IDENTITAS PEMILIK
NAMA :
NIM :
PLUG/KELOMPOK :
NO HP :
i
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
DAFTAR ISI
hal
IDENTITAS PEMILIK ................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ....................................................................... iv
TATA CARA PENULISAN LAPORAN DAN PENILAIAN .............................. v
iii
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
iv
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
v
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
B. PENILAIAN
Komponen dan bobot penilaian sebagai berikut:
Nilai pre-test : 20 %
Nilai keaktifan : 10 %
Nilai laporan praktikum : 30 %
Nilai responsi : 40 %
Setiap komponen penilaian mempunyai rentang 0 – 100.
Nilai dalam bentuk angka = { (2 x rata-rata nilai pretest) + (1 x rata-rata nilai
keaktifan) + (3 x rata-rata nilai laporan) + ( 4 x nilai responsi) } : 10.
Penilaian hasil praktikum dengan nilai akhir berbentuk huruf dengan ketentuan:
> 75 :A
> 70 – 75 : B+
> 65 – 70 : B
> 60 – 65 : C+
> 55 – 60 : C
> 50 – 55 : D
< 50 :E
Tidak mengikuti responsi : E*
vi
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
0
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 1
Sampling dan Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat
dan Pengukuran Faktor Lingkungan
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap komunitas
tumbuhan di suatu habitat yang berada dalam ekosistem tertentu
dengan menggunakan Metode Kuadrat.
C. DASAR TEORI
1. Pengantar
Analisis vegetasi dilakukan agar dapat mendeskripsikan dan
menggali informasi secara tepat mengenai komunitas tumbuhan yang
dikaji, misalnya bagaimana pengaruh interaksi dengan faktor
lingkungan terhadap perkembangan komunitas tumbuhan dan
bagaimana proses suksesi suatu komunitas . Tujuan analisis vegetasi
umumnya berkaitan dengan informasi mengenai struktur floristik (yaitu
komposisi spesies) atau struktur tegakan/stand.
1
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
2
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
3
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
4
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
5
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
b. Metode Jalur
Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah,
topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis kontur
(garis tinggi/garis topografi) dan sejajar satu dengan yang lainnya.
Pendekatan, cara itu untuk aplikasi di lapangan misalnya jalur-jalur
contoh dibuat tegak lurus garis pantai, memotong sungai, atau naik/
turun lereng gunung. Jumlah jalur contoh disesuaikan dengan
intensitas samplingnya. Jalur contoh yang berukuran lebar 20 m dapat
dibuat dengan intensitas sampling 2%-10% (Soerianegara dan
Indrawan, 1982 dalam Indriyanto, 2005).
6
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Keterangan:
Jalur A = lebar 20 m dengan petak-petak berukuran 20m x 20m untuk
pengamatan pohon
Jalur B = lebar 10 m dengan petak-petak berukuran 10 m x 10 m untuk
pengamatan tiang dan pancang
Jalur C = lebar 2 m dengan petak-petak berukuran 2 m x 2 m atau 2 m x 5 m
untuk pengamatan semai/seedling dan tumbuhan bawah/penutup
tanah
7
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
d. Metode Kombinasi
Metode kombinasi yang dimaksudkan adalah kombinasi antara
metode jalur dan garis berpetak. Di dalam metode tersebut, risalah
pohon dilakukan dengan metode jalur, yaitu pada jalur-jalur yang
lebarnya 20 m, sedangkan untuk fase pemudaan (fase poles, sapling,
dan seedling), serta tumbuhan bawah digunakan metode garis
berpetak. Untuk lebih jelasnya, bentuk dan ukuran petak-petak
pengamatan, serta peletakannya pada setiap garis rintis dapat dilihat
pada Gambar berikut.
8
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
1
Efei atau edge effect adalah efek yang terjadi aldbat individu organisme yang disampel berada
tegat di penmeter plot. Dalam kondisi demikian, seorang peneliti harus memutuskan apakah individu
tersebut masuk ke dalam sampel atau tidak. Efek tepi akan memperbesar bias dalam hasil
pengukuran data.
9
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Densitas =
Contoh:
Dilakukan sampling dengan 10 plot yang berukuran 10 x 10 m.
sebanyak 212 individu spesies C ditemukan dalam semua plot, maka
densitas spesies C adalah:
Densitas spesies C =
10
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
b. Frekuensi
Frekuensi menunjukkan seringnya suatu spesies hadir dalam
plot-plot sampel. Frekuensi dapat dinyatakan baik dalam pecahan
maupun persen. Rumus perhitungan frekuensi adalah sebagai berikut:
Frekuensi =
Contoh:
Pada sampling dengan 10 plot, spesies b dijumpai pada 6 plot.
Maka, frekuensi spesies b adalah:
Frekuensi spesies B = x 100%
= 60 %
c. Dominasi
Dominasi suatu spesies dapat dipelajari melalui pengukuran
basal area (yaitu luas penampang lintang batang pohon) setinggi 135
cm dari permukaan tanah (dbh = diameter at breast height). Dominasi
juga dapat diukur berdasarkan cover atau penutupan tajuk pohon atau
herba. Rumus yang digunakan adalah:
Dominasi =
Contoh:
Dalam 10 plot sampling berukuran 10 x 10m, spesies A
ditemukan berjumlah 6 individu dengan rerata luas basal area 20 cm2.
Dengan demikian dominasi spesies A adalah:
Dominasi spesies A =
= 0,120 cm2/m2
11
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
d. Nilai penting
Nilai penting merupakan suatu parameter terhitung yang
merupakan kombinasi dari nilai relative setidaknya dua dari tiga
parameter terukur diatas. Jadi nilai penting suatu spesies adalah:
D. CARA KERJA
Dalam praktikum ini, praktikan akan menerapkan metode
kuadrat untuk mempelajari komunitas tumbuhan bawah pada suatu
area kajian. Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut
12
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
c. Peletakan Plot.
