan digambarkan oleh laju
pergerakan kolom air dalam pipa bejana berhubungan. Jika transpirasi tidak berlebihan dan
penyerapan air tidak berbeda terlalu besar dengan kehilangan air maka dapat dikatakan bahwa
laju penyerapan air sama dengan laju transpirasi.

1. Alat:
a. Kertas manila

6
b. Plastic shield
c. Gunting stek
d. Timbangan analitik digital
e. Mikroskop
f. Object glass dan deg glass/cover glass
g. Pipet volumetrik 5 cc
h. Selang yang pas dengan diameter pipet sepanjang 75 cm

2. Bahan:
a. Cabang tumbuhan bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
b. Cabang tumbuhan Akasia (Acacia auriculiformis)
c. Cabang tumbuhan Syzygium sp.
d. Cabang tumbuhan Chromolaena odorata

3. Cara Kerja:
a. Ambil pipet volumetrik 5cc, kemudian masukkan selang plastik ke pangkal pipet.
b. Isilah pipet dan selang dengan air. Usahakan tidak ada gelembung udara.
c. Buatlah struktur, seperti 2 bejana berhubungan (berbentuk huruf U) dengan masing-
masing bejana berupa pipet dan selang. Letakkan struktur ini pada penyangga (Gambar
1.1).
d. Potonglah cabang tumbuhan Filisium dan Akasia yang ada daunnya menggunakan gunting
stek. Usahakan pemotongan dibuat dengan arah serong dan diameter cabang sama
dengan diameter selang.
e. Segera masukkan cabang ke ujung selang dan balutlah ujung selang ini dengan plastic
shield.
f. Catat jumlah air yang diuapkan setiap 10 menit sekali untuk menghitung laju transpirasi.
Ulangi pencatatan ini tiga kali dan buatlah reratanya.
g. Dengan cara yang sama, lakukan penghitungan laju transpirasi di luar ruangan.
h. Bandingkan laju transpirasi, baik pada Filisium maupun Akasia, di dalam ruangan dan di
luar ruangan.
i. Untuk mengetahui hubungan antara laju transpirasi dan luasan daun, lakukan pengukuran
luasan daun dengan menggunakan alat leaf area meter. Ukur keseluruhan luas daun yang
terdapat pada cabang tanaman.

7
Gambar 2
Konstruksi Bejana Berhubungan pada Percobaan Transpirasi

k. Untuk mengetahui hubungan antara laju transpirasi dan jumlah stomata per luasan daun,
lakukan penghitungan jumlah stomata per luasan daun dengan cara sebagai berikut.
1) Ambil object glass, berilah satu tetes air menggunakan pipet.
2) Sayat permukaan bawah daun Filisium dan Akasia dengan arah membujur.
3) Dengan bantuan jarum, letakkan sayatan tadi di tempat tetesan air pada object
glass dengan bagian permukaan bawah daun menghadap ke atas, selanjutnya
tutuplah dengan glass.
4) Amati preparat daun tersebut di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10
kali.
5) Hitung jumlah stomata per bidang pandang.
6) Konversikan hasil penghitungan tersebut ke dalam luasan mm 2.
7) Bandingkan jumlah stomata Filisium dan Akasia per mm 2.
l. Carilah hubungan antara laju transpirasi dan jumlah stomata per luasan daun.
m. Simpulkan lebih efisien mana antara laju transpirasi pada Filisium dan laju transpirasi pada
Akasia dengan memperhatikan hubungan antara laju transpirasi, luasan daun, dan jumlah
stomata per luasan daun pada masing-masing tumbuhan tersebut.

8
Gambar 2 Pengambilan sampel daun untuk pengamatan kerapatan stomata

Hasil

Laju Transpirasi (ml/10menit)


Kerapatan
Luas Daun
No. Jenis Tumbuhan Stomata
(Cm2)
(mm2) di Dalam di Luar
Ruangan Ruangan
Hibiscus rosa-
1
sinensis

2 Acacia mangium

3 Syzygium sp.

Crhomolaena
4
odorata

9
Grafik hubungan antara kerapatan stomata dengan laju transpirasi

Pembahasan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

10
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka
__________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________

11
III. Peran Unsur Hara bagi Tumbuhan

Tujuan : Mengamati respon tumbuhan terhadap perlakuan hara mineral

Landasan Teori :