Setelah ukuran sampel ditentukan, plot-plot kemudian akan
diletakkan di area kajian secara acak atau sistematis. Penentuan lokasi
peletakan secara acak dilakukan dengan menggunakan tabel random,
algoritma random dalam kalkulator, atau dengan lotere.
Jika peletakan plot dilakukan tidak secara random, melainkan
secara sistematis, maka yang harus dilakukan adalah membagi area
kajian menjadi grid (bujursangkar) yang berukuran sama, kemudian
meletakkan satu plot sampel pada setiap bujursangkar tersebut. Letak
plot bisa di tengah bujursangkar, atau di sudut, atau di sisi lain, sesuai
dengan kesepakatan.
13
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Deskripsi Plot :
____________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
14
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Deskripsi Plot :
____________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
15
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
1 2 dst
1
2
3
4
5
dst
16
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
17
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Keterangan :
D = indeks Simpson = indeks keanekaragaman Simpson
P-i = Proporsi spesies ke-I dalam komunitas
S = jumlah spesies
3) Analisis Hasil
Setelah perhitungan sudah lengkap, hasilnya dianalisis. Dalam
laporan pratikum, hasil harus ditampilkan dalam bentuk yang
seinformatif mungkin. Oleh karena itu, hasil perhitungan sebaiknya
ditampilkan dalam bentuk tabel atau gambar (histrogram atau grafik)
yang jelas. Selanjutnya, hasil dianalisis dengan memperhatikan
sejumlah aspek berikut ini :
- Spesies yang dominan dan pengaruh atau perannya terhadap
komunitas;
- Asumsi pengaruh faktor lingkungan terhadap dominasi spesies pada
khususnya dan komunitas lokasi kajian pada umumnya.
18
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
E. DISKUSI
1. Spesies apa yang paling mendominasi pada lokasi kajian?
2. Spesies apa yang paling sering ditemukan di tiap titik sampling?
3. Bagaimana struktur, kemelimpahan, nilai penting, dan distribusi
di dalam ekosistem yang dikaji?
4. Bagaimana hubungan keberadaan tumbuhan dengan faktor
lingkungan fisik dan biotik lainnya?
19
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 2
Estimasi Populasi Hewan dengan Metode CMRR
Secara Simulasi dengan Kancing
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengestimasi populasi hewan dengan
Mark-Recapture Methods secara simulasi dengan kancing.
C. DASAR TEORI
Mark-recapture Methods juga disebut sebagai Capture, Mark,
Release and Recapture (CMRR) Methods. Metode ini terdiri dari
beberapa cara, yaitu: single mark-recapture (Metode Petersen),
repeated mark-recapture (Metode Schnabel), multiple mark-recapture
(Metode Jolly-Seber), dan triple-catch method.
Single mark-recapture method merupakan metode CMRR yang
paling sederhana. Caranya sebagai berikut: dilakukan penangkapan
sejumlah hewan sejenis. Individu-individu yang tertangkap tersebut
ditandai (marking) kemudian dilepas kembali ke dalam populasinya.
Beberapa waktu kemudian dilakukan penangkapan kembali dan
20
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
21
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
5. Individu bertanda harus tidak mati atau keluar dari populasi selama
waktu antara pelepasan dan penangkapan kedua.
6. Populasi dicuplik secara random/semua
D. CARA KERJA
1. Isikan, sejumlah kancing terang kedalam suatu stoples. Kemudian
ambil sesendok kancing tersebut. Hitung jumlah kancing terang hasil
ambilan tersebut.
2. Ambil kancing gelap (warna lain) dalam jumlah yang sama dengan
hasil ambilan sesendok kancing terang tadi (ini adalah M).
3. Masukkan kancing gelap tadi kedalam stoples kancing terang, dan
gojoklah stoples tadi hingga kedua kancing tadi tercampur dengan
baik.
4. Ambil lagi sesendok kancing dalam stoples (yang sudah campur )
dan hitung jumlahnya (ini adalah C).
5. Dari ambilan kedua, hitung kancing yang gelap (ini adalah R).
6. Estimasi banyaknya kancing terang dalam
stoples,
22
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
E. DISKUSI
1. Bagaimana hasil perbandingan hasil estimasi populasi dengan
populasi sebenarnya?
2. Apa saja kendala yang dihadapi apabila praktikum ini dilakukan
bukan dengan simulasi kancing?
3. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan terhadap populasi
hewan di berbagai habitat?
Catatan:
Untuk tiap-tiap plug, sebelum praktikum berlangsung, siapkan
nama spesies hewan (nama latin dan nama lokal) sejumlah 2 kali
jumlah peserta praktikum di plug masing-masing. Misal jumlah
praktikan di plug 1 = 20 orang, maka siapkan 40 nama spesies hewan
yang berbeda-beda .
23
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 3
Estimasi Besarnya Populasi Anggota Komunitas Gastropoda
dengan Metode Kuadrat dan Pengukuran
Faktor Lingkungan di Ekosistem Sungai
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui besarnya populasi anggota
komunitas gastropoda di ekosistem sungai dengan metode
kuadrat
2. Mahasiswa memiliki keterampilan sampling air di ekosistem
sungai dan pengukuran faktor lingkungan
24
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
C. DASAR TEORI
Sungai merupakan badan air mengalir. Sepanjang kanan kiri
sungai, dari hulu menuju hilir, biasanya terdapat vegetasi, area
pemukiman, pertanian dan industri. Sungai secara fisik dicirikan oleh
arus, jenis/tipe substrat, suhu, dan kemiringan (slope). Sedangkan
faktor kimiawi antara lain adanya gas dan komponen terlarut, sistem
buffer bikarbonat, alkalinitas, dan hardness. Sungai juga tersusun atas
komponen biotik, yaitu jamur, makrofita, makroinvertebrata bentik,
dan ikan. Ketiga faktor tersebut dan kondisi lingkungan di kanan kiri
sungai, terintegrasi dan berinteraksi membentuk ekosistem sungai.