Selain air, tumbuhan menyerap pula ion-ion anorganik dari tanah. Dari hasil analisis
terhadap kebutuhan unsur hara bagi tumbuhan, dapat diketahui bahwa kebanyakan tumbuhan
memerlukan 16 unsur hara esensial. Unsur esensial adalah unsur yang diperlukan oleh tumbuhan
agar tumbuhan dapat menyelesaikan siklus hidupnya. Apabila tumbuhan kekurangan unsur hara
esensial, akan terjadi defisiensi khusus. Tercukupi atau tidaknya kebutuhan unsur hara tertentu
tidak hanya ditentukan oleh faktor ketersediaannya di dalam tanah, tetapi juga bergantung kepada
kemampuan tumbuhan untuk dapat menyerapnya. Unsur hara esensial bagi tumbuhan tingkat
tinggi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro
adalah unsur hara yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah besar, dan pada umumnya digunakan
sebagai komponen penyusun tumbuhan, baik berupa
dinding sel maupun sitoplasma. Unsur C, H, O, N, S. P, K, Ca, dan Mg termasuk dalam kelompok
unsur hara makro. Sementara itu, unsur hara mikro diperlukan dalam jumlah kecil dan berperan
dalam aktivitas enzim.
Unsur-unsur yang termasuk unsur hara mikro adalah B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn. Selain
itu, ada pula unsur-unsur yang berperan sebagai pengatur tekanan osmosis sel dan penetral ion
yang terbentuk dalam metabolisme. Unsur tersebut berperan dalam metabolisme baik sebagai
unsur yang bereaksi (penyusunan dan penguraian) maupun sebagai aktivator enzim dalam reaksi
tertentu. Misalnya, untuk mensintesis protein dan asam nukleat diperlukan unsur N, P, S, C, H, dan
O sebagai komponen penyusun. Selain itu, diperlukan pula unsur Fe, Zn, dan Cu. Selain unsur-
unsur yang berperan pada reaksi metabolisme, ada pula unsur yang berperan dalam transport,
misalnya B (boron) yang berperan dalam transport karbohidrat.
Efek yang diperlihatkan oleh kekurangan unsur hara tertentu adalah hambatan pada
pertumbuhan atau morfologi yang tidak normal. Salah satu kenampakan yang mudah terlihat
adalah gejala klorosis. Untuk membentuk klorofil diperlukan beberapa jenis unsur, baik yang
digunakan sebagai penyusun maupun katalisator reaksi antaranya. Apabila unsur penetral hasil
metabolisme yang bersifat meracun tidak dijumpai, akan terlihat kematian jaringan atau nekrosis.
Untuk memudahkan pembuatan larutan hara, garam-garam yang mengandung unsur makro
biasanya disediakan dalam bentuk larutan garam tunggal sebagai larutan baku, sedangkan unsur
mikro disediakan dalam bentuk campuran. Unsur Fe disediakan terpisah dalam bentuk larutan
baku garam Fe EDTA atau FeCl 3. EDTA adalah ethylene diamine tetra acetic acid atau etilen
diamin tetra asam asetat.

1. Alat:
a. 10 buah gelas piala ukuran 2.000 ml
b. 10 buah botol bekas obat berwarna merah dengan diameter mulut botol
c. 5-10 cm (gunakan botol yang seragam)
d. 10 buah sumbat botol dari gabus yang berlubang tiga
e. Pinset
f. Gelas ukur
g. pH meter
h. Kapas
i. Kertas label
2. Bahan:
a. Semai tanaman jagung yang berumur 2 minggu
b. Larutan baku unsur hara
c. Aquades
3. Cara Kerja
a. Cucilah botol hingga bersih, kemudian bilas 2 atau 3 kali dengan aquades.
b. Tandai botol tersebut dengan kertas label, masing-masing untuk larutan hara mikro dan hara
lengkap dengan FeEDTA atau hara lengkap denganFeCl 3 tanpa Ca, S, Mg, K, N, P, Fe.
c. Buatlah larutan baku seperti yang tertera pada Tabel 1.2.

12
d. Siapkan larutan hara dengan komposisi seperti pada Tabel 1.2. Untuk membuat larutan hara
lengkap FeEDTA, dengan cara siapkan gelas piala ukuran 2.000 ml dan isilah dengan 1.000 ml
aquades. Pipetlah 10 ml larutan Ca (NO3)2 1M, masukkan ke dalam gelas piala yang berisi 1.000 ml
aquades tadi, kemudian berturut-turut pipetlah 10 ml KNO3 1M, 4 ml MgSO4 1 M, 2 ml KH2PO41 M, 2
ml Fe EDTA, dan hara mikro
e. sebanyak 2 ml. Semua larutan dimasukkan ke dalam gelas piala. Untuk menjadikan volume 2.000
ml, tambahkan aquades, dan gunakan gelas ukur untuk mengukur volumenya. Aduklah hingga
homogen.
f. Siapkan larutan hara berturut-turut dari hara mikro, hara lengkap FeEDTA atau FeCl 3, kemudian
hara tanpa Ca, hara tanpa S, hara tanpa Mg, hara tanpa K, hara tanpa N, hara tanpa P, dan hara
tanpa Fe.
g. Setelah larutan hara selesai dibuat, aturlah pHnya agar berkisar antara 6 - 7 dengan penambahan
NaOH atau HCl secukupnya; ukurlah pHmenggunakan pH meter atau kertas pH.
h. Isilah botol lebih kurang ¾ volume dengan larutan-larutan hara tersebut sesuai dengan labelnya
masing-masing. Tandailah permukaan hara pada botol menggunakan spidol.
i. Ambil semai jagung sebanyak tiga buah; pilih semai yang sehat.
j. Ukur panjang akar dan batang semai, catat jumlah akarnya.
k. Pasanglah semai jagung pada sumbat botol dengan cara sebagai berikut.
a. Dengan hati-hati masukkan akar semai melalui lubang sumbat (Gambar 1.3).
b. Perkuat kedudukan semai dengan melilitkan kapas ke dalam sumbat di sekeliling batang
semai jagung.
c. Usahakan kapas tidak mengenai larutan hara.
l. Lakukan pengamatan tiap hari. Apabila larutan dalam botol berkurang, tambahkanlah aquades
hingga tepat pada tanda spidol.
m. Setelah satu minggu periksalah keadaan semai; catat gejala yang tidak normal, seperti klorosis
pada tulang daun, urat daun, ujung daun, perubahan warna daun, dan sebagainya. Semai yang mati
atau tidak
n. tumbuh dibuang. Tinggalkan dua semai pada tiap botol. Periksalah pH larutan hara dan catat bila
ada perubahan.
o. Pada akhir minggu keempat, ukurlah kembali panjang akar, panjang batang, dan catat jumlah akar
yang terbentuk. Amati gejala-gejala kekurangan unsur hara yang khas pada daun, batang, dan akar.
Ukur pula pH larutan hara lalu catat apabila ada perbedaan pH.
p. Pengamatan diakhiri pada minggu keempat. Buanglah semua larutan hara sisa dan bahan tanaman,
kemudian cucilah botol-botol tersebut.

Tabel 4 Komposisi larutan Hoagland

13
Gambar 3 Cara menempatkan semai jagung ke dalam botol

14
Hasil

Tabel 1 Hasil Pengamatan pengukuran pertumbuhan jagung terhadap perlakuan hara

Pembahasan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

15
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

16
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka
__________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

17
IV. Respirasi pada Tumbuhan

Tujuan : Mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju respirasi

Landasan Teori :

Respirasi merupakan suatu proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida serta energy yang digunakan mempertahankan reaksi
metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi di dalam jaringan. Respirasi dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal (lingkungan). Faktor internal antara lain jenis komditi (klimakterik
atau non-klimakterik) dan kematangan atau umur, akan menentukan pola respirasi yang
spesifik untuk setiap jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Faktor lingkungan berupa
temperature, komposisi udara dan adanya kerusakan mekanik.
Respirasi bukanlah proses pertukaran gas sederhana namun merupakan keseluruhan
proses reaksi oksidasi, yaitu senyawa organic dioksidasi menjadi karbohidrat, sedangkan
oksigen yang diserap direduksi membentuk karbondioksida. Substrat respirasi yakni pati,
fruktosa, sukrosa atau gula lain, lemak, asam organic bukan protein pada keadaan tertentu.
Respirasi aerobic adalah suatu proses pernapasan yang membutuhkan oksigen bebas dari
udara dan air. Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi menyerap oksigen dan
karbondioksida dalam volume yang sama. Proses respirasi terjadi dapat dilihat dengan adanya
pembebasan CO2, pembentukan air dan penyusunan bahan kering dari jaringan yang
melakukan respirasi.
Jika karbohidrat seperti fruktosa, sukrosa, atau merupakan substart respirasi dan oksidasi
secara sempurna, maka volume oksigen yang diambil berimbang dengan karbondioksida yang
dilepaskan. Nisbah karbondioksida terhadap oksigen disebut kuosien respirasi (RQ) dimana
karbohidrat mendekati 1.

Alat
a. Botol selai/jam
b. Kertas jam
c. Kertas karbon
d. Kain kasa
e. Gelas ukur
f. Pipet tetes
g. Erlenmeyer
h. Sumbat karet/gabus
i. Pipa plastic
j. Pengaduk
k. Statif
l. Kaki tiga
m. Embakar Bunsen
n. Termometer

Bahan
a. Kecambah kacang hijau,
b. KOH 0,5 N
c. HCL 0,1 N
d. BaCL2 0,5 N
e. Penolpthalein
f. Gula
g. Ragi roti
h. Kertas pH

Prosedur
1. Setiap kelompok menyiapkan 3 botol selai/Jam yang diisi dengan larutan KOH sebanyak
100 ml.

18
2. Siapkan bijih kacang hijau, kecambah berumur 1 hari, dan kecambah berumur 3 hari
masing-masing sebanyak 25 gram. Bungkus masing-masing perlakuan tersebut
menggunakan kain kasa dan diikat dengan benang lalu di gantung dalam botol-botol
percobaan. Buat percobaan sebagai berikut :
Botol 1 : Berisi biji kacang hijau
Botol 2 : berisi kecambah berumur 1 hari
Boto 3 : berisi kecambah berumur 3 hari
Botol 4 : hanya berisi larutan KOH (sebagai kontrol)
3. Tutup botol dengan kertas karbon untuk menghindari terkena cahaya dan disimpan di
lokasi yang sama untuk semua perlakuan selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam, ambil masing-masing 25 ml Larutan KOH lalu dimasukkan dalam gelas
Erlenmeyer. Tambahkan tetes demi tetes BaCl2 sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing
Erlenmeyer.
5. Teteskan dengan larutan phenolpthalin (indikator PP) sebanyak 2 tetes atau sampai
larutan berwarna merah.
6. Titrasi larutan tersebut dengan menggunakan 0,1N HCL. Titrasi dihentikan tepat ketika
warna merah larutan sudah menghilang. Catat berapa banyak larutan HCL yang terpakai
untuk titrasi.
7. Hitung selisih volume HCl yang digunakan untuk mentiter sampel dan control. Selisih
volume tersebut menunjukkan volume CO 2 yang dihasilkan pada proses respirasi. Hitung
volume CO2 menggunakan rumus berikut:
N1.V1=N2.V2
N1 = Konsetrasi HCl
V1=V2= selisih volume HCL untuk mentiter sampel dan kontrol’
N2 = Konsentrasi CO2 yang dicari

Hasil

Tabel 1 Hasil Pengamatan………………………………………………………………………………..

Pembahasan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

19
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

20
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka
__________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

21
V. Daerah Pertumbuhan
Tujuan

1. Mengamati dan menentukan titik tumbuh batang.


2. Mengamati dan menentukan titik tumbuh batang.

Landasan Teori

Semua bagian tanaman tumbuh. Batang dan akar memanjang ke arah yang sudah ditentukan
(atas dan bawah, secara berurutan). Batang dan akar juga bertambah diameternya, dan
daun-daun bertambah luas permukaannya. Arah pertumbuhan akar, batang dan daun ditentukan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti suhu, cahaya, dan jenis tanaman.