Dalam ekosistem tersebut dapat dicirikan adanya rantai – jaring
makanan (trophic relationships), aliran energi, dan siklus hara.
Input Energi. Ekosistem sungai merupakan ekosistem yang
bersifat terbuka. Ekosistem tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di sekitar sungai. Masukan energi ke dalam ekosistem
sungai, baik berupa allochhthonous (input dari luar ekosistem) maupun
autochthonous (input dari dalam ekosistem) maupun tersebut. Pada
daerah hulu sungai, daerah resapan air umumnya masih berupa
vegetasi, sehingga memungkinkan hasil dekomposisi (hara) masuk ke
dalam badan sungai melalui aliran permukaan (surface run off). Hara
tersebut selanjutnya aka tersuspensi dalam air atau terendapkan di
dasar sungai dan dapat menjadi sumber energi bagi organisme sungai.
Selain itu, hara juga dapat berasal dari proses dekomposisi yang terjadi
dalam ekosistem sungai.
Habitat. Secara umum , habitat sungai dibedakan menjadi
daerah rapid/riffle dan pool. Daerah rappid/rifle umumnya dangkal,
substrat berupa batuan dari kecil-sedang, dan dengan turbulensi arus
yang kuat (rapid) dan lemah (riffle). Sedangkan pool relative lebih
dalam, substrat berupa lumpur, dan aliran air lambat.
Arus. Arus dan substrat merupakan faktor pembatas utama
kemelimpahan hewan akuatik. Pada ekosistem sungai, kondisi
topografi daerah hulu sungai yang umumnya berupa daerah
25
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
D. CARA KERJA
1. Di laboratorium (sebelum ke sungai)
a. Penyiapan alat dan bahan praktikum
b. Buatlah daftar alat dan bahan praktikum yang akan digunakan
dalam praktikum. Konsultasikan hal tersebut dengan asisten
piket dan laboran.
c. Penyiapan botol gelap (botol sampel air)
d. Siapkan botol sampel. Berilah label pada botol gelap tersebut
dengan kertas label dan spidol marker.
e. Pembuatan dan penimbangan kantong detritus
f. Siapkan aluminium foil Buatlah kantong detritus dari kertas
alumunium foil, lalu timbang, catat hasil penimbangan dan
berilah label pada kantong tersebut.
2. Di lapangan (sungai)
a. Penentuan lokasi dan habitat sampling
Pilihlah bagian sungai yang lurus dengan panjang 100 m.
Apabila bagian sungai tersebut tidak mencapai 100 m, dapat memilih
beberapa bagian sungai yang lurus, sehingga mencapai 100 m. Setelah
itu, carilah dan tentukan habitat (rapid/ riffle dan pool) yang akan
disampling, tandai habitat tersebut dengan pasak.
3. Analisis Data
a. Untuk metode kuadrat, data cacah individu gastropoda yang
diperoleh dalam plot (1 m2) merupakan densitas gastropoda per m2.
29
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
E. DISKUSI
1. Apa pengaruh pH, suhu, DO, kecepatan arus, habitat
(pool,rapid/riffle) dan biomassa detritus terhadap distribusi dan
kemelimpahan gastropda di ekosistem sungai?
2. Bagaimana gambaran ekosistem sungai tempat anda melakukan
praktikum?
30
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 4
Perhitungan Nilai Indeks Pencemaran Algae dari Berbagai
Sampel Air
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan perhitungan Nilai Indeks
Pencemaran Algae berdasarkan pengamatan keberadaan klorofil pada
algae dari berbagai sampel air.
31
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
2. Ciri-ciri Cyanobacteria
a. Inti tidak diselubungi oleh membran.
b. Dinding sel terletak di antara plasmalema dan selubung lendir.
c. Beberapa Cyanobacteria yang berkoloni dengan bentuk filamen
memiliki heterosista dan spora istirahat (resting spore). Heterosista
adalah sel yang lebih tebal dan tidak memiliki inti. Spora istirahat
merupakan spora yang dindingnya sangat tebal dan di dalamnya
berisi sel.
d. Bentuk organisme ini bisa uniseluler (misal: Chroococcus,
Anacystis); koloni (misal: Merismopedia, Nostoc, Microcystis); atau
filamen (misal: Oscillatoria, Microcoleus, Anabaena). Sel yang
membentuk koloni adalah serupa; sedangkan bentuk filamen
tersusun dari kumpulan sel yang membentuk rantai trikoma (seperti
tabung), atau selubung.