Pembelahan sel terjadi melalui proses yang disebut mitosis. Dalam mitosis, bagian-bagian sel
memperbanyak dirinya sendirl dan kemudian membelah menjadi dua sel yang terpisah. Proses
pembelahan dan perbanyakan terjadi dalam sel-sel meristem. Saat batang tumbuh, sejumlah kecil
sel meristem tertinggal dan pada titik-titik ini cabang-cabang dan daun-daun berkembang.

Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah meristem apikal dari tunas dan
akar. Pada beberapa jenis tumbuhan (rumput-rumputan dan monokotil lainnya) daerah
pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku (nodus). Pertumbuhan juga terjadi pada
bagian-bagian lainnya, sebagai contoh, dalam daun dimana sel-sel membesar sampai tingkat
tertentu. Pertumbuhan secara lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-
sisi kambium.

Alat Bahan

1. Pot atau polybag


2. 12 butir biji buncis, kacang panjang, paria, dan timun
3. Tanah
4. Air
5. Penggaris
6. Spidol
7. Pensil

Prosedur

1. Isilah setiap pot dengan tanah sampal 2,5 cm dan atas.


2. Gunakan pensil untuk membuat 4-6 lubang di setiap pot.
3. Letakkan 4 biji buncis pada permukaan tanah dalam setiap pot.
4. Tutup biji buncis dengan tanah kira-kira 2,5 cm.
5. Basahi tanah dengan air.
6. Biarkan biji-biji berkecambah dan tumbuh selama seminggu agar dapat ditandai.
7. Gunakan spidol untuk membuat garis melintang batang setiap tanaman dengan batas
terbawah di bawah daun kedua.
8. Tandai setiap batang dengan spidol antara kotiledon (bagian biji yang mengandung
cadangan makanan untuk embrio/bakal tanaman) atau daun biji, dan garis awal yang
membagi bagian tersebut menjadi tiga bagian yang sama panjang.
9. Tandai setiap batang dengan spidol antara kotiledon dan daun sebenarnya yang membagi
bagian tersebut menjadi tiga bagian yang sama panjang. Beri angka setiap bagian dengan
angka 1 sampai 6 mulai dari atas.
10. Ukur dan catatlah panjang setiap bagian.
11. Amati pertumbuhan yang terjadi pada hari ke-7, ukurlah dan catatlah panjang setiap bagian
sekali lagi.

22
Tabel 1. Hasil Pengukuran Pertambahan Titik Tumbuh Tanaman Buncis

No. Titik Tanaman ke-


Rata-rata
Tumbuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rata-rata

Tabel 2. Hasil Pengukuran Pertambahan Titik Tumbuh Tanaman Paria

No. Titik Tanaman ke-


Rata-rata
Tumbuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rata-rata

Tabel 3. Hasil Pengukuran Pertambahan Titik Tumbuh Tanaman Timun

No. Titik Tanaman ke-


Rata-rata
Tumbuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rata-rata

23
Tabel 4. Hasil Pengukuran Pertambahan Titik Tumbuh Tanaman Kacang Panjang

No. Titik Tanaman ke-


Rata-rata
Tumbuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rata-rata

Tabel 5. Perbandingan Titik Tumbuh Antar Tanaman pada Praktikum

No. Titik Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4


Tumbuh Buncis Paria Timun Kacang Panjang

Rata-rata

Pertanyaan

1. Apakah panjang ujung batang yang secara nyata terlibat dalam proses pemanjangan
batang berbeda-beda? Pada titik nomor berapa pemajangan tertinggi terjadi? Mengapa
pertumbuhan tanaman lebih terkonsentrasi pada titik tersebut?
2. Pada tanaman ulangan no berapa pertumbuhan tertinggi dicapai? Mengapa tanaman
tersebut lebih tinggi daripada tanaman lainnya?
3. Jelaskan mengapa terjadi variasi pusat titik tumbuh pada tanaman yang berbeda!

Jawaban dan Pembahasan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

24
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

25
VI. GEOTROPISME GERAKAN TANAMAN

Tujuan

Menentukan bagaimana gravitasi mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Landasan Teori

Tanaman-tanaman tidak berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi daun, batang,
dan akarnya benar-benar bergerak. Bagian-bagian tanaman ini bergerak dengan laju yang pelan,
sehingga gerakannya tidak terlihat. Gerakan pada tanaman merupakan tanggapan terhadap
rangsangan, dan gerakan ini akan mendekat atau menjauhi sumber rangsang.
Tanaman bergerak sangat pelan, tetapi terbatas dalam menanggapi rangsang
lingkungannya. Gerakan menanggapi rangsang ini disebut tropisme dan terjadi karena salah satu
bagian tanaman tumbuhan lebih cepat dari pada bagian lainnya. Tropisme positif adalah gerakan
yang mendekati sumber rangsang, dan tropisme negatif adalah gerakan yang menjauhi sumber
rangsang. Dalam percobaan ini, akan mempelajari geotropisme, yaitu tanggapan tanaman
terhadap gravitasi. Bagian-bagian tanaman yang menunjukkan geotropisme positif dan negatif
bersifat spesifik, termasuk perilaku tanaman dalam lingkungan simulasi gravitasi.
Peningkatan pertumbuhan adalah hasil rangsangan yang tidak sama pada sisi atau bagian
tanaman yang berlawanan. Auksin adalah ZPT yang menyebabkan sel-sel tanaman memanjang.
Sel-sel yang lebih panjang pada satu sisi menyebabkan tanaman bengkok. Jenis sel yang berbeda
menanggapi keberadaan ZPT auksin dengan berbeda pula. Penambahan panjang sel batang
secara langsung berhubungan dengan konsentrasi auksin di dalam sel, sebaliknya auksin
menghambat pertumbuhan sel-sel akar.
Tanggapan pertumbuhan tanaman terhadap gravitasi disebut geotropisme. Gravitasi non
auksin perangsang pertumbuhan ke bawah menuju ke bagian paling bawah batang dan akar
tanaman. Pertumbuhan lebih banyak terjadi dalam sel-sel pada sisi bawah batang; pertumbuhan
berkurang di dalam sel-sel pada sisi bawah akar. Hasilnya adalah batang membengkok ke satu
arah, yaitu ke atas, dan akar membengkok ke arah yang berlawanan, yaitu ke bawah.

Alat Bahan

1. Tissue
2. Biji sawi, selada, buncis, atau kacang panjang
3. Lembaran kertas aluminium
4. Spidol
5. Karton berukuran 30 x 30 cm
6. Stoples ukuran I liter
7. Air

Prosedur Pengamatan Geotropisme Benih Buncis

1. Lipat tissue menjadi dua sama besar.


2. Letakkan tissue yang terlipat di bagian tengah aluminium foil.
3. Basahi tissue dengan akuadest hingga lembap, tetapi tidak terlalu basah. Taburkan biji-biji
sawi dalam satu garis lurus yang melintang bagian tengah tissue yang lembap.
4. Lipatlah aluminium foil sehingga membungkus tissue dan lipatkan ujung-ujung kertas
aluminium. Gunakan spidol untuk menggambar panah pada bagian luar kemasan kertas
aluminiumb foil.
5. Letakkan kemasan ini dalam stoples dengan penunjuk panah mengarah ke atas.
6. Letakkan stoples di tempat yang tidak terganggu.
7. Setelah seminggu hari, buka kemasan dengan hati-hati dan amati isinya.
8. Catat arah akar dan batangnya.

26
Prosedur Pengamatan Geotropisme Tanaman Muda

1. Siapkan 2 pot tanaman yang telah cukup besar, tutup permukaannya dengan plastik gelap
agar tanahnya tidak tumpah dan cahaya tidak dapat masuk.
2. Ikat 1 pot dengan tali, gantungkan dengan posisi terbalik.
3. Baringkan 1 pot lainnya di atas tumpukan penahan, dengan posisi kemiringan 45 0.
4. Letakkan kedua tanaman di ruang yang gelap atau di bawah kotak kardus untuk mencegah
masuknya cahaya.
5. Amati posisi batang pada setiap tanaman setelah satu minggu. Bersihkan dengan hati-hati
tanah di sekitar akar pada setiap tanaman dan amati arahnya dalam hubungannya dengan
arah pertumbuhan batang.

Prosedur Pengamatan Geotropisme Perkecambahan Biji

1. Gulunglah kertas tebal berlapis tissue dan dirikanlah di dalam gelas minum.
2. Masukkan beberapa kertas tebal lainnya ke dalam gelas untuk menahan kertas tetap di
tempatnya.
3. Tempelkan isolasi kertas menutup bagian luar gelas dan tandai dengan panah yang
mengarah ke atas, bawah, kiri, dan kanan.
4. Letakkan satu biji buncis (di antara gelas dan handuk kertas) di bawah setiap panah.
5. Pastikan hilum (goresan pada lekukan dalam) biji buncis mengarah pada arah yang
dltunjukkan panah.
6. Basahi tisuue dan jaga kelembapannya, tetapi jangan terlalu basah. Letakkan gelas di
dalam ruang kecil yang gelap. Amati arah batang dan akar pada hari ketujuh.

Hasil Pengamatan

1. Geotropisme Benih Kangkung/Kedelai


______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

27
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

2. Geotropisme Tanaman Muda


______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

3. Geotropisme Perkecambahan Biji


______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

28
Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

29
VII. PERCEPATAN INISIASI AKAR

Tujuan

Meneliti pengaruh auksin alami dan sintetik terhadap pertumbuhan akar beberapa tanaman.

Landasan Teori

IAA adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) tumbuhan yang pertama kali ditemukan dan
menyebar merata dalam tumbuhan. IAA berperan dalam pembelahan sel dan diketahui
menstimulasi pembelahan sel dalam inisiasi pembentukan akar adventif. Pembelahan sel pada
kambium dipengaruhi pula oleh auksin dari daun.Pada konsentrasi tertentu auksin bertugas
mendorong fase perkembangan tetapi akan menghambat apabila konsentrasinya terlalu tinggi.
Suatu konsentrasi yang mendorong perbesaran sel pada pucuk mungkin akan menghambat
perbesaran sel pada akar dari tumbuhan yang sama. Sifat kerja auksin yang men"dua" ini
bergantung pada:
1. Kepekaan jaringan.
2. Kosentrasi auksin endogen di dalam jaringan.
3. Keadaan fisiologis jaringan.

Senyawa-senyawa lain yang memiliki hubungan kimiawi yang dekat dengan IAA diketahui
aktif pula sebagai zat pengatur tumbuh di dalam jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Penerapan
praktis (di lapang) lebih sering menggunakan auksin sintetik daripada IAA. Pemilihan ZPT dalam
praktek budidaya tanaman berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
1. Efektifitas.
2. Stabilitas.
3. Kelarutan.
4. Kecepatan penetrasi ke dalam jaringan tanaman.
5. Pengaruh khusus harga.
6. Toksisitasnya terhadap hewan dan manusia.