32
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
3. Reproduksi Cyanobacteria
Reproduksi Cyanobacteria dilakukan dengan pembelahan sel,
fragmentasi, dan pembentukan spora.
a. Pembelahan Sel
Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap
bergabung membentuk koloni, misalnya Gloeocapsa.
b. Fragmentasi
Fragmentasi terjadi terutama pada alga yang berbentuk
filamen, misalnya Oscillatoria. Pada filamen yang panjang, bila salah
satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filamen menjadi dua atau
lebih. Masing-masing potongan disebut hormogonium. Jika
hormogonium terlepas dari filamen induk, maka akan menjadi individu
baru; misalnya pada Plectonema boryanum.
c. Spora
Pada keadaan kurang menguntungkan akan terbentuk spora
yang sebenarnya merupakan sel vegetatif. Spora ini membesar dan
menebal karena penimbunan zat makanan.
a. Bakteri
b. Algae
c. Protozoa
d. Makroavertebrata
e. Ikan
Kehidupan bakteri coli dalam sampel air identik dengan adanya
bakteri pathogen. Kelompok bakteri coli terbagi menjadi 2 sub
kelompok, yaitu :
a. Coli tinja/fekal
1).Escherichia
b. Coli non-fekal
1). Aerobacter 2). Klebsiella
34
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Keterangan:
B = Mikroba tanpa klorofil
A = Mikroba berklorofil
Dari nilai IPB yang dihasilkan, kualitas air ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 4.2. Kriteria kualitas air berdasarkan Nilai Indeks
Pencemar Biologik (IPB)
Nilai IPB Kualitas Air
0–8 Bersih, jernih
9 – 20 Tercemar ringan
21 – 60 Tercemar sedang
60 – 100 Tercemar berat
35
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop beserta perlengkapan pengamatan !
2. Ambillah air (dari sungai, kolam, sawah) dengan botol !
3. Amati masing-masing sampel air di bawah mikroskop !
4. Identifikasi keberadaan klorofil!
5. Gambar hasil pengamatan dengan warna yang sesuai dengan hasil
pengamatan!
6. Hitung Nilai Indeks Pencemar Biologik (IPB) berdasarkan hasil
pengamatan !
E. DISKUSI
1. Bagaimana kualitas air sampel berdasarkan perhitungan Nilai Indeks
Pencemar Biologik (IPB)?
2. Apa saja kendala dalam pengamatan algae melalui mikroskop?
3. Bagaimana gambaran kenampakan sampel algae pada mikroskop?
36
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 5
Penentuan Kualitas Lingkungan Suatu Perairan Berdasarkan
Status Nutrisi (berat dan panjang) Ikan dan Pengukuran
Faktor Lingkungan
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui kualitas lingkungan suatu
perairan berdasarkan status nutrisi ikan dan pengukuran faktor
lingkungan
37
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
C. DASAR TEORI
1. Bioindikator
Bioindikator adalah organisme yang memberi petunjuk tentang
lokasi, status, dan kualitas lingkungan. Jadi dapat dibedakan tiga
macam bioindikator, yaitu :
a. Bioindikator lokasi, memberi petunjuk tentang lokasi geografis
sesuatu tempat, misalnya pohon kelapa, maple, dan kaktus
tertentu. Ketiga tumbuhan tersebut memberi petunjuk lokasi
tempatnya tumbuh, yaitu di wilayah tropis, Kanada, dan padang
pasir subtropis.
b. Bioindikator status, memberi petunjuk keadaan suatu saat. Di
wilayah gunung berapi, bila gunung tersebut akan meletus, sebagai
indikator ialah bermacam hewan yang gelisah atau mengadakan
migrasi menjauhi gunung. Garengpong yang mulai "bernyanyi"
setelah lama tidak terdengar suaranya, dan pohon flamboyan yang
mulai berbunga banyak adalah bioindikator untuk perubahan
musim.
c. Bioindikator kualitas lingkungan; untuk hewan, misalnya ikan yang
hidup di suatu perairan dengan morfologi yang tidak biasa, dan ikan
yang status nutrisinya jelek. Pada tumbuhan, misainya daun yang
menguning padahal biasanya selalu hijau, atau bergelombang
pinggirnya, dapat dijadikan sebagai bioindikator.
38
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
39
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
panjang cm
D . CARA KERJA
1. Status nutrisi dan kualitas lingkungan:
a. Tangkap masing- masing 10 ikan jenis yang sama pada plot
(tempat-tempat) yang telah ditentukan oleh asisten
b. Gunakan alat tangkap yang ada (pancing atau jaring)
c. Ukur panjang dan berat tiap ikan
d. Masukkan data yang didapat pada tabel
e. Hitung NVC rata-rata tiap plot
f. Tetapkan kualitas lingkungan berdasar angka NVC yang didapat
g. Bandingkan dengan NVC pada plot lainnya
40
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
2. Kualitas air:
a. Amati kondisi fisik perairan dan sekitarnya: bau, warna
(kekeruhan, dasar perairan, kondisi lingkungan)
b. Ambil sampel air, ukur pH, suhu, DO, DHL, alkalinitas, dan CO2
c. Catat semua data kondisi lingkungan
d. Hubungkan data kondisi lingkungan dengan status nutrisi
E. DISKUSI
41
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 6
Sampling dan Analisis Plankton sebagai Bioindikator
Pencemaran Lingkungan Perairan
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat menentukan status kualitas lingkungan
perairan dengan menggunakan sampel plankton berdasarkan
perhitungan beberapa nilai indeks biologi. Nilai Indeks Biologi dalam
penentuan status kualitas lingkungan dengan menggunakan sampel
plankton, meliputi: Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman,
Indeks Dominansi serta Indeks Saprobitas.
C. DASAR TEORI
1. Plankton
Plankton adalah organisme mengapung yang pergerakannya
seringkali tergantung pada arus. Ukurannya sangat kecil sehingga
hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop. Lenz (1972) dalam Kreb
(1998) mendefinisikan plankton sebagai kumpulan semua organisme
yang terapung dalam air tidak dapat melakukan pergerakannya sendiri.
Menurut Boney (1975) dalam Campbell (2001), plankton adalah biota
yang terdapat di perairan laut dan tawar, yang hidup bebas melayang
dan hanya bergerak secara pasif. Namun demikian, plankton mampu
42
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
2. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan nama umum untuk plankton
tumbuhan atau plankton nabati. Fitoplankton merupakan sumber
kehidupan bagi ekosistem laut, karena fitoplankton berperan sebagai
produsen primer dan awal pembentukan rantai makanan di perairan.
Fitoplankton penting bagi rantai makanan di laut karena merupakan
produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi
primer total, menentukan kesuburan dan sebagai sumberdaya hayati
perairan. Fitoplankton yang berklorofil mampu mengikat energi
matahari ke dalam bentuk substansi organik yang dapat digunakan
sebagai makanan organisme heterotrof. Selain itu, fitoplankton dapat
berperan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan.
Komunitas fitoplankton meliputi kelas diatom
(Bacillariophyceae), Chlorophyceae, Chrysophyceae, Chrypto-phyceae,
Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Fitoplankton tersebut merupakan
makanan langsung bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan. Di
perairan danau dan waduk, fitoplankton yang dominan adalah
Cyanophyceae, Chlorophyceae, dan Bacillariophyceae (Sachlan, 1982).
Fitoplankton merupakan salah satu indikator biologis yang
terdapat di ekosistem perairan. Fitoplankton digunakan sebagai
indikator biologis karena siklus hidup mereka yang pendek, respon
yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan dan komposisi jenis
43
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Fitoplankton yang hidup di air bersih Fitoplankton yang hidup di air tercemar
3. Kelimpahan Fitoplankton
Perkembangan kelimpahan komunitas fitoplankton di setiap
perairan bersifat dinamis sehingga suatu spesies dapat lebih dominan
dibandingkan spesies lainnya dalam interval waktu yang lebih pendek.
Spesies yang dominan pada suatu periode menjadi spesies lain yang
langka pada periode berikutnya dan digantikan oleh spesies lain yang
dominan.
Kelimpahan fitoplankton didefinisikan sebagai jumlah individu
fitoplankton per satuan volume air, yang umumnya dinyatakan dalam
individu per meter kubik (ind/m3) atau sel per meter kubik (sel/m3).
Raymont (1963 dalam Prescott, 1980) mengemukakan bahwa jumlah
sel fitoplankton di daerah tropis lebih rendah dibandingkan dengan
daerah sedang. Pada kondisi tertentu seperti perpindahan massa air
44
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
a. Suhu
Setiap jenis fitoplankton memiliki suhu optimal sendiri dan
sangat tergantung pada media dan faktor-faktor lain seperti intensitas
cahaya, sehingga dapat diduga bahwa suhu dapat berperan dalam
perubahan komposisi jenis meskipun bukan faktor satu-satunya. Pada
umumnya suhu optimal pada perkembangan fitoplankton adalah
antara 29°C – 30°C tetapi pada umumnya jenis fitoplankton dapat
berkembang dengan baik pada suhu 25°C atau lebih.
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses
penyebaran dan kehidupan organisme di laut. Kegiatan metabolisme
dan perkembangbiakan organisme di laut dipengaruhi oleh suhu. Suhu
secara tidak langsung mempengaruhi laju fotosintesis, dimana
pengaruh langsung pada enzimatik dalam fotosintesis ditentukan oleh
suhu, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu suhu mempengaruhi
hidrologis bagi kehidupan di laut. Semakin dalam perairan, suhu
semakin rendah dan salinitas semakin tinggi, sehingga mengurangi laju
penenggelaman fitoplankton. Perairan yang mempunyai stratifikasi
yang kuat, dengan lapisan pekat (discontinuity) yang tajam, akan sukar
ditembus oleh fitoplankton (Prescott, 1980).
45
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
b. Kecerahan
Cahaya matahari mutlak diperlukan bagi semua kehidupan
jasad perairan. Radiasi matahari akan menentukan intensitas dan
kecerahan pada kedalaman tertentu dan akan mempengaruhi suhu
perairan. Gejala radiasi beserta akibatnya, baik secara langsung
ataupun tidak langsung akan mempengaruhi hampir semua fase
kejadian biologis dan non biologis. Intensitas cahaya merupakan faktor
lingkungan pertama yang mempengaruhi fotosintesis. Laju fotosintesis
akan tinggi bila tingkat intensitas cahaya tinggi dan menurun bila
intensitas cahaya menurun.
Pada umumnya tumbuhan air hidup di tempat terbuka tanpa
adanya naungan sehingga dapat memanfaatkan cahaya matahari
secara penuh. Begitu pula untuk fitoplankton, produksinya berlangsung
pada lapisan air teratas, karena memperoleh intensitas cahaya
matahari cukup bagi berlangsungnya proses fotosintesis. Oleh karena
itu fitoplankton lebih banyak ditemukan pada lapisan permukaan
dengan nilai kecerahan tinggi. Intensitas cahaya di laut ditentukan oleh
kondisi cahaya di atas permukaan laut, juga penyerapan dan
pembauran atau dispersi cahaya di dalam laut. Penyerapan tergantung
pada panjang gelombang cahaya (cahaya merah penyerapannya lebih
cepat daripada cahaya biru). Faktor pembauran cahaya di laut
dipengaruhi oleh jumlah dan jenis unsur atau bahan yang terlarut
dalam laut, baik yang berbentuk mineral (tanah liat, lumpur) maupun
yang berbentuk senyawa organik seperti plankton dan detritus.
c. Salinitas
Salinitas adalah jumlah garam-garam terlarut dalam satu
kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan per seribu. Selanjutnya,
dinyatakan bahwa dalam air laut terlarut bermacam-macam garam
terutama natrium khlorida, selain itu terdapat pula garam-garam
magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya.