Penggunaan zat pengatur tumbuh dalam praktek budidaya tanaman ini dikenal dengan
revolusi kimia. Salah satu respon morfologis yang paling umum dari perlakuan auksin adalah
inisiasi akar pada batang, daun, dan bagian-bagian lain dan tumbuhan. Efiktifitas auksin dalam
inisiasi akar memperluas pergunaan ZPT dalam kegiatan-kegiatan perbanyakan tanaman berkayu
dan tanaman herba. Pada proses inisiasi akar, struktur yang dapat dikenali adalah primordial akar
yang terbentuk di dalam jaringan batang. Sesudah inisiasi, sel-sel akar tumbuh memanjang dan
akar menembus jaringan batang sehingga terbentuk struktur akar normal. Walaupun inisiasi akar
dirangsang oleh auksin, tetapi perpanjangan akar dihambat, oleh karena itu setelah terbentuk
promordia akar auksin perlu dihilangkan agar agar tanaman dapat memajang lebih leluasa.
Selain auksin, faktor lain yang sering kali ikut serta berperan dalam inisiasi akar adalah
faktor nutrisi. Dalam jaringan batang, faktor tambahan yang utama adalah karbohidrat dan
nitrogen. Stek batang yang diberi perlakuan auksin akan lebih mudah berakar apabila dibiarkan
tetap berdaun, karena daun merupakan sumber nutrisi dan juga auksin.
ZPT dapat bersifat alami, maupun sintetik. ZPT alami dapat diperoleh dari organ tumbuh
tanaman yang masih muda, misalnya ujung tanaman dan ujung akar. ZPT alami yang sering
digunakan adalah biji jagung muda, air kelapa, dan kecambah. Tetapi sumber alami sulit dicari dan
tidak dapat disimpan. Sedangkan ZPT tumbuh sintetis adalah ZPT tumbuh yang dibuat oleh
pabrik, misalnya IAA (Indoleacetic acid) atau dipasaran disebut Rooton F. Rooton F merupakan
salah satu merk ZPT. Budidaya di Indonesia masih terbatas menggunakan Rooton F karena sulit
tersedia di tempat yang mudah dijangkau oleh para petani di pedesaan, harganya juga relatif
sangat tinggi.
Sebenarnya tanaman memiliki ZPT alami yang penamaannya bergantung tujuan
penggunaannya. Misalnya Rhizokulin untuk merangsang akar, Kaulin untuk merangsang
pertumbuhan batang, dan Antokalin untuk merangsang pembungaan. Berbagai ZPT ini termasuk
dalam golongan auksin yaitu IAA (Indol Asetic Acid), NAA (Naftalena Asetic Acid), dan IBA (Indol

30
Butiric Acid)). ZPT yang terdapat dalam tanaman tersebut jumlahnya hanya sedikit oleh karena itu
penambahan zat ataupun ZPT bertujuan mendukung atau mempercepat pertumbuhan akar
maupun batang. Misalnya pada pembuatan stek, tanpa pemberian ZPT atau zat perangsang
tumbuh akar pada stek akan tumbuh agak lama, dan dengan penambahan ZPT pada luka ataupun
media maka akar pada stek akan tumbuh lebih cepat. Seiring dengan berkembanganya ilmu
pengetahuan, dari hasil penelitian ternyara Rooton f juga terdapat dalam urine sapi. Fungsinya
sama, yakni merangsang pertumbuhan akar pada stek kopi sebagai bahan tanam.

Stek adalah satu cara pembiakan tanaman tanpa melalui proses penyerbukan (vegetatif),
yaitu dengan jalan pemotongan pada batang, cabang, akar muda, pucuk ataupun daun dan
menumbuhkannya di dalam suatu media padat maupun cair.
Pengadaan bibit dengan cara stek pada umumnya merupakan suatu cara pembiakan
vegetatif yang paling mudah dan murah. Menurut Yasman dan Smits (1988), beberapa
keuntungan dari perbanyakan dengan stek adalah:
1. Hasilnya homogen.
2. Dapat diproduksi dalam jumlah dan pada waktu yang di inginkan.
3. Dapat digunakan untuk menganalisa tempat tumbuh (file side quality).
4. Dapat memperbanyak genotip-genotip yang baik dari suatu jenis pohon.
5. Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai
adalah batang muda yang subur.

Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekali berakar
cukup dengan medium air saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak berakar
walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman
yang diambil steknya, dan keadaan lingkungan waktu pengam bilan.

Alat Bahan

1. Pot berupa gelas akua bekas berisi tanah dengan kompos sebanyak perlakuan.
2. Stek berbagai jenis tanaman
3. Pasta NAA, dan IBA dari berbagai konsentrasi.
4. IBA cair konsentrasi 4000 ppm
5. ZPT komersial Rooton F.
6. Jagung muda yang masak susu.
7. Blender

Cara Kerja

1. Siapkan gelas plastik bekas air mineral. Lubangi bagian dasar yang masih tertutup supaya
air tidak mengendap untuk mengurangi risiko busuk.
2. Masukkan media tanam.
3. Siapkan stek pucuk tanaman sebesar minimal 3 ruas daun.
4. Siapkan auksin alami dari jagung muda yang masak susu dengan menimbang jagung
sebanyak 50 gr lalu diblender dan diencerkan dengan 200 ml akuadest.
5. Olesi ujung stek batang dengan pasta perangsang akar sesuai perlakuan.
6. Perlakuan IBA cair dilakukan dengan cara merendam ujung stek batang 10 detik sebelum
ditanaman, perlakuan dengan Rooton F sesuai anjuran pada kemasan.
7. Tanam stek pada media. Tiap perlakuan dilakukan 3 ulangan.
8. Biarkan stek tanpa penyiraman selama seminggu di tempat ternaungi. Setelah itu sirami
tanaman secara teratur selama 4 minggu dengan intensitas rendah.
9. Pada minggu ke-4, cabut stek, dan amati hasil perlakuan
10. Tiap kelompok hanya mengamati tanaman khusus kelompoknya saja.

Jenis tanaman untuk masing-masing kelompok:


1. Tanaman soka daun kecil

31
2. Tanaman Bougenvile
3. Tanaman Colasia
4. Tanaman Lidah mertua

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah dan Panjang Akar (mm) dari Kelompok Stek
Tanaman …………………………………..

Jumlah akar tanaman Rata- Panjang akar (mm) tanaman Rata-


Perlakuan
1 2 3 Rata 1 2 3 Rata

IBA 2000 ppm

IBA 4000 ppm

IBA 6000 ppm

IBA 8000 ppm

IBA 10000 ppm

NAA 2000 ppm

NAA 4000 ppm

NAA 6000 ppm

NAA 8000 ppm

Kontrol

Gambar 1. Grafik Pengaruh IBA dan NAA terhadap Jumlah Akar Stek Tanaman

32
Pembahasan Pengaruh IBA dan NAA terhadap Jumlah Akar Stek Tanaman

33
Gambar 2. Grafik Pengaruh IBA dan NAA terhadap Panjang Akar Stek Tanaman ________

Pembahasan Pengaruh IBA dan NAA terhadap Panjang Akar Tanaman ________________

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 34


____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 35


VIII. FISIOLOGI HERBISIDA

Tujuan

Mengamati pengaruh herbisida terhadap tanaman/gulma.

Landasan Teori

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis, dan kimiawi.
Penggunaan herbisida bertujuan untuk mengendalikan gulma pengganggu pada tanaman
budidaya secara kimiawi. Herbisida yang digunakan pada suatu komunitas di lapangan,
bertujuan agar tumbuhan gulma akan mati, tetapi tumbuhan budidaya diharapkan tidak
mengalami gangguan. Walaupun gangguan itu sebenarnya ada, tetapi hanya sedikit.
Penggunaan bahan kimia herbisida memiliki efek samping berupa keracunan pada binatang
maupun manusia. Oleh karena itu penggunaan sesuai dosis dan selektifitas tujuan menjadi
bahan pertimbangan penting.
Herbisida yang selektif merupakan suatu herbisida yang sangat beracun untuk suatu
jenis tumbuhan tertentu, akan tetapi tidak beracun untuk tumbuhan lainnya yang berbeda
terutama familinya. Pemilihan jenis herbisida harus mempertimbangkan perbedaan morfologi
tanaman target. Kepekaan suatu herbisida sangat ditentukan oleh faktor dalam dan luar. Bagian
luar tumbuhan merupakan pertimbangan pertama bagi selektivitas herbisida.

Selektivitas dari suatu Herbisida tergantung kepada 4 hal :


1. Bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut
2. Peran herbisida itu sendiri
3. Peran lingkungan
4. Peran cara aplikasi.

Salah satu ZPT yang dapat berperan sebagai herbisida adalah 2,4 D (2,4-dichlorophenoxy
acetic acid). 2,4 D efektif untuk jenis gulma yang berdaun lebar. Rumus bangun 2,4-D adalah
sebagai berikut:

Herbisida 2,4-D bersifat sistemik, berbentuk kristal putih, tidak berbau dan mempunyai
titik lebur 140,5°C. Agar bersifat efektif, herbisida tersebut harus diserap oleh tanaman gulma
dan ditranslokasikan ke tempat lain seperti dari akar, batang dan daun tanaman. Herbisida ini
menyebabkan tanaman gulma mengalami percepatan respirasi. Aplikasinya menyebabkan
gulma berdaun lebar melengkung dan terpuntir. Gulma rerumputan kurang efektif dikendalikan
oleh herbisida jenis ini.
Roundup adalah salah satu herbisida jenis glifosat. Herbisida jenis ini efektif
mengendalikan gulma rerumputan dengan cara menghambat jalur biosintesa asam amino.
Rerumputan yang dapat dikendalikan bermacam-macam, mulai dari rumput teki hingga alang-
alang. Herbisida ini kurang efektif mengendalikan gulma dengan umbi atau tanaman yang sudah
masuk fase generatif. Salah satu cara meningkatkan efektifitas herbisida adalah dengan
mencampur 2 jenis herbisida sekaligus. Hal ini bertujuan untuk mengingkatkan kisaran gulma
yang dikendalikan dan meningkatkan kemampuan mematikan gulma melalui kombinasi
hambatan fisiologi.