46
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
f. Unsur Hara
Di dalam suatu perairan, sumber nutrien dapat berupa unsur
hara makro (C, O, H, N, P, S, Mg, Ca, Na, dan Cl) dan unsur hara mikro
(Fe, Mn, Cu, Zn, B, Co). Di antara unsur hara tersebut, yang dianggap
sangat esensial untuk produksi yaitu nitrogen (N) dan fosfor (P) karena
dapat dibentuk melalui proses fotosintesis. Selain itu, N dan P
merupakan faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton di perairan
47
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
48
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
49
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Keterangan :
H’ = Indeks diversitas
ni = Jumlah individu jenis ke- i
N = Jumlah total individu
s = Jumlah genera
Hasil perhitungan dapat digunakan untuk menentukan kualitas
air berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 6.3:
50
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
b. Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penyebaran jenis tersebut merata atau tidak. Jika nilai indeks
keseragaman tinggi maka kandungan dalam setiap jenis seragam atau
tidak terlalu berbeda.
Nilai keseragaman diketahui cara membandingkan indeks
keseragaman dengan nilai maksimumnya, yang dihitung dengan rumus:
E = Indeks keseragaman
H = Indeks keanekaragaman
H’maks = Ln S
S = Jumlah genus
Menurut Au doris et al (1989), nilai indeks keseragaman (E)
berkisar antara 0 – 1, sebagai berikut :
a. Jika indeks keseragaman (E) mendekati 0, maka keseragaman
antara spesies rendah, hal ini mencerminkan bahwa kekayaan
individu masing-masing spesies sangat jauh berbeda.
b. Jika indeks keseragaman (E) mendekati nilai 1, maka
keseragaman antara spesies relatif merata dan perbedaannya
tidak begitu menyolok.
51
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
c. Indeks Dominansi
Nilai indeks dominasi (C) bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidak jenis yang mendominasi dalam suatu perairan. Untuk mengetahui
nilai indeks dominasi digunakan rumus sebagai berikut :
C = Indeks dominasi
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
n = Jumlah genera (jenis)
d. Indeks Saprobitas
Sistem saprobitas ini hanya untuk melihat kelompok organisme
yang dominan saja dan banyak digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran. Koefesien Saprobik (X) menurut Dresscher dan Van der
Mark adalah sebagai berikut:
D. CARA KERJA
1. Lapangan (di Kolam)
a. Siapkan Jaring Plankton (Plankton Net).
b. Siapkan bahan pengawet sampel (formalin 4%) yang telah
dinetralkan dengan boraks. Cara mempersiapkan formalin adalah
sebagai berikut:
1). Tambahkan larutan penyangga berupa boraks ke dalam formalin,
sebelum formalin diencerkan, dengan perbandingan 2 gr boraks
dan 98 ml formalin 40 % (formalin komersial).
2). Cairkan larutan formalin 40 % yang telah disangga menjadi 4 %
dengan cara menambahkan 90 ml air ke dalam 10 ml formalin.
53
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Keterangan:
V = Volume air tersaring (m3)
R = jumlah putaran meteran-alir
a = luas mulut jaring (m2)
p = panjang kolom air (m) yang ditempuh untuk satu putaran
f. Masukkan sampel air kedalam wadah yang telah diisi dengan bahan
pengawet formalin 4 % dan hitung volume total sampel
tersebut.
54
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
E. DISKUSI
1. Bagaimana kualitas air sampel berdasarkan perhitungan Nilai Indeks
Keanekaragaman Phytoplankton?
2. Bagaimana pula kondisi komunitas phytoplankton apabila dilihat
dari Nilai Indeks Keanekaragaman?
3. Apakah penyebaran genus phytoplankton di lokasi pengambilan
sampel merata?
4. Apakah terjadi dominansi spesies phytoplankton?
5. Bagaimana tingkat pencemaran perairan tempat pengambilan
sampel, apabila dilihat dari Koefisien Saprobik sampel
phytoplankton?
6. Apa kesulitan yang dihadapi, baik dalam pengambilan sampel
dilapangan, pengawetan sampel maupun pengamatan sampel di
laboratorium?
55
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 7
Penentuan Kualitas Udara Berdasarkan Pengamatan
Mikroskopis Struktur Sel dan Jaringan Tumbuhan
Herbaceous
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan membandingkan kualitas
lingkungan udara berdasarkan pengamatan struktur dan jaringan
tumbuhan herbaceous secara mikroskopis
C. DASAR TEORI
1. Tumbuhan Herbaceous
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
bioindikator adalah tumbuhan herbaceous yang tergolong tumbuhan
tingkat tinggi yang tidak berkayu tetapi tubuhnya telah terdiferensiasi
dengan sempurna menjadi bunga, akar, batang dan daun. Kerusakan
56
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
57
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
58
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
4. Sel Tumbuhan
Sel tumbuhan memiliki organel yang khas dibandingkan
dengan sel hewan maupun sel-sel lainnya. Organel tersebut adalah
kloroplas, vakuola sentral yang membesar di bagian tengah sel, dan
dinding sel yang mengandung selulosa.
4 13
1. Dinding sel
2
2. Membran sel
1
3. Sitoplasma
3 4. Mitokondria
16 17
5. Retikulum Endiplasma (RE)
6. Ribosom
15
7. Badan Golgi
11
8. Nukleus
8 9. Nukleolus
9 10. Kromatin
10
11. Lisosom
5 7 12. Kloroplas (plastida)
13. Vakuola besar
6
12 14. Kantong sekresi
15. Mikrotubulus
16. Mikrofilamen
17. Amiloplas
14
Sel Tumbuhan
59
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
5. Jaringan Tumbuhan
Jaringan merupakan sekelompok sel dengan ciri yang serupa
dalam hal bentuk, fungsi, maupun sifat-sifatnya. Berdasarkan
kemampuannya membelah, jaringan tumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan permanen.
60
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
nudeus yang relative besar, vakuola berukuran kecil dan kaya akan
sitoplasma, serta selnya berbentuk kuboid atau prismatic.
Berdasarkan sel pembentukannya, jaringan meristem dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu promestem, meristem
primer, dan meristem sekunder.
b. Jaringan Permanen
Jaringan Permanen adalah jaringan yang bersifat non-
meristematik, yaitu tidak tumbuh dan tidak berkembang lagi. Jaringan
ini dibentuk dari proses diferensiasi sel-sel meristem, baik meristem
primer maupun meristem sekunder. Jaringan permanen meliputi
jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong (yang
terdiri dari jaringan kolenkim dan sklerenkim), Jaringan pengangkut
yang terdiri dari xylem dan floem), serta jaringan gabus.
Menurut fungsinya, jaringan permanen dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian, yaitu jaringan epidermis, jaringan parenkim,
jaringan penyokong, jaringan pengangkut, dan jaringan gabus.
1) Jaringan Epidermis
Jaringan epidermis merupakan jaringan yang terletak paling
luar pada setiap organ tumbuhan, yaitu pada akar, batang, dan daun.
Jaringan epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ
tumbuhan. Fungsi khusus jaringan epidermis adalah sebagai pelindung
terhadap hilangnya air karena adanya penguapan, kerusakan mekanik,
pegubahan suhu dan hilangnya zat-zat makanan.
Ciri-ciri jaringan epidermis pada tumbuhan umumnya:
• Terdiri dari sel-sel hidup;
• Berbentuk persegi panjang;
• Sel-selnya rapat dan tidak memiliki ruang antar-sel;
• Tidak memiliki klorofil;
61
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Gambar Stomata
(b)Trikomata (rambut-rambut)
Trikomata (jamak; trikoma = tunggal) atau rambut-rambut
merupakan modifikasi jaringan epidermis berupa rambut-rambut.
62
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
(d) Velamen
Velamen merupakan lapisan sel mati di bagian dalam jaringan
epidermis pada akar gantung (akar udara) tumbuhan anggrek. Velamen
berfungsi sebagai alat penyimpan air.
63
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
2. Jaringan Parenkim
Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar yang ditemukan
pada hampir semua bagian (organ) tumbuhan. Jaringan parenkim
disebut sebagai jaringan dasar karena:
• Menyusun sebagian besar jaringan pada akar, batang, daun, dan
buah;
• Terdapat di antara jaringan lain, misalnya di antara xilem dan
floem;
• Dapat dijumpai sebagai selubung berkas pengangkut.
3. Jaringan Penyokong
Jaringan penyokong atau jaringan mekanik merupakan
jaringan yang berperan untuk menunjang bentuk tumbuhan agar dapat
berdiri dengan kokoh. Jaringan ini juga disebut sebagai jaringan
penguat karena memiliki dinding sel yang tebal dan kuat, juga karena
sel-selnya telah mengalami spesialisasi. Fungsi jaringan penyokong
antara lain:
64
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
4. Jaringan pengangkut
Jaringan pengangkut atau berkas vaskuler (berkas
pengangkut) merupakan jaringan yang mengangkut air dan unsur hara,
serta mengedarkan zat makanan hasil fotosintesis dari satu bagian
tumbuhan ke bagian lain tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, jaringan
pengangkut pada tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu xilem
(pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis).
Xilem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi
menyalurkan air dan unsur hara dan akar ke daun. Sedangkan floem
berfungsi menyalurkan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan.
D. CARA KERJA
1. Ambil daun dari tumbuhan herbaceous (misal Rhoe discolor)
yang tumbuh di dua tempat berbeda, yang terkena polusi dan
tidak;
2. Sayat tipis bagian bawah daun, letakkkan di atas gelas obyek,
tetesi dengan sedikit aquades. Lalu tutup dengan gelas
penutup;
3. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40;
4. Gambar dengan detil yang teramati di bawah mikroskop,
gunakan pensil warna agar lebih jelas;
65
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
E. DISKUSI
66
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
ACARA 8
Sampling dan Analisis Mangrove dengan Metode Quadrat-Line
Transect dan Pengukuran Faktor Lingkungan
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis vegetasi ekosistem
mangrove dengan menggunakan Metode Quadrat-Line Transect dan
melakukan pengukuran faktor lingkungan pada ekosistem mangrove.
C. DASAR TEORI
1. Definisi
Hutan Mangrove merupakan vegetasi khas daerah tropis dan
sub-tropis yang dijumpai di tepi sungai, muara sungai dan tepi pantai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove termasuk
vegetasi halofita (halophytic vegetation) yaitu vegetasi yang hanya
terdapat pada tempat-tempat yang tanahnya berkadar garam tinggi
(Atmoko, 2007). Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis antara lain :
pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat
67
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
68
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
3. Adaptasi
Ciri morfologi dan anatomi pohon mangrove mencerminkan
kondisi pada posisi mempertahankan diri terhadap lingkungan yang
bersalinitas tinggi (Arief, 2003). Kondisi tanah di hutan mangrove yang
sering atau selalu tergenang menyebabkan tanahnya menjadi anaerob.