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 36


Alat Bahan

1. ZPT 2,4 D
2. Herbisida 2 merk: Roundup dan ______________
3. Sprayer
4. Tali rafia
5. Tanaman gulma

Cara Kerja

1. Pilih 2 lokasi petak percobaan yang akan diberi herbisida. Beri batas antar perlakuan
dengan tali rafia. Masing-masing kotak perlakuan berukuran 50 cm x 50 cm.
2. Semprotkan herbisida sesuai perlakuan, yaitu herbisida 2,4 D, Glifosat (Roundup) dan
campuran 2,4 D dengan glifosat.
3. Amati hasil penyemprotan pada 2 minggu berturut-turut secara visual.
4. Pada minggu ke-2 cabut tanaman gulma secara acak, amati perakaran tanaman apakah
terjadi kematian sel akar atau tidak. Masukkan seluruh data tersebut pada Tabel 1.
5. Masukkan juga data lingkungan dan cuaca secara umum pada 2 minggu pengamatan
untuk bahan pembahasan. Masukkan data umum keadaan cuaca pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Herbisida pada Lokasi Percobaan 1 (Dominan Non
Rumput) dan Lokasi 2 (Dominan Rumput)

Lokasi 1 Lokasi 2

Jenis Perlakuan % Kematian % Kematian % Kematian % Kematian % Kematian % Kematian


pada Hari pada Hari Akar pada pada Hari pada Hari Akar pada
ke-7 ke-14 Hari ke-14 ke-7 ke-14 Hari ke-14

2,4 D

Glifosat (Roundup)

Tabel 2. Pengamatan Keadaan Lingkungan dan Cuaca selama Aplikasi Herbisida.

Jenis Perlakuan Deskripsi Pengamatan Lokasi 1 Deskripsi Pengamatan Lokasi 2

Jenis Tanaman
gulma

Jenis Tanah

Curah Hujan

Angin

Pembahasan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 37


____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 38


IX. UJI BIOLOGI 2,4-D

Tujuan

Menentukan konsentrasi 2,4-D dengan menggunakan kurva respon tumbuh akar terhadap
logaritma konsentrasi 2,4-D.

Landasan Teori

Senyawa 2,4-D (2,4-dichlorophenoxy acetic acid) adalah senyawa sintesis yang dalam banyak
hal sama dengan ZPT tumbuhan IAA, yaitu dapat merangsang atau menghambat proses-proses
perkembangan tumbuhan. Secara komersial 2,4-D banyak digunakan sebagai herbisida untuk
memberantas gulma. Dibandingkan dengan IAA, 2,4-D secara fisiologis lebih aktif dan lebih
tahan lama di dalam jaringan tumbuhan, disamping itu harganya lebih murah.

Sejumlah uji biologi auksin memberikan pengaruh terhadap perpanjangan akar, oleh karena itu
pertumbuhan akar sangat peka terhadap auksin, maka pengujian dengan akar juga merupakan
cara yang peka. Uji biologi 2,4-D pada percobaan ini akan dilakukan dengan cara tersebut di
atas.

Dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya, penggunaan auksin (2,4-D) sebagai herbisida
lebih menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
1. Efek herbisida auksin bersifat selektif.
2. Efek residunya cepat hilang dalam beberapa minggu.
3. Konsentrasi yang dibutuhkan relatif rendah.
4. Pada konsentrasi yang digunakan auksin (2,4-D) tidak toksik terhadap hewan dan
manusia.

Efek auksin sebagai herbisida bergantung pada 3 proses yaitu:


1. Cara masuk bahan ke dalam tanaman.
2. Cara ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman.
3. Konsentrasi

Alat Bahan

1. 7 cawan petri
2. 70 biji jagung dan benih
3. 10 ml larutan baku 2,4-D 100 ppm
4. 80 ml larutan penyangga fosfat pada pH 5.6.
5. 10 ml larutan 2,4-D dengan konsentrasi tidak diketahui dalam larutan penyangga fosfat.
6. Kertas merang/saring

Cara Kerja

1. Letakkan selembar kertas saring pada setiap cawan petri.


2. Dari larutan baku 2,4-D dibuat masing-masing 10 ml larutan 2,4-D dengan sebagai
berikut: 0.0; 0.001; 0.01, 0.1; 1.0 dan 10.0 mg/l dalam larutan penyangga fosfat pH 5.6.
3. Tandai setiap cawan petri dengan angka 1 sampai dengan 6.
4. Tuangkan 10 ml larutan 2,4-D ke dalam masing-masing cawan.
5. Catat konsentrasi 2,4-D yang ada pada masing-masing cawan.
6. Tuangkan larutan 2,4-D yang tidak diketahui ke dalam cawan petri nomor 7.
7. Letakkan 15 biji kacang hijau atau kangkung dalam masing-masing cawan petri.
8. Simpan di tempat gelap selama 7 hari.
9. Pada akhir percobaan ukur panjang akar setiap kecambah.
10. Hitung panjang rata-rata pada masing-masing perlakuan.
11. Buat grafik logaritma konsentrasi 2,4-D pada kertas graft/komputer dan persamaan
regresinya.

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 39


Tabel 1. Hasil pengamatan konsentrasi 2,4-D pada perkecambahan biji

Ulangan Panjang Akar (mm)


Konsentrasi Rata-
2,4-D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 rata

0,001

0,01

0,1

1,0

10,0

Gambar 2. Grafik logaritma pengaruh konsentrasi 2,4-D pada perkecambahan biji

Pembahasan Pengaruh Konsentrasi 2,4-D pada Perkecambahan Biji

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 40


____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Kesimpulan

____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Daftar Pustaka
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 41


DAFTAR PUSTAKA

Deragon. 2005. Water Potential. http://www.deragon.com [17 September 2007].

Heddy S. 1982. Biologi Pertanian. Fakultas pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Lambers HFS, Chapia, Pons TL. 1998. Physiology. Ecology Spinger. New York.

Salisbury, FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Tjondronegoro PD, Harran S, Lukman DR, Nurwahyuni I, Miftahuddin. 1989. Penuntun


Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Yasman,I dan W.T.M.Smits, 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Balai


Penelitian Kehutanan. Samarinda.

Penuntun dan Lembar Kerja FISIOLOGI TUMBUHAN (BIB208) 42

Anda mungkin juga menyukai