Untuk memenuhi kebutuhan akar akan oksigen, jenis-jenis mangrove
mengambilnya dari atmosfir melalui akar nafas. Akar nafas
(pneumatophore) adalah salah satu adaptasi mangrove terhadap
kondisi tanah berlumpur atau tergenang, yaitu bagian akar yang
muncul ke permukaan tanah atau air. Selain berfungsi untuk
mengambil oksigen, bentuk perakaran mangrove juga berperan untuk
menopang batang agar pohon tetap tegak berdiri walaupun dihempas
gelombang dan badai. Secara umum sistem perakaran jenis-jenis
tumbuhan pada hutan mangrove adalah:
1. Akar tunjang (Stilt-Roots): akar yang mencuat dari batang
(seringkali bercabang) ke bawah dan masuk ke lumpur. Akar
tersebut mempunyai banyak pori (lenticels) yang berfungsi untuk
menyerap oksigen pada saat air surut dan membawanya turun ke
akar (Supriharyono, 2002). Akar ini terdapat pada Rhizophora
apiculata, Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa
2. Akar pasak/ Akar Napas (Pneumatophores): akar ini merupakan
akar udara yang berbentuk seperti pensil atau kerucut yang
menonjol ke atas, terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh
secara horisontal. Akar napas ini terdapat pada Avicennia alba,
Xylocarpus moluccensis dan Sonneratia alba.
3. Akar lutut: akar ini merupakan akar horisontal yang berbentuk
seperti lutut, terlipat di atas permukaan tanah, meliuk ke atas dan
bawah dengan ujung yang membulat di atas permukaan tanah.
69
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
70
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
BA = (cm2)
2. Densitas
Densitas (Kerapatan Jenis) adalah jumlah individu suatu spesies
per satuan luas. Rumus perhitungan densitas adalah sebagai berikut:
71
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Densitas =
3. Frekuensi
Frekuensi menunjukkan seringnya suatu spesies hadir dalam
plot-plot sampel. Frekuensi dapat dinyatakan baik dalam pecahan
maupun persen. Rumus perhitungan frekuensi adalah sebagai berikut:
Frekuensi =
4. Dominasi
Dominasi suatu spesies dapat dipelajari melalui pengukuran
basal area (yaitu luas penampang lintang batang pohon) setinggi 135
cm dari permukaan tanah (dbh = diameter at breast height). Dominasi
juga dapat diukur berdasarkan cover atau penutupan tajuk pohon atau
herba. Rumus yang digunakan adalah:
Dominansi =
5. Nilai Penting
Nilai penting merupakan suatu parameter terhitung yang
merupakan kombinasi dari nilai relative setidaknya dua dari tiga
parameter terukur diatas. Jadi nilai penting suatu spesies adalah:
72
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
D. CARA KERJA
1. Tahap Koleksi Data Lapangan
a. Penentuan Area Kajian
Area kajian untuk praktikum nantinya akan ditentukan oleh
asisten praktikum. Area tersebut ditulis deskripsi lokasinya (misalnya:
kondisi substrat, pasang surut (ketinggian air), spesies dominan secara
visual, kondisi cuaca, dan sebagainya). Wilayah kajian yang
ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat
mengindikasikan atau mewakili setiap zone mangrove yang terdapat
di wilayah kajian (Gambar.8.2.);
b. Penentuan dan Peletakan Plot.
Dalam praktikum ini nantinya akan digunakan plot berbentuk
kuadrat (bujursangkar). Pada setiap stasiun pengamatan, tetapkan
transek-transek garis dari arah laut ke arah darat (tegak lurus garis
pantai sepanjang zonasi hutan mangrove yang terjadi) di daerah
intertidal.
Pada setiap zona mangrove yang berada disepanjang transek
garis, letakkan petak- petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar
dengan ukuran 10 m x 10 m sebanyak paling kurang 3 (tiga) petak
73
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
74
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
75
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Tabel data yang perlu disiapkan seperti contoh pada Tabel 8.3.
Deskripsi Plot :
____________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
__
76
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Deskripsi Plot :
____________________________________________________
__________________________________________________________
______________________________________________________
77
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
Parameter
No 1 2 3 4 dst Rerata (x)
Lingkungan
1
2
3
4
5
dst
78
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
2) Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman atau indeks Shannon-Wienner (H’)
digunakan untuk menggambarkan populasi melalui jumlah individu
masing-masing jenis dalam suatu komunitas.
79
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
E=
Dimana :
E = Indeks Evenness
H’ max = log S
H’ = Indeks Keanekaragaman
S = Jumlah Jenis yang Ditemukan
80
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
yang cukup besar akan mengarah pada komunitas yang labil maupun
tertekan.
C=
Dimana :
C = indeks dominasi
n = jumlah individu jenis ke - i
N = jumlah seluruh individu
81
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
5) Analisis Hasil
Setelah perhitungan sudah lengkap, hasilnya dianalisis. Dalam
laporan pratikum, hasil harus ditampilkan dalam bentuk yang
seinformatif mungkin. Oleh karena itu, hasil perhitungan sebaiknya
ditampilkan dalam bentuk tabel atau gambar (histrogram atau grafik)
yang jelas. Selanjutnya, hasil dianalisis dengan memperhatikan
sejumlah aspek berikut ini :
- Spesies yang dominan dan pengaruh atau perannya terhadap
komunitas;
- Asumsi pengaruh faktor lingkungan terhadap dominasi spesies pada
khususnya dan komunitas lokasi kajian pada umumnya.
E. DISKUSI
1. Bagaimana pola zonasi spesies mangrove?
2. Bagaimana pola adaptasi spesies mangrove?
3. Bagaimana kaitan antara pola adaptasi spesies mangrove dengan
zonasi spesies mangrove?
4. Spesies apa yang paling mendominasi pada lokasi kajian?
5. Spesies apa yang paling sering ditemukan di tiap titik sampling?
6. Bagaimana struktur, kemelimpahan, nilai penting, dan distribusi
di dalam ekosistem yang dikaji?
7. Bagaimana hubungan keberadaan tumbuhan dengan faktor
lingkungan fisik dan biotik lainnya?
82
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
